c. Biaya variabel mencakup seluruh biaya operasional yang habis
dipergunakan selama satu kali produksi yang terdiri dari biaya perlengkapan pengemasan, biaya tenaga kerja dan biaya angkutan
madu. d.
Biaya tetap mencakup biaya investasi yang dikeluarkan pada awal produksi. Biaya tersebut berupa biaya perlengkapan koloni yang
terdiri dari koloni lebah, stup lebah super, bingkai sarang frame, pondasi sarang, dan standartiang besi. Peralatan kerja yang terdiri
dari pengungkit, pisau madu, ekstraktor, tongdrum plastik, alat pertukangan, pakaian kerja, dan sarung tangan.
2. Data sekunder
Data sekunder adalah data baku pelengkap untuk mendukung penelitian ini. Data tersebut berupa data monografi desa, data lokasi penelitian
antara lain letak geografis, topografi, iklim, dan keadaan ekonomi masyarakat serta data lain yang berhubungan dengan penelitian.
E. Pengambilan Data
1. Data Primer
Pengambilan data primer dilakukan dengan metode: a.
Observasi adalah pengamatan secara langsung objek yang diteliti dengan melihat kondisi lingkungan, meliputi pakan lebah di sekitar
tempat budidaya serta pengamatan terhadap seluruh kegiatan peternakan dan pembenihan lebah madu di desa tersebut untuk melihat
potensi ekonomi masyarakat.
b. Wawancara dan pengisian kuisioner dilakukan dengan metode tanya
jawab secara langsung terhadap petani lebah madu untuk memperoleh data rumah tangga, potensi ekonomi masyarakat, biaya variabel, dan
biaya tetap. 2.
Data Sekunder Pengambilan data sekunder dilakukan dengan studi pustaka yaitu
mengumpulkan semua literatur yang diperlukan dan sesuai dengan penelitian. Selain itu data juga diambil dari instansi terkait seperti dinas
kehutanan, kantor kelurahan setempat, dan lain-lain yang berkaitan dengan penelitian.
F. Penentuan Responden
Penentuan responden petani lebah madu yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan metode sensus penduduk. Sensus penduduk merupakan salah
satu teknik penentuan responden yang dipilih karena jumlah dari populasi yang ada kurang dari 100 orang. Metode ini dipilih karena jumlah populasi
anggota kelompok karya tani yang membudidayakan lebah madu sebanyak 23 responden sehingga penentuan responden dilakukan pada seluruh anggota
kelompok karya tani yang membudidayakan lebah madu. Menurut Arikunto 2002:
1. Jika subjek 100 orang, sampel yang diambil 10-15 dari total subjek. 2. Jika subjek 100 orang, sampel yang diambil keseluruhan dari subjek
yang ada atau sensus.
G. Analisis Data
Analisis data yang dilakukan untuk mengetahui kelayakan usaha budidaya
lebah madu Apis cerana Fabr. yang dilakukan masyarakat di Dusun Sidomukti menggunakan analisis Return Cost Ratio RC Ratio atau dikenal dengan
perbandingan antara total penerimaan dengan total biaya yang dikeluarkan dan analisis BEP Break Event Point atau titik impas produksi dimana pengusaha
tidak mengalami kerugian dan tidak juga mengalami keuntungan. Data yang diperoleh dari hasil wawancara dianalisis menggunakan RC Ratio dan BEP
selanjutnya akan dijelaskan secara kuantitatif agar lebih mudah untuk disimpulkan dengan tingkat kepercayaan yang dapat dipertanggungjawabkan.
Sehingga dapat diambil kesimpulan apakah usaha budidaya lebah madu tersebut layak atau tidak layak untuk dikembangkan.
Ada beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam analisis menggunakan RC
Ratio dan BEP yaitu: a.
Harga jual Py adalah harga yang ditetapkan oleh petani lebah pada saat penjualan berlangsung yang dihitung dengan satuan untuk koloni Rpstup
atau Rpglodok dan madu RpKg. b.
Jumlah barang terjual Y adalah jumlah unit koloni ataupun madu yang terjual pada tahun 2010-2011.
c. Total penerimaan R adalah jumlah total dari penjualan madu ataupun
koloni lebah madu yang dikalikan dengan harga jual dan belum dikurangi dengan biaya-biaya yang dikeluarkan selama pengelolaan.
d. Total biaya variabel TVC adalah jumlah total biaya yang dikeluarkan
sesuai dengan tingkat produksi koloni ataupun produksi madu biaya operasional.
e. Total biaya tetap TFC adalah jumlah total biaya yang dikeluarkan
walaupun tingkat produksi koloni ataupun produksi madu nol biaya investasi.
f. Total biaya yang dikeluarkan C adalah jumlah total yang dikeluarkan
selama produksi koloni ataupun produksi madu dengan menjumlahkan total biaya tetap TFC dan total biaya variabel TVC.
g. Total produksi Q adalah jumlah total koloni ataupun madu yang
diproduksi pada tahun 2010 - 2011. 1. RC
Ratio
Semakin tinggi RC Ratio maka semakin menguntungkan dan layak suatu usaha Puspita, 2011. Secara matematika, rumus yang digunakan adalah:
Keterangan :
R = total penerimaan Rp C = total biaya produksi Rp
Py = harga jual barang Rpunit Y = jumlah barang terjual Unit
TFC = biaya tetap Rp TVC = biaya variabel Rp.
R = Py . Y C = TFC + TVC
Kriteria: Jika RC 1 maka usaha layak untuk dilaksanakan.
Jika RC 1 maka usaha tidak layak untuk dilaksanakan.
2. Break Even Poin BEP
Analisis ini digunakan untuk mengetahui titik pulang pokok dimana total revenue sama dengan total cost Chandra, 2011. Secara sederhana, rumus
ini dapat dituliskan sebagai berikut: 1.
BEP dalam unit produksi. Rumus ini digunakan untuk menghitung berapa besar BEP produksi,
sehingga diketahui berapa jumlah unit yang di produksi agar petani tidak mengalami kerugian dan tidak juga mengalami keuntungan.
Keterangan: C = total biaya produksi Rp
Py = harga jual. 2.
BEP dalam rupiah. Rumus ini digunakan untuk menghitung berapa besar BEP harga
produk, sehingga diketahui berapa harga jual yang harus ditetapkan agar petani tidak mengalami kerugian dan tidak juga mengalami
keuntungan.
Keterangan: C = total biaya produksi Rp
Q = total produksi.
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN, KARAKTERISTIK USAHA BUDIDAYA LEBAH MADU, DAN KARAKTERISTIK PETANI
SAMPEL
A. Gambaran Umum Kabupaten Lampung Timur
1. Geografis
Secara geografis, Kabupaten Lampung Timur terletak pada posisi: 105 15
BT —106
20BT dan 4 37LS
—5 37 LS. Kabupaten Lampung Timur
memiliki luas wilayah kurang lebih 5.325,03 Km
2
atau sekitar 15 dari total wilayah Provinsi Lampung total wilayah Lampung seluas 35.376 Km
2
. Ibukota Kabupaten Lampung Timur berkedudukan di Sukadana. Secara
administratif Kabupaten Lampung Timur berbatasan dengan: -
Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Rumbia, Seputih Surabaya, dan Seputih Banyak Kabupaten Lampung Tengah, serta Kecamatan
Menggala Kabupaten Tulang Bawang. -
Sebelah Timur berbatasan dengan Laut Jawa, Provinsi Banten dan DKI Jakarta.
- Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Tanjung Bintang, Ketibung,
Palas, dan Sidomulyo Kabupaten Lampung Selatan. -
Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Bantul dan Metro Raya Kota Metro, serta Kecamatan Seputih Raman Kabupaten Lampung Tengah.
2. Topografi
Dari segi tofografi, kabupaten Lampung Timur dapat dibagi menjadi lima daerah, yaitu:
1. Daerah berbukit sampai bergunung terdapat di Kecamatan Jabung,
Sukadana, Sekampung Udik, dan Labuhan Maringgai. 2.
Daerah berombak sampai bergelombang, yang dicirikan oleh bukit-bukit sempit, dengan kemiringan antara 8 hingga 15 dan ketinggian antara
50200 meter diatas permukaan laut dpl. 3.
Daerah dataran alluvial, mencakup kawasan yang cukup luas meliputi kawasan pantai pada bagian timur dan daerah-daerah sepanjang sungai
way Seputih dan Way Pengubuan. Ketinggian kawasan tersebut berkisar antara 25
—75 Meter dpl dengan kemiringan 0—3. 4.
Daerah rawa pasang surut disepanjang pantai timur dengan ketinggian 0.5
—1 meter dpl. 5.
Daerah aliran sungai DAS yaitu, Seputih, Sekampung dan Way jepara.
3. Iklim
Iklim Kabupaten Lampung Timur berdasarkan Smith dan Ferguson termasuk dalam kategori iklim B, yang dicirikan oleh bulan basah selama 6 bulan yaitu
Desember —Juni dengan temperatur rata—rata 24—34
C. Curah hujan merata tahunan sebesar 2000
—2500 mm. Sedangkan menurut Oldeman 1979, iklim Kabupaten Lampung Timur temasuk tipe C2 dengan jumlah
bulan basah 5 —6 bulan dan bulan kering 2—3 bulan.
4. Geologi
Wilayah Kabupaten Lampung Timur dapat digolongkan dalam empat jenis struktur geologi, yaitu :
1. Endapan permukaan yang sebagian besar terdapat di sepanjang timur
terdiri dari dataran rawa dan pasang surut yang terbentuk mengandung liat marine, endapan sungai dan rawa, serta endapan pasir pantai.
2. Batuan gunung api yang meliputi hampir seluruh wilayah Kabupaten
Lampung Timur. Batuan-batuan ini membentuk tanah latasol dan padsolik yang memiliki tingkat kesuburan tanah rendah.
3. Batuan sedimen, sebagian besar terdapat di bagian utara dan selatan
wilayah Kabupaten Lampung Timur. 4.
Batuan Beku, banyak terdapat di bagian selatan Kabupaten Lampung Timur.
B. Gambaran Umum Desa Buana Sakti
Desa Buana Sakti terletak di Kecamatan Batanghari Kabupaten Lampung Timur Propinsi Lampung. Desa Buana Sakti tersebut memiliki luas
wilayah 950,18 Ha yang berbatasan dengan: Sebelah Utara
: Sungai Way Sekampung. Sebelah Selatan
: Sungai Way Kandis. Sebelah Timur
: Desa Margototo. Sebelah Barat
: Desa Purwodadi Mekar. Desa Buana Sakti terdiri dari empat dusun yaitu Dusun Sidomukti, Dusun
Sidomakmur, Dusun Sidoluhur, dan Dusun Sidowaras. Lokasi penelitian
terletak di Dusun Sidomukti dengan luas 164 ha. Dusun Sidomukti saat ini merupakan satu
–satunya yang menjalankan usaha budidaya lebah madu dari empat dusun yang ada. Selain itu juga, Dusun Sidomukti merupakan Pusat
Pelatihan Pertanian Pedesaan Swadaya P4S di Kabupaten Lampung Timur
yang diresmikan pada tahun 2008. 1.
Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
Gambar 3. Grafik perbandingan jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin di Desa Buana Sakti, Kecamatan Batanghari
Kabupaten Lampung Timur, 20102011.
Jumlah penduduk di Desa Buana Sakti di berdasarkan monografi desa tahun 20102011 terdiri dari 2775 jiwa 752 KK dengan jumlah
penduduk pria 1389 jiwa dan wanita 1386 jiwa. Hampir semua penduduk desa anaknya menikah diusia muda . Sehingga berdasarkan
dapat diketahui bahwa tingkat pertumbuhan di Desa Buana Sakti dapat digolongkan tinggi dengan perbandingan antara jumlah wanita dan
jumlah pria yang mendekati sama.
2. Distribusi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian
Tabel 1.Distribusi penduduk berdasarkan mata pencaharian di Desa Buana Sakti Tahun 20102011.
Sumber: Monografi Desa Buana Sakti, Kecamatan Batanghari Kabupaten Lampung Timur, 20102011.
Tabel 1 di atas menunjukkan bahwa penduduk yang ada di Desa Buana
Sakti sebagian besar mata pencahariannya sebagai petani dengan jumlah 1373 jiwa. Hal tersebut dapat dilihat dari keadaan lingkungan sekitar
lokasi penelitian yang didominasi oleh lahan pertanian dan perkebunan palawija sehingga penerimaan yang diperoleh penduduk sebagian besar
hanya berasal dari hasil panen pada setiap musim panen yaitu 3 —6 bulan
setelah penanaman.
3. Distribusi Penduduk Berdasarkan Agama
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa distribusi penduduk berdasarkan agama di Desa Buana Sakti hampir seluruhnya memeluk
agama Islam dengan persentase 99,78 yaitu 2770 jiwa dan sisanya memeluk agama kristen dengan persentase 0,22 yaitu 5 jiwa.
No. Mata Pencaharian
Jumlah Orang
1. 2.
3. 4.
5. Karyawan
a. PNS
b. ABRI
c. Swasta
WiraswastaPedagang Tani
Pertukangan Buruh Tani
Total 8
3 25
45 1373
17 310
1781
4. Sarana dan Prasarana
Adapun sarana dan prasarana yang tersedia di Desa Buana Sakti dapat di lihat pada tabel 2 sebagai berikut.
Tabel 2. Sarana dan prasarana yang ada di Desa Buana Sakti Tahun 20102011.
No. Sarana dan Prasarana
Jumlah
1. 2.
3. 4.
5. 6.
7. 8.
9. 10.
11. 12.
Taman Kanak – Kanak
Sekolah Dasar Lapangan Sepak Bola
Lapangan Volly Lapangan Bulu Tangkis
Jembatan Waduk
Sepeda Gerobak
Sepeda Motor Mobil Dinas
Truk 2
3 2
4 6
2 2
660 17
247 3
2
Sumber: Monografi Desa Buana Sakti, Kecamatan Batanghari Kabupaten Lampung Timur, 20102011.
Berdasarkan tabel 2 diatas, sarana dan prasarana yang ada di Desa Buana Sakti sudah cukup tersedia untuk mempermudah masyarakat menjalankan
aktivitas sehari –hari dan untuk menjalankan usaha budidaya lebah madu
dalam kegiatan perburuan lebah dan penjualan madu. Namun untuk kegiatan penjualan stup dan glodok belum ada sarana pengangkutan yang
memadai. Hal tersebut terlihat dari jumlah sarana perhubungan mobiltruk yang sedikit.
C. Karakteristik Usaha Budidaya Lebah Madu di Dusun Sidomukti
Usaha budidaya lebah madu merupakan usaha pengembangan dan penjualan produk hasil budidaya lebah madu. Usaha budidaya lebah madu di Dusun
Sidomukti dimulai pada tahun 2006 dengan nama Kelompok Karya Tani Sejahtera dan anggota 8 orang. Selanjutnya pada tahun 2007 anggota
bertambah menjadi 11 orang. Pada tahun 2008 ada penambahan anggota lagi menjadi 20 orang dan pada tahun 2010 sampai sekarang anggota
bertambah menjadi 23 orang. Penambahan anggota tersebut dikarenakan masyarakat mulai tertarik terhadap keuntungan yang diperoleh dari usaha
budidaya lebah madu yang dilakukan. Usaha budidaya lebah madu saat ini menghasilkan produk berupa koloni dan madu. Koloni lebah madu tersebut
berasal dari jenis Apis cerana Fabr. yang memang populasinya tersebar cukup banyak di Dusun Sidomukti dari pada jenis lebah madu lainnya.
Petani lebah di Dusun Sidomukti memiliki posko penangkaran lebah seluas
26 Ha yang merupakan bantuan dari Dinas Kehutanan. Lokasi ini didominasi oleh pohon akasia Accacia mangium sebagai pakan lebah
dengan jarak tanam 2 m x 2 m. Selain di posko yang dikelola oleh kelompok, petani lebah juga melakukan penangkaran di sekitar pekarangan
rumah dengan jumlah stup atau glodok yang bervariasi. Sistem budidaya lebah madu di Dusun Sidomukti menggunakan glodok dan
stup sebagai sarang atau rumah buatan untuk lebah madu. Glodok yang digunakan terbuat dari batang pohon kelapa ataupun pohon randu. Selain
menggunakan glodok, petani lebah di Dusun Sidomukti sudah mulai menggunakan stup yang merupakan modifikasi dari glodok.
Bibit lebah diperoleh dari berburu, namun hanya sebagian petani lebah saja yang melakukan perburuan koloni sedangkan sebagiaan lainnya hanya
menunggu lebah menghampiri glodok atau stup yang telah dipasang.
D. Karakteristik Petani Sampel