Gambaran darah ikan lele (Clarias spp) yang berasal dari daerah Laladon-Bogor

GAMBARAN DARAH IKAN LELE (Clarias spp)
YANG BERASAL DARI DAERAH LALADON-BOGOR

ASRIYANI DOPONGTONUNG

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2008

GAMBARAN DARAH IKAN LELE (Clarias spp)
YANG BERASAL DARI DAERAH LALADON-BOGOR

Oleh
ASRIYANI DOPONGTONUNG
B04104136

SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Kedokteran Hewan Pada
Fakultas Kedokteran Hewan
Institut Pertanian Bogor


FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2008

LEMBAR PENGESAHAN

Judul skripsi

: Gambaran Darah Ikan Lele (Clarias spp)
Yang Berasal dari Daerah Laladon-Bogor

Nama Mahasiswa

: Asriyani Dopongtonung

Nomor Pokok

: B04104136


Menyetujui

Pembimbing I

Pembimbing II

drh. Risa Tiuria, MS, Ph.D

Dr. drh. Anita Esfandiari, MSi

Mengetahui
Wakil Dekan FKH IPB

Dr. Nastiti Kusumorini

Tanggal Lulus :

ABSTRAK

ASRIYANI DOPONGTONUNG. B04104136. Gambaran Darah Ikan Lele

(Clarias spp) Yang Berasal Dari Daerah Laladon-Bogor. Di bawah
Bimbingan drh. Risa Tiuria, MS, Ph.D dan Dr. drh. Anita Esfandiari, MSi.

Konsumsi ikan lele pada beberapa tahun terakhir ini semakin meningkat.
Jika dahulu dipandang sebagai ikan murahan dan hanya dikonsumsi oleh keluarga
petani saja, sekarang ternyata konsumen ikan lele semakin meluas. Rasa daging
yang khas serta cara memasak dan menghidangkannya yang secara tradisional,
menu ikan lele menjadi kegemaran masyarakat luas. Oleh karena itu, harga ikan
lele kian meningkat. Hal tersebut tentu saja menjadi perangsang bagi petani untuk
membudidayakan ikan lele secara intensif. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui gambaran beberapa parameter sel darah merah dan sel darah putih,
yang meliputi nilai hematokrit, konsentrasi hemoglobin, jumlah sel darah putih
total, dan diferensiasi sel darah sel darah putih (presentase heterofil, eosinofil,
basofil, limfosit, dan monosit).
Sebanyak 17 ekor ikan lele (Clarias spp) dengan berat berkisar antara 30 –
50 gr atau sekitar 7,16 gr/ekor digunakan dalam penelitian ini. Sampel darah Ikan
diambil untuk diamati terhadap nilai hematokrit, konsentrasi hemoglobin, jumlah
sel darah putih total, dan differensiasi leukosit. Data yang diperoleh dianalisis
secara deskriptif.
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa rataan jumlah leukosit total adalah

(143,5 ± 7,01) x 103/mm3, limfosit 71,9 ± 1,98%., heterofil 27,8 ± 1,90%, monosit
0,1 ± 0.39%. Eosinofil dan basofil tidak ditemukan pada ke 17 sampel darah ikan
lele yang diperiksa. Rataan nilai hematokrit yaitu 16,6 ± 3,23%, dan rataan
konsentrasi hemoglobin 6,1±0,88 gr%. Eosinofil dan basofil tidak ditemukan pada
ke 17 sampel darah ikan lele yang diperiksa. Dari hasil pengamatan dapat
disimpulkan bahwa jumlah leukosit total dan persentase monosit masih berada
dalam kisaran nilai normal, persentase limfosit lebih rendah dari kisaran nilai
normal, dan persentase heterofil lebih tinggi dari kisaran nilai normal. Rataan nilai
hematokrit dan konsentrasi hemoglobin lebih rendah dari kisaran nilai normal.

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kalabahi pada tanggal 04 November 1985 dari
pasangan Bapak Asianus Dopongtonung dan Ibu Sarah Yane Tella. Penulis
merupakan anak ke dua dari empat bersaudara.
Jenjang pendidikan formal yang ditempuh penulis adalah Taman Kanakkanak tahun 1991 di TK Arta Asih Kalabahi, Sekolah Dasar tahun 1992-1998 di
SD Gmit 1 Kalabahi, Sekolah Menengah Pertama tahun 1998-2001 di SLTP
Negeri 1 Kalabahi dan Sekolah Menengah Atas tahun 2001-2004 di SMA Negeri
1 Kalabahi.
Penulis diterima di Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor

pada tahun 2004 melalui jalur Beasiswa Utusan Daerah (BUD). Tahun 2005
penulis lulus dari Tingkat Persiapan Bersama (TPB) IPB.

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
limpahan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi
yang berjudul Gambaran Darah Ikan Lele (Clarias spp) Yang Berasal Dari
Daerah Laladon-Bogor sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana
(S1) pada Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Yth drh. Risa Tiuria, MS, Ph.D dan Dr. drh. Anita Esfandiari, MSi selaku
dosen pembimbing yang telah banyak memberikan petunjuk dan
bimbingan kepada penulis,
2. Yth Dr. drh. Damiana Rita Ekastuti, MS atas kesediaannya menjadi dosen
penguji sekaligus memberikan kritik, dan saran dalam penulisan skripsi
ini,
3. Yth Prof. Dr. drh. Hj Mirnawati Sudarwanto selaku Dosen Pembimbing
Akademik yang selama ini telah memberikan nasehat dan motivasi kepada
penulis,

4. Kedua orangtua tercinta : Ayahanda Asianus Dopongtonung dan Ibunda
Sarah Yane Tella, yang telah membesarkan penulis dengan penuh cinta
dan kasih sayang serta selalu memberikan doa dan motivasi,
5. Saudaraku tersayang Yonas, Heri, dan Yuliana, serta seluruh keluarga
besar atas limpahan cinta, sayang, motivasi dan doa,
6. Pemerintah daerah Kabupaten Alor yang telah membiayai penulis selama
kuliah,
7. Seluruh staf Laboratorium Helmintologi dan Patologi Klinik FKH-IPB
atas segala bantuannya selama penelitian ini berlangsung,
8. Teman-teman sepenelitian Ari, Arios, Debby, Dwi, Ina, Ivan, Lina, Nope,
Ronal, Reni, Shio, Uya, dan Vonti, atas kerjasama dan dukungannya
selama ini,
9. Abraham Lily, Ayu, Daut, Desi, Fat, Ekasonia, Elsi, Have, Herlina, Ina, In
allung, Iren, Ivi, Laswati, Marlina, Nilam, Nita, Nurul, Prima, Ria, Rin,

Royama, Seka, Tere, Uya, Yanti dan Yuni atas limpahan cinta,
persahabatan dan persaudaraan yang telah terjalin selama ini,
10. Anak – anak New camp, An-nur, La Priezta, Persekutuan mahasiswa FKH
dan Gamanusratim atas persaudaraan yang terjalin selama ini,
11. Staf pengajar dan alumni SD Gmit 1, SLTP Negeri 1 dan SMA Negeri 1

Kalabahi yang selalu memberikan bimbingan dan motivasi kepada penulis
selama menempuh pendidikan,
12. Teman - teman Asteroidea angkatan 41 yang tidak dapat disebutkan satu
per satu yang turut memberikan semangat dan dukungan kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini terdapat banyak
kekurangan. Namun penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
kita semua.

Bogor, September 2008

Penulis

DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR ...............................................................................

i


DAFTAR ISI ..............................................................................................

iii

DAFTAR TABEL ......................................................................................

v

DAFTAR GAMBAR .................................................................................

vi

PENDAHULUAN
Latar Belakang .....................................................................................

1

Tujuan ..................................................................................................

2


Manfaat ................................................................................................

2

TINJAUAN PUSTAKA
Ikan Lele (Clarias ssp) .........................................................................

3

Kualitas Air ..........................................................................................

4

Suhu .............................................................................................

4

Oksigen Terlarut ..........................................................................


5

Karbondioksida .............................................................................

5

Amoniak........................................................................................

5

pH

.............................................................................................

6

Daerah Ikan ..........................................................................................

6


Hematopoiesis ...............................................................................

8

Eritrosit..........................................................................................

8

Nilai Hematokrit ...........................................................................

9

Konsentrasi Hemoglobin ..............................................................

9

Differensiasi Leukosit ...................................................................

10

BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Penelitian ..............................................................

12

Bahan dan Alat .....................................................................................

12

Hewan Coba .................................................................................

12

Bahan ...........................................................................................

12

Alat ...............................................................................................

12

Metode Penelitian ................................................................................

12

Pengambilan Darah .......................................................................

12

Penghitungan Jumlah Leukosit Total.............................................

13

Differensiasi Leukosit ...................................................................

13

Penghitungan Nilai Hematokrit ....................................................

14

Penghitungan Konsentrasi Hemoglobin.........................................

14

Analisis Data ........................................................................................

14

HASIL DAN PEMBAHASAN
Differensiasi Leukosit dan Jumlah Leukosit Total ..............................

15

Jumlah Leukosit Total ..................................................................

16

Limfosit ........................................................................................

16

Heterofil .......................................................................................

17

Monosit ........................................................................................

18

Eosinofil dan Basofil ....................................................................

18

Nilai Hematokrit dan Konsentrasi Hemoglobin ...................................

18

Nilai Hematokrit ..........................................................................

18

Konsentrasi Hemoglobin ..............................................................

19

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan ............................................................................................

21

Saran ......................................................................................................

21

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................

22

DAFTAR TABEL

No

Teks

Halaman

1. Differensiasi leukosit dan jumlah leukosit total.................................

15

2. Nilai hematokrit dan konsentrasi hemoglobin ..................................

20

GAMBARAN DARAH IKAN LELE (Clarias spp)
YANG BERASAL DARI DAERAH LALADON-BOGOR

ASRIYANI DOPONGTONUNG

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2008

GAMBARAN DARAH IKAN LELE (Clarias spp)
YANG BERASAL DARI DAERAH LALADON-BOGOR

Oleh
ASRIYANI DOPONGTONUNG
B04104136

SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Kedokteran Hewan Pada
Fakultas Kedokteran Hewan
Institut Pertanian Bogor

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2008

LEMBAR PENGESAHAN

Judul skripsi

: Gambaran Darah Ikan Lele (Clarias spp)
Yang Berasal dari Daerah Laladon-Bogor

Nama Mahasiswa

: Asriyani Dopongtonung

Nomor Pokok

: B04104136

Menyetujui

Pembimbing I

Pembimbing II

drh. Risa Tiuria, MS, Ph.D

Dr. drh. Anita Esfandiari, MSi

Mengetahui
Wakil Dekan FKH IPB

Dr. Nastiti Kusumorini

Tanggal Lulus :

ABSTRAK

ASRIYANI DOPONGTONUNG. B04104136. Gambaran Darah Ikan Lele
(Clarias spp) Yang Berasal Dari Daerah Laladon-Bogor. Di bawah
Bimbingan drh. Risa Tiuria, MS, Ph.D dan Dr. drh. Anita Esfandiari, MSi.

Konsumsi ikan lele pada beberapa tahun terakhir ini semakin meningkat.
Jika dahulu dipandang sebagai ikan murahan dan hanya dikonsumsi oleh keluarga
petani saja, sekarang ternyata konsumen ikan lele semakin meluas. Rasa daging
yang khas serta cara memasak dan menghidangkannya yang secara tradisional,
menu ikan lele menjadi kegemaran masyarakat luas. Oleh karena itu, harga ikan
lele kian meningkat. Hal tersebut tentu saja menjadi perangsang bagi petani untuk
membudidayakan ikan lele secara intensif. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui gambaran beberapa parameter sel darah merah dan sel darah putih,
yang meliputi nilai hematokrit, konsentrasi hemoglobin, jumlah sel darah putih
total, dan diferensiasi sel darah sel darah putih (presentase heterofil, eosinofil,
basofil, limfosit, dan monosit).
Sebanyak 17 ekor ikan lele (Clarias spp) dengan berat berkisar antara 30 –
50 gr atau sekitar 7,16 gr/ekor digunakan dalam penelitian ini. Sampel darah Ikan
diambil untuk diamati terhadap nilai hematokrit, konsentrasi hemoglobin, jumlah
sel darah putih total, dan differensiasi leukosit. Data yang diperoleh dianalisis
secara deskriptif.
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa rataan jumlah leukosit total adalah
(143,5 ± 7,01) x 103/mm3, limfosit 71,9 ± 1,98%., heterofil 27,8 ± 1,90%, monosit
0,1 ± 0.39%. Eosinofil dan basofil tidak ditemukan pada ke 17 sampel darah ikan
lele yang diperiksa. Rataan nilai hematokrit yaitu 16,6 ± 3,23%, dan rataan
konsentrasi hemoglobin 6,1±0,88 gr%. Eosinofil dan basofil tidak ditemukan pada
ke 17 sampel darah ikan lele yang diperiksa. Dari hasil pengamatan dapat
disimpulkan bahwa jumlah leukosit total dan persentase monosit masih berada
dalam kisaran nilai normal, persentase limfosit lebih rendah dari kisaran nilai
normal, dan persentase heterofil lebih tinggi dari kisaran nilai normal. Rataan nilai
hematokrit dan konsentrasi hemoglobin lebih rendah dari kisaran nilai normal.

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kalabahi pada tanggal 04 November 1985 dari
pasangan Bapak Asianus Dopongtonung dan Ibu Sarah Yane Tella. Penulis
merupakan anak ke dua dari empat bersaudara.
Jenjang pendidikan formal yang ditempuh penulis adalah Taman Kanakkanak tahun 1991 di TK Arta Asih Kalabahi, Sekolah Dasar tahun 1992-1998 di
SD Gmit 1 Kalabahi, Sekolah Menengah Pertama tahun 1998-2001 di SLTP
Negeri 1 Kalabahi dan Sekolah Menengah Atas tahun 2001-2004 di SMA Negeri
1 Kalabahi.
Penulis diterima di Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor
pada tahun 2004 melalui jalur Beasiswa Utusan Daerah (BUD). Tahun 2005
penulis lulus dari Tingkat Persiapan Bersama (TPB) IPB.

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
limpahan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi
yang berjudul Gambaran Darah Ikan Lele (Clarias spp) Yang Berasal Dari
Daerah Laladon-Bogor sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana
(S1) pada Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Yth drh. Risa Tiuria, MS, Ph.D dan Dr. drh. Anita Esfandiari, MSi selaku
dosen pembimbing yang telah banyak memberikan petunjuk dan
bimbingan kepada penulis,
2. Yth Dr. drh. Damiana Rita Ekastuti, MS atas kesediaannya menjadi dosen
penguji sekaligus memberikan kritik, dan saran dalam penulisan skripsi
ini,
3. Yth Prof. Dr. drh. Hj Mirnawati Sudarwanto selaku Dosen Pembimbing
Akademik yang selama ini telah memberikan nasehat dan motivasi kepada
penulis,
4. Kedua orangtua tercinta : Ayahanda Asianus Dopongtonung dan Ibunda
Sarah Yane Tella, yang telah membesarkan penulis dengan penuh cinta
dan kasih sayang serta selalu memberikan doa dan motivasi,
5. Saudaraku tersayang Yonas, Heri, dan Yuliana, serta seluruh keluarga
besar atas limpahan cinta, sayang, motivasi dan doa,
6. Pemerintah daerah Kabupaten Alor yang telah membiayai penulis selama
kuliah,
7. Seluruh staf Laboratorium Helmintologi dan Patologi Klinik FKH-IPB
atas segala bantuannya selama penelitian ini berlangsung,
8. Teman-teman sepenelitian Ari, Arios, Debby, Dwi, Ina, Ivan, Lina, Nope,
Ronal, Reni, Shio, Uya, dan Vonti, atas kerjasama dan dukungannya
selama ini,
9. Abraham Lily, Ayu, Daut, Desi, Fat, Ekasonia, Elsi, Have, Herlina, Ina, In
allung, Iren, Ivi, Laswati, Marlina, Nilam, Nita, Nurul, Prima, Ria, Rin,

Royama, Seka, Tere, Uya, Yanti dan Yuni atas limpahan cinta,
persahabatan dan persaudaraan yang telah terjalin selama ini,
10. Anak – anak New camp, An-nur, La Priezta, Persekutuan mahasiswa FKH
dan Gamanusratim atas persaudaraan yang terjalin selama ini,
11. Staf pengajar dan alumni SD Gmit 1, SLTP Negeri 1 dan SMA Negeri 1
Kalabahi yang selalu memberikan bimbingan dan motivasi kepada penulis
selama menempuh pendidikan,
12. Teman - teman Asteroidea angkatan 41 yang tidak dapat disebutkan satu
per satu yang turut memberikan semangat dan dukungan kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini terdapat banyak
kekurangan. Namun penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
kita semua.

Bogor, September 2008

Penulis

DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR ...............................................................................

i

DAFTAR ISI ..............................................................................................

iii

DAFTAR TABEL ......................................................................................

v

DAFTAR GAMBAR .................................................................................

vi

PENDAHULUAN
Latar Belakang .....................................................................................

1

Tujuan ..................................................................................................

2

Manfaat ................................................................................................

2

TINJAUAN PUSTAKA
Ikan Lele (Clarias ssp) .........................................................................

3

Kualitas Air ..........................................................................................

4

Suhu .............................................................................................

4

Oksigen Terlarut ..........................................................................

5

Karbondioksida .............................................................................

5

Amoniak........................................................................................

5

pH

.............................................................................................

6

Daerah Ikan ..........................................................................................

6

Hematopoiesis ...............................................................................

8

Eritrosit..........................................................................................

8

Nilai Hematokrit ...........................................................................

9

Konsentrasi Hemoglobin ..............................................................

9

Differensiasi Leukosit ...................................................................

10

BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Penelitian ..............................................................

12

Bahan dan Alat .....................................................................................

12

Hewan Coba .................................................................................

12

Bahan ...........................................................................................

12

Alat ...............................................................................................

12

Metode Penelitian ................................................................................

12

Pengambilan Darah .......................................................................

12

Penghitungan Jumlah Leukosit Total.............................................

13

Differensiasi Leukosit ...................................................................

13

Penghitungan Nilai Hematokrit ....................................................

14

Penghitungan Konsentrasi Hemoglobin.........................................

14

Analisis Data ........................................................................................

14

HASIL DAN PEMBAHASAN
Differensiasi Leukosit dan Jumlah Leukosit Total ..............................

15

Jumlah Leukosit Total ..................................................................

16

Limfosit ........................................................................................

16

Heterofil .......................................................................................

17

Monosit ........................................................................................

18

Eosinofil dan Basofil ....................................................................

18

Nilai Hematokrit dan Konsentrasi Hemoglobin ...................................

18

Nilai Hematokrit ..........................................................................

18

Konsentrasi Hemoglobin ..............................................................

19

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan ............................................................................................

21

Saran ......................................................................................................

21

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................

22

DAFTAR TABEL

No

Teks

Halaman

1. Differensiasi leukosit dan jumlah leukosit total.................................

15

2. Nilai hematokrit dan konsentrasi hemoglobin ..................................

20

DAFTAR GAMBAR

No
1.

Teks

Halaman

Ikan lele (Clarias spp) .......................................................................

3

2. Ikan lele dumbo dan lele lokal ..........................................................

4

3.

Sel darah ikan lele .............................................................................

11

4.

Sel darah ikan lele hasil penelitian ....................................................

16

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Upaya pencapaian pemenuhan kebutuhan protein hewani masih terus
dilakukan oleh pemerintah, dimana salah satu contoh sumber protein hewani
adalah ikan. Indonesia merupakan negara yang memiliki potensi di bidang
perikanan yang luar biasa. Hal tersebut ditunjukkan dengan luasnya lautan dan
banyaknya danau serta sungai, yang dapat dikelola dan dimanfaatkan untuk
peningkatan kesejahteraan masyarakat (Irianto 2005).
Proses pembangunan yang memberi ruang tumbuhnya industrialisasi juga
memberikan pengaruh terhadap kesehatan lingkungan perikanan. Berkembangnya
sistem pertanian anorganik menyebabkan terjadinya perubahan faktor kimia,
fisika dan kualitas biologis perairan. Selain itu, berpengaruh juga terhadap biologi
ikan dan sistem tanggap kebal pada ikan yang sering menjadi penyebab timbulnya
penyakit (Irianto 2005).
Pada awalnya, pemeliharaan ikan lele (Clarias spp) di kalangan masyarakat
dilakukan sebagai kegiatan sambilan saja. Ikan lele sering dipelihara di kolam
pekarangan yang menampung air limbah rumah tangga. Hal ini disebabkan karena
sifat ikan lele yang mampu hidup di dalam lingkungan air yang kotor dan
kekurangan oksigen. Pemberian pakan pada ikan lele yang dipelihara di dalam
kolam

pekarangan

biasanya

berupa

sisa



sisa

makanan,

sehingga

pertumbuhannya lambat (Suyanto 2007).
Konsumsi ikan lele (Clarias spp) di Indonesia pada beberapa tahun terakhir
ini mengalami peningkatan. Jika dahulu ikan lele dipandang sebagai ikan murahan
dan hanya dikonsumsi oleh keluarga petani saja, pada saat ini konsumen ikan lele
semakin

meluas.

Rasa

daging

yang

khas

serta

cara

memasak

dan

menghidangkannya yang secara tradisional, membuat menu ikan lele menjadi
kegemaran masyarakat luas. Oleh karena harga ikan lele kian meningkat, sehingga
menjadi perangsang bagi petani untuk membudidayakan ikan lele secara intensif
(Suyanto 2007).
Seiring dengan semakin tingginya permintaan ikan membuat peluang
bisnis budidaya ikan lele (Clarias spp) semakin terbuka. Pembenihan merupakan

salah satu mata rantai yang turut menentukan keberhasilan suatu usaha budidaya
ikan. Benih ikan, baik secara kuantitas maupun kualitas, sering tidak dapat
dipenuhi. Banyak faktor yang menjadi penyebab, diantaranya adalah serangan
penyakit. Hal ini disebabkan karena sistem pertahanan tubuh ikan belum
sempurna (Primadaka 1992). Penyakit merupakan salah satu faktor yang dapat
menurunkan produksi ikan. Penyebab penyakit dapat dibagi menjadi dua
kelompok yaitu noninfeksi (stres, intoksikasi, defisiensi nutrisi) dan infeksi (virus,
bakteri, cendawan, cacing dan protozoa) (Zonneveld et al. 1991).
Salah satu indikator terjadinya infeksi pada ikan yaitu adanya perubahan
pada gambaran darah. Ikan yang terinfeksi akan mengalami perubahan pada
konsentrasi hemoglobin, jumlah leukosit total dan jumlah eritrosit (Lagler et al.,
1977). Pemeriksaan darah ikan merupakan faktor penting dalam membantu
diagnosis, prognosis dan terapi. Oleh karena itu untuk mengetahui status
kesehatan ikan, perlu dilakukan pemeriksaan darah (Irianto 2005).

Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran darah pada ikan lele
(Clarias spp). Parameter yang diamati meliputi jumlah leukosit total, persentase
heterofil, eosinofil, basofil, limfosit, monosit, nilai hematokrit, dan konsentrasi
hemoglobin.

Manfaat
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang profil
beberapa parameter hematologi pada ikan lele (Clarias spp).

TINJAUAN PUSTAKA

Ikan Lele (Clarias spp)
Ikan lele (Clarias spp) menurut Suyanto (2007) termasuk ke dalam filum
Chordata, kelas Pisces, sub-kelas Teleostel, ordo Ostariophysi, sub-ordo
Siluroidea, famili Clariidae, genus Clarias spp.
Ikan lele (Clarias spp) mempunyai ciri – ciri yang bisa digunakan untuk
membedakan dengan jenis ikan lainnya, yaitu memiliki bentuk memanjang,
bagian badan bulat dan memipih ke arah ekor, tidak bersisik serta mengeluarkan
mukus. Ikan lele memiliki kepala berbentuk pipih dan simetris, memiliki patil,
mulut lebar, tidak bergigi, dan mulut memiliki sepasang sungut mandibular dan
sepasang sungut maksilar yang lebih panjang dan tegar, daerah kepala sampai
punggung berwarna coklat kehitaman. Ikan lele memiliki sifat tenang dan lebih
jinak (Suyanto 2007).
Ikan lele (Clarias spp) memiliki kemampuan hidup di dalam lumpur dan
air dengan kandungan oksigen rendah. Hal ini disebabkan karena ikan ini
memiliki alat pernapasan tambahan (arborescent) yang terdapat di dalam ruang
udara sebelah atas insang, sehingga ikan lele dapat mengambil oksigen untuk
bernafas langsung dari udara di luar air (Suyanto 2007).
Ikan lele (Clarias spp) termasuk hewan malam (nokturnal), yang aktif
bergerak pada malam hari dan bersembunyi pada siang hari. Pakan ikan lele
berupa pakan alami dan pakan tambahan (Suyanto 2007).

Gambar 1. Ikan Lele (Clarias spp) (Suryanto 2007)

Jenis ikan lele yang paling banyak dijumpai dan dibudidayakan di
Indonesia adalah Clarias batrachus (lele lokal) dan Clarias gariepinus (lele
dumbo).

Namun demikian, sifat dan pertumbuhan kedua jenis ikan lele ini

berbeda. Warna badan ikan

lele dumbo (Clarias gariepinus) akan berubah

menjadi loreng - loreng apabila terkejut atau menderita stress, gerakan tubuh lebih
agresif, patil tidak beracun, tidak merusak pematang. Warna badan ikan lele lokal
(Clarias batrachus) akan berubah menjadi gelap apabila terkejut atau menderita
stress, gerakan tubuh tidak agresif, patil beracun, dan merusak pematang dengan
membuat lubang. Bobot badan ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) mencapai 10
- 15 gram/ekor dalam waktu 5 minggu, sedangkan bobot badan ikan lele lokal
(Clarias batrachus) hanya mencapai 1 – 1,5 gram/ekor dalam waktu yang sama
(Suyanto 2007).

Gambar 2. Ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) (atas) dan ikan lele lokal
(Clarias batrachus) (bawah) (Suyanto 2007).
Kualitas Air
Kualitas air merupakan faktor penting dalam budidaya ikan, karena
diperlukan sebagai media hidup ikan. Beberapa peubah fisika dan kimia yang
dapat mempengaruhi hidup ikan lele (Clarias spp) adalah suhu, oksigen terlarut,
karbondioksida bebas, pH, dan amonia (Weatherley 1972)

Suhu
Ikan lele mudah beradaptasi dengan lingkungan yang tergenang air. Apabila
sudah dewasa dapat diadaptasikan di dalam lingkungan perairan yang mengalir

(Puspowardoyo dan Djarijah 2002). Suhu merupakan faktor yang mempengaruhi
laju metabolisme dan kelarutan gas dalam air. Suhu yang ideal untuk
pemeliharaan ikan lele berkisar antara 250C - 300C, dimana di atas suhu tersebut
nafsu makan lele akan berkurang. Selain itu, tingginya temperatur air akan
menyebabkan peningkatan aktivitas metabolisme organisme yang ada. Tingginya
aktifitas metabolisme menyebabkan kandungan gas terlarut akan berkurang.
Rendahnya kandungan gas terlarut dalam kurun waktu yang lama akan
menyebabkan ikan lele lemas, bahkan mati. Perlu adanya pengaturan tingkat
kepadatan ikan lele, khususnya benih ikan lele dalam wadah pemeliharaan, agar
sesuai dengan laju metabolisme kompenen perairan yang terjadi (Zonneveld et al.,
1991).

Oksigen Terlarut
Oksigen sangat diperlukan ikan lele untuk keperluan pernapasan dan
metabolisme. Perbedaan struktur molekul darah antar jenis ikan mempengaruhi
hubungan antara tekanan parsial oksigen dalam air dan derajat kejenuhan oksigen
dalam darah. Oksigen diperlukan ikan untuk katabolisme yang menghasilkan
energi bagi aktivitas seperti berenang, reproduksi, dan pertumbuhan. Kebutuhan
oksigen bagi ikan berbeda – beda tergantung spesies (Irianto 2005). Umumnya
ikan lele mampu hidup normal pada kandungan oksigen terlarut sebesar 4 mg per
liter. Jika persediaan oksigen di bawah 20% dari kebutuhan normal, ikan lele akan
lemas dan menyebabkan kematian (Murhananto 2002).

Karbondioksida
Kandungan karbondioksida yang ideal untuk ikan lele berkisar antara 0 –
12,8 mg/liter (Murhananto 2002). Jumlah kandungan karbondioksida dalam suatu
lingkungan perairan ditentukan oleh bahan organik dan binatang air yang
terkandung di dalamnya. Semakin banyak bahan organik yang mengurai, kadar
karbondioksida akan semakin tinggi. Demikian pula dengan metabolisme yang
ada, berbanding lurus dengan kadar karbondioksida (Boyd 1990).
Proses keracunan terhadap ikan terjadi karena karbondioksida mudah terikat
oleh hemoglobin, sehingga konsentrasi hemoglobin berkurang dan dalam keadaan

demikian dapat menyebabkan ikan mati lemas. Adanya alat pernapasan tambahan
(arborescent) pada ikan lele dapat membantu ikan dalam mengambil oksigen
langsung dari udara di luar air untuk kebutuhan pernapasannya (Sumpeno 2005).

Amonia
Amonia merupakan produk akhir katabolisme protein yang dieksresikan ke
luar tubuh ikan melalui insang dan kulit. Amonia ikut berperan dalam regulasi
ion melalui pertukaran dengan ion Na+. Konsentrasi amonia di dalam lingkungan
perairan kolam budidaya ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu seberapa baik
kolam budidaya dikelola dan lama waktu ikan dipuasakan sebelum penanganan.
Boyd (1990) melaporkan bahwa amonia berpengaruh terhadap pertumbuhan ikan,
yaitu penggunaan energi yang lebih akibat stres yang ditimbulkan. Menurut
Khairuman dan Amri (2002), kandungan maksimum amonia di dalam suatu
wadah pemeliharaan untuk benih ikan lele yang masih dapat ditolerir adalah
1mg/liter (Khairuman dan Amri 2002).

pH
Irianto (2005) melaporkan bahwa ikan dapat hidup pada pH yang berkisar
antara 5,0 – 9,5. Namun demikian, pada umumnya pH yang diperlukan untuk
budidaya perikanan berkisar antara 6,7 – 8,3. pH yang baik untuk pertumbuhan
ikan lele berkisar antara 6,5 – 9,0. pH kurang dari 5 sangat buruk bagi kehidupan
ikan lele karena dapat menyebabkan terjadinya penggumpalan lendir di dalam
insang dan dapat menyebabkan kematian, sedangkan pH di atas 9 kurang baik
bagi perkembangan ikan lele, karena dapat menghambat pertumbuhan dan
menurunkan nafsu makan (Murhanto 2002). Tinggi rendahnya pH dalam suatu
perairan dipengaruhi oleh banyaknya kotoran di dalam lingkungan perairan yang
berasal dari sisa pakan dan hasil metabolisme (Sumpeno 2005).

Darah Ikan
Darah ikan mengalir dari jantung melalui aorta ventral dan arteri – arteri
brankhial menuju ke insang untuk keperluan oksigenasi (Irianto 2005). Darah ikan
tersusun dari sel – sel darah yang tersuspensi dalam plasma yang diedarkan ke

seluruh jaringan tubuh (Moyle dan Cech 1988). Fungsi darah ikan antara lain
mengedarkan sari makanan dan oksigen ke seluruh tubuh (Lagler et al. 1977).
Darah ikan terdiri dari atas komponen cairan (plasma) dan komponen
seluler (sel-sel darah).

Sel-sel darah terdiri dari eritrosit (sel darah merah),

leukosit (sel darah putih) dan trombosit (keping darah), yang diedarkan ke seluruh
tubuh melalui sistem sirkulasi tertutup (Wedemeyer et al., 1990). Sel dan plasma
darah mempunyai peranan fisiologis yang sangat penting. Plasma darah adalah
suatu cairan jernih yang mengandung mineral terlarut, hasil absorpsi dari
pencernaan makanan, buangan hasil metabolisme, serta gas terlarut (Lagler et al.,
1977).
Leukosit dikelompokkan ke dalam granulosit dan agranulosit berdasarkan
ada tidaknya butir – butir (granul) di dalam sitoplasma. Termasuk ke dalam
kelompok granulosit yaitu heterofil, eosinofil dan basofil. Jenis leukosit ini
memiliki sifat reaksi terhadap zat tertentu yaitu eosinofil yang bersifat asidofil
(berwarna merah oleh eosin), basofil berwarna basofil (ungu), dan heterofil
bersifat tidak basofil maupun asidofil (Dellman dan Brown 1989). Agranulosit
dibagi menjadi monosit dan limfosit (Lagler et al., 1977). Agranulosit tidak
memiliki butir sitoplasmik spesifik dan ditandai dengan inti berbentuk lonjong,
bulat dengan lekuk yang khas (Dellman dan Brown 1992).
Chinabut et al. (1991) melaporkan bahwa trombosit pada ikan berbentuk
bulat memanjang atau lonjong dan berperan dalam proses pembekuan darah
karena ikut serta dalam mengaktifkan protrombin menjadi trombin. Ciri khusus
trombosit adalah adanya lingkaran sitoplasma tipis di sekeliling inti yang akan
berwarna ungu tua saat diwarnai dengan Giemsa. Ukuran rata – rata trombosit
berkisar antara (4 x 7 µm) – (5 x 13 µm).
Wedemeyer et al. (1990) melaporkan bahwa pemeriksaan darah penting
untuk membantu peneguhan diagnosa suatu penyakit. Penyimpangan fisiologis
ikan akan menyebabkan terjadinya perubahan pada gambaran darah, baik secara
kualitatif maupun kuantitatif. Darah akan mengalami perubahan yang serius
khususnya apabila terkena penyakit infeksi (Amlacher 1970). Parameter darah
yang dapat memperlihatkan adanya gangguan adalah nilai hematokrit, konsentrasi

hemoglobin, jumlah eritrosit (sel darah merah) dan jumlah leukosit (sel darah
putih) (Lagler et al., 1977).

Hematopoiesis
Irianto (2005) melaporkan bahwa ikan teleostei (ikan bertulang sejati)
tidak memiliki sumsum tulang belakang, sehingga hematopoiesis (pembentukan
darah) tidak berlangsung di dalam sumsum tulang belakang. Leukosit diproduksi
di organ timus dan ginjal, sedangkan eritrosit diproduksi di organ limpa dan
ginjal. Ginjal merupakan organ limfoid primer pada ikan teleostei, yang terdiri
dari 3 bagian yaitu bagian anterior, tengah, dan posterior. Ginjal anterior memiliki
kapasitas hematopoietik tertinggi, namun demikian proses tersebut dapat juga
berlangsung di seluruh bagian ginjal. Organ limfoid sekunder meliputi limpa dan
jaringan limfoid yang berasosiasi dengan usus halus. Angka et al. (1985)
melaporkan bahwa limpa merupakan organ limfoid penting yang berbentuk
segitiga memanjang dan terdiri dari pulpa putih dan pulpa merah. Pulpa putih
terdiri dari hemoblast, limfosit dan makrofag, sedangkan pulpa merah terdiri dari
eritrosit dewasa dan makrofag.

Eritrosit (Sel Darah Merah)
Eritrosit pada ikan merupakan jenis sel darah yang paling banyak
jumlahnya. Bentuk eritrosit pada semua jenis ikan hampir sama. Eritrosit pada
ikan memiliki inti, seperti pada bangsa burung dan reptil. Jumlah eritrosit pada
ikan teleostei berkisar antara (1,05 - 3,0) x 106 sel/mm3 (Irianto 2005). Eritrosit
berwarna kekuningan, berbentuk lonjong, kecil, dengan ukuran berkisar antara 7 36 µm (Lagler et al. 1977). Eritrosit yang sudah matang berbentuk oval sampai
bundar, inti berukuran kecil dengan sitoplasma besar. Ukuran eritrosit ikan lele
(Clarias ssp) berkisar antara (10 x 11 µm) – (12 x 13 µm), dengan diameter inti
berkisar antara 4 – 5 µm. Jumlah eritrosit ikan lele (Clarias ssp) adalah 3,18 x 106
sel/ml (Angka et al., 1985). Jika diwarnai dengan pewarnaan Giemsa, inti sel akan
berwarna ungu dan dikelilingi oleh plasma berwarna biru muda (Chinabut et al.
1991). Rendahnya eritrosit merupakan indikator terjadinya anemia, sedangkan

tingginya jumlah eritrosit menandakan ikan dalam keadaan stres (Wedemeyer dan
Yasutake 1977).

Nilai Hematokrit
Hematokrit adalah persentase eritrosit di dalam darah (Guyton 1997).
Hematokrit digunakan untuk mengukur perbandingan antara eritrosit dengan
plasma, sehingga hematokrit memberikan rasio total eritrosit dengan total volume
darah dalam tubuh. Nilai hematokrit dipengaruhi oleh ukuran dan jumlah eritrosit
(Ganong 1995). Nilai hematokrit pada ikan teleostei berkisar antara 20 - 30% dan
pada ikan laut bernilai sekitar 42% (Bond 1979). Presentase nilai hematokrit ikan
lele (Clarias spp) normal berkisar antara 30,8 - 45,5% (Angka et al., 1985). Nilai
hematokrit secara langsung berhubungan dengan jumlah eritrosit dan konsentrasi
hemoglobin (Swenson 1977). Nilai hematokrit di bawah 30% menunjukan adanya
defisiensi eritrosit (Nabib dan Pasaribu 1989). Amlacher (1970) melaporkan
bahwa selain infeksi bakteri, nafsu makan juga berpengaruh pada jumlah eritrosit
sehingga berpengaruh pula terhadap nilai hematokrit dan konsentrasi hemoglobin
di dalam sirkulasi darah.

Konsentrasi Hemoglobin
Hemoglobin (Hb) merupakan pigmen eritrosit yang terdiri dari protein
kompleks terkonyugasi yang mengandung besi. Protein Hb adalah globin,
sedangkan warna merah hemoglobin disebabkan oleh adanya heme. Heme adalah
suatu senyawa metalik yang mengandung satu atom besi (Guyton 1997).
Hemoglobin secara fisik mempunyai hubungan yang penting dengan
oksigen. Pada saat eritrosit melalui kapiler paru – paru, hemoglobin mengikat
oksigen membentuk oksihemoglobin. Sebaliknya pada saat melewati kapiler
sistemik, hemoglobin akan melepas oksigen ke jaringan dan menjadi hemoglobin
kembali (Swenson 1977).
Kebanyakkan ikan teleostei (ikan bertulang keras) memiliki hemoglobin
dalam eritrosit yang sama seperti pada vetebrata lainnya. Ikan merupakan hewan
poikilotermal yaitu suhu tubuh tergantung pada suhu di lingkungan sekelilingnya.
Suhu tubuh pada ikan yang hidup di daerah kutub sangat rendah, sehingga

hemoglobin tidak diperlukan untuk mengangkut oksigen. Pada ikan yang hidup di
daerah tersebut, oksigen diedarkan ke seluruh tubuh oleh plasma darah (Irianto
2005). Konsentrasi hemoglobin ikan lele (Clarias spp) normal berkisar antara
10,3 - 13,5 gr% (Angka et al. 1985).

Differensiasi Leukosit
Leukosit merupakan jenis sel yang aktif di dalam sistem pertahanan tubuh.
Setelah dihasilkan di organ timus dan ginjal, leukosit kemudian diangkut dalam
darah menuju ke seluruh tubuh (Irianto 2005). Leukosit akan ditanspor secara
khusus ke daerah yang mengalami peradangan yang serius (Guyton 1997).
Leukosit tidak berwarna dan jumlah leukosit total ikan teleostei berkisar
antara 20.000-150.000 butir tiap mm3. Leukosit berbentuk lonjong sampai bulat
(Moyle dan Chech 1988). Pada ikan lele, mas, dan nila, leukosit jenis eosinofil
dan basofil jarang ditemukan, kecuali bila ada reaksi kekebalan dengan
perantaraan sel (Nabib dan pasaribu 1989).
Limfosit, dengan pewarnaan Giemsa, berbentuk bundar dengan sejumlah
kecil sitoplasma non granula berwarna biru cerah atau ungu pucat (Chinabut et al.
1991). Limfosit bersifat aktif dan mempunyai kemampuan berubah bentuk dan
ukuran. Limfosit mampu menerobos jaringan atau organ tubuh yang lunak untuk
pertahanan tubuh (Dellman dan Brown 1992). Ukuran rata – rata limfosit berkisar
antara 4,5 - 12 µm (Moyle dan Chech 1988). Persentase normal limfosit pada ikan
teleostei berkisar antara 71,12 – 82,88% (Affandi dan Tang 2002). Jumlah
limfosit di dalam darah ikan lebih banyak dibandingkan dengan limfosit pada
mamalia. Kepadatan limfosit pada ikan sebesar 48 x 103 sel/mm3, sedangkan pada
mamalia sekitar 2 x 103 sel/mm3 (Roberts 1978).
Monosit berbentuk oval atau bundar, dengan diameter berkisar antara 6 15 mikron, memiliki inti berbentuk oval. Inti terletak berdekatan dengan tepi sel
dan mengisi sebagian isi sel. Persentase monosit pada ikan teleostei sekitar 0,1%
dari seluruh populasi leukosit yang bersirkulasi. Monosit pada ikan memiliki
morfologi yang hampir sama dengan monosit pada mamalia (Roberts 1978).
Nabib dan Pasaribu (1989) melaporkan bahwa monosit bersama makrofag akan
memfagositosis sisa – sisa jaringan dan agen penyebab penyakit.

$$$$
$$$$

Gambar 3. Sel darah Ikan Lele (Clarias ssp), Eritrosit (E), Limfosit (L),
Monosit (M), Heterofil (N), dan Trombosit (T) (Abdullah 2008).
Heterofil berbentuk bulat dan berukuran besar, diameter berkisar antara 9 13 mikron, memiliki sitoplasma dalam jumlah besar dan bergranul. Sitoplasma
berwarna biru cerah atau ungu pucat, sedangkan inti berwarna biru gelap
(Chinabut et al. 1991). Jumlah heterofil di dalam darah akan meningkat apabila
terdapat infeksi oleh bakteri (Dellman dan Brown 1992). Roberts (1978)
melaporkan bahwa persentase heterofil pada ikan berkisar antara 6 - 8%. Jumlah
heterofil pada ikan teleostei hampir sama dengan jumlah neutrofil pada mamalia,
yaitu berkisar antara (3 – 6) x 103 sel/mm3.

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Helmintologi, Departemen
Ilmu Penyakit Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner dan Laboratorium
Patologi Klinik, Departemen Klinik, Reproduksi, dan Patologi, Fakultas
Kedokteran Hewan IPB, Darmaga. Penelitian ini dilakukan mulai bulan Juni 2007
sampai dengan Maret 2008.

Bahan dan Alat
Hewan Coba
Jenis ikan yang digunakan pada penelitian ini adalah ikan lele sebanyak 17
ekor dengan bobot badan berkisar antara 30 – 50 gr/ekor. Ikan lele diperoleh dari
petani ikan lele di daerah Laladon, Bogor.

Bahan
Bahan untuk pengambilan dan pengamatan darah adalah larutan Rees
Ecker, HCl 0,1 N, Giemsa 10%, metanol, alkohol 70%, heparin dan akuades.

Alat
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah aquarium, papan
gabus yang dibungkus dengan plastik, syringe 1ml, rak tabung, tabung reaksi,
pipet, gelas obyek, gelas penutup, bak pewarnaan, kertas label, kertas plastik, alat
hitung, stopwatch, mikroskop, tabung mikrohematokrit berlapis heparin, sentrifus,
hemositometer set, hemometer set, dan pipet pengencer.

Metode Penelitian
Pengambilan Darah
Darah diambil dari vena caudalis dekat ekor di antara sisik ikan. Syringe
dibasahi dengan antikoagulan heparin. Sampel darah ikan diambil dari belakang
anal ke arah tulang belakang hingga jarum syringe menyentuh tulang. Sampel

darah dihisap perlahan sebanyak 1ml, kemudian dipindahkan ke dalam tabung
yang telah dibasahi terlebih dahulu dengan heparin.

Penghitungan Jumlah Leukosit Total
Penghitungan

jumlah

leukosit

total

dilakukan

menggunakan

hemositometer. Sampel darah dihisap dengan pipet berskala sampai 0,5,
selanjutnya larutan Rees Ecker dihisap sampai skala 101. Pipet digoyang
membentuk angka delapan selama 3 – 5 menit agar homegen. Tetesan pertama
dibuang dan tetesan berikutnya dimasukkan ke dalam hemositometer dan ditutup
dengan kaca penutup, kemudian dihitung di bawah mikroskop. Penghitungan
dilakukan pada 5 kotak besar hemositometer di daerah kamar hitung untuk sel
darah putih. Jumlah leukosit total dinyatakan dengan n x 103/mm3 (Blaxhall
1972).

Differensiasi Leukosit
Pengamatan diferensiasi leukosit dilakukan untuk menentukan persentase
tiap jenis leukosit yang ada di dalam darah. Pengamatan diferensiasi leukosit
dilakukan dengan mengamati preparat ulas darah di bawah mikroskop.
Pembuatan preparat ulas darah dilakukan dengan menempatkan setetes darah
pada gelas obyek. Gelas obyek kedua diletakkan dengan sudut 450 di atas gelas
obyek pertama, lalu digeser ke belakang menyentuh darah sehingga darah
menyebar. Gelas obyek kedua kemudian digeser ke arah yang berlawanan
sehingga membentuk suatu lapisan tipis darah.
Preparat ulas darah dibiarkan kering di udara, kemudian difiksasi dengan
cara merendam preparat ulas darah di dalam methanol selama 5 menit dan
dikeringkan. Setelah itu preparat diwarnai dengan cara dimasukkan ke dalam
larutan Giemsa 10% selama 30 menit, dicuci, kemudian dikeringkan. Preparat
ulas darah yang telah diwarnai kemudian diamati dan dihitung di bawah
mikroskop dengan pembesaran 1000 x hingga mencapai jumlah 100 sel leukosit
(Blaxhall 1972).

Penghitungan Nilai Hematokrit
Pengukuran

nilai

hematokrit

dilakukan

menggunakan

tabung

mikrohematokrit berupa pipa kapiler yang berlapis heparin. Sampel darah dihisap
dengan menggunakan pipa kapiler, sampai pada ¾ bagian kapiler, kemudian
ditutup dengan bahan penutup (lilin). Pipa kapiler yang berisi darah kemudian
disentrifuse dengan kecepatan 1500 rpm selama 5 menit.
Pembacaan dilakukan dengan membandingkan bagian darah yang
mengendap dengan seluruh bagian darah yang ada di dalam tabung
mikrohematokrit, menggunakan mikrohematokrit skala dan hasilnya dinyatakan
dalam persen (%) (Angka et al. 1985).

Penghitungan Konsentrasi Hemoglobin
Konsentrasi hemoglobin diukur menggunakan metode Sahli. Sampel darah
ikan diambil dengan pipet sahli sampai skala 20 mm3. Ujung pipet yang
digunakan dibersihkan dari sisa – sisa darah dengan kertas tissue. Darah
dipindahkan ke dalam tabung sahli yang telah diisi dengan HCl 0,1N sampai
angka 10 (garis skala paling bawah pada tabung sahli). Kemudian tabung tersebut
ditempatkan diantara 2 tabung yang berisi warna standar. Akuades ditambahkan
ke dalam tabung sahli sedikit demi sedikit menggunakan pipet, sampai warnanya
sama dengan warna standar, dan hasilnya dinyatakan dalam gr% (Hesser 1960).

Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif. Parameter yang diamati
adalah jumlah leukosit total, persentase differensiasi leukosit, nilai hematokrit,
dan konsentrasi hemoglobin.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Differensiasi Leukosit dan Jumlah Leukosit Total
Tabel 1 menunjukkan hasil pengamatan terhadap differensiasi leukosit dan
jumlah leukosit total pada ikan lele (Clarias spp) selama penelitian.

Tabel 1. Differensiasi Leukosit dan Jumlah Leukosit Total Ikan Lele

Differensiasi Leukosit (%)

Sampel
Darah
Limfosit

Heterofil

Monosit

Eosinofil

Basofil

Leukosit
Total
(ribu/mm3)

Lele 1

71

29

-

-

-

150

Lele 2

71

28

1

-

-

154

Lele 3

72

28

-

-

-

147

Lele 4

74

26

-

-

-

143

Lele 5

73

27

-

-

-

135

Lele 6

76

24

-

-

-

152

Lele 7

70

30

-

-

-

148

Lele 8

69

29

1

-

-

145

Lele 9

71

29

-

-

-

136

Lele 10

72

27

1

-

-

152

Lele 11

72

28

-

-

-

138

Lele 12

76

24

-

-

-

151

Lele 13

70

30

-

-

-

142

Lele 14

73

27

-

-

-

140

Lele 15

72

28

-

-

-

136

Lele 16

70

30

-

-

-

134

Lele 17

71

29

-

-

-

137



1223

474

3

0

0

2440

Rataan

71,9 ± 1,98

27,8 ±1,90

0,1±0,39

0

0

143,5±7,01

Normal

71,12-82,88

6-8

0,1

-

-

120-150

Jumlah Leukosit Total
Tabel 1 menunjukkan bahwa rataan jumlah leukosit total yaitu 143,5±7,01
x 103/mm3. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa jumlah leukosit total tertinggi
terdapat pada lele 2 yaitu 154.000/mm3, sedangkan jumlah leukosit total terendah
terdapat pada lele 16 yaitu 134.000/mm3. Hasil ini masih berada di dalam kisaran
nilai normal, seperti yang dilaporkan oleh Moyle dan Chech (1988), yaitu jumlah
leukosit total tiap mm3 darah ikan teleostei berkisar antara 20.000-150.000 butir
Menurut Moyle dan Chech (1988), leukosit berfungsi sebagai sistem
pertahanan tubuh yang akan dikirim secara khusus ke daerah yang terinfeksi dan
mengalami peradangan yang serius. Arry (2007) melaporkan bahwa peningkatan
jumlah leukosit total terjadi akibat adanya respon dari tubuh ikan terhadap kondisi
lingkungan pemeliharaan yang buruk, faktor stres dan infeksi penyakit.
Sedangkan penurunan jumlah leukosit total disebabkan karena adanya gangguan
pada fungsi organ ginjal dan limpa dalam memproduksi leukosit yang disebabkan
oleh infeksi penyakit. Menurut Irianto (2005), salah satu contoh penyakit pada
ikan yang menyebabkan gangguan pada ginjal dan limpa antara lain Aeromonas
hydrophila,
Gambaran sel darah ikan lele (Clarias spp) yang ditemukan selama proses
pengamatan adalah sebagai berikut :

E

M

H

L

Gambar 1. Sel darah Ikan Lele (Clarias spp) : Eritrosit (E), Heterofil (H),
Monosit (M), dan Limfosit (L).
Limfosit
Hasil pengamatan terhadap persentase limfosit dapat dilihat pada Tabel 1.
Rataan persentase limfosit pada ikan lele (Clarias spp) sebesar 71,9±1,98%. Dua

dari 17 sampel darah menunjukkan persentase limfosit tertinggi yaitu 76%,
sedangkan satu dari 17 sampel darah menunjukkan persentase limfosit terendah
yaitu 69%. Persentase limfosit hasil pengamatan lebih rendah dari kisaran nilai
normal. Menurut Affandi dan Tang (2002), persentase normal limfosit pada ikan
berkisar antara 71,12 – 82,88%. Penurunan persentase limfosit ikan lele hasil
pengamatan diduga karena ikan lele mengalami stres. Menurut Irianto (2005),
stres yang berkepanjangan akan mengakibatkan terjadinya peningkatan sekresi
hormon kortisol, sehingga menyebabkan penurunan jumlah limfosit di dalam
sirkulasi darah.
Fungsi utama limfosit yaitu memproduksi antibodi dalam merespon
antigen (Tizard 1982). Reaksi terhadap kehadiran antigen merangsang sel limfoid
untuk berdiferensiasi membentuk dua macam sel yaitu limfosit T dan B. Limfosit
T berasal dari kelenjar timus dan berperan mengatur kekebalan yang mampu
mengeliminasi antigen melalui cell mediated immune respons. Limfosit B diduga
berasal dari organ ginjal dan berperan dalam pemben