b. Perlucutan Senjata
Kita tentunya pernah mendengar tentang senjata pemusnah massal. Maksudnya, senjata yang dapat menewaskan manusia dalam jumlah besar. Contohnya adalah bom nuklir yang
dijatuhkan di Hiroshima dan Nagasaki pada tahun 1945. Indonesia memegang teguh komitmen dalam perlucutan senjata. Negara kita selalu
mendukung usaha-usaha dalam kerangka kerja sama multilateral tersebut. Artinya, kerja sama yang diikuti oleh banyak negara. Kegiatan ini untuk melindungi kepentingan nasional
dan negara-negara berkembang lainnya. Senjata yang dimaksudkan di sini adalah senjata pemusnah massal. Yang termasuk dalam kategori ini adalah senjata nuklir, kimia maupun
biologi. Masing-masing jenis senjata ini memiliki karakteristik sendiri-sendiri.
Di era 1960-an, kecemasan akan lomba senjata nuklir antara AS dan Uni Soviet semakin meningkat. Negosiasi pun dimulai untuk menghentikan berkembangnya senjata nuklir.
Negosiasi ini membuahkan hasil dengan lahirnya NPT tahun 1968. NPT merupakan singkatan dari
the Non-Proliferation of Nuclear Weapons Treaty. Artinya, Perjanjian Non-Proliferasi Senjata Nuklir. Non-proliferasi berarti tidak mengembangkan.
Perjanjian NPT mengelompokkan negara-negara di dunia menjadi dua. Kelompok pertama negara nuklir dan kelompok kedua negara nonnuklir. Kelompok pertama anggotanya AS, Uni
Soviet, Inggris, Perancis, dan China. Negara-negara lainnya berarti kelompok kedua. Kesepakatan dalam NPT adalah sebagai berikut. Negara nuklir tidak mentransfer maupun
mengembangkan senjata nuklir pada negara nonnuklir. Negara nonnuklir dilarang menerima transfer atau bantuan pengembangan senjata nuklir dari negara nuklir. Untuk memverifikasi
janji ini negara nonnuklir bersedia menerima inspeksi IAEA. Badan Energi Atom Internasional ini merupakan bagian dari PBB. Kepanjangannya
International Atomic Energy Agency. Dalam perlucutan senjata nuklir, Indonesia telah meratifikasi NPT pada tahun 1979.
NPT merupakan salah satu tonggak perlucutan senjata nuklir. Badan ini telah berhasil dalam mengurangi perlombaan senjata nuklir. NPT dan IAEA juga berhasil memastikan
kepatuhan semua negara untuk melaksanakan kewajibannya. Protokol Tambahan IAEA telah ditandatangani Indonesia tahun 1999. Indonesia berpendapat agar hak mengembangkan
energi nuklir dengan tujuan damai tetap dihormati.
Sumber: wikipedia
Gambar No.26. Kota Hiroshima hancur setelah dibom nuklir oleh AS tahun 1945, me-
newaskan ratusan ribu orang kiri. Peluru kendali antar benua ini bernama Titan. Ledakan- nya 40 kali lebih dahsyat dibandingkan dengan bom nuklir yang dijatuhkan di Hiroshima
kanan.
Indonesia juga telah menandatangani perjanjian tentang pelarangan uji coba senjata nuklir. Indonesia menganggap perjanjian tersebut sangat bermanfaat dalam mencegah
pengembangan senjata nuklir. Indonesia menyadari bahwa simulasi percobaan senjata nuklir dengan komputer tidak bisa dilarang. Uji coba seperti ini tidak menggunakan ledakan
nuklir. Indonesia menyadari perjanjian yang telah ada merupakan hasil maksimal yang bisa dicapai.
Indonesia telah meratifikasi Konvensi Senjata Kimia KSK pada tahun 1998. Indonesia juga melakukan implementasi berbagai ketentuan yang tertuang dalam konvensi. Diantaranya
menyusun Deklarasi Tahunan. Kita sedang mempersiapkan undang-undang implementasi KSK. Indonesia juga telah menerima tim inspeksi OPCW. Nama panjang tim ini
Organisation for Prohibition of Chemical Weapons. Artinya, Organisasi Pelarangan Senjata Kimia. OPCW
melakukan kunjungan ke beberapa perusahaan bahan kimia di Jatim, Kaltim, serta NAD. Mirip IAEA, OPCW juga bertugas melakukan inspeksi namun terhadap senjata kimia.
Indonesia tidak memiliki dan tidak bermaksud untuk mengembangkan senjata kimia. Indonesia senantiasa mendukung upaya OPCW dalam pelarangan senjata kimia. Indonesia
juga menekankan pentingnya kerja sama antar negara dalam mendukung implementasi KSK.
Dalam hal perlucutan senjata biologi, Indonesia telah meratifikasi Konvensi Senjata Biologi pada tahun 1992. Salah satu kelemahan dari konvensi ini adalah belum dibentuknya sistem
verifikasi. Padahal sistem ini penting untuk menjaga kepatuhan anggota. Berbagai upaya untuk menyusun sistem verifikasi sampai saat ini masih belum berhasil. Indonesia berharap
agar masalah ini dapat segera diselesaikan bersama.
c. Pemberantasan Terorisme
Indonesia mengutuk keras terorisme. Terorisme bertentangan dengan pandangan hidup bangsa kita, yaitu Pancasila. Utamanya sila perikemanusiaan yang adil dan beradab. Namun
Indonesia juga menekankan pentingnya pemahaman untuk tidak mengkaitkan terorisme dengan agama. Pemberantasan terorisme hanya berhasil bila dilakukan langkah-langkah yang
komprehensif dan seimbang. Hal ini sejalan dengan tujuan dan prinsip Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa dan HAM.
Sumber: mirrors.org dan geocities.commahdi_omen
Gambar No.27. Serangan 11 September 2001 menghancurkan World Trade Center WTC
di New York. Kompleks gedung berrtingkat ini menjadi pusat perdagangan, perkantoran, dan perbankan di AS. Pesawat yang dibajak teroris ditabrakkan ke gedung kedua, beberapa
menit setelah kejadian serupa di gedung pertama kiri. Pengeboman di Bali, 2002 kanan.