36
Volume dari setiap kolom pada Gambar 25, menunjukkan pada umumnya volume bukaan penuh pada bagian kiri merupakan debit yang paling tinggi sedangkan pada bagian kanan, hampir
seluruh volume bukaan penuh merupakan nilai yang paling rendah. Beda halnya dengan penggunaan pwm Gambar 26, hampir seluruh volume dengan pwm sebesar 255 menjadi nilai tertinggi pada
setiap kolom.
Gambar 26. Distribusi air hasil penyemprotan dengan perlakuan PWM selama 30 detik Dari hasil pengujian distribusi air hasil penyemprotan diperoleh debit untuk penyemprotan
dengan perlakuan bukaan katup Gambar 25 adalah 19.38, 19.09, dan 18.96 mLdetik secara berturut- turut untuk bukaan penuh, 23 bukaan, dan 13 bukaan. Debit untuk penyemprotan dengan perlakuan
PWM adalah 15.81, 14.93, dan 13.56 mLdetik untuk pwm 255, pwm 226, dan pwm 167 secara berturut-turut.
4.6 Uji Kinerja Sistem
4.6.1 Konfigurasi Pengujian Pengujian dilakukan dengan menggunakan 6 buah gambar yaitu gambar 4, 5, 6, 5, 23, dan 5
yang telah disusun berurutan sehingga menghasilkan 12 kelas kepadatan gulma bagian kanan secara berturut-turut 4, 4, 1, 1, 2, 2, 1, 1, 3, 3, 1, dan 1.
4.6.2 Perbandingan Peyemprotan 2 Sprayer dengan Perlakuan Tunggal dan Perlakuan Ganda Dari hasil pemetaan perlakuan yang divisualisasikan pada Gambar 22, dan debit yang ada pada
Tabel 18 dihasilkan bahwa dosis penyemprotan total untuk penyemprotan dengan perlakuan tunggal adalah sebesar 0.756 L sedangkan dosis penyemprotan total untuk penyemprotan dengan perlakuan
ganda adalah sebesar 0.649 L. Kedua angka tersebut menunjukkan adanya penghematan penggunaan cairan hingga 14 jika
sebuah citra dibagi menjadi 4 citra. Dengan kata lain, penerapan pertanian presisi dengan memperkecil luasan citra pada kasus data sekunder ini dapat meningkatkan ketepatan penyemprotan
dan mengurangi herbisida sehingga dapat menghemat biaya dan ramah lingkungan. Perbandingan ini dilakukan dengan metode teoritis.
10 20
30 40
50 60
70 80
90 100
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 V
o lu
m e
m L
Gelas ke-n
pwm 255 pwm 226
pwm 167
37
4.6.3 Uji Ketepatan Aktifasi Penyemprotan
Gambar 27. Pengujian ketepatan aktifasi penyemprotan Ketepatan aktifasi diukur dengan jarak semprotan sprayer. Jarak tersebut kemudian
dibandingkan dengan jarak seharusnya yaitu hasil dari perancangan pemicu. Tabel 19. Hasil pengujian aktifasi penyemprotan
Ulangan Jarak
Perancangan cm
Jarak Terukur cm Error
1 2
3 4
5 1
102 94
85 104
88 109
9.41 2
102 110
90 102
87 106
7.65 3
102 108
85 110
86 107
10.20 4
102 114
91 111
74 111
13.53 5
102 112
87 111
85 112
11.96 Rataan
10.55 Nilai error rata-rata yang dihasilkan dari pengujian ketepatan aktifasi adalah sebesar 10.55
dengan hasil pengukuran jarak dengan pola yang sama. Hal ini dapat disebabkan oleh aktifasi yang dilakukan oleh pemicu. Untuk mengaktifasi gambar, pencacah mikrokontroler berada pada hitungan
ke-6 akan tetapi pada saat pengujian aktifasi gambar dilakukan pada saat pencacah berada pada hitungan manual ke-5 atau pada hitungan manual ke-6. Letak magnet yang berdekatan dan posisi
sensor magnet dapat mempengaruhi terjadinya hal tersebut. Ketika sensor magnet berada tepat di area 2 medan magnet, sensor magnet dapat mencacah sebanyak 2 kali. Penyebab error lainnya adalah
penundaan yang terjadi selama aplikator melakukan penyemprotan hingga aplikator berhenti. 4.6.4 Uji Ketelitian Dosis Aplikasi
Ketelitian dosis aplikasi diukur dengan mengukur volume total yang keluar dari nozzle sprayer untuk masing-masing pengujian dan membandingkan dengan volume seharusnya dari hasil
perancangan dosis Gambar 28.
38
Hasil pengujian menunjukkan bahwa rataan error yang terjadi sebesar 3.47. Artinya bahwa dosis aplikasi yang dikeluarkan oleh aplikator terbilang baik. Error yang terjadi disebabkan oleh
kinerja dari pompa sprayer yang kurang baik seperti yang dijelaskan sebelumnya.
Gambar 28. Hasil pengujian ketelitian dosis aplikasi
Gambar 29. Pengujian ketelitian dosis aplikasi 0.00
50.00 100.00
150.00 200.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 V
o lu
m e
m L
Ulangan ke-n
Volume Seharusnya Volume Terukur
39
V. SIMPULAN DAN SARAN