Uji Daya Simpan dan Viabilitas Benih Karet (Hevea Brasiliensis Muell-Arg.) Tanpa Cangkang terhadap Konsentrasi Larutan Osmotik dan Waktu Pengeringan

UJI DAYA SIMPAN DAN VIABILITAS BENIH KARET (Hevea brasiliensis Muell-Arg.) TANPA CANGKANG TERHADAP KONSENTRASI LARUTAN OSMOTIK DAN WAKTU PENGERINGAN
NIKKO SEPTIAN FAZILLA 090301033
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2013
Universitas Sumatera Utara

UJI DAYA SIMPAN DAN VIABILITAS BENIH KARET (Hevea brasiliensis Muell-Arg.) TANPA CANGKANG TERHADAP KONSENTRASI LARUTAN OSMOTIK DAN WAKTU PENGERINGAN
SKRIPSI
Oleh:
NIKKO SEPTIAN FAZILLA 090301033
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2013
Universitas Sumatera Utara

UJI DAYA SIMPAN DAN VIABILITAS BENIH KARET (Hevea brasiliensis Muell-Arg.) TANPA CANGKANG TERHADAP KONSENTRASI LARUTAN OSMOTIK DAN WAKTU PENGERINGAN
SKRIPSI
Oleh:
NIKKO SEPTIAN FAZILLA 090301033/BUDIDAYA PERTANIAN DAN PERKEBUNAN
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2013

Universitas Sumatera Utara

Judul Skripsi
Nama NIM Program Studi Minat

: Uji daya simpan dan viabilitas benih karet (Hevea brasiliensis Muell-Arg.) tanpa cangkang terhadap konsentrasi larutan osmotik dan waktu pengeringan
: Nikko Septian Fazilla : 090301033 : Agroekoteknologi : Budidaya Pertanian dan Perkebunan

Disetujui Oleh: Komisi Pembimbing

(Ir.Charloq, MP.) . Ketua Komisi Pembimbing NIP: 1961 1109 1986 01 2001

(Ir. Rosita Sipayung, MP.) Anggota Komisi Pembimbing NIP: 1958 0325 1985 03 2005

Diketahui Oleh:

(Dr. Ir. T. Sabrina, M. Agr. Sc., Ph.D.) Ketua Program Studi Agroekoteknologi
NIP. 1964 0620 1998 0320 01

Tanggal lulus:


Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK
NIKKO SEPTIAN FAZILLA: Uji Daya Simpan dan Viabilitas Benih Karet (Hevea brassiliensis, Muell-Arg.) Tanpa Cangkang Terhadap Konsentrasi Larutan Osmotik dan Waktu Pengeringan dibimbing oleh CHARLOQ dan ROSITA SIPAYUNG.
Benih karet merupakan benih rekalsitran memiliki daya simpan yang rendah, sehingga cepat mengalami kemunduran (deteriorasi), oleh sebab itu dibutuhkan perlakuan khusus pada periode penyimpanan untuk mempertahankan viabilitas benih. Penggunaan konsentrasi larutan osmotik PEG 6000 dan pengeringan sangat membantu dalam penyimpanan benih rekalsitran karena memiliki potensi osmotikum sel yang dapat membatasi perubahan kadar air dan oksigen pada benih. Tujuan penelitian ini untuk mendapatkan konsentrasi larutan osmotik dan lama pengeringan yang optimal untuk mempertahankan viabilitas benih karet (Hevea brasiliensis Muell-arg.). Penelitian dilaksanakan pada bulan April hingga Juni 2013 di Laboratorium Dasar Pemuliaan Tanaman, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan acak lengkap dengan dua faktor perlakuan dan tiga ulangan. Faktor pertama perlakuan konsentrasi larutan osmotik PEG 6000 terdiri dari 0, 15, 30, dan 45 (% w/v) dan faktor kedua yaitu waktu pengeringan terdiri dari 0, 4, 8, 12, 16 (jam). Parameter diamati benih berjamur dan berkecambah di penyimpanan, kadar air sebelum dan sesudah masa penyimpanan, daya kecambah benih, indeks vigor, kecepatan tumbuh benih, potensi tumbuh maksimum, jumlah daun, dan tinggi tanaman.
Hasil penelitian menunjukkan kosentrasi larutan osmotik PEG 6000 30% w/v berbeda nyata dalam menekan benih berkecambah dan benih berjamur dalam penyimpanan sampai 0% dan 5,25% dengan daya kecambah benih 72,44%. Waktu pengeringan 4 jam adalah yang terbaik dalam menekan benih berkecambah dan benih berjamur dalam penyimpanan hingga 0,10% sampai dan 8,65% dengan daya kecambah benih 77,22%. Konsentrasi larutan osmotik PEG 6000 30% w/v dan waktu pengeringan 4 jam merupakan kombinasi perlakuan yang terbaik dimana dapat menekan benih berkecambah dalam penyimpanan sampai 0% dan dapat menekan benih berjamur hingga 8,33% dengan daya kecambah benih 77,78%.
Kata kunci : Benih Karet, Larutan Osmotik PEG 6000, Pengeringan, Penyimpanan Benih
Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT
NIKKO SEPTIAN FAZILLA: The Test of Storage Capacity and Seed Viability of Rubber (Hevea brassiliensis, Muell-Arg.) devoid of Shells to The Osmotic Solution Concentration and Drying Time, Supervised by CHARLOQ and ROSITA SIPAYUNG.
The seed of Rubber is a kind of recalcitrant seeds which is have a low shelf life with the result that quickly in deterioration so it needed a special treatment in storage period to maintain the seed viability. By using the osmotic solution concentration of Polyethylene Glycol 6000 and drying which is very helpful in recalcitrant seed storage due to it has osmotic cell potential to restrict the alteration of water and oxygen capacity in seed. This research aimed to get the optimal of osmotic solution concentrations and drying time to maintain the seed viability of Rubber. It conducted since April until June 2013 in Laboratory of Plant Breeding, Agriculture Faculty, University of Sumatera Utara. The research uses the completely randomized design with two treatments as factor and three replications. The first factor is osmotic solution concentration of PEG 6000 of PEG 6000 : 0, 15, 30, and 45 (% w/v) and other factor is drying time : 0, 4, 8, 12, 16 (hours). Observation parameter is fungal attacks and germinate seed in storage, water content before and after storage period, seed germination, vigor index, seed growth rate, maximum potential growth, number of leafs and height of plants.
The results showed the osmotic solution concentration of PEG 6000 30% w / v significantly in suppressing seed germination and fungal attacks at seed in storage up to 0% and 5.25% to 72.44% seed germination. 4 hours drying time is the best in suppressing seed germination and fungal attacks at seed in storage and up to 0.10% to 8.65% with 77.22% seed germination. The osmotic solution concentrations of PEG 6000 30% w / v and 4-hour drying time is the best combination of treatments which can suppress the seeds germinate in storage up to 0% and fungal attacks at seeds can be pressed up to 8.33% with 77.78% seed germination.
Keywords: Rubber seed, osmotic solution concentrations of PEG 6000, drying, seed storage.
Universitas Sumatera Utara

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Perk Aek Tarum, pada tanggal 03 September 1991 dari ayah Tukijo dan ibu Rita Kamsiar. Penulis merupakan anak kelima dari 5 bersaudara.
Tahun 2009 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Bandar Pulau, Kab. Asahan dan pada tahun 2009 terdaftar sebagai mahasiswa program studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara melalui jalur Pemandu Minat dan Prestasi (PMP).

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif dalam kegiatan organisasi kemahasiswaan diantaranya anggota Departemen Infotas. BKM Al-Mukhlisin FP USU 2009/2011, anggota Himpunan Mahasiswa Agroekoteknologi (HIMAGROTEK), menjadi Asisten Laboratorium Teknologi Benih di Fakultas Pertanian USU, mengikuti Indofood Leadership Camp di Akademi Militer Magelang, Yogyakarta, mengikuti kompetisi nasional “Youth Power UGM” di Fakultas ISIP, UGM, Yogyakarta.
Penulis melaksanakan praktek kerja lapangan di PT. Bakrie Sumatera Plantation, Kisaran, Kab. Asahan pada bulan Juli hingga Agustus 2012.
Universitas Sumatera Utara

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul Uji Daya Simpan dan Viabilitas Benih Karet (Hevea brasiliensis Muell-Arg.) Tanpa Cangkang terhadap Konsentrasi Larutan Osmotik dan Waktu Pengeringan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada kedua orang tua penulis yang telah membesarkan, memelihara, dan mendidik penulis selama ini. Penulis menyampaikan terima kasih kepada Ibu Ir. Charloq, MP sebagai ketua komisi pembimbing dan Ibu Ir. Rosita Siayung, MP sebagai anggota komisi pembimbing yang telah membimbing dan memberikan berbagai masukan berharga kepada penulis mulai dari penyusunan sampai selesainya skripsi ini.
Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Bapak Abu Yazid SP. M.Stat selaku konsultan statistika, kepada semua staf pengajar dan pegawai di Program Studi Agroekoteknologi, serta semua rekan mahasiswa yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat khusus untuk peneliti selanjutnya dan masyarakat pada umumnya. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.
Universitas Sumatera Utara

DAFTAR ISI
Hal. ABSTRAK ....................................................................................................... i ABSTRACT..................................................................................................... ii RIWAYAT HIDUP.......................................................................................... iii KATA PENGANTAR .................................................................................... iv DAFTAR ISI .................................................................................................. v DAFTAR TABEL............................................................................................ vi DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... vii DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... viii PENDAHULUAN Latar Belakang ................................................................................................ 1 Tujuan Penelitian ............................................................................................ 4 Hipotesis Penelitian ......................................................................................... 4 Kegunaan Penelitian ....................................................................................... 4 TINJAUAN PUSTAKA Benih Karet ...................................................................................................... 5 Penyimpanan Benih ......................................................................................... 7 Viabilitas Benih................................................................................................ 10 Pelapisan Benih (Seed Coating)....................................................................... 16 Penggunaan Larutan Osmotik .......................................................................... 18 Pengeringan...................................................................................................... 21 BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian ......................................................................... 27 Bahan dan Alat Penelitian ............................................................................... 27 Metode Penelitian ............................................................................................ 27 Peubah Amatan ................................................................................................ 29
Pengamatan benih pada penyimpanan ......................................................... 29 Persentasi benih berkecambah pada penyimpanan (%) ........................... 29 Persentasi benih berjamur pada penyimpanan (%) .................................. 29 Kadar air (%)............................................................................................ 30
Pengujian benih setelah penyimpanan ......................................................... 30 Uji daya kecambah benih (%) .................................................................. 30 Indeks vigor.............................................................................................. 30 Kecepatan tumbuh benih (%/Etmal) ........................................................ 30 Potensi tumbuh maksimum (%) ............................................................... 31 Jumlah daun (Helai) ................................................................................. 31 Tinggi tanaman (cm) ................................................................................ 31
Pelaksanaan Penelitian ..................................................................................... 31 Sumber benih ............................................................................................... 31 Pemberian fungisida..................................................................................... 32 Perlakuan konsentrasi PEG .......................................................................... 32 Pengeringan.................................................................................................. 32
Universitas Sumatera Utara

Hal. Penyimpanan benih ...................................................................................... 32 Pengecambahan benih.................................................................................. 32 HASIL DAN PEMBAHASAN Pengamatan benih pada penyimpanan .......................................................... 33
Persentasi benih berkecambah pada penyimpanan (%) ........................... 33 Persentasi benih berjamur pada penyimpanan (%) .................................. 37 Kadar air (%)............................................................................................ 41 Pengujian benih setelah penyimpanan ......................................................... 48 Uji daya kecambah benih (%) .................................................................. 48 Indeks vigor.............................................................................................. 52 Kecepatan tumbuh benih (%/Etmal) ........................................................ 55 Potensi tumbuh maksimum (%) ............................................................... 59 Jumlah daun (Helai) ................................................................................. 62 Tinggi tanaman (cm) ................................................................................ 66 Pengamatan bibit di lapangan ...................................................................... 67 Tinggi tanaman di lapangan (cm) ............................................................. 67 Diameter batang di lapangan (mm)........................................................... 69 Jumlah daun di lapangan (helai) ............................................................... 72 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan…. ................................................................................................. 76 Saran…………................................................................................................. 76 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL
No. Hal. 1. Rataan persentase benih berkecambah pada penyimpanan (%).......................33 2. Rataan persentase benih berjamur di penyimpanan (%) ..................................38 3. Rataan kadar air benih sebelum penyimpanan (%)..........................................42 4. Rataan kadar air benih setelah penyimpanan (%) ............................................45 5. Rataan daya kecambah benih (%) ....................................................................49 6. Rataan indeks vigor (%)...................................................................................52 7. Rataan kecepatan tumbuh benih (%)...............................................................56 8. Rataan potensi tumbuh maksimum (%) ...........................................................59 9. Rataan tinggi tanaman (cm) ............................................................................63 10. Rataan jumlah daun (helai) ..............................................................................66 11. Tinggi tanaman di lapangan (cm) ................................................................... 67 12. Diameter batang di lapangan (mm)..................................................................69 13. Jumlah daun di lapangan (helai) ..................................................................... 72
Universitas Sumatera Utara

DAFTAR GAMBAR
No. Hal. 1. Pengaruh konsentrasi larutan osmotik PEG 6000 terhadap benih
berkecambah pada penyimpanan (%) .............................................................34
2. Pengaruh waktu pengeringan terhadap benih berkecambah pada penyimpanan (%) ............................................................................................36
3. Pengaruh konsentrasi larutan osmotik PEG 6000 terhadap benih berjamur di penyimpanan (%) .............................................................................................38
4. Pengaruh waktu pengeringan terhadap benih berjamur di penyimpanan (%) .........................................................................................40
5. Pengaruh konsentrasi larutan osmotik PEG 6000 terhadap kadar air benih sebelum penyimpanan (%)...............................................................................43
6. Pengaruh waktu pengeringan terhadap kadar air benih sebelum penyimpanan (%) .............................................................................................44
7. Pengaruh konsentrasi larutan osmotik PEG 6000 terhadap kadar air benih setelah penyimpanan (%) .................................................................................46
8. Pengaruh waktu pengeringan terhadap kadar air benih setelah penyimpanan (%) .............................................................................................47
9. Pengaruh konsentrasi larutan osmotik PEG 6000 terhadap daya kecambah benih (%) ........................................................................................................49
10. Pengaruh waktu pengeringan terhadap daya kecambah benih (%)..................51
11. Pengaruh konsentrasi larutan osmotik PEG 6000 terhadap indeks vigor (%)...............................................................................................53
12. Pengaruh waktu pengeringan terhadap indeks vigor (%) ................................54
13. Pengaruh konsentrasi larutan osmotik PEG 6000 terhadap kecepatan tumbuh benih (%)............................................................................................56

14. Pengaruh waktu pengeringan terhadap kecepatan tumbuh benih (%) ............58
15. Pengaruh konsentrasi larutan osmotik PEG 6000 terhadap potensi tumbuh maksimum (%) .................................................................................................60
16. Pengaruh waktu pengeringan terhadap potensi tumbuh maksimum (%).........61
Universitas Sumatera Utara

17. Pengaruh konsentrasi larutan osmotik PEG 6000 terhadap jumlah daun (helai) ...............................................................................................................63
18. Pengaruh waktu pengeringan terhadap jumlah daun (helai) ..........................65 19. Pengaruh konsentrasi larutan osmotik PEG 6000 terhadap tinggi
tanaman (cm)...................................................................................................67 20. Pengaruh waktu pengeringan terhadap tinggi tanaman (cm) ..........................68 21. Pengaruh konsentrasi larutan osmotik PEG 6000 terhadap tinggi
tanaman di lapangan (cm) ................................................................................67 22. Pengaruh waktu pengeringan terhadap tinggi tanaman di lapangan (cm) .......68 23. Pengaruh konsentrasi larutan osmotik PEG 6000 terhadap diameter batang
di lapangan (cm)...............................................................................................67 24. Pengaruh waktu pengeringan terhadap diameter batang di lapangan (cm)......68 25. Pengaruh konsentrasi larutan osmotik PEG 6000 terhadap jumlah daun di
lapangan (helai)................................................................................................63 26. Pengaruh waktu pengeringan terhadap jumlah daun di lapanagan (helai)......65
Universitas Sumatera Utara

DAFTAR LAMPIRAN
No. Hal 1. Hasil pengamatan benih berkecambah pada penyimpanan (%).......................76 2. Hasil pengamatan benih berkecambah pada penyimpanan (%) (Transformasi
Arcsin) .............................................................................................................77 3. Hasil analisis sidik ragam benih berkecambah pada penyimpanan
(%)(Transformasi Arcsin) ................................................................................77 4. Hasil pengamatan benih berjamur di penyimpanan (%) ..................................78 5. Hasil pengamatan benih berjamur pada penyimpanan (%)
(transformasi �).............................................................................................79 6. Hasil analisis sidik ragam benih berjamur pada penyimpanan (%)
(transformasi �).............................................................................................79 7. Hasil pengamatan kadar air benih sebelum penyimpanan (%) ........................80 8. Hasil analisis sidik ragam kadar air benih sebelum penyimpanan (%)............80 9. Hasil pengamatan kadar air benih setelah penyimpanan (%) ..........................81 10. Hasil analisis sidik ragam kadar air benih setelah penyimpanan (%)..............81 11. Hasil pengamatan daya kecambah benih (%) ..................................................82 12. Hasil analisis sidik ragam daya kecambah benih (%)......................................82 13. Hasil pengamatan indeks vigor (%) .................................................................83 14. Hasil pengamatan indeks vigor (%)(transformasi Arcsine) .............................84 15. Hasil analisis sidik ragam indeks vigor (%)(transformasi Arcsine).................84 16. Hasil pengamatan kecepatan tumbuh benih (%/Etmal) ..................................85 17. Hasil pengamatan kecepatan tumbuh benih (%/Etmal) (transformasi �) ....86 18. Hasil analisis sidik ragam kecepatan tumbuh benih (%)(transformasi �) ...86 19. Hasil pengamatan potensi tumbuh maksimum (%) .........................................87 20. Hasil pengamatan potensi tumbuh maksimum (%)(transformasi Arcsin ) .....88
Universitas Sumatera Utara


21. Hasil analisis sidik ragam potensi tumbuh maksimum (%) (transformasi Arcsin ) .....................................................................................88
22. Hasil pengamatan jumlah daun (helai)...........................................................89 23. Hasil analisis sidik ragam jumlah daun (helai) ..............................................89 24. Hasil pengamatan tinggi tanaman (cm)...........................................................90 25. Hasil analisis sidik ragam tinggi tanaman (cm) ..............................................90 26. Deskripsi klon PB 260 .....................................................................................91 27. Bagan penelitian...............................................................................................92 28. Jadwal penelitian………………………..........................................................93 29. Foto-foto penelitian .....................................................................................94
Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK
NIKKO SEPTIAN FAZILLA: Uji Daya Simpan dan Viabilitas Benih Karet (Hevea brassiliensis, Muell-Arg.) Tanpa Cangkang Terhadap Konsentrasi Larutan Osmotik dan Waktu Pengeringan dibimbing oleh CHARLOQ dan ROSITA SIPAYUNG.
Benih karet merupakan benih rekalsitran memiliki daya simpan yang rendah, sehingga cepat mengalami kemunduran (deteriorasi), oleh sebab itu dibutuhkan perlakuan khusus pada periode penyimpanan untuk mempertahankan viabilitas benih. Penggunaan konsentrasi larutan osmotik PEG 6000 dan pengeringan sangat membantu dalam penyimpanan benih rekalsitran karena memiliki potensi osmotikum sel yang dapat membatasi perubahan kadar air dan oksigen pada benih. Tujuan penelitian ini untuk mendapatkan konsentrasi larutan osmotik dan lama pengeringan yang optimal untuk mempertahankan viabilitas benih karet (Hevea brasiliensis Muell-arg.). Penelitian dilaksanakan pada bulan April hingga Juni 2013 di Laboratorium Dasar Pemuliaan Tanaman, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan acak lengkap dengan dua faktor perlakuan dan tiga ulangan. Faktor pertama perlakuan konsentrasi larutan osmotik PEG 6000 terdiri dari 0, 15, 30, dan 45 (% w/v) dan faktor kedua yaitu waktu pengeringan terdiri dari 0, 4, 8, 12, 16 (jam). Parameter diamati benih berjamur dan berkecambah di penyimpanan, kadar air sebelum dan sesudah masa penyimpanan, daya kecambah benih, indeks vigor, kecepatan tumbuh benih, potensi tumbuh maksimum, jumlah daun, dan tinggi tanaman.
Hasil penelitian menunjukkan kosentrasi larutan osmotik PEG 6000 30% w/v berbeda nyata dalam menekan benih berkecambah dan benih berjamur dalam penyimpanan sampai 0% dan 5,25% dengan daya kecambah benih 72,44%. Waktu pengeringan 4 jam adalah yang terbaik dalam menekan benih berkecambah dan benih berjamur dalam penyimpanan hingga 0,10% sampai dan 8,65% dengan daya kecambah benih 77,22%. Konsentrasi larutan osmotik PEG 6000 30% w/v dan waktu pengeringan 4 jam merupakan kombinasi perlakuan yang terbaik dimana dapat menekan benih berkecambah dalam penyimpanan sampai 0% dan dapat menekan benih berjamur hingga 8,33% dengan daya kecambah benih 77,78%.
Kata kunci : Benih Karet, Larutan Osmotik PEG 6000, Pengeringan, Penyimpanan Benih
Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT
NIKKO SEPTIAN FAZILLA: The Test of Storage Capacity and Seed Viability of Rubber (Hevea brassiliensis, Muell-Arg.) devoid of Shells to The Osmotic Solution Concentration and Drying Time, Supervised by CHARLOQ and ROSITA SIPAYUNG.
The seed of Rubber is a kind of recalcitrant seeds which is have a low shelf life with the result that quickly in deterioration so it needed a special treatment in storage period to maintain the seed viability. By using the osmotic solution concentration of Polyethylene Glycol 6000 and drying which is very helpful in recalcitrant seed storage due to it has osmotic cell potential to restrict the alteration of water and oxygen capacity in seed. This research aimed to get the optimal of osmotic solution concentrations and drying time to maintain the seed viability of Rubber. It conducted since April until June 2013 in Laboratory of Plant Breeding, Agriculture Faculty, University of Sumatera Utara. The research uses the completely randomized design with two treatments as factor and three replications. The first factor is osmotic solution concentration of PEG 6000 of PEG 6000 : 0, 15, 30, and 45 (% w/v) and other factor is drying time : 0, 4, 8, 12, 16 (hours). Observation parameter is fungal attacks and germinate seed in storage, water content before and after storage period, seed germination, vigor index, seed growth rate, maximum potential growth, number of leafs and height of plants.
The results showed the osmotic solution concentration of PEG 6000 30% w / v significantly in suppressing seed germination and fungal attacks at seed in storage up to 0% and 5.25% to 72.44% seed germination. 4 hours drying time is the best in suppressing seed germination and fungal attacks at seed in storage and up to 0.10% to 8.65% with 77.22% seed germination. The osmotic solution concentrations of PEG 6000 30% w / v and 4-hour drying time is the best combination of treatments which can suppress the seeds germinate in storage up to 0% and fungal attacks at seeds can be pressed up to 8.33% with 77.78% seed germination.
Keywords: Rubber seed, osmotic solution concentrations of PEG 6000, drying, seed storage.
Universitas Sumatera Utara

PENDAHULUAN

Latar Belakang Tanaman karet merupakan tanaman tahunan yang termasuk kelompok
MPTS (Multi Purpose Tree Species) yaitu mampu memberikan manfaat dalam pelestarian lingkungan, terutama dalam hal penyerapan CO2 dan penghasil O2 karena tanaman karet memilki bentuk kanopi daun yang luas dan lebat. Bahkan dimasa yang akan datang, tanaman karet merupakan sumber kayu yang potensial yang dapat mensubtitusi kebutuhan kayu hutan alam yang dari tahun ke tahun ketersediaannya semakin menurun.
Indonesia merupakan negara kedua penghasil karet alami di dunia (sekitar 28 persen dari produksi karet dunia di tahun 2010), sedikit di belakang Thailand (sekitar 30 persen). Pengembangan karet Indonesia dalam kurun waktu 3 dekade mengalami pertumbuhan yang sangat pesat. Dalam kurun waktu lima tahun terakhir, peningkatan ekspor karet cukup signifikan, dari volume ekspor tahun 2002 sebesar 1.496 ribu ton senilai US$ 1.038 juta meningkat menjadi 2.100 ribu ton pada tahun 2009 Sedangkan dari aspek penyerapan tenaga kerja, pertanaman karet mampu menyerap lebih dari 2 juta tenaga kerja, belum termasuk tenaga kerja yang terserap dalam berbagai sub sistem lainnya (Direktorat Jendral Perkebunan, 2012).
Di masa depan, permintaan karet alami masih cukup signifikan, karena didorong oleh pertumbuhan industri otomotif yang tentunya memerlukan ban maupun penggunaan lainnya yang berbahan baku karet alami. Harga karet sintetik sebagai alternatif bahan karet yang terbuat dari minyak bumi akan sangat berfluktuasi terhadap perubahan harga minyak dunia serta adanya larangan
Universitas Sumatera Utara

terhadap eksplorasi minyak bumi sehingga produksi karet sintetis akan terbatas.Selain itu, karet alami memiliki keunggulan dibandingkan dengan karet sintetis seperti tingkat elastisitas yang tinggi dan ketahanannya terhadap panas.
Sehubungan dengan peningkatan kebutuhan karet maka diperlukan teknologi dalam pengusahaan karet. Salah satu komponen teknologi terpenting dalam pengusahaan karet adalah benih karena kualitas maupun kuantitas benih secara langsung akan mempengaruhi produktivitas perkebunan karet. Karena itu tersedianya benih karet berkualitas baik dalam jumlah yang cukup merupakan faktor yang menentukan dalam keberhasilan perusahaan (Charloq, 2004).
Dalam rangka pemenuhan bibit tanaman berkualitas, perlu diperhatikan dua faktor penting didalam penyediaan benihnya khususnya untuk bahan penanaman di persemaian yaitu kualitas dan kuantitas benih.Penyediaan benih yang berkualitas baik dan dalam jumlah yang cukup dan tepat waktu sangat menentukan keberhasilan sesuatu persemaian.Seringkali terjadi kekurangan benih bukan disebabkan kurangnya jumlah/berat benih yang tersedia, tetapi karena kualitas benihnya yang jelek.Hal ini dapat terjadi bagi suatu daerah yang tidak memiliki stok benih jenis tertentu sehingga harus didatangkan dari luar (Prihastanti, 2010).
Tanaman karet memiliki sifat benih rekalsitran, kesulitan dan permasalahan penanganan benih rekalsitran yaitu cepat menurunnya viabilitas benih sejalan dengan menurunnya kadar air dan kecepatan kerusakan sel akibat pengeringan dan temperatur rendah (Yuniarti, dkk, 2008). Disamping itu perkecambahan sangat cepat, infeksi cendawan, toksikasi benih oleh senyawa selama penyimpanan dan meningkatnya temperatur akibat metabolisme
Universitas Sumatera Utara

merupakan masalah yang sukar diatasi dalam pengiriman dan usaha memperpanjang masa viabilitas benih karet.
Dalam pengadaan benih untuk kegiatan penanaman dilapangan diperlukan suatu kegiatan pengangkutan atau transportasi dari lokasipengumpulan benih menuju kelokasi penanaman di lapangan. Jadi benih akan mengalami proses penyimpanan selama transportasi berlangsung. Lamanyatransportasi dan media penyimpanan akan berpengaruh terhadap viabilitas benih. Untuk mangatasi permasalahan pengadaan dan penanganan benih diperlukan suatu penelitian mengenai teknik pengemasan dan media penyimpanan benih yang dapat mempertahankan viabilitas benih sebelum digunakan dalam penanaman.
Penyimpanan benih karet bertujuan untuk mempertahankan viabilitas benih dengan menciptakan kondisi lingkungan simpan yang optimum, kondisi ini diperlukan agar benih tidak berkecambah dan busuk atau berjamur dalam penyimpanan danmampu berkecambah pada saat ditanam.Dalam berbagai penelitian telah dicoba dengan menggunakan media simpan serbuk gergaji lembab, sekam padi, abu sekam padi, serbuk arang, dan dengan tanah liat.Namun yang sering digunakan adalah serbuk gergaji lembab, namun cara ini masih sangat konvensional. Mengingat serbuk gergaji yang berasal dari kayu lama kelamaan akan mengalami kelangkaan sehingga sulit untuk diperoleh, mudah melapuk sehingga sangat mudah memicu serangan jamur.
Untuk mengatasi hal tersebut diperlukan adanya teknologi alternatif menggantikan serbuk gergaji lembab.Untuk biji karet yang telah dikupas telah dicoba menggunakan larutan osmotik salah satunya adalah Polyethylene Glycol6000. Polyethylene Glycol bersifat larut dalam air dan menyebabkan penurunan
Universitas Sumatera Utara

potensial air.Besarnya penurunan potensial air sangat bergantung pada penurunan konsentrasi larutan PEG.Keadaan seperti ini dimanfaatkan untuk simulasi penurunan potensial air.Potensial air dalam media yang mengandung PEG dapat digunakan untuk meniru besarnya potensial air benih (Sofinoris, 2009).
Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dilakukan penelitian tentang uji daya simpan dan viabilitas benih karet (Hevea brasiliensis muell-arg.) tanpa cangkang dengan pemberian larutan osmotik Polyethylene Glycol-6000 dan waktu pengeringan.

Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan konsentrasi larutan osmotik
danlama pengeringan yang optimaluntuk mempertahankan viabilitas benih karet (Hevea brasiliensis Muell-arg.).
Hipotesis Penelitian Ada perbedaan yang nyata pada daya simpan dan viabilitas benih karet
(Hevea brasiliensis Muell-arg.) akibat berbagai konsentrasi larutan osmotik dan perbedaan waktu pengeringan serta interaksi keduanya.
Kegunaan Penelitian Penelitian ini berguna untuk mendapatkan data penyusunan skripsi sebagai
salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana di Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan dan diharapkan dapat pula berguna untuk pihak-pihak yang berkepentingan dalam penyimpanan benih karet.
Universitas Sumatera Utara

TINJAUAN PUSTAKA Benih Karet
Biji karet tergolong biji rekalsitran dengan sifat-sifat sebagai berikut: (1) biji tidak pernah kering di pohon, tetapi akan merekah dan jatuh daripohon setelah masak dengan kadar air sekitar 35%; (2) biji tidak tahan kekeringan dan tidak mempunyai masa dormansi, dan biji akan mati bila kadar air sampai di bawah nilai titik kritis yaitu 12%; (3) biji tidak dapat dikeringkan karena akan mengalami kerusakan, sehingga tidak dapat disimpan pada kondisi lingkungan kering; (4) viabilitas atau daya tumbuh biji cepat menurun walaupun dipertahankan dalam kondisi lembap, dan daya simpannya umumnya singkat; (5) dalam proses konservasi, biji dipertahankan dalam keadaan lembap (kadar air 32-35%); (6) biji dengan kadar air 32-35%, jika disimpan pada suhu di bawah 0oC akan mengalami pembekuan sel; dan (7) kisaran suhu penyimpanan biji karet yang baik adalah 710oC, karena pada kondisi ini belum mengalami pembekuan sel (Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2009).
Biji karet memiliki daya kecambah baik adalah biji yang masih dalam keadaan segar. Artinya, baru jatuh dari pohonnya atau paling lambat empat hari setelah jatuh.Tidak disarankan menggunakan biji-biji yang dikumpulkan pada hari pertama pengumpulan karena tidak diketahui kapan biji-biji tersebut jatuh. Pada pengumpulan hari pertama bisa jadi biji-biji tersebut sudah jatuh pada beberapa minggu atau bahkan beberapa bulan sebelumnya, sehingga sudah tidak segar lagi (Damanik, dkk, 2010).
Daya kecambah biji karet sangat erat kaitannya dengan tingkat kemasakan biji. Biji karet dikatakan masak fisiologis pada saat berat segar biji maksimum
Universitas Sumatera Utara

atau pada saat tidak ada lagi pertambahan berat kering dan kadar airnya sudah konstan. Biji yang dipanen pada saat masak fisiologis mempunyai daya kecambah 97-100%. Panen biji yang terbaik adalah pada saat masak fisiologis dengan cara memetik buah di pohon, karena pada saat itu bobot kering dan kejaguran benih mencapai maksimum. Namun untuk keperluan skala besar, cara ini sulit dilakukan dan tidak ekonomis (Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2009).
Cara lain untuk mengetahui daya kecambah biji adalah melalui pembelahan. Pembelahan ini dilakukan dengan metode sample.Sekitar 100 biji karet dari 200 kg biji diambil secara acak dan kemudian dibelah menggunakan batu atau palu.Setelah dibelah, ada enam kriteria daya kecambah biji karet yang bisa disimpulkan berdasarkan warna belahannya.Keenam kriteria tersebut sebagai berikut. (1) Belahan biji berwarna putih dinilai sangat baik. (2) Belahan biji berwarna kekuningan dinilai baik. (3) Belahan biji kekuningan agak kehijauan dinilai cukup baik. (4) Belahan biji kekuningan berminyak dinilai jelek. (5) Belahan biji kekuningan gelap dinilai rusak. (6) Belahan biji kecokelatan hingga kehitaman dinilai busuk (Damanik, dkk, 2010).
Saat ini biji yang dianjurkan sebagai benih untuk batang bawah berasal dari klon GT 1, AVROS 2037, BPM 24, PB 260, dan RRIC 100. Biji dari klon LCB 1320, PR 228, dan PR 300 masih boleh digunakan.Produksi biji karet ditentukan oleh beberapa faktor, antara lain klon, jarak tanam, gangguan penyakit, umur tanaman, perawatan kebun (pemupukan), sifat fertilitas, jumlah bunga, dan iklim. Beberapa klon yang mempunyai produksi biji yang tinggi adalah GT 1, AVROS 2037, PR 228, BPM 24, dan PB 260, sedangkan klon PR 300 produksi bijinya rendah. Jumlah biji karet yang dihasilkan dari satu hektar tanaman sangat
Universitas Sumatera Utara

bervariasi, yaitu sekitar 3.000-450.000 butir/ha/tahun. Berdasarkan hasil pengamatan pada tahun 2007 di Kebun Percobaan Balai Penelitian Sembawa, Musi Landas, dan Melania, Sumatera Selatan, produksi biji klon GT 1, BPM 24, dan PB 260 secara berurutan adalah 397.000 butir, 451.000 butir, dan 337.000 butir/ha/tahun untuk kerapatan 528 pohon/ha (Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2009).

Penyimpanan Benih Perlakuan yang terbaik pada benih ialah menanam benih atau disemaikan
segera setelah benih-benih itu dikumpulkan atau dipanen, jadi mengikuti cara-cara alamiah, namun hal ini tidak selalu mungkin karena musim berbuah tidak selalu sama, untuk itu penyimpanan benih perlu dilakukan untuk menjamin ketersediaan benih saat musim tanam tiba. Tujuan penyimpanan yaitu menjaga biji agar tetap dalam keadaan baik (daya kecambah tetap tinggi), melindungi biji dari serangan hama dan jamur.,mencukupi persediaan biji selama musim berbuah tidak dapat mencukupi kebutuhan (Sahupala, 2007).
Benih bermutu tinggi mencakup mutu genetis,mutu fisis dan mutu fisiologis memerlukan penanganan yang terencana dengan baik sejak tanaman dilapang, pengolahan, penyimpanan dan distribusi.Penyimpanan benih merupakan suatu usaha untuk mempertahankan mutu benih sampai benih tersebut ditanam oleh petani (Rahayu dan Widajati, 2007).
Menurut Sutopo (2002), penyimpanan benih adalah untuk mempertahankan viabilitas yang maksimum selama mungkin, sehingga simpanan energi yang dimiliki benih tidak menjadi bocor dan benih mempunyai cukup energi untuk tumbuh pada saat ditanam. Maksud dari penyimpanan benih di
Universitas Sumatera Utara

waktu tertentu adalah agar benih dapat ditanam pada waktu yang diperlukan dan untuk tujuan pelestarian benih dari suatu jenis tanaman.
Ada dua faktor yang penting selama penyimpanan benih yaitu, suhu dan kelembaban udara.Umumnya benih dapat dipertahankan tetap baik dalam jangka waktu yang cukup lama, bila suhu dan kelembaban udara dapat dijaga maka mutu benih dapat terjaga.Untuk itu perlu ruang khusus untuk penyimpanan benih (Sahupala, 2007).
Sedangkan menurut Kartasapoetra, (2003) benih sebagai organisme hidup, penyimpanannya sangat ditentukan oleh kadar air benih, jenis benih, tingkat kematangannya serta temperatur penyimpanan. Jadi dalam penyimpanannya (sebagai organisme hidup yang melakukan respirasi), dimana respirasi ini menghasilkan panas dan airdalam benih maka makin tinggi kadar airnya respirasi dapat berlangsung dengan cepat yang dapat berakibat: berlangsungnya perkecambahan, karena didukung oleh kelembaban lingkungan yang besar atau tinggi; kelembaban lingkungan yang tinggi merupakan lingkungan yang cocok bagi organisme perusak misalnya jamur, dengan demikian benih akan banyak mengalami kerusakan.
Cara penyimpanan benih yang praktis dan murah dapat diupayakan asalkan tetap memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi hilangnya viabilitas benih, seperti suhu, kelembaban relatif, kadar air benih, aerasi dan aktifitas jamur. Benih yang bersifat rekalsitran ketika masak fisiologis memiliki kadar air yang tinggi, yaitu lebih dari 40% sehingga tidak tahan disimpan lama. Jika kadar air benih diturunkan dari ambang batas sekitar 25%, maka
Universitas Sumatera Utara

benih akan mengalami kerusakan atau viabilitasnya akan menurun (Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, 2004).
Viabilitas benih dapat diperpanjang bila benih disimpan pada kondisi yang terlindung dari panas, uap, air dan oksigen. Tujuan utama penyimpanan benih tanaman bernilai ekonomi ialah untuk mengawetkan cadangan bahan tanam dari satu musim ke musim berikutnya (Justice and Bass, 2002).
Berdasarkan penelitian Sulaiman, dkk (2010) lama penyimpananbenih menunjukkan perbedaan yang nyata. Suhu penyimpanan benih karet ternyatamenyebabkan terjadinya perbedaan kadar air benih karet. Selama penyimpanan 12hari dengan menggunakan suhu 20oC – 22oC ternyata menghasilkan kadar air benihkaret yang berbeda nyata antara suhu 20oC – 22oC dengan suhu 23oC – 26oC dansuhu 27oC – 30oC. Lama penyimpanan akan menurunkan kadar air benihsampai 29,9% (pada perlakuan suhu 23oC – 26oC. Tetapi, kadar air benih karet yangdisimpan dengan suhu 20oC – 22oC rata-rata tetap dapat mempertahankan kadar airbenih karet dibandingkan pada suhu 23oC – 26oC dan suhu 27oC – 30oC.Penurunan kadar air benih dengan tingginya suhu diduga adanya peningkatanpenguapan dari benih selama penyimpanan. Semakin lama benih disimpan semakin turun kadar air benih karet karena tingginya laju respirasi yang diduga diikuti oleh adanya penguapan yang tinggi daridalam benih.
Ketahanan benih untuk disimpan beraneka ragam tergantung dari jenis benih, cara dan tempat penyimpanan. Tempat untuk menyimpan benih juga bervariasi tergantung dari macam benih serta maksud dan lama penyimpanan (Sutopo, 2002).
Universitas Sumatera Utara

Umur simpan benih dipengaruhi oleh sifat benih, kondisi lingkungan dan perlakuan manusia. Daya simpan individu benih dipengaruhi oleh faktor sifat dan kondisi seperti : pengaruh genetik, pengaruh kondisi sebelum panen, pengaruh struktur dan komposisi benih, kulit benih, tingkat kemasakan, ukuran, dormansi, kadar air benih, kerusakan mekanik dan vigor. Sedangkan pengaruh lingkungan meliputi : suhu, kelembaban dan cahaya. Kondisi benih rekalsitran bergantung pada kondisi akhir kadar air benih setelah penyimpanan, makin tinggi kadar air benih makan semakin tinggi pula viabilitas benih tersebut (Justice and Bass, 2002).
Viabilitas benih Viabilitas benih dapat diuji dengan dua metode pengujian yaitu: 1. Metode

langsung menggunakan indikator pertumbuhan kecambah, 2. Metode tidak langsung yang didasarkan pada proses metabolisma benih serta kondisi fisik yang merupakan indikasi tidak langsung. Metode ini meliputi : uji tetrazolium, uji hydrogen peroksida, uji eksisi embrio, uji belah dan uji konduktivitas (Zanzibar, 2008).
Kemunduran benih dapat ditengarai secara biokimia dan fisiologi. Indikasi biokimia kemunduran benih dicirikan antara lain penurunan aktivitas enzim, penurunan cadangan makanan, meningkatnya nilai konduktivitas. Indikasi fisiologi kemunduran benih antara lain penurunan daya berkecambah dan vigor. Kebanyakan parameter biokimia yang digunakan untuk mengetahui viabilitas dan vigor benih kedelai adalah secara umum seperti diatas, sedangkan keberadaan makromolekul penyusun membran antara lain membran mitokondria dan enzim respirasi belum diteliti (Tatipata, dkk, 2004)..
Universitas Sumatera Utara

Beberapa faktor yang mempengaruhi viabilitas benih rekalsitran antara lain kadar air benih, kelembapan, suhu ruang simpan, wadah simpan dan periode simpan. Kadar air benih sangat menentukan viabilitas benih untuk mempertahankan daya simpannya, maka dari itu kadar air benih diusahakan tetap tinggi atau diatas. Kadar air benih selama penyimpanan dipengaruhi oleh kadar air awal dan kondisi ruang simpan. Semakin rendah kadar air benih selama penyimpanan semakin cepat benih tersebut kehilangan viabilitasnya. Kondisi simpan yang tepat dalam penyimpanan dapat mempertahankan vigor benih selama penyimpanan, namun jika kondisi penyimpanan (Luhukay, 2012).
Kualitas benih dapat dilihat dari persentase perkecambahan, salah satu uji konvensional yaitu mengecambahkan biji dan ditunggu sampai waktu tertentu sampai biji-biji berkecambah (Saupe, 2009).Biji kakao merupakan biji rekalsitran (tidak mempunyai masa dormansi).Pengiriman benih antar pulau dapat mempengaruhi viabilitasnya. Salah satu indikasi fisiologi kemunduran benih antara lain penurunan daya berkecambah dan vigor (Tatipata dkk., 2004).
Menurut Sutopo (2002) viabilitas benih dalampenyimpanan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: a. Kandungan air benih
Benih yang akan disimpan sebaiknya memiliki kandungan air yang optimal, yaitu 20% pada benih ortodok (seperti benih tembakau). Semakin tinggi kandungan air dalam benih selama penyimpanan maka akan cepatsekali mengalami kemunduran viabilitas benih.
Universitas Sumatera Utara

b. Viabilitas awal benih Benih yang akan disimpan harus mempunyai viabilitas awal
yangsemaksimum mungkin untuk mencapai waktu simpan yang lama. Karena selama masa penyimpanan yang terjadi hanyalah kemunduran dari viabilitasawal tersebut.Benih-benih dengan viabilitas awal yang tinggi lebih tahanterhadap kelembaban serta temperatur tempat penyimpanan yang kurang baik dibandingkan dengan benih-benih yang memiliki viabilitas awal yang rendah. c. Temperatur
Temperatur yang terlalu tinggi pada saat penyimpanan dapat mengakibatkan kerusakan pada benih. Karena akan memperbesar terjadinya penguapan zat cair dari dalam benih, sehingga benih akan kehilangan daya imbibisi dan kemampuan untuk berkecambah. Temperatur yang optimumuntuk penyimpanan benih jangka panjang 0 0 - 32 0C.Antara kandungan airbenih dan temperatur terdapat hubungan yang sangat erat dan timbal balik.Jika salah satu tinggi maka yang lain harus rendah. d. Kelembaban
Kelembaban lingkungan selama penyimpanan juga sangat mempengaruhiviabilitas benih.Kelembaban nisbi lingkungan simpan harus diatur sehinggaberkeseimbangan dengan kandungan air benih pada keadaan yang menguntungkan untuk jangka waktu simpan yang panjang.Kebanyakan jenis benih kelembaban nisbi antara 50% - 60% adalah cukup baik untukmempertahankan viabilitas benih paling tidak untuk jangka waktupenyimpanan selama setahun.
Universitas Sumatera Utara

e. Gas disekitar Benih Adanya gas disekitar benih dapat mempertahankan viabilitas
benih,misalnya gas CO2 yang akan mengurangi konsentrasi O2 sehingga respirasibenih dapat dihambat. f. Mikroorganisme
Kegiatan mikroorgansisme yang tergolong dalam hama dan penyakit gudang dapat mempengaruhi viabilitas benih yang disimpan. Jenisjenisinsektayang termasuk hama perusak benih dalam simpanan seperti; Calandra sp, sedangkan hama gudang seperti Tribolium sp.
Berdasarkan penelitian Sulaiman, dkk (2010) sebelum dilakukan penyimpanan kecepatan berkecambah benih karet yang dihasilkan pada penelitian nya yaitu 6,04 % per hari. Semakin lama benih disimpan, kecepatan berkecambah menjadi menurun, sejalan dengan menurunnya daya berkecambah benih.Penurunan mutu fisiologis ini yang ditunjukkan dengan penurunan daya berkecambah, penurunan keseragaman tumbuh benih juga penurunan kecepatan berkecambah diduga adanya pengurangan cadangan makanan dalam benih selama benih ini disimpan. Proses respirasi yang mengakibatkan hampir semua cadangan makanan termasuk protein, lemak, dan karbohidrat berkurang selama benih disimpan.

Tipe perkecambahan benih karet adalah hypogeal (Sutopo, 2002), dimana munculnya radikel diikuti dengan pemanjangan plumula, hipokotil tidak memanjang keatas permukaan tanah sedangkan kotiledon tetap berada di dalam kulit biji dibawah permukaan tanah.Faktor-faktor yang mempengaruhi perkecambahan yaitu:
Universitas Sumatera Utara

1. Faktor dalam a. Tingkat kematangan benih
Benih yang dipanen pada saat benih masak fisiologis akan memiliki daya simpan yang lebih lama (maksimum). Hal ini disebabkan daya hidup (viabilitas) benih maksimum tercapai pada saat benih masak fisiologis tersebut sehingga daya simpan benihnya juga dapat maksimum.Sebaliknya apabila benih dipanen sebelum masak fisiologis, viabilitasnya masih rendah dan cadangan makanannya masih sedikit sehingga daya simpannya juga rendah.Apabila benih dipanen setelah masak fisiologis tercapai maka viabilitas benihnya sudah menurun sehingga daya simpannya juga tidak maksimal. b. Ukuran benih
Morfologi benih secara tidak langsung mempengaruhi daya simpan benih terutama ukuran benih dan kedudukan embrio benih. Benih yang berukuran kecil akan mengalami kerusakan lebih sedikit daripada benih yang berukuran lebih besar pada saat prosesing. Kedudukan embrio benih yang terletak sangat dekat dengan permukaan benih lebih mudah mengalami kerusakan seperti embrio pada benih kacang-kacangan. Tingkat kerusakan benih pada saat prosesing tersebut akan mempengaruhi daya simpan benih. c. Dormansi
Dormansi benih merupakan suatu keadaan benih yang sebenarnya hidup tetapi tidak berkecambah walaupun diletakkan pada keadaan yang secara umum dianggap telah memenuhi persyaratan bagi perkecambahannya.Benih yang dalam keadaan dormansi ini biasanya lebih tahan lama jika disimpan karena membutuhkan perlakuan tertentu agar dapat berkecambah.
Universitas Sumatera Utara

d. Suplai hormon Hormon yang terdapa

Dokumen yang terkait

Respon Pertumbuhan Stump Karet (Hevea Brassiliensis Muell Arg.) Terhadap Pemberian Growtone Pada Berbagai Komposisi Media Tanam

7 52 92

Induksi Tunas Mikro TanamanKaret (Hevea Brasiliensis Muell. Arg.) Dari Eksplan Nodus Pada Medium WPM dengan Pemberian Benzil Amino Purin (BAP) Dan Naftalen Asam Asetat (NAA)

0 44 74

Peningkatan Mutu Kayu Karet (Hevea braziliensis MUELL Arg) dengan Bahan Pengawet Alami dari Beberapa Jenis Kulit Kayu

2 55 78

Respons Morfologi Benih Karet (Hevea brasilliensis Muell Arg.) Tanpa Cangkang terhadap Pemberian PEG 6000 dalam Penyimpanan pada Dua Masa Pengeringan

2 90 58

Respons Pertumbuhan Stum Mata Tidur Karet (Hevea brasilliensis Muell Arg.) Dengan Pemberian Air Kelapa Dan Pupuk Organik Cair.

15 91 108

Seleksi Dini Pohon Induk Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell Arg.) Dari Hasil Persilangan RRIM 600 X PN 1546 Berdasarkan Produksi Lateks Dan Kayu

0 23 84

Uji Ketahanan Beberapa Klon Tanaman Karet (Hevea Brasiliensis Muell. Arg.) Terhadap Penyakit Gugur Daun ( Corynespora Cassiicola (Berk. & Curt.) Wei.) Di Kebun Entres

0 57 66

Uji Ketahanan Beberapa Klon Tanaman Karet (Hevea Brassiliensis Muel. Arg.) Terhadap 3 Isolat Penyakit Gugur Daun (Colletotrichum Gloeosporioides Penz. Sacc.) Di Laboratorium

0 48 59

Uji Resistensi Beberapa Klon Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) Dari Kebun Konservasi Terhadap Penyakit Gugur Daun Colletotrichum gloeosporioides Penz. Sacc.

0 35 61

Uji Resistensi Beberapa Genotipe Plasma Nutfah Karet (Hevea brasiliensis Muell.Arg.) Terhadap Penyakit Gugur Daun (Corynespora cassiicola (Berk. & Curt.) Wei.) Di Laboratorium

0 30 53