Nilai Gizi Daging Squab Burung Merpati Lokal dan Homer pada Jenis Kelamin yang Berbeda

NILAI GIZI DAGING SQUAB BURUNG MERPATI LOKAL
DAN HOMER PADA JENIS KELAMIN YANG BERBEDA

SKRIPSI
WIWIT NURWITASARI

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL TERNAK
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2006

NILAI GIZI DAGING SQUAB BURUNG MERPATI LOKAL
DAN HOMER PADA JENIS KELAMIN YANG BERBEDA

WIWIT NURWITASARI
D14201004

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk
Memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada
Fakultas Peternakan
Institut Pertanian Bogor


PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL TERNAK
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2006

NILAI GIZI DAGING SQUAB BURUNG MERPATI LOKAL
DAN HOMER PADA JENIS KELAMIN YANG BERBEDA

Oleh
WIWIT NURWITASARI
D14201004

Skripsi ini telah disetujui dan disidangkan dihadapan
Komisi Ujian Lisan pada Tanggal 8 Maret 2006

Pembimbing Utama

Pembimbing Anggota


Dr. Ir. M.M Siti Sundari K
NIP 130 256 390

Ir. Sri Darwati, MSi
NIP 131 849 383

Dekan Fakultas Peternakan
Institut Pertanian Bogor

Dr.Ir.Ronny R. Noor, MRur.Sc
NIP 131 624 188

RINGKASAN
WIWIT NURWITASARI. D14201004. 2006. Nilai Gizi Daging Squab Burung
Merpati Lokal dan Homer pada Jenis Kelamin yang Berbeda. Skripsi. Program
Studi Teknologi Hasil Ternak, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Pembimbing Utama
Pembimbing Anggota

: Dr. Ir. M. M. Siti Sundari K.

: Ir. Sri Darwati, MSi

Daging merupakan salah satu komoditi asal ternak yang penting sebagai
sumber protein hewani bagi manusia. Daging squab (piyik) burung merpati
mempunyai kekhasan yang berbeda dibandingkan dengan daging unggas yang
lainnya. Daging burung merpati memiliki warna daging yang merah, serat daging
yang halus, kandungan kolesterol yang rendah dan mempunyai kandungan protein
yang cukup tinggi. Produksi daging squab burung merpati di Indonesia belum
banyak seperti daging unggas lain, sehingga harga daging squab burung merpati
cukup mahal. Masyarakat belum banyak mengetahui informasi mengenai nilai gizi
dari daging squab burung merpati, sehingga konsumen daging squab jumlahnya
terbatas.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai gizi (kadar air, kadar protein,
kadar lemak dan kolesterol) daging squab burung merpati Lokal dan Homer baik
jantan maupun betina. Selain itu memperoleh informasi tambahan mengenai berat
hidup akhir squab, berat dan persentase karkas squab termasuk kepala, leher dan
kaki, berat dan persentase karkas squab.
Penelitian ini dilakukan di tiga tempat yaitu di Balai Penelitian Ternak dan
Hijauan Makanan Ternak (BPT HMT) Malang Jawa Timur, Universitas Brawijaya
dan Laboratorium Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian

Bogor. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai September 2005.
Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok pola
Faktorial dengan lima ulangan dan ulangan sebagai kelompok. Faktor yang diamati
ada dua, faktor pertama adalah jenis burung merpati yaitu Lokal dan Homer, faktor
yang kedua adalah jenis kelamin yaitu jantan dan betina. Nilai gizi yang diamati
adalah kadar air, kadar protein, kadar lemak dan kolesterol, selain itu diukur juga
berat hidup akhir squab, berat dan persentase karkas squab termasuk kepala, leher
dan kaki, berat dan persentase karkas squab. Semua peubah dianalisis ragam
(ANOVA), apabila berbeda nyata diuji lanjut dengan Least Squares Means.
Kandungan kolesterol dianalisis secara komposit, sehingga dibahas secara deskriptif.
Hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: kadar air squab burung merpati
Lokal dan Homer baik jantan maupun betina yaitu 70,14%-71,66% tidak berbeda
nyata. Kadar protein squab burung merpati Homer jantan dan betina berturut-turut
yaitu 19,15% dan 17,71% lebih tinggi dibandingkan Lokal jantan dan betina
berturut-turut yaitu 18,03% dan 16,42%. Kadar lemak squab burung merpati Lokal
yaitu 9,38% dan Homer yaitu 8,79% tidak berbeda nyata. Kadar lemak squab
burung merpati jantan yaitu 8,57% lebih rendah dibandingkan betina yaitu 9,61%.
Kolesterol squab burung merpati Lokal yaitu 82,19 mg/100g tidak jauh berbeda
dengan Homer yaitu 80,72 mg/100g.
Squab burung merpati Homer memiliki berat hidup akhir umur 21 hari yaitu

307,67 g; berat karkas termasuk kepala, leher dan kaki yaitu 174,57 g; persentase

karkas termasuk kepala, leher dan kaki yaitu 56,59%; berat karkas yaitu 147,67 g;
dan persentase karkas yaitu 47,83% lebih tinggi dibandingkan squab burung merpati
Lokal masing-masing yaitu 271,90 g; 143,70 g; 52,83%; 115,79 g dan 42,56%.
Berat hidup akhir; berat dan persentase karkas termasuk kepala, leher dan kaki; berat
dan persentase karkas squab burung merpati jantan masing-masing yaitu 296,10 g;
164,35 g; 55,34%; 136,10 g dan 45,76% dan betina masing-masing yaitu 283,47 g;
153,92 g; 54,09%; 127,36 g dan 44,63% tidak berbeda nyata.
Kadar air dan kadar protein squab burung merpati Lokal dan Homer baik
jantan maupun betina seragam. Kadar lemak squab burung merpati jantan lebih
seragam dibandingkan betina baik pada squab burung merpati Lokal maupun Homer.
Berat hidup akhir squab, persentase karkas squab termasuk kepala, leher dan kaki
dan persentase karkas squab pada burung merpati Lokal dan Homer baik yang jantan
maupun betina seragam.
Kata-kata kunci: burung merpati Lokal dan burung merpati Homer, daging squab,
nilai gizi.

ABSTRACT
Nutrition Value of The Local and Homer Pigeon Squab Meat in Different Sex

Nurwitasari, W., M.M.S. Sundari K, and S, Darwati
This research was conducted to study the meat nutrition value of Local and
Homer pigeon meat in different strain and sex. The results of the experiment showed
that there was not interaction in species and sex on all variables. There was not
significantly different in the water content of the male as will as female Local and
Homer pigeon squab (70,14%-71,66%). The protein content of Homer pigeon squab
male and female were 19,15% and 17,71% respectively, these were higher than those
of the male and female of the Local pigeon squab (18,03% and 16,42%). The fat
content of male squab pigeon was 8,57%, it was lower than that of the female
(9,61%). The cholesterol of Local squab pigeon was 82,19 mg/100g was not very
different than Homer was 80,72 mg/100g. Homer pigeon squab has slaughter weight
307,67 g; carcass weight includes head, neck and leg was 174,57 g; carcass
percentage includes head, neck and leg was 56,59%; carcass weight was 147,67 g
and carcass percentage was 47,83% higher than Local. Slaughter weight; carcass
weight includes head, neck and leg; carcass percentage includes head, neck and leg;
carcass weight and carcass percentage were not significantly. Water and protein of
contents Local and Homer pigeon squab in male and female were not variant. Fat
content of male pigeon squab was not higher variant than female in Local and
Homer. Slaughter weight; carcass percentage includes head, neck and leg and
carcass percentage Local and Homer in male and female were not variant.

Keywords: Local and Homer pigeon, squab meat, nutrition value

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 8 Maret 1983 di Cianjur Jawa Barat. Penulis
adalah anak ketiga dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Anwar Karnawi dan Ibu
A. Rokayah.
Pendidikan dasar diselesaikan pada tahun 1995 di SDN Pebayuran 1.
Pendidikan lanjutan menengah pertama diselesaikan pada tahun 1998 di SMPN 1
Pebayuran dan Pendidikan lanjutan menengah atas diselesaikan pada tahun 2001 di
SMUN 5 Karawang.
Pada tahun 2001, Penulis diterima di IPB melalui jalur Undangan Seleksi
Mahasiswa Institut Pertanian Bogor (USMI). Penulis terdaftar sebagai mahasiswa
Program Studi Teknologi Hasil Ternak, Jurusan Ilmu Produksi Ternak yang sekarang
menjadi Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan,
Institut Pertanian Bogor.
Selama mengikuti pendidikan, Penulis pernah menjadi pengurus Badan
Eksekutif Mahasiswa (BEM), Fakultas Peternakan tahun 2001-2002, pengurus Ikatan
Mahasiswa dan Pelajar Karawang-Bogor (IMPKB) tahun 2002-2003 dan pernah
menjadi bagian dari Kelompok Pencinta Alam Fakultas Peternakan (KEPAL-D)
tahun 2001-2002. Selain itu, Penulis juga aktif mengikuti kepanitian di beberapa

acara yang diadakan di kampus IPB.

KATA PENGANTAR
Puji syukur Penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT sang pemberi petunjuk
atas segala pertolongan, nikmat, rahmat dan keridhoan-Nya sehingga penelitian dan
skripsi ini dapat diselesaikan.

Shalawat serta salam selalu tercurah bagi Nabi

Muhammad SAW.
Skripsi ini berjudul Nilai Gizi Daging Squab Burung Merpati Lokal dan
Homer pada Jenis Kelamin yang Berbeda.

Penelitian ini dilakukan untuk

mengetahui nilai gizi daging squab burung merpati Lokal dan Homer. Penelitian ini
dilaksanakan selama dua bulan di Malang, Jawa Timur. Burung merpati Lokal dan
Homer yang berumur 21 hari diambil dari Balai Pembibitan Ternak dan Hijauan
Makanan Ternak Malang sebanyak 20 ekor yang terdiri dari lima ekor burung
merpati Lokal jantan, lima ekor burung merpati Lokal betina, lima ekor burung

merpati Homer jantan dan lima ekor burung merpati Homer betina. Analisis nilai
gizi dilakukan di Universitas Brawijaya Malang dan Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Pascapanen Pertanian Bogor.
Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat dalam
memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Program Studi Teknologi Hasil Ternak,
Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut
Pertanian Bogor. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan
skripsi ini, oleh karena itu saran dan kritik sangat diharapkan oleh Penulis demi
kesempurnaan karya ini. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat baik
untuk kalangan akademis maupun umum.

Bogor, Maret 2006

Penulis

DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN .................................................................................................

i


ABSTRACT ....................................................................................................

iii

RIWAYAT HIDUP ........................................................................................

iv

KATA PENGANTAR ....................................................................................

v

DAFTAR ISI ...................................................................................................

vi

DAFTAR TABEL ...........................................................................................

viii


DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................

x

PENDAHULUAN ..........................................................................................

1

Latar Belakang .....................................................................................
Tujuan ..................................................................................................
Manfaat ................................................................................................

1
2
2

TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................

3

Burung Merpati ...................................................................................
Burung Merpati Lokal ...........................................................
Burung Merpati Homer ..........................................................
Squab ..................................................................................................
Karkas .................................................................................................
Beberapa Faktor yang Berpengaruh terhadap Gizi .............................
Komposisi Nilai Gizi Daging .............................................................
Kadar Air Daging ...................................................................
Kadar Protein Daging ............................................................
Kadar Lemak Daging .............................................................
Kolesterol ...............................................................................

3
4
5
5
6
7
8
9
10
10
11

METODE ........................................................................................................

13

Lokasi dan Waktu ...............................................................................
Materi ..................................................................................................
Bahan ......................................................................................
Alat ..........................................................................................
Rancangan ...........................................................................................
Perlakuan ................................................................................
Model ......................................................................................
Peubah .....................................................................................
Analisis Data ...........................................................................
Prosedur ..............................................................................................
Proses Penyiapan Karkas ........................................................
Analisis Nilai Gizi ..................................................................

13
13
13
13
13
13
14
14
14
15
15
16

HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................................

18

Nilai Gizi .............................................................................................
Kadar Air ................................................................................
Kadar Protein ..........................................................................
Kadar Lemak ...........................................................................
Kolesterol ................................................................................
Berat Hidup Akhir Squab ...................................................................
Berat dan Persentase Karkas Squab termasuk Kepala, Leher dan
Kaki .....................................................................................................
Berat dan Persentase Karkas Squab ....................................................

18
18
19
21
22
23
24
27

KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................................

31

Kesimpulan .........................................................................................
Saran ...................................................................................................

31
31

UCAPAN TERIMA KASIH ..........................................................................

32

DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................

33

LAMPIRAN ....................................................................................................

36

DAFTAR TABEL
Nomor

Halaman

1. Penggolongan Bangsa-Bangsa Burung Merpati
Penghasil Daging ..................................................................................

4

2. Komposisi Nilai Gizi Daging Squab ....................................................

8

3. Kandungan Nutrisi Daging Squab yang Dibandingkan dengan Ayam,
Salmon, Babi dan Sapi ..........................................................................

9

4. Kandungan Kolesterol Daging Squab dan Ternak Lain .......................

11

5. Kadar Air Daging Squab Burung Merpati Lokal dan Homer pada Jenis
Kelamin yang Berbeda ..........................................................................

18

6. Koefisien Keragaman Kadar Air Daging Squab Burung Merpati Lokal
dan Homer pada Jenis Kelamin yang Berbeda .....................................

19

7. Kadar Protein Daging Squab Burung Merpati Lokal dan Homer pada
Jenis Kelamin yang Berbeda .................................................................

20

8. Koefisien Keragaman Kadar Protein Daging Squab Burung Merpati
Lokal dan Homer pada Jenis Kelamin yang Berbeda ...........................

21

9. Kadar Lemak Daging Squab Burung Merpati Lokal dan Homer pada
Jenis Kelamin yang Berbeda .................................................................

21

10. Koefisien Keragaman Kadar Lemak Daging Squab Burung Merpati
Lokal dan Homer pada Jenis Kelamin yang Berbeda ...........................

22

11. Rataan Berat Hidup Akhir Squab Burung Merpati Lokal dan Homer
pada Jenis Kelamin yang Berbeda ........................................................

23

12. Koefisien Keragaman Berat Hidup Akhir Squab Burung Merpati
Lokal dan Homer pada Jenis Kelamin yang Berbeda ...........................

24

13. Rataan Berat Karkas Squab termasuk Kepala, Leher dan Kaki Burung
Merpati Lokal dan Homer pada Jenis Kelamin yang Berbeda .............

24

14. Koefisien Keragaman Berat Karkas Squab termasuk Kepala, Leher
dan Kaki Burung Merpati Lokal dan Homer pada Jenis Kelamin
yang Berbeda ........................................................................................

25

15. Rataan Persentase Karkas Squab termasuk Kepala, Leher dan Kaki
Burung Merpati Lokal dan Homer pada Jenis Kelamin yang
Berbeda .................................................................................................

26

16. Koefisien Keragaman Persentase Karkas Squab termasuk Kepala,
Leher dan Kaki Burung Merpati Lokal dan Homer pada Jenis
Kelamin yang Berbeda ..........................................................................

27

17. Rataan Berat Karkas Squab Burung Merpati Lokal dan Homer pada
Jenis Kelamin yang Berbeda .................................................................

27

18. Koefisien Keragaman Berat Karkas Squab Burung Merpati Lokal dan
Homer pada Jenis Kelamin yang Berbeda ............................................

28

19. Rataan Persentase Karkas Squab Burung Merpati Lokal dan Homer
pada Jenis Kelamin yang Berbeda ........................................................

29

20. Koefisien Keragaman Persentase Karkas Squab Burung Merpati
Lokal dan Homer pada Jenis Kelamin yang Berbeda ...........................

29

DAFTAR LAMPIRAN
Nomor

Halaman

1. Sidik Ragam Berat Hidup Akhir Squab Burung Merpati Lokal dan
Homer pada Jenis Kelamin yang Berbeda ...........................................

37

2. Uji Lanjut LSM Berat Hidup Akhir Squab Burung Merpati Lokal dan
Homer pada Jenis Kelamin yang Berbeda ...........................................

37

3. Sidik Ragam Berat Karkas Squab termasuk Kepala, Leher dan Kaki
Burung Merpati Lokal dan Homer pada Jenis Kelamin yang
Berbeda ................................................................................................

37

4. Uji Lanjut LSM Berat Karkas Squab termasuk Kepala, Leher dan
Kaki Burung Merpati Lokal dan Homer pada Jenis Kelamin yang
Berbeda ................................................................................................

38

5. Sidik Ragam Persentase Karkas Squab termasuk Kepala, Leher dan
Kaki Burung Merpati Lokal dan Homer pada Jenis Kelamin yang
Berbeda ................................................................................................

38

6. Uji Lanjut LSM Persentase Karkas Squab termasuk Kepala, Leher
dan Kaki Burung Merpati Lokal dan Homer pada Jenis Kelamin
yang Berbeda .......................................................................................

38

7. Sidik Ragam Berat Karkas Squab Burung Merpati Lokal dan Homer
pada Jenis Kelamin yang Berbeda .......................................................

38

8. Uji Lanjut LSM Berat Karkas Squab Burung Merpati Lokal dan
Homer pada Jenis Kelamin yang Berbeda ...........................................

39

9. Sidik Ragam Persentase Karkas Squab Burung Merpati Lokal dan
Homer pada Jenis Kelamin yang Berbeda ...........................................

39

10. Uji Lanjut LSM Persentase Karkas Squab Burung Merpati Lokal dan
Homer pada Jenis Kelamin yang Berbeda ...........................................

39

11. Sidik Ragam Kadar Air Squab Burung Merpati Lokal dan Homer
pada Jenis Kelamin yang Berbeda .......................................................

39

12. Sidik Ragam Kadar Protein Squab Burung Merpati Lokal dan
Homer pada Jenis Kelamin yang Berbeda ...........................................

40

13. Uji Lanjut LSM Kadar Protein Squab Burung Merpati Lokal dan
Homer pada Jenis Kelamin yang Berbeda ...........................................

40

14. Sidik Ragam Kadar Lemak Squab Burung Merpati Lokal dan
Homer pada Jenis Kelamin yang Berbeda ...........................................

40

15. Uji Lanjut LSM Kadar Lemak Squab Burung Merpati Lokal dan
Homer pada Jenis Kelamin yang Berbeda ............................................

40

16. Squab Burung Merpati Lokal baik Jantan maupun
Betina ....................................................................................................

41

17. Squab Burung Merpati Homer baik Jantan maupun
Betina ....................................................................................................

41

18. Karkas Squab Burung Merpati Lokal dan Homer baik Jantan maupun
Betina ....................................................................................................

41

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Hasil ternak merupakan bahan pangan yang sangat penting bagi manusia
dalam memenuhi kebutuhan protein hewani. Salah satu bahan pangan hasil ternak
yang banyak tersedia adalah daging.

Daging merupakan bahan makanan yang

diperlukan oleh tubuh karena daging mengandung vitamin dan mineral, kandungan
protein dalam daging tinggi, juga memiliki daya cerna yang tinggi dan rasa yang
lezat.
Daging yang umum dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia biasanya berasal
dari sapi dan ayam.

Sumber protein hewani dari ternak lain masih kurang

dimanfaatkan karena rasa, aroma, serta faktor lain yang belum banyak diterima oleh
masyarakat. Salah satu sumber protein hewani yang belum banyak hasil olahannya
adalah daging squab (piyik) burung merpati.
Daging squab burung merpati atau burung dara memiliki kekhasan yang
berbeda dibandingkan dengan daging unggas yang lainnya. Daging squab burung
merpati memiliki warna daging yang merah, serat daging yang halus, kandungan
protein yang cukup tinggi dan mengandung kolesterol yang rendah, sehingga baik
untuk orang-orang yang sedang diet kolesterol dan baik juga dikonsumsi oleh orang
tua. Daging squab burung merpati cukup dikenal, baik di Indonesia maupun di
negara maju. Di Amerika Serikat, burung merpati muda (squab) berumur antara 25
sampai 30 hari dipotong karena dagingnya lebih lunak dan lebih enak dimakan.
Sumadi (1991) menyatakan, burung merpati merupakan salah satu jenis
aneka ternak yang cukup potensial untuk dikembangkan sebagai burung merpati
penghasil protein hewani. Burung merpati memiliki keunggulan antara lain: (a)
bentuk badan tegap; (b) memerlukan modal sedikit untuk pemeliharaannya; (c) masa
pengeraman relatif singkat yaitu 17-18 hari; (d) berat badan pada umur tiga minggu
dapat mencapai 250 g dan (e) daging squab sangat digemari sebagai burung dara
goreng karena empuk, enak dan lezat.
Salis (2002) menyatakan, laju pertumbuhan squab burung merpati Lokal pada
umur 3-4 minggu mengalami penurunan sebesar 38,97 g, karena induk sudah mulai
bertelur lagi sehingga jumlah makanan yang dilolohkan induk kepada squab umur 3-

4 minggu berkurang. Oleh karenanya pemotongan squab dilakukan pada umur muda
(21 hari).
Burung merpati Lokal di Indonesia berpotensi untuk dikembangkan lebih
lanjut, tetapi belum umum digunakan untuk produksi daging. Sedangkan, burung
merpati Homer sudah dimanfaatkan sebagai penghasil daging. Keadaan ini sebagai
penyebab konsumen daging squab burung merpati Lokal jumlahnya terbatas. Maka
perlu digiatkan minat masyarakat untuk mengkonsumsi daging squab burung merpati
sebagai sumber protein hewani selain ayam. Produk burung merpati yang cukup
mahal harganya adalah daging squab, sehingga konsumen daging burung merpati
kebanyakan berasal dari golongan kelas ekonomi menengah keatas. Masyarakat
belum banyak mengetahui informasi mengenai nilai gizi dari daging squab burung
merpati Lokal dan Homer. Penelitian ini diharapkan memberikan informasi tentang
nilai gizi daging squab burung merpati, sehingga orang yang mengkonsumsi daging
squab burung merpati meningkat jumlahnya.
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai gizi (kadar air, protein, lemak
dan kandungan kolesterol) dari daging squab burung merpati Lokal dan Homer baik
pada jantan maupun betina. Selain itu, memperoleh informasi tambahan mengenai
berat hidup akhir squab, berat dan persentase karkas squab termasuk kepala, leher
dan kaki, berat dan persentase karkas squab.
Manfaat
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai nilai gizi
daging squab burung merpati Lokal dan Homer.

TINJAUAN PUSTAKA
Burung Merpati
Burung merpati biasanya dipelihara sebagai hobi. Bentuk badannya tegap
dengan daging yang relatif tebal, hidup berpasang-pasangan.

Burung merpati

berkembang biak dengan cepat. Burung merpati betina Lokal mulai bertelur pada
umur 4-5 bulan (Djanah dan Sulistyani, 1985).
Burung merpati mempunyai suhu tubuh sekitar 41oC. Burung merpati dapat
beradaptasi dengan mudah di darat maupun di udara, lehernya panjang dan fleksibel,
kepalanya termasuk besar, karena mempunyai otak yang besar, tubuhnya kompak
dan kaku, organ vitalnya terlindungi secara baik terhadap serangan musuhnya (Levi,
1945).
Blakely dan Bade (1998) membagi burung merpati menjadi tiga kelompok
utama yaitu untuk tujuan produksi daging, pameran dan penampilan.

Burung

merpati yang dimanfaatkan untuk produksi daging lebih menekankan pada jumlah
anak burung merpati yang berat badannya besar.

Begitu juga Cartmill (1991)

membedakan burung merpati menjadi tiga tipe yaitu: utility group yaitu kelompok
burung merpati penghasil daging, fancy breed yaitu bangsa yang diambil
keindahannya untuk pameran, dan performing breed yaitu bangsa yang dinilai
ketangkasannya. Contoh bangsa burung yang termasuk dalam utility group adalah
King, Carneau, Swiss Mondain, Runt dan White King; fancy breed adalah India,
America Fantail, Pouter, Jacobin, Swallow, Chinese Owl, English Trumpeter,
Modena dan Helmet; performing breed adalah Homer, Birmingham Roller, Racing
Homer dan Parlor Tumbler.
Levi (1945) menyatakan, burung merpati dapat dikelompokkan menurut
umurnya. Squab atau piyik adalah anak burung merpati umur 1-30 hari, squaker
adalah burung merpati umur 30 hari sampai 6 atau 7 bulan, youngster adalah burung
merpati umur 6 atau 7 bulan sampai kawin atau mulai kawin sampai tahun pertama
masa produksi baik pada jantan atau betina muda, yearling cock atau yearling hen
adalah burung merpati yang berproduksi pada tahun kedua baik jantan maupun
betina tua sampai disingkirkan. Jenis atau bangsa burung merpati yang banyak
digunakan sebagai burung merpati pedaging adalah Homer, King dan Carneau.

Bangsa burung merpati yang termasuk penghasil daging masih dapat dibagi
lagi menjadi tiga tipe yaitu: tipe berat, tipe sedang dan tipe ringan (Levi, 1945).
Tabel 1 menjelaskan bangsa-bangsa yang termasuk dalam ketiga tipe burung merpati
penghasil daging.
Tabel 1. Penggolongan Bangsa-Bangsa Burung Merpati Penghasil Daging
pada Umur Dewasa
Tipe

Berat hidup

Ringan

400-700 g

Medium

600-700 g

Berat

700-900 g

Bangsa
Hungarian (biru, putih dan merah),
Squabbing Homer, Homer pekerja
Red atau White Carneau, America Giant
Homer
American Swiss Mondaine, White King, Silver
King, Auto Sexing Texan Pioneer, Auto
Sexing King

Sumber: Blakely dan Bade (1998)

Burung merpati Homer pekerja pada umur dewasa memiliki berat hidup
sebesar 400-700 g (Blakely dan Bade, 1998). Burung merpati Lokal pada umur
empat minggu memiliki berat hidup sebesar 135-327 g (Salis, 2002).
Burung Merpati Lokal
Burung merpati Indonesia berasal dari jenis burung merpati Lokal (Muhami,
1983). Burung merpati Lokal yang terdapat di Indonesia adalah burung merpati
pendatang yang berasal dari burung merpati liar (Columba livia) yang penyebaran
aslinya di daerah Eropa (Antawidjaja, 1988). Ternak ini sudah lama dikenal dan
dibudidayakan oleh masyarakat sehingga keragamannya menjadi besar.

Cara

pemeliharaannya dilakukan secara sederhana yang bertujuan hanya untuk
kesenangan saja. Salah satu hal yang menarik ialah burung merpati mempunyai
potensi yang besar sebagai penghasil daging (Muhami, 1983).
Burung merpati mempunyai sifat damai, hampir tidak ada peck order,
walaupun ditempatkan dalam satu kandang tidak akan terjadi perkelahian dan
kanibal. Burung merpati mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan, memiliki
pasangan sendiri, bersifat monogami dan mempunyai sifat sense of location dalam
waktu yang lama dan dalam jarak yang jauh (Levi, 1945).
Salis (2002), dalam penelitiannya menggambarkan burung merpati Lokal
mempunyai warna mata jingga dan kuning, memiliki warna shank merah dan pola

warna bulunya masih beragam. Kisaran berat squab burung merpati Lokal berumur
empat minggu sampai lepas sapih adalah 135-327 g.
Burung Merpati Homer
Bangsa Homer yang termasuk dalam Racing Homer mempunyai kemampuan
menghasilkan anak yang rendah, tetapi jenis inilah yang dikembangkan oleh para
ahli burung merpati untuk penghasil squab sehingga berganti nama menjadi Utility
Homer, Ordinary Homer dan sebagainya.

Jenis Racing Homer yang telah

dikembangkan ini lebih baik dalam menghasilkan anakan, cepat bertelur, jarang
mempunyai telur yang infertil dan mempunyai sifat keindukan yang baik (Levi,
1945).
Homer termasuk burung merpati yang baik sebagai penghasil telur
dibandingkan dengan bangsa burung merpati lain.

Tubuh Homer dibandingkan

dengan King lebih kecil sehingga burung merpati muda potong yang dihasilkan juga
lebih kecil (Rasyaf dan Amrullah, 1982).
Bangsa Homer dapat dibagi menjadi Exhibition Homer, Genuine Homer,
Giant Homer, Racing Homer dan Show Homer. Bangsa Homer merupakan bangsa
yang mempunyai ukuran badan dengan berat antara 623,7-765,45 g untuk burung
dewasa dan berat squab rata-rata 378,33-454 g (Levi, 1945).
Squab
Squab adalah burung merpati muda (anakan) yang siap dipasarkan pada umur
sekitar 28-30 hari. Squab sampai dengan umur tersebut hanya mendapat makanan
yang dihasilkan oleh tembolok induknya. Makanan yang berasal dari tembolok
induk burung merpati atau susu tembolok mempunyai kandungan protein sampai
dengan 35%. Susu tembolok dapat menambah berat squab sebanyak dua kali lipat
selama beberapa hari setelah penetasan (Drevjany, 2001). Salah satu ciri burung
merpati yaitu memiliki cairan yang berwarna krem menyerupai susu yang
dikeluarkan dari tembolok jantan dan induk betina (Muhami, 1983). Crop milk yang
diproduksi oleh tembolok induk burung merpati menyerupai keju dan cair,
diproduksi sebelum telur menetas. Cairan tersebut diberikan induk burung merpati
kepada squab dengan cara meloloh (proses regurgitasi) dan memompa ke dalam
mulut squab (Sumadi, 1991).

Squab mempunyai pertumbuhan yang cepat pada 48 jam pertama setelah
menetas. Pertumbuhan yang cepat ini dikarenakan squab mempunyai adaptasi yang
baik dan mengkonsumsi pakan yang banyak. Selain itu juga adanya pemberian susu
tembolok dari induk turut serta dalam mempercepat pertumbuhan (Levi, 1945).
Sintadewi (1987) menyatakan, pertambahan berat badan squab sangat cepat
pada minggu pertama dan kedua, kemudian pertambahannya berkurang pada minggu
ketiga dan keempat. Pada minggu kelima dan keenam berat badan sudah mulai
menurun dan tidak konstan sehingga berat badan bervariasi dan keragamannya besar.
Squab burung merpati dipotong pada umur 25 hari. Jika lewat dari umur tersebut
maka squab telah keluar dari sarang dan mulai belajar terbang, sehingga timbul
perototan yang kuat dan daging akan menjadi keras (Levi, 1945).
Pasangan burung merpati muda pada umur 2-3 tahun dalam setahun mampu
menghasilkan squab sebanyak 16-18 ekor. Apabila pasangan tersebut tua sekitar
umur 5-6 tahun maka hanya dihasilkan sekurang-kurangnya 12 ekor squab per tahun.
Semakin tua umur burung merpati, kemampuan memproduksi squab semakin
menurun (Blakely dan Bade, 1998).
Bokhari (2001) menyatakan, daging squab sangat lezat dan proses
pemasakannya tidak menggunakan panas yang sangat tinggi karena dapat
menyebabkan berkurangnya rasa. Blakely dan Bade (1998) menyatakan, daging
squab berwarna gelap, empuk, lezat serta lembab dan menempati kelas yang sama
dengan daging kepiting, daging sapi muda (veal) maupun daging kambing muda.
Daging burung merpati umur 21 hari sangat digemari untuk dikonsumsi sebagai
burung dara goreng (Djanah dan Sulistyani, 1985).
Karkas
Karkas burung merpati belum banyak diteliti, sehingga sebagai pembanding
digunakan karkas ayam. Karkas adalah bagian tubuh tanpa darah, bulu, jeroan,
shank, kepala dan leher atau bagian tubuh yang telah dibului tanpa jeroan (Mansjoer
dan Martojo, 1977). Setelah unggas dipotong, darahnya dikeluarkan dan dibului,
kemudian kepala, leher dan ceker dipisahkan dari karkas (Rose, 1997). Karkas
adalah bagian dari tubuh ayam tanpa darah, bulu, kepala, kaki dan organ dalam
(Winter dan Funk, 1960).

Dewan Standarisasi Nasional dalam SNI 01-3924-1995 (1995) menyatakan,
karkas adalah bagian dari unggas pedaging setelah dipotong, dibului, dikeluarkan
jeroan dan lemak abdominalnya, dipotong kepala dan leher serta kedua cekernya.
Priyatno (2003) menyatakan, bahwa karkas unggas dibedakan menjadi karkas
kosong dan karkas isi. Karkas kosong adalah unggas yang telah disembelih dan
dikurangi darah, bulu, organ tubuh bagian dalam (jeroan), kepala dan kakinya.
Biasanya, paru-paru dan ginjal menjadi bagian dari karkas. Karkas isi adalah karkas
kosong segar, tetapi diisi dengan hati, jantung dan ampela yang sudah dibersihkan.
Beberapa Faktor yang Berpengaruh terhadap Nilai Gizi Daging
Nilai gizi dalam suatu hasil produk unggas, dilihat berdasarkan unsur gizinya
yaitu: kandungan protein, lemak, karbohidrat, abu dan energi. Unsur-unsur gizi
tersebut dibutuhkan oleh tubuh manusia. Manusia membutuhkan makanan yang
bergizi tinggi untuk hidup dan berprestasi. Kebutuhan gizi yang dianjurkan per hari
bagi wanita dewasa yaitu 45 g protein, 500 mg kalsium dan 450 g fosfor. Kebutuhan
seorang pria dewasa yaitu 50 g protein, 500 mg kalsium dan 500 mg fosfor
(Sastrapradja dan Muhilal, 1989).
Gurnadi (1986) menyatakan, ada tiga faktor sebagai kriteria untuk
menentukan mutu daging yaitu (1) nilai gizi yaitu kandungan protein, lemak; (2)
selera konsumen akan penampilan yaitu warna, keempukan, marbling/lemak
intramuskular, ketegaran, juiciness dan tekstur dan (3) parameter yang berhubungan
dengan penanganan seperti kadar air, jenis lemak, daya ikat air, kandungan jaringan
ikat dan pH. Soeparno (1998) menyatakan, kualitas karkas dan daging dipengaruhi
oleh faktor sebelum dan setelah pemotongan. Faktor sebelum pemotongan yang
dapat mempengaruhi kualitas daging antara lain adalah genetik, bangsa, tipe ternak,
jenis kelamin, umur, pakan dan stres.

Faktor setelah pemotongan yang

mempengaruhi kualitas daging antara lain meliputi metode pemasakan dan pH.
Kadar air, protein, lemak, karbohidrat dan mineral berbeda-beda tergantung
pada jenis ternak, umur dan jenis kelamin (Muchtadi dan Sugiyono, 1992). Kadar air
dalam daging ternak akan mengalami penurunan dengan bertambahnya umur ternak
(Cole dan Ronning, 1974). Perbedaan kadar lemak dapat dipengaruhi oleh jenis
ternak, umur, jenis kelamin dan lokasi otot (Muchtadi dan Sugiyono, 1992).

Kolesterol juga dipengaruhi oleh bangsa, umur, musim, keadaan stress dan pakan
berserat (Menge et al., 1974).
Komposisi Nilai Gizi Daging
Daging unggas tersusun atas komponen-komponen bahan pangan seperti air,
protein, lemak, karbohidrat dan mineral. Kadar air, protein dan lemak merupakan
sifat kimiawi yang berhubungan dengan nilai gizi (Rose, 1997). Protein, karbohidrat
dan lemak serta air merupakan komponen utama dalam bahan pangan. Protein
berfungsi untuk pertumbuhan dan memperbaiki jaringan-jaringan tubuh yang rusak,
sedangkan lemak dan karbohidrat sebagai sumber energi (Ketaren, 1986).
Kandungan atau komposisi daging squab dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Komposisi Nilai Gizi Daging Squab
Komposisi nilai gizi
Daging

Air

Energi

Protein

Lemak

Serat Abu

(%)

---------------------- (g/100g)-------------------

Total edible

58,0

279

18,6

22,1

0

1,5

Daging dan kulit

56,6

294

18,5

23,8

0

1,4

Daging cerah (tanpa kulit)

74,0

125

20,7

4,2

0

1,2

Jeroan

69,8

154

19,8

7,2

1,2

2,0

Sumber: Composition of foods: United State Departement of Agricultural (1963), dalam Bokhari

(2001)

Pada Tabel 2 kadar air daging dan kulit sebesar 56,6%, protein sebesar 18,5%
dan kadar lemak sebesar 23,8%. Forrest et al. (1975) menyatakan, nilai gizi daging
yang tinggi dikarenakan daging mengandung asam amino essensial, air, lemak,
karbohidrat dan komponen anorganik yang lengkap dan seimbang.
Kandungan gizi dari berbagai bangsa ternak dan ikan berbeda, tetapi setiap
100 g daging dapat memenuhi kebutuhan gizi seorang dewasa setiap hari sekitar 10%
kalori, 50% protein, 35% zat besi (Fe) atau 100% zat besi, bila daging berasal dari
hati dan 25-60% vitamin B kompleks (Soeparno, 1998). Pada Tabel 3 dapat dilihat
kandungan nutrisi daging squab dibandingkan dengan daging ayam, salmon, babi
dan sapi.

Tabel 3.

Kandungan Nutrisi Daging Squab yang Dibandingkan dengan
Ayam, Salmon, Babi dan Sapi

Ternak
(Tipe daging)

Besi
(Fe)

Protein Lemak Lisin

PUFA* 18:2** 20:4#

(mg)

-------------------------(g/100g)--------------------------

Squab (raw breast)

2,32

21,80

4,32

1,91

0,96

0,62

0,14

Ayam (raw breast)

0,72

23,10

1,24

1,96

0,28

0,17

0,04

Salmon

0,47

21,30

8,56

1,96

1,88

0,38

0,09

Babi (raw lean loin)

1,31

21,00

2,47

2,07

0,26

0,22

0,03

Sapi

2,77

20,80

7,10

1,73

0,33

0,26

0,04

(red sockeye)

(raw loin ¼ trim)
Keterangan: *PUFA (Asam lemak tak jenuh ganda); **lemak Linoleat, satu dari asam lemak
essensial; # lemak Arachidonic, satu dari asam lemak essensial
Sumber Data: Nutrional Research Division (2001), seperti yang disarikan oleh Drevjany (2001)

Pada Tabel 3, kandungan nutrisi daging squab dibandingkan ayam memiliki
kelebihan zat besi (Fe), PUFA, lemak, linoleat dan arakhidonat. Nutrisi daging
squab dibandingkan salmon memiliki kelebihan zat besi (Fe), protein, linoleat dan
arakhidonat, Nutrisi daging squab dibandingkan babi memiliki kelebihan zat besi
(Fe), protein, lemak, PUFA, linoleat dan arakhidonat.

Nutrisi daging squab

dibandingkan sapi memiliki kelebihan protein, lisin, PUFA, linoleat dan arakhidonat
(Drevjany, 2001).
Kadar Air Daging
Price dan Schweigert (1987) menyatakan, air mempunyai jumlah paling
banyak dalam daging.

Daging tanpa lemak mengandung 76% air dan daging

memiliki kadar air yang lebih bervariasi dibandingkan dengan kadar lemaknya. Cole
dan Ronning (1974) menyatakan, air merupakan komponen utama dalam daging
yang berjumlah antara 70%-75% dalam setiap potongan daging.

Selanjutnya

Mountney (1983) menyatakan, air berfungsi sebagai media untuk transportasi
nutrien, hormon dan hasil sisa metabolisme untuk dikeluarkan dari dalam tubuh dan
juga merupakan media bagi kebanyakan reaksi kimia dan proses metabolis yang
terjadi di dalam tubuh.

Kadar Protein Daging
Protein merupakan komponen bahan kering yang banyak terdapat di dalam
daging (Forrest et al., 1975). Daging unggas mengandung lebih banyak protein
daripada daging ternak lainnya.

Daging unggas mengandung protein yang

berkualitas tinggi, selain itu mudah dicerna dan mengandung asam-asam amino
essensial yang lengkap dan seimbang sehingga daging unggas mempunyai
kandungan nutrisi yang tinggi (Mountney, 1983).
Daging burung merpati merupakan salah satu produk yang mengandung
protein tinggi dan susunan asam aminonya baik (Rasyaf dan Amrullah, 1982).
Kandungan protein daging burung merpati sekitar 35,8% (Djanah dan Sulistyani,
1985).
Protein merupakan zat gizi yang penting bagi tubuh karena selain berfungsi
sebagai bahan bakar juga sebagai zat pembangun dan pengatur di dalam tubuh.
Fungsi utama protein adalah membentuk jaringan baru dan mempertahankan jaringan
yang telah ada. Protein juga digunakan sebagai bahan bakar jika keperluan energi
tubuh tidak terpenuhi oleh lemak dan karbohidrat. Protein merupakan komponen
terbesar setelah air dalam jaringan tubuh, diperkirakan sekitar 50% dari berat kering
sel yang terdapat dalam jaringan seperti daging dan hati, terdiri dari protein dan
dalam tenunan segar berjumlah sekitar 20% (Winarno, 1997).
Kadar Lemak Daging
Lemak merupakan salah satu zat nutrisi yang penting, selain itu lemak juga
merupakan sumber energi yang lebih efektif dibandingkan dengan protein dan
karbohidrat (Winarno, 1997). Komponen tubuh yang paling bervariasi adalah lemak.
Bervariasinya lemak ini berkaitan dengan faktor genetik, lingkungan serta interaksi
antara keduanya. Kandungan lemak ternak muda yang sedang tumbuh meningkat
seiring dengan meningkatnya berat hidup (Lohman, 1971).
Daging unggas mengandung jumlah asam lemak tidak jenuh yang lebih banyak
sehingga mengandung kolesterol yang lebih rendah dibandingkan lemak-lemak
dalam daging ternak lainnya. Lemak yang terdapat dalam daging unggas lebih
banyak ditemukan di bawah kulit daripada yang ada dalam jaringan (Mountney,
1983). Lemak sebagai salah satu komponen kimia yang terdapat dalam daging,

jumlahnya lebih sedikit dari kandungan air dalam daging (Price dan Schweigert,
1987).
Daging squab berbeda dengan daging unggas lain karena mengandung lemak
intramuskuler yang tinggi. Hal ini mengakibatkan daging squab burung merpati
menjadi lunak dan enak untuk dikonsumsi (Drevjany, 2001). Kandungan lemak
daging burung merpati sekitar 5,9% (Djanah dan Sulistyani, 1985).
Kolesterol
Kolesterol merupakan kelompok sterol, suatu zat yang termasuk golongan
lipid (Anggorodi, 1979). Kolesterol terdapat dalam semua sel hewan, sehingga
tersebar luas di seluruh jaringan tubuh. Kolesterol merupakan substansi lemak khas
hasil metabolisme yang banyak ditemukan dalam struktur tubuh manusia maupun
hewan. Kolesterol yang berasal dari hewan terdapat dalam daging, hati dan otak
(Tillman et al., 1991). Kolesterol makanan umumnya didapat dari lemak hewan dan
kuning telur (Ganong, 1983).

Pada Tabel 4 dapat dilihat kandungan kolesterol

daging squab dan daging ternak lain.
Tabel 4. Kandungan Kolesterol Daging Squab dan Ternak Lain
Tipe daging

Kandungan kolesterol (mg/100 g)

Squab (raw breast meat)

90,0

Ayam (dark meat)

96,5

Ayam (light meat)

89,4

Babi (lean)

94,1

Sapi (lean)

94,1

Telur (55 g/butir)

498,2

Sumber data: Nutrional Research Division (2001), seperti yang disarikan oleh Drevjany (2001)

Kandungan kolesterol daging squab lebih rendah dibandingkan dengan
daging ternak lain. Daging squab sangat dianjurkan bagi orang yang menghindari
mengkonsumsi daging dengan kandungan kolesterol tinggi (Drevjany, 2001).
Kolesterol merupakan substrat untuk pembentukan beberapa zat essensial
yaitu: (1) asam empedu yang dibuat oleh hati yang merupakan rute utama untuk
katabolisme kolesterol; (2) hormon-hormon steroid; (3) vitamin D3, satu-satunya
vitamin yang disintesis tubuh secara cukup tidak dibutuhkan dari dalam makanan;
dan (4) kolesterol mempunyai fungsi pokok dalam pembentukan semua membran sel

hewan dan manusia (Linder, 1992). Kolesterol dalam tubuh berasal dari bahan
makanan dan sintesa tubuh yang dinamakan kolesterol eksogenous dan endogenous
(Girindra, 1987).

MATERI DAN METODE
Lokasi dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan pada tiga tempat yaitu di BPT HMT (Balai
Pembibitan Ternak dan Hijauan Makanan Ternak) Batu Malang, Jawa Timur.
Analisis kimia dilakukan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian, Universitas
Brawijaya dan Laboratorium Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen
Pertanian, Bogor. Penelitian berlangsung dari bulan Juli sampai September 2005.
Materi
Bahan
Squab (piyik) berumur 21 hari berasal dari BPT HMT (Balai Pembibitan
Ternak dan Hijauan Makanan Ternak) Batu Malang Jawa Timur sebanyak 20 ekor
yang terdiri dari lima ekor burung merpati Lokal jantan, lima ekor burung merpati
Lokal betina, lima ekor burung merpati Homer jantan dan lima ekor burung merpati
Homer betina. Bahan-bahan untuk analisis kimia adalah K2SO4, HgO, H2SO4 pekat,
NaOH pekat, air suling, H3PO3, HCl, petroleum eter, khloroform, metanol, KOH
50%, etanol 40%, benzena.
Alat
Alat yang digunakan untuk memotong adalah pisau.

Alat-alat yang

digunakan untuk analisis adalah oven, cawan porselen, indikator, tabung, labu
Kjeldahl, erlenmeyer, labu Soxhlet, selongsong, timbangan, water bath, desikator,
evaporator, injektor, detektor dan High Performance Liquid Chromatography
(HPLC).
Rancangan Percobaan
Perlakuan
Pada penelitian ini digunakan Rancangan Acak Kelompok pola Faktorial
dengan lima ulangan dan ulangan sebagai kelompok. Faktor yang diamati ada dua,
faktor pertama adalah jenis burung merpati yaitu Lokal dan Homer, faktor yang
kedua adalah jenis kelamin yaitu jantan dan betina.

Model
Model matematika dari rancangan tersebut menurut Gasperz (1991) adalah
sebagai berikut:
Yijk = µ + Kk +Ai + Bj + (AB)ij + εijk
Keterangan:
Yijk

=

Hasil pengamatan dari faktor perbedaan jenis burung merpati (A) ke-i,
faktor perbedaan jenis kelamin (B) ke-j dari kelompok (K) ke-k

µ

= Nilai tengah

Kk

= Pengaruh dari kelompok (K) ke-k

Ai

= Pengaruh dari jenis burung merpati (A) ke-i

Bj

= Pengaruh dari jenis kelamin (B) ke-j

(AB)ij = Pengaruh interaksi dari jenis burung merpati (A) ke-i faktor A dan jenis
kelamin (B) ke-j
εijk

= Pengaruh galat percobaan dari jenis burung merpati ke-i, jenis kelamin
ke-j dan kelompok (K) ke-k

Peubah yang diamati
Peubah yang diamati pada penelitian ini adalah nilai gizi yaitu kadar air,
kadar protein dan kadar lemak daging squab burung merpati Lokal dan Homer jantan
dan betina umur 21 hari. Kandungan kolesterol yang diamati hanya dari daging
squab burung merpati Lokal jantan dan Homer jantan saja. Selain itu diamati juga
berat hidup akhir squab, berat karkas squab termasuk kepala, leher dan kaki yaitu
berat hidup akhir squab dikurangi dengan berat darah, bulu, isi perut, paruh dan
kuku, persentase karkas squab termasuk kepala, leher dan kaki, berat karkas squab
yaitu berat hidup akhir squab dikurangi dengan berat darah, bulu, kepala, shank dan
isi perut dan persentase karkas squab.
Analisis Data
Data kadar air, kadar protein, kadar lemak, berat hidup akhir squab, berat dan
persentase karkas squab termasuk kepala, leher dan kaki, berat dan persentase karkas
squab yang diperoleh dianalisis ragam (ANOVA). Apabila terdapat perbedaan yang
nyata, maka dilanjutkan dengan uji lanjut Least Squares Means (Mattjik dan
Sumertajaya, 2000).

Kandungan kolesterol dianalisis secara komposit, sehingga

dibahas secara deskriptif. Koefisien keragaman dari peubah yang diukur dihitung
menurut Walpole (1992), yaitu:

SBx=

n (xi −x i )2

i=1 n −1

KK= SBx x 100%
xi
Keterangan:
KK= Koefisien Keragaman
SBx= Simpangan Baku


xi

= Rata-Rata Peubah x
Prosedur Penelitian

Proses Penyiapan Karkas

Pemotongan squab burung merpati dilakukan untuk proses penyiapan karkas.
Penyiapan karkas squab burung merpati menggunakan acuan pada ayam, karena
karkas burung merpati belum banyak diteliti. Soeparno (1998) menyatakan, tahaptahap mempersiapkan unggas hidup menjadi karkas adalah:
1) Pengistirahatan.
Squab sebaiknya dipisahkan dari induknya agar tidak diloloh (disuapi) dan

dipuasakan selama 8 jam sebelum dipotong agar diperoleh hasil pemotongan yang
baik;
2) Pemotongan.
Cara pemotongan ternak unggas yang lazim digunakan adalah cara Kosher,
yaitu memotong arteri karotis, vena jugularis, esophagus dan trakhea. Pada saat
penyembelihan, darah harus keluar sebanyak mungkin;
3) Pencabutan Bulu.
Metode dry pick digunakan untuk mempermudah pencabutan bulu squab;
4) Pengeluaran Jeroan.
Pengeluaran jeroan dimulai dari pemisahan tembolok, esophagus dan trakhea
dari karkas. Kemudian rongga abdomen dibuka dengan membuat irisan dari ujung

tulang dada ke tengah-tengah antara tulang pubis untuk mengeluarkan usus, ampela,
paru-paru, hati dan jantung. Kloaka dan jeroan dikeluarkan;
5) Persentase Karkas termasuk Kepala, Leher dan Kaki (PKKLK).
Persentase karkas diukur dengan catatan paruh dan kuku dipotong;
PKKLK =

Berat karkas termasuk kepala, leher dan kaki
x 100%
Berat hidup akhir

6) Persentase Karkas.
Persentase karkas adalah berat squab setelah dipotong dan dikurangi kepala,
leher, shank, kelenjar minyak (oil gland).

Kemudian karkas ditimbang untuk

mengetahui berat karkas;
Persentase karkas =

Berat karkas
x 100%
Berat hidup akhir

Analisis Nilai Gizi
Daging beserta kulit dari dada yang telah ditimbang dianalisis nilai gizinya di
Universitas Brawijaya dan kolesterol di Laboratorium Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Pascapanen Pertanian, Bogor. Analisis nilai gizi yang dilakukan
meliputi: kadar air, kadar protein, kadar lemak dan kolesterol.

Kadar Air (AOAC, 1995).

Sampel sebanyak 5 g dimasukkan dalam cawan

porselen dan dikeringkan dalam oven pada suhu 105 oC sampai beratnya konstan
selama 12 jam.
Kadar air =

a−b
x 100%
b

Keterangan:
a = berat sampel sebelum dikeringkan
b = berat setelah dikeringkan
Kadar Protein (AOAC, 1995).

Sampel seberat 0,2 g dimasukkan dalam labu

Kjeldahl 100 ml, kemudian ditambahkan 2 g K2SO4 dan HgO dengan perbandingan

1:1 dan 2 ml H2SO4 pekat, kemudian dilakukan destruksi selama 30 menit sampai
diperoleh cairan hijau jernih. Setelah hasil destruksi dingin, ditambahkan 35 ml air
suling dan 10 ml NaOH pekat berwarna coklat kehitaman lalu didestilasi. Hasil
destilasi ditampung dalam erlenmeyer 125 ml yang berisi 5 ml H3PO3.

Hasil

destilasi yang ditampung kemudian dititrasi dengan HCl 0,02 N dengan
menggunakan indikator. Hal yang sama dilakukan untuk blanko.
Persentase nitrogen dan kadar protein kasar dihitung dengan rumus sebagai
berikut:
Kadar nitrogen (%N) =

(ml HCl− blanko) x N HCl x 14
x 100%
Berat sampel kering

Kadar protein (% berat basah) = %N x 6,25
Kadar protein (% berat kering) =

Kadar Lemak (AOAC, 1995).

100
x % berat basah protein
100 − kadar air
Sampel seberat 5 g dimas