34
Tegangan +5V akan dialirkan ke pin PWM ketika pwm_flag bernilai 1 dan sebaliknya aliran arus melalui pin PWM akan terputus ketika pwm_flag bernilai 0. Nilai TH0 menunjukkan nilai awal
dari timer untuk mencapai overflow. TF0 untuk menghapus overflow dan memulai kembali Timer0 dari nilai awal.
4.4 Penentuan Nilai Modulasi Lebar Pulsa
Penentuan lebar pulsa yang digunakan didasari oleh nilai yang digunakan dalam penelitian sebelumnya. Thangkowit 2006 menerapkan besar lebar pulsa seperti pada Tabel 13 pada sebuah
citra berukuran 62 cm X 84 cm, maka untuk penelitian ini, dengan ukuran citra 50 cm x 50 cm, digunakan sebanyak kurang lebih setengah kali debit untuk penyemprotan. Dari hasil perhitungan dan
batasan debit maksimum sprayer, diperoleh persentasi duty cycle yang ditampilkan pada tabel berikut. Tabel 18. Nilai duty cycle PWM yang digunakan dalam sistem
Kelas PWM duty cycle
PWM Debit ltmin
1 2
67 167
0.85 3
88 226
1.15 4
100 255
1.21
4.5 Sprayer Elektrik
4.5.1 Pengujian kinerja Sprayer elektrik
Gambar 23. Debit kontinyu dari sprayer elektrik pada berbagai tingkat bukaan katup Kinerja sprayer elektrik yang dimaksud adalah kestabilan debit air yang dikeluarkan melalui
nozzle pada setiap detiknya. Dari Gambar 23 terlihat jelas selama 15 detik pengujian, sprayer elektrik tidak menunjukkan pergerakan yang stabil untuk ketiga kasus yang diaplikasikan yaitu dengan 13
bukaan katup, 23 bukaan katup dan bukaan katup penuh. Hal ini dapat disebabkan oleh kondisi teknis dari pompa yang digunakan.
0.00 5.00
10.00 15.00
20.00 25.00
30.00 35.00
.0 .3
8 .7
7 1
.1 5
1 .5
4 1
.9 2
2 .3
1 2
.6 9
3 .0
8 3
.4 6
3 .8
5 4
.2 3
4 .6
2 5
.0 5
.3 8
5 .7
7 6
.1 5
6 .5
4 6
.9 2
7 .3
1 7
.6 9
8 .0
8 8
.4 6
8 .8
5 9
.2 3
9 .6
2 1
.0 1
.3 8
1 .7
7 1
1 .1
5 1
1 .5
4 1
1 .9
2 1
2 .3
1 1
2 .6
9 1
3 .0
8 1
3 .4
6 1
3 .8
5 1
4 .2
3 1
4 .6
2 1
5 .0
D e
b it
m L0
.3 8
d e
ti k
Waktu detik
13 Bukaan 23 bukaan
Bukaan Penuh
35
4.5.2 Hubungan antara Tinggi dan Lebar Penyemprotan Hubungan antara tinggi penyemprotan dengan lebar penyemprotan sangat erat karena nilai
koefisien korelasi R yang dihasilkan sebesar 0.99. Dari hasil ini, ketinggian penyemprotan yang digunakan adalah 20 cm. Nilai tersebut diambil dengan pertimbangan ketinggian gulma pada lahan.
Gambar 24. Hubungan antara tinggi dan lebar penyemprotan 4.5.3 Pengujian debit dan distribusi hasil penyemprotan
Dengan tinggi penyemprotan sebesar 20 cm, Gambar 25 dan Gambar 26 secara berturut-turut memperlihatkan pola distribusi air dari sprayer elektrik dengan bukaan katup dan perlakuan PWM.
Pada penggunaan PWM Gambar 26 terdapat 4 kolom yang memiliki volume maksimum hampir sama sedangkan pada penggunaan katup Gambar 25 tidak. Artinya bahwa distribusi cairan yang
dilakukan dengan menggunakan PWM lebih merata dibandingkan dengan menggunakan bukaan katup.
Gambar 25. Distribusi air hasil penyemprotan dengan bukaan katup selama 30 detik 20
40 60
80 100
120 140
160
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 V
o lu
m e
m L
Gelas ke-n
Bukaan Penuh 23 bukaan
13 bukaan y = 1.875x + 43.75
R² = 0.9868
20 40
60 80
100 120
140
10 20
30 40
50
Le b
a r
S e
mp ro
t c
m
Tinggi Semprot cm
36
Volume dari setiap kolom pada Gambar 25, menunjukkan pada umumnya volume bukaan penuh pada bagian kiri merupakan debit yang paling tinggi sedangkan pada bagian kanan, hampir
seluruh volume bukaan penuh merupakan nilai yang paling rendah. Beda halnya dengan penggunaan pwm Gambar 26, hampir seluruh volume dengan pwm sebesar 255 menjadi nilai tertinggi pada
setiap kolom.
Gambar 26. Distribusi air hasil penyemprotan dengan perlakuan PWM selama 30 detik Dari hasil pengujian distribusi air hasil penyemprotan diperoleh debit untuk penyemprotan
dengan perlakuan bukaan katup Gambar 25 adalah 19.38, 19.09, dan 18.96 mLdetik secara berturut- turut untuk bukaan penuh, 23 bukaan, dan 13 bukaan. Debit untuk penyemprotan dengan perlakuan
PWM adalah 15.81, 14.93, dan 13.56 mLdetik untuk pwm 255, pwm 226, dan pwm 167 secara berturut-turut.
4.6 Uji Kinerja Sistem