KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PADA MASYARAKAT PENDATANG DENGAN MASYARAKAT LOKAL DI LAMONGAN (Studi pada Masyarakat Sedayulawas, Kec Brondong, Kab Lamongan)

(1)

KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PADA MASYARAKAT

PENDATANG DENGAN MASYARAKAT LOKAL

DI LAMONGAN

(Studi pada Masyarakat Sedayulawas, Kec Brondong, Kab Lamongan)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang Sebagai Persyaratan untuk Mendapatkan Gelar

Sarjana (S-1)

Disusun Oleh : MEY CANDRA SUSANTO

07220381

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG


(2)

LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI

Nama : Mey Candra Susanto NIM : 07220381

Jurusan : Ilmu Komunikasi

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Judul Skripsi : Komunikasi Antar Budaya pada Masyarakat Pendatang dengan Masyarakat Lokal di Lamongan (Studi pada Masyarakat Sedayulawas, Kec Brondong, Kab Lamongan)

Disetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

Muslimin Machmud, M.Si, PhD Drs. Abdullah Masmuh, M.Si

Mengetahui,

Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Nama : Mey Candra Susanto NIM : 07220381

Jurusan : Ilmu Komunikasi

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Judul Skripsi : Komunikasi Antar Budaya pada Masyarakat Pendatang dengan Masyarakat Lokal di Lamongan (Studi pada Masyarakat Sedayulawas, Kec Brondong, Kab Lamongan)

Telah dipertahankan dihadapan Dewan Penguji Skripsi Jurusan Ilmu Komunikasi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang

Dan dinyatakan LULUS Pada Hari : Sabtu

Tanggal : 07 April 2012

Mengesahkan, Dekan FISIP UMM

Dr. Wahyudi, M.Si

Dewan Penguji:

1. Nasrullah, S.Sos, M.Si Penguji I ( ………. )

2. Drs. Farid Rusman, M.Si Penguji II ( ………. )

3. Muslimin Machmud, M.Si, PhD Penguji III ( ……….)


(4)

BERITA ACARA BIMBINGAN SKRIPSI

Nama : Mey Candra Susanto NIM : 07220381

Jurusan : Ilmu Komunikasi

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Judul Skripsi : Komunikasi Antar Budaya pada Masyarakat Pendatang dengan Masyarakat Lokal di Lamongan (Studi pada Masyarakat Sedayulawas, Kec Brondong, Kab Lamongan) Pembimbing : 1. Muslimin Machmud, M.Si, PhD

2. Drs. Abdullah Masmuh, M.Si

Kronologi Bimbingan

Tanggal Paraf Pembimbing Keterangan Pembimbing I Pembimbing II

29-9-2011 Acc. Judul

28-10-2011 Acc. Proposal

8-11-2011 Acc.Seminar Proposal

10-01-2012 Acc.BAB II

19-01-2012 Acc.BAB III

06-02-2012 Acc.BAB IV

02-03-2012 Acc.BAB IV-V

19-03-2012 Acc.Seluruh Naskah

Malang, 19-03-2012

Disetujui,

Pembimbing I Pembimbing II


(5)

PERNYATAAN ORISINALITAS

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Mey Candra Susanto NIM : 07220381

Jurusan : Ilmu Komunikasi

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Judul Skripsi :

Menyatakan bahwa karya ilmiah (skripsi) dengan judul: Komunikasi Antar Budaya pada Masyarakat Pendatang dengan Masyarakat Lokal di Lamongan (Studi pada Masyarakat Sedayulawas, Kec Brondong, Kab Lamongan)

Adalah bukan karya tulis ilmiah (skripsi) orang lain, baik sebagian ataupun seluruhnya, kecuali bentuk kutipan yang telah saya sebutkan sumbernya dengan benar.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila pernyataan ini tidak benar, saya bersedia mendapatkan sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Malang, Yang menyatakan,


(6)

KATA PENGANTAR

Syukur Allhamdulilah kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayahNYA sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Komunikasi Antar Budaya pada Masyarakat Pendatang dengan Masyarakat Lokal di Lamongan (Studi pada Masyarakat Sedayulawas, Kec Brondong, Kab Lamongan) “.

Adapun tujuan dari penulisan skripsi ini adalah sebagai persyaratan untuk mendapatkan gelar sarjana (S-1) pada Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universtitas Muhammadiyah Malang. Sehubungan dengan selesainya laporan ini, kami menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada :

1. Kedua orang tuaku, karena pengorbanan dan motivasinya, sehingga kami dapat menyelesaikan perkuliahan sekaligus penulisan skripsi ini.

2. Bapak Muslimin Machmud, M.Si, PhD selaku dosen pembimbing I, yang telah memberikan bimbingan dan motivasi dalam penyelesaian skripsi ini. 3. Bapak Drs. Abdullah Masmuh, M.Si, kepada beliau juga kami sampaikan

banyak terimakasi atas pengorbanan dan waktu yang diberikan dalam proses bimbingan skripsi

4. Bapak Nasrullah, S.Sos, M.Si selaku dosen penguji I, yang sudah banyak memberikan masukan dan saran terhadap perbaikan skripsi ini.

5. Bapak Drs. Farid Rusman, M.Si selaku dosen penguji II, yang telah banyak memberikan kritik dan saran terhadap perbaikan skripsi ini.


(7)

6. Bapak Nurudin, S.Sos, M.Si selaku Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi Fukultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Muhammadiyah Malang. 7. Bapak M. Himawan Sutanto, S.Sos. M.Si, selaku dosen wali yang telah

memberikan bimbingan selama perkuliahan.

8. Kepada semua pihak yang membantu baik secara langsung maupun tidak langsung atas dukungan dalam penyelesaian skripsi ini.

Meskipun beberapa perbaikan untuk menuju kesempurnaan telah dilakukan dengan berbagai upaya dan penuh kesungguhan, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memerlukan penyempurnaan lebih lanjut, sehingga kritik dan saran sangat diperlukan.

Malang, 07 April 2012


(8)

ABSTRAKSI

Mey Candra Susanto, 07220381. Komunikasi Antar Budaya pada Masyarakat Pendatang dengan Masyarakat Lokal di Lamongan (Studi pada Masyarakat Sedayulawas, Kec Brondong, Kab Lamongan). Pembimbing I: Muslimin Machmud, M.Si, PhD. Pembimbing II: Drs. Abdullah Masmuh, M.Si

Kata kunci: Komunikasi Antar Budaya, Masyarakat Pendatang dan Lokal

Dalam kehidupan bersama yang menghuni suatu wilayah dalam hal ini Desa Sedayulawas, antara migrasi dengan masyarakat setempat terkadang muncul ketidak selarasan, kesalahpahaman, atau ketidakkompakan. Dalam kehidupan, hal ini adalah sesuatu yang wajar, dan biasa terjadi dalam kehidupan. Sebuah percampuran yang terjadi pada dua kebudayaan yang berbeda seperti yang terjadi pada masyarakat di Desa Sedayulawas Kecamatan Brondong Kabupaten Lamongan merupakan sebuah permasalahan yang dapat menciptakan adanya perubahan kebudayaan yang sudah ada turun temurun semenjak dahulu tercampur oleh kebudayaan yang dibawa oleh para kaum pendatang yang menetap disana. Intensitas interaksi keseharian begitu rapat sehingga menunjang terjadinya percampuran kebudayaan yang tidak dapat terbendung lagi. Bagi peneliti sebuah komunikasi dalam proses akulturasi budaya sangatlah menjadi perhatian yang penting. Karena disana terdapat berbagai ragam interaksi yang terjadi dan memungkinkan dapat terciptanya sebuah integrasi nasional. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Bagaimana proses komunikasi antar budaya masyarakat pendatang dengan masyarakat lokal di Desa Sedayulawas Kecamatan Brondong Kabupaten Lamongan?

Pendekatan teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori anxiety/ uncertainty management theory (teori pengelolaan kecemasan/ ketidakpastian), dimana kecemasan dan ketidak pastian adalah dasar penyebab dari kegagalan komunikasi pada situasi antar kelompok. Terdapat dua penyebab dari mis-interpretasi yang berhubungan erat, kemudian melihat itu sebagai perbedaan pada ketidakpastian yang bersifat kognitif dan kecemasan yang bersifat afeksi- suatu emosi.

Peneliti menggunakan jenis penelitian deskriptif melalui pendekatan kualitatif, dengan adanya penelitian tersebut dapat memberikan pemahaman dan pengertian secara mendalam terhadap objek peneliti, dari pelaksanaanya peneliti berhasil mengumpulkan data serta informasi yang akurat dari informan. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis domain yaitu analisis yang biasanya dilakukan untuk memperoleh gambaran/ pengertian yang bersifat umum dan relatif menyeluruh tantang apa yang tercakup di suatu fokus/ pokok permasalahan yang tengah diteliti.

Hasil penelitian mengenai komunikasi antar budaya masyarakat pendatang dengan masyarakat lokal di Desa Sedayulawas Kecamatan Brondong Kabupaten Lamongan adalah: 1). Bahwa masyarakat pendatang cenderung menyesuaikan


(9)

budaya agar dapat diterima didalam masyarakat. Dalam berkomunikasi warga lokal sangat terbuka dengan para pendatang. Namun terkadang dalam berkomunikasi para pendatang yang kurang paham budaya setempat seperti para pendatang yang berasal dari luar pulau biasanya dari Kalimantan, bawean, dan daerah-daerah yang kulturnya berbeda dengan masyarakat pesisir di Lamongan. 2) Adanya teleransi antar budaya untuk menjaga kerukunan dan keharmonisan, seperti dalam proses pernikahan antar budaya. Walaupun demikian kebudayaan setempat tidak begitu banyak yang terpengaruh oleh budaya dari pendatang. 3) Para pendatang mayoritas tidak pernah mengalami kendala untuk berkomunikasi dengan warga sekitar karena bahasa yang dipakai tidak jauh berbeda dengan bahasa-bahasa ditempat lain. Disamping itu, cara pendekatan komunikasi antar budaya adalah dengan bertatap muka langsung, sehingga sangat efektif berkomunikasi dengan masyarakat lokal. 4) Komunikasi antar budaya masyarakat pendatang dengan masyarakat lokal terkadang memanfaatkan tempat berkumpul yang sering dijadikan untuk saling bersosialisasi dengan para pendatang biasanya dimasjid/mushola atau di warung kopi, pasar dan tempat umum lainnya.

Dari hasil penelitian yang diperoleh, hendaknya masyarakat di Desa Sedayulawas baik penduduk lokal maupun pendatang lebih memahami dan mengerti adanya perbedaan pada diri mereka. Untuk dapat mewujudkan desa yang berketahanan sosial, komunikasi dan interaksi adalah salah satu faktor yang krusial. Fokus interaksi sosial dalam masyarakat adalah komunikasi itu sendiri, dan komunikasi menjadi unsur penting dalam seluruh kehidupan manusia. Untuk memperluas pengetahuan kita tentang komunikasi antar budaya hendaklah lebih banyak membaca buku-buku yang relevan dengan materi yang kami bahas dalam skripsi ini.

Penulis

Mey Candra Susanto

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II


(10)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI ... ii

PERNYATAAN ORISINALITAS ... iii

BERITA ACARA BIMBINGAN SKRIPSI ... iv

LEMBAR PENGESAHAN ... v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAKSI ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ...ix

DAFTAR BAGAN ... x

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian... ... 5

D. Manfaat Penelitian.. ... 5

1. Manfaat Akademis ... 5

2. Manfaat Praktis ... 5

E. Tinjauan Pustaka..………..…...6

1. Definisi Komunikasi ... 6

2. Komunikasi Antar Budaya ... 12

3. Model Komunikasi Antar Budaya ... 14

4. Teori Komunikasi Antar Budaya ... 16

F. Ruang Lingkup Penelitian ... 23

G. Metode Penelitian ... 24

1. Pendekatan Penelitian ... 24

2. Lokasi Penelitian ... 24

3. Teknik Pengumpulan Data ... 25

4. Kriteria dan Cara Penetapan Jumlah Informan ... 27

5. Analisis Data ... 28


(11)

BAB II. DESKRIPSI WILAYAH

A. Gambaran Umum Masyarakat Nelayan Kecamatan Brondong Kabupaten

Lamongan... 30

1. Kabupaten Lamongan ... 30

2. Kecamatan Brondong ... 32

B. Gambaran Desa Sedayulawas ... 41

BAB III. HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA A. Hasil Observasi ... 43

B. Hasil Penelitian ... 44

1. Motivasi Imigran ke Desa Sedayulawas ... 44

2. Respon Masyarakat Lokal terhadap Imigran ... 51

3. Hambatan Komunikasi Antar Budaya ... 58

4. Sosialisasi Komunikasi Antar Budaya ... 63

5. Pengaruh Budaya Imigran ... 68

6. Keuntungan warga lokal dengan adanya imigran ... 72

7. Efektif Interaksi Antarbudaya ... 76

B. Analisis Data ... 82

BAB IV. PENUTUP A. Kesimpulan ... 91

B. Saran-Saran ... 93 DAFTAR PUSTAKA


(12)

DAFTAR TABEL

Gambar 1: Model uneversal komunikasi ... 7

Gambar 2: Model omunikasi Antar Budaya... 14

Gambar 3: Elemen dalam domain ... 28

Gambar 4: Peta Wilayah Desa Sedayulawas Kecamatan Brondong ... 43

Tabel 1: Lembar Kerja Domain Komunikasi ... 29

Tabel 2: Pemerintahan Desa / Kelurahan Kecamatan Brondong ... 34

Tabel 3: Penduduk Kecamatan Brondong ... 35

Tabel 4: Tingkat Pendidikan ... 36

Tabel 5: Jumlah Penduduk menurut Golongan Usia ... 37

Tabel 6: Jumlah Penduduk menurut Mata Pencaharian ... 37

Tabel 7: Jumlah Penduduk menurut Lembaga Ekonomi ... 38

Tabel 8: Jumlah Penduduk menurut Lembaga Kemasyarakatan... 39

Tabel 9: Jumlah Penduduk menurut Budaya ... 41

Tabel 10: Daftar Subyek Penelitian ... 45

Tabel 11: Point Penelitian ... 86


(13)

DRAF WAWANCARA

Nama :

Umur :

Pekerjaan : Tanggal wawancara :

1. Apa yang menjadi motivasi anda berimigrasi ke Desa Sedayulawas? (Pendatang)

2. Bagaimana respon masyarakat Desa Sedayulawas terhadap Imigran? (Penduduk lokal)

3. Hambatan apa saja dalam komunikasi antar budaya di Desa Sedayulawas? (Pendatang dan Penduduk lokal)

4. Bagaimana selama ini proses sosialisasi komunikasi antar budaya di Desa Sedayulawas? (Pendatang dan Penduduk lokal)

5. Sejauh mana pengaruh budaya imigran di Desa Sedayulawas? (Penduduk lokal)

6. Apa saja keuntungan warga lokal dengan adanya imigran di Desa Sedayulawas? (Penduduk lokal)

7. Sejauh mana efektif interaksi antar budaya di Desa Sedayulawas? (Pendatang dan Penduduk lokal)


(14)

DAFTAR PUSTAKA

Effendy, Onong Uchjana, 2005. Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: Remaja Rosda Karya

Daryanto, 2011. Ilmu Komunikasi. Bandung : CV.Yrama Widya

Faisal, Sanapiah. 1990. Penelitian Kualitatif, Dasar-dasar dan Aplikasi. Malang: YA3

Hamidi. 2004. Metode Penelitian Kualitatif, Aplikasi Pembuatan Proposal dan Laporan Penelitian. Malang: UMM Press

Jalaludin, Rachmat. 2004. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya

Iriantara, Yosal. 2005. Media Relations. Bandung: Simbiosa Rekatama Media Kriyantono, rachmat. 2006. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Putra

Grafika

Koentjaraningrat, 2005, Pengantar Antropologi 1, Jakarta: Rineka Cipta

Muslimin. 2004. Hubungan Masyarakat dan Konsep Kepribadian. Malang: UMM Press

Muslimin. M. 2011. Komunikasi Tradisonal; pesan kearifan lokal masyarakat sulawesi selatan melalui berbagai media warisan. Yogyakarta Buku Litera Moleong, lexi J. 2002. Metodologi Penelitian kualitatif. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya

Nazir, Moh. 1985. Metode penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia

Nurudin dan Muhammad Syaifullah. 2004. Media Relations, Panduan Praktis Praktisi Public Relations. Malang: CESPUR

Rosadi Roslan. 2001. Manajemen Humas dan Manajemen Komunikasi. Bandung: PT Rosdakarya


(15)

Soerjono Soekanto, 2006, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada

Sugiyono. 2005. Memahami penelitian Kualitatif. Bandung: ALFABETA. Sumber Internet:

http://dipewein.wordpress.com/tag/teori-ketidakpastian/

http://mamien-go.blogspot.com/2011/07/teori-komunikasi-antar-budaya.html. diakses tgl 21-12-2011 jam 19.00


(16)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kekuatan pembaharuan yang selama ini menjadi momok masyarakat tetapi tidak mungkin dihindari ialah sentuhan budaya (kultural encounters). Definisi kebudayaan/ budaya adalah “keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar”. Pesatnya ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya di bidang komunikasi, telah memperlancar mobilitas penduduk serta komunikasi yang mendorong peningkatan intensitas kontak-kontak budaya, secara langsung maupun tidak langsung. Asumsi dasarnya adalah komunikasi merupakan proses budaya. Artinya, komunikasi yang ditujukan pada orang atau kelompok lain tak lain adalah sebuah pertukaran kebudayaan /percampuran/akulturasi.

Adapun judul penelitian diatas mengangkat masalah-masalah perilaku komunikasi dengan interaksi tentang percampuran/akulturasi kebudayaan pada masyarakat pendatang/kaum migrasi terhadap masyarakat setempat di desa Sedayulawas Kecamatan Brondong Kabupaten Lamongan. Sebuah percampuran atau akulturasi kebudayaan tersebut sering kali membawa dampak yang positif maupun negatif yang dapat mempengaruhi aktivitas keseharian masyarakat setempat.


(17)

2

Dengan demikian masyarakat pendatang tersebut juga bisa dikatakan sebagai masyarakat migrasi, dalam artian mereka datang dari daerah tempat tinggal masing-masing menuju daerah yang mempunyai daya tarik ekonomi. Dalam hal ini di desa Sedayulawas Kecamatan Brondong Kabupaten Lamongan. Masyarakat migrasi, kebanyakan tinggal di tempat tinggal yang dikontrakan. Namun tidak sedikit juga dari masyarakat migrasi yang tersebut sudah mampu membeli tanah, membangun rumah dan secara administratif mereka sudah terdaftar menjadi bagian dari masyarakat di desa Sedayulawas Kecamatan Brondong Kabupaten Lamongan. Dengan demikian proses komunikasi antara masyarakat migrasi dengan masyarakat setempat biasa terjadi. Komunikasi yang terjadi antara masyarakat migrasi dengan masyarakat setempat merupakan komunikasi antar budaya. Oleh karena antara komunikator dan komunikan berasal dari kebudayaan yang berbeda.

Fenomena yang sering muncul, yang terkait dengan komunikasi antar budaya adalah sebuah aktifitas komunikasi yang terjadi antara masyarakat migrasi dengan masyarakat setempat dalam kehidupan kesehariannya. Seperti ketika ada suatu acara perkumpulan (acara tahlil, rapat RT dan lain-lain), dalam acara itu tentu terjadi aktifitas komunikasi. Ketika dalam acara tersebut akan menentukan suatu kebijakan mengenai rencana untuk hari peringatan kemerdekaan tujuh belas Agustus, suara dari masyarakat migran ini kurang mendapat perhatian dari masyarakat setempat. Bahkan tidak jarang muncul ungkapan yang menyudutkan keberadaan masyarakat migrasi, misalnya, hala atase pendatang ae, setuju ae (orang cuma pendatang saja, setuju saja).


(18)

3

Dalam kehidupan masyarakat, manusia tidak bisa melepaskan diri dari aktifitas komunikasi. Apalagi masyarakat tersebut bertempat tinggal bersama dan mendiami suatu daerah tempat tinggal. Dalam kaitan komunikasi antar budaya, komunikasi antara masyarakat migrasi dengan masyarakat setempat sudah tampak jelas memperlihatkan bahwa komunikasi yang terjadi melibatkan dua unsur budaya yang berbeda. Masyarakat migrasi dengan latar belakang budaya dari daerah tempat asalnya dan masyarakat setempat dengan latar belakang budaya daerah setempat. Kebudayaan dapat diartikan sebagai keseluruhan kebiasaan, nilai, pemaknaan, penggambaran (image), struktur aturan, pemrosesan informasi, dan pengalihan konvensi, pikiran, perbuatan, dan perkataan yang dibagikan diantara para anggota suatu sistem sosial dan kelompok sosial dalam suatu masyarakat. Komunikasi yang terjadi dengan latar belakang budaya yang berbeda, tak jarang hal ini menimbulkan kesalahpahaman dalam proses komunikasinya. Demikian juga dengan komunikasi yang terjadi antara masyarakat imigran dan masyarakat setempat di Desa Sedayulawas. Sebagai masyarakat setempat mereka merasa lebih berhak atas apa saja mengenai daerahnya, dan sebagai masyarakat migrasi, tak jarang mereka dianggap “sebelah mata” oleh masyarakat setempat.

Penelitian ini memilih judul komunikasi sebagai proses akulturasi budaya kaum imigran di Desa Sedayulawas Kecamatan Brondong, dengan alasan bahwa penelitian ini ingin mengungkap bagaimana komunikasi antara masyarakat migrasi dengan masyarakat setempat. Selain itu, pemilihan judul ini juga ingin menjelaskan sampai sejauh mana pengaruh yang diberikan dengan adanya akulturasi budaya oleh masyarakat imigran terhadap masyarakat setempat.


(19)

4

Judul komunikasi sebagai proses akulturasi budaya masyarakat di Desa Sedayulawas Kecamatan Brondong Kabupaten Lamongan ini terinspirasi dari sering nampaknya fenomena-fenomena atau kejadian-kejadian yang sering muncul dalam kehidupan bermasyarakat antara masyarakat migrasi dengan masyarakat setempat. Dalam kehidupan bersama yang menghuni suatu wilayah dalam hal ini Desa Sedayulawas Kecamatan Brondong Kabupaten Lamongan, antara migrasi dengan masyarakat setempat terkadang muncul ketidak selarasan, kesalahpahaman, atau ketidakkompakan. Dalam kehidupan, hal ini adalah sesuatu yang wajar, dan biasa terjadi dalam kehidupan. Perbedaan-perbedaan yang lahir dari kehidupan bersama tak bisa dihindarkan, karena hal itu merupakan suatu anugerah dari sang pencipta kehidupan. Yang terpenting bagi peneliti adalah bagaimana cara peneliti mengelola berbagai masalah-masalah itu bisa menjadi sesuatu yang bermanfaat bagi kehidupan.

Sebuah percampuran yang terjadi pada dua kebudayaan yang berbeda seperti yang terjadi pada masyarakat di Desa Sedayulawas Kecamatan Brondong Kabupaten Lamongan merupakan sebuah permasalahan yang dapat menciptakan adanya perubahan kebudayaan yang sudah ada turun temurun semenjak dahulu tercampur oleh kebudayaan yang dibawa oleh para kaum migrasi yang menetap disana. Intensitas interaksi keseharian begitu rapat sehingga menunjang terjadinya percampuran kebudayaan yang tidak dapat terbendung lagi. Bagi peneliti sebuah komunikasi dalam proses akulturasi budaya sangatlah menjadi perhatian yang penting. Karena disana terdapat berbagai ragam interaksi yang terjadi dan memungkinkan dapat terciptanya sebuah integrasi nasional.


(20)

5

Dari latar belakang di atas, penulis tertarik untuk mengambil judul: Komunikasi Antar Budaya Masyarakat Imigran dengan Masyarakat Lokal di Lamongan (Studi Pada Masyarakat Desa Sedayulawas Kecamatan Brondong Kabupaten Lamongan)

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Bagaimana proses komunikasi antar budaya masyarakat migrasi/pendatang dengan masyarakat lokal di Desa Sedayulawas Kecamatan Brondong Kabupaten Lamongan?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian adalah untuk mengetahui proses komunikasi antar budaya masyarakat migrasi/pendatang dengan masyarakat lokal di desa Sedayulawas Kecamatan Brondong Kabupaten Lamongan.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Akademis

Dari hasil penelitian ini dapat memperkaya refrensi terhadap penelitian yang mengakaji mengenai komunikasi antar budaya. Selain itu juga dapat memberikan tambahan pengetahuan dan wawasan tentang hubungan proses adaptasi masyarakat migrasi/pendatang di Desa Sedayulawas.

b. Manfaat Praktis

Memberikan informasi mengenai perkembangan proses komunikasi antar budaya pada masyarakat migrasi/pendatang dengan masyarakat lokal di Desa Sedayulawas. Sehingga hasil penelitian ini dapat membantu evaluasi proses berkomunikasi antara budaya pada masyarakat migrasi/pendatang.


(21)

6 E. Tinjauan Pustaka

E.1 Definisi Komunikasi

Komunikasi adalah proses mentransfer informasi atau pesan-pesan (message) dari pengirim pesan sebagai komunikator kepada penerima pesan sebagai komunikan, dalam proses komunikasi tersebut bertujuan mendapatkan umpan balik dari komunikan (feedback) untuk mencapai saling pengertian antara kedua belah pihak sebelum komunikan mengirim pesan-pesan atau informasi kepada komunikan, terlebih dahulu dalam proses komunikan diberi makna sesuai dengan konsep yang dimilikinya.

Komunikasi suatu proses yang berkesinambungan, sebagai usaha penyampaian pesan antar manusia. Proses komunikasi minimal terdiri dari tiga unsure utama: Pengirim pesan, pesan itu sendiri, serta target penerima pesan. Namun, komunikasi yang efektif bukan semata terdiri dari tiga unsure itu saja. Dengan adanya umpan balik proses komunikasi dinyatakan menjadi bersifat sirkuler yaitu seperti yang terjadi pada komunikasi dua arah, proses komunikasi dua arah ini menggambarkan komunikasi sebagai sebuah proses dimana pendengar memberi umpan balik yang merupakan respon terhadap suatu pesan. Selain ini, proses ini menggambarkan bahwa komunikator membuat dan menginterpretasi kan pesan tanpa adanya unsur pengalaman pribadi. Semakin besar tumpang tindih pengalaman pribadi komunikator, semakin mereka mampu mengerti satu sama lain.

Proses komunikasi mengacu pada tindakan, oleh satu orang atau lebih, melalui pengirim dan penerima pesan yang terdistorsi oleh


(22)

7

gangguan (noise), sehingga terjadi dalam konteks tertentu, mempunyai pengaruh tertentu, dan ada kesempatan untuk melakukan umpan balik (feedback). Dibawah ini dijelaskan juga model komunikasi universal. Untuk menggambarkannya dapat ditunjukkan pada gambar 1.

Gambar 1: Model uneversal komunikasi. Daryanto (2011: 171-172)

Dari gambar di atas mengandung elemen-elemen yang ada dalam setiap tindak komunikasi, terlepas dari apakah itu bersifat intrapribadi, antarpribadi, kelompok kecil, pidato terbuka, atau komunikasi masa. E.1.2 Karakteristik Komunikasi

Adapun karakteristik dari komunikasi itu sendiri adalah: a. Komunikasi suatu proses

Gangguan

Pesan Umpan balik

Sumber/ enkoder

Penerima/ dekoder

Sumber/ enkoder

Penerima/ dekoder

Umpan balik Pesan

Saluran/ media

Saluran/ media


(23)

8

Komunikasi sebagai suatu proses artinya bahwa komunikasi merupakan serangkaian tindakan atau peritiwa yang terjadi secara berurutan serta berkaitan satu sama lainnya dalam kurun waktu tertentu.

b. Komunikasi adalah upaya yang disengaja serta mempunyai tujuan, komunikasi adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara sadar, disengaja serta sesuai dengan tujuan atau keinginan dari pelakunya. c. komunikasi menurut adanya partisipasi dan kerjasama dari para pelaku

yang terlibat. Berlangsung dengan baik apabila pihak-pihak yang berkomunikasi (dua orang atau lebih) sama-sama ikut terlibat dan sama-sama mempunyai perhatian yang sama terhadap topik pesan yang dikomunikasikan.

d. Komunikasi bersifat simbolis

Komunikasi pada dasarnya merupakan tindakan yang dilakukan dengan menggunakan lambang-lambang, misalnya : bahasa

e. Komunikasi bersifat transaksional

Komunikasi pada dasarnya menuntut dua tindakan yaitu memberi dan menerima. Dua tindakan tersebut tentunya perlu dilakukan secara seimbang atau proposional oleh masing-masing pelaku yang terlibat dalam komunikasi.

f. Komunikasi menembus faktor ruang dan waktu

Komunikasi menembus faktor ruang dan waktu maksudnya bahwa para peserta atau pelaku yang terlibat dalam komunikasi tidak harus


(24)

9

hadir pada waktu serta tempat yang sama. Dengan adanya berbagai produk teknologi komunikasi seperti telepon, faksimili, teleks, dan lain-lain, kedua faktor tersebut (waktu dan Ruang) bukan lagi menjadi persoalan dan hambatan berkomunikasi, (Riswandi, 2006).

E.1.3 Tujuan Komunikasi

Pada umumnya komunikasi mempunyai beberapa tujuan, antara lain:

a. Supaya yang kita sampaikan dapat dimengerti, sebagai komunikator kita harus menjelaskan kepada komunikan dengan sebaik-baiknya dan tuntas sehingga dapat mengerti dan mengikuti apa yang kita maksud. b. Memahami orang lain, kita sebagai komunikator harus mengerti benar

aspirasi masyarakat tentang apa yang diinginkan, jangan menginginkan kemauannya. Keinginan berbagai pihak dapat terpenuhi dengan pendekatan komunikasi antar pribadi.

c. Supaya gagasan dapat diterima orang lain, kita harus berusaha agar gagasan kita dapat diterima orang lain dengan pendekatan teori persuasif bukan memaksakan kehendak.

d. Menggerakkan orang lain untuk melakukan sesuatu, menggerakkan sesuatu itu dapat bermacam-macam, mungkin berupa kegiatan. Kegiatan yang dimaksud adalah kegiatan yang lebih banyak mendorong, namun yang penting harus diingat adalah bagaimana cara yang baik melakukannya. (Widjaja, 2002:10).


(25)

10 E.1.4 Kegunaan Komunikasi

a. Komunikasi menyampaikan informasi dan pengetahuan dari orang yang satu ke orang yang lain sehingga terjadi tindakan kerjasama. b. Komunikasi membantu sikap dan menanamkan kepercayaan untuk

mengajak, menyakinkan dan mempengaruhi pelanggan.

c. Komunikasi membantu memperkenalkan pelanggan-pelangan dengan lingkungan fisik dan sosial perusahaan.

E.1.5 Komponen-komponen komunikasi a. Komunikator

Komunikator adalah pihak yang mengirim pesan kepada khalayaknya karena itu komunikator disebut dengan pengirim, sumber, source atau encoder, komunikator dapat berupa individu, kelompok orang atau organisasi. Sebagai pelaku utama dalam proses komunikasi, komunikator memegang peranan penting dalam mengendalikan jalan komunikasi. Seorang komunikator harus dapat mengubah ideologi dan perilaku pihak lain serta terampil berkomunikasi dan juga kaya ide serta penuh daya kreatifitas. Fungsi lain dari komunikator adalah sebagai penyedia sumber informasi yang digunakan dalam penyampain pesan yang digunakan untuk memperkuat pesan.

b. Komunikan

Komunikan adalah pihak yang menerima pesan dari komunikator baik verbal ataupun nonverbal dalam bentuk simbol yang kemudian diubah oleh otak atau pikiran menjadi makna symbol.


(26)

11 c. Isi pesan (message)

Pesan (message) merupakan keseluruhan informasi dari apa yang disampaikan komunikator. Pesan dapat berupa verbal dan nonverbar atau symbol serta harus mempunyai inti dari pesan sebagai arah dalam usaha mencoba mengubah sikap dan tingkah laku komunikan.

d. Saluran (chanel, media)

Saluran (chanel, media) adalah suatu alat atau wahana yang digunakan sumber untuk menyampaikan pesannya kepada penerima. Saluran boleh jadi merujuk pada bentuk pesan yang disampaikan kepada penerima, apakah saluran verbal atau saluran nonverbal. e. Efek

Efek diartikan sebagai pengaruh yang ditimbulkan pesan komunikator dalam diri komunikannya. Terdapat tiga pengaruh dalam diri komunikan, yaitu kognitif (seorang menjadi tahu tentang sesuatu), afektif (sikap seseorang terbentuk, misalnya setuju atau tidak setuju terhadap sesuatu), dan konotatif (tingkah laku, yang membuat seseorang bertindak melakukan sesuatu).

f. Umpan Balik

Umpan balik dapat dimaknai sebagai jawaban komunikan atas pesan komunikator yang disampaikan kepadanya. Dalam komunikasi yang dimanis, komunikator dan komunikan terus menerus saling bertukar peran. Karenanya, umpan balik pada dasarnya adalah pesan juga, yakni ketika komunikan berperan sebagai komunikator-komunikator.


(27)

12 E.2 Komunikasi Antar Budaya

Komunikasi antar budaya (intercultural communication) terjadi apabila sebuah pesan (message) yang harus dimengerti dihasilkan oleh anggota dari budaya tertentu untuk konsumsi anggota dari budaya yang lain. Samovar & Porter (1994:19). Definisi lain diberikan oleh Liliweri bahwa proses komunikasi antar budaya merupakan interaksi antarpribadi dan komunikasi antarpribadi yang dilakukan oleh beberapa orang yang memiliki latar belakang kebudayaan yang berbeda (2003:13). Apapun definisi yang ada mengenai komunikasi antar budaya terjadi apabila terdapat 2 (dua) budaya yang berbeda dan kedua budaya tersebut sedang melaksanakan proses komunikasi.

E.2.1 Fungsi Komunikasi Antar Budaya a. Fungsi Pribadi

Fungsi pribadi adalah fungsi komunikasi yang ditunjukkan melalui perilaku komunikasi yang bersumber dari individu. Dalam proses komunikasi antar budaya terdapat beberapa perilaku komunikasi yang digunakan untuk menyatakan identitas sosial. Perilaku itu dinyatakan melalui tindakan berbahasa baik secara verbal dan nonverbal. Dari perilaku berbahasa itulah dapat diketahui identitas diri maupun sosial, misalnya dapat diketahui asal-usul suku bangsa, agama, maupun tingkat pendidikan. Seringkali komunikasi antar budaya menambah pengetahuan, saling mempelajari kebudayaan masing-masing.


(28)

13 b. Fungsi Sosial

Fungsi sosial yang pertama adalah pengawasan. Praktek komunikasi antar budaya di antara komunikator dan komunikan yang berbada kebudayaan berfungsi saling mengawasi. Dalam setiap proses komunikasi antarbudaya fungsi ini bermanfaat untuk menginformasikan perkembangan tentang lingkungan. Dalam proses komunikasi antarbudaya, maka fungsi komunikasi yang dilakukan antara dua orang yang berbeda budaya itu merupakan jembatan atas perbedaan di antara mereka. Fungsi menjembatani itu dapat terkontrol melalui pesan-pesan yang mereka pertukarkan, keduanya saling menjelaskan perbedaan tafsir atas sebuah pesan sehingga menghasilkan makna yang sama. Fungsi ini dijalankan pula oleh berbagai konteks komunikasi termasuk komunikasi massa. Alo Liliweri (2003:42)

E.2.2 Hakekat Komunikasi Antar Budaya a. Enkulturasi

Enkulturasi mengacu pada proses dengan mana kultur (budaya) ditransmisikan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Kita mempelajari kultur, bukan mewarisinya. Kultur ditransmisikan melalui proses belajar. Orang tua, kelompok, teman, sekolah, lembaga keagamaan, dan lembaga pemerintahan merupakan guru utama dibidang kultur. Enkulturasi terjadi melalui mereka.


(29)

14

Budaya A Budaya B

b. Alkulturasi

Akulturasi mengacu pada proses dimana kultur seseorang dimodifikasi melalui kontak dengan kultur lain. Misalnya, bila sekelompok imigran kemudian berdiam di Lamongan, kultur mereka akan dipengaruhi oleh kultur tuan rumah ini. Berangsur-angsur, nilai-nilai, cara berperilaku, serta kepercayaan dari kultur tuan rumah akan menjadi bagian dari kultur kelompok imigran. Pada waktu yang sama, kultur tuan rumah pun ikut berubah.

E.3. Model Komunikasi Antar Budaya

Komunikasi antarbudaya terjadi bila produsen pesan adalah suatu budaya dan penerima pesannya adalah anggota budaya lainnya. Dalam keadaan ini, kita dihadapkan masalah yang ada dalam situasi dimana pesan disandi dalam budaya dan harus disandi balik dalam budaya lain.

Gambar 2: Model Komunikasi Antar Budaya


(30)

15

Pengaruh budaya atas individu dan masalah-masalahnya penyandian dan penyandian balik pesan terlukis pada gambar 2. Tiga budaya diwakili dalam model ini oleh tiga bentuk geometric yang berbeda.budaya A dan budaya B relatif serupa dan masing-masing diwakili oleh suatu lingkaran dan suatu bentuk didalamnya yang tidak beraturan. Budaya C sangat berbeda dari budaya A dan budaya B. perbedaan yang lebih besar ini tampak pada benuk persegi delapan yang jarak fisiknya berbeda dari budaya A dan budaya B. Deddy Mulyana (2009:20-21).

Komunikasi antar budaya adalah sebuah “proses simbolik yang mana orang dari dari budaya-budaya yang berbeda menciptakan pertukaran arti-arti”. Hal tersebut terjadi “ketika perbedaan-perbedaan budaya yang besar dan penting menciptakan interpretasi dan harapan-harapan yang tidak sama mengenai bagaimana berkomunikasi secara baik”.

Dalam hal ini komunikasi antar budaya tidak hanya komunkasi antar individu tapi juga di antara “kelompok-kelompok dengan identifikasi budaya yang tersebar’. Ringkasnya, komunikasi antar budaya menjelaskan interaksi antar individu dan kelompok-kelompok yang memiliki persepsi yang berbeda dalam perilaku komunikasi dan perbedaan dalam interpretasi. Tujuan Komunikasi Antar Budaya dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Memahami perbedaan budaya yang mempengaruhi praktik komunikasi


(31)

16

b. Mengkomunikasi antar orang yang berbeda lingkungan maupun budaya

c. Mengidentifikasikan kesulitan-kesulitan yang muncul dalam komunikasi

d. Membantu mengatasi masalah komunikasi yang disebabkan oleh perbedaan budaya

e. Meningkatan ketrampilan verbal dan non verbal dalam komunikasi

f. Menjadikan kita mampu berkomunikasi di masyarakat secara efektif

Komponen komunikasi adalah hal-hal yang harus ada agar komunikasi bisa berlangsung dengan baik. Menurut Laswell komponen-komponen komunikasi adalah:

a. Pengirim atau komunikator (sender) adalah pihak yang mengirimkan pesan kepada pihak lain.

b. Pesan (message) adalah isi atau maksud yang akan disampaikan oleh satu pihak kepada pihak lain

c. Saluran (channel) adalah media dimana pesan disampaikan kepada komunikan. dalam komunikasi antar-pribadi (tatap muka) saluran dapat berupa udara yang mengalirkan getaran nada/suara

d. Penerima atau komunikate (receiver) adalah pihak yang menerima pesan dari pihak lain

e. Umpan balik (feedback) adalah tanggapan dari penerimaan pesan atas isi pesan yang disampaikannya

E. 4. Teori Komunikasi Antar Budaya

Sesuai dengan penelitian ini peneliti mengangap bahwa teori tingkat ketidakpastian dalam komunikasi dikemukakan oleh Berger (1992) merupakan teori yang tepat. Teori ini digunakan untuk menjelaskan proses komunikasi antara dua orang yang tidak saling kenal sebelumnya, sehingga berupaya mencari informasi agar mengurangi ketidak pastian. Berger (1982) mengemukakan bahwa salah satu dari beberapa fungsi utama komunikasi-komunikasi, fungsi informasi untuk mengurangi


(32)

17

ketidakpastian komunikator dan komunikan. Berger merekomendasikan strategi mencari informasi agar individu mengurangi tingkat ketidakpastian antarpribadi, yakni:

(1)mengamati pihak lain secara pasif; (2)menyelidiki atau menelusuri pihak lain; (3)menanyakan informasi melalui pihak ketiga; (4)penanganan lingkungan kehidupan pihak lain; (5)interogasi dan; (6)membuka diri.

Teori ini menekankan bahwa komunikasi digunakan untuk mengurangi ketidakpastian diantara dua orang asing yang terlibat dalam pembicaraan satu sama lain untuk pertama kali. Ada dua tipe ketidakpastian, yaitu : ketidakpastian kognitif (tingkat ketidakpastian yang dihubungkan dengan keyakinan dan sikap yang kita dan orang lain anut) dan ketidakpastian perilaku (tingkat ketidakpastian yang berhubungan dengan batasan sampai mana perilaku dapat diprediksi dalam sebuah situasi tertentu). Asumsi Teori Pengurangan Ketidakpastian:

1. Orang menglami ketidakpastian dalam latar interpersonal.

2. Ketidakpastian adalah keadaan yang tidak mengenakkan, menimbulkan stress secara kognitif.

3. Ketika orang asing bertemu, perhatian utama mereka adalah untuk megurangi ketidakpastian mereka atau meningkatkan predikitibilitas. 4. Komunikasi interpersonal adalah sebuah proses perkembangan yang

terjadi melalui tahapan-tahapan. Tahapan-tahapan tersebut adalah fase awal, fase personal dan fase akhir.


(33)

18

5. Komunikasi interpersonal adalah alat utama untuk mengurangi ketidakpastian.

6. Kuantitas dan sifat informasi yang dibagi oleh orang akan berubah seiring berjalannya waktu.

7. Sangat mungkin untuk menduga perilaku orang dengan menggunakan cara seperti hukum.

Sedangkan aksioma teori pegurangan ketidakpastian, adalah: 1. Dengan adanya tingkat ketidakpastian yang tinggi pada permulaan fase

awal, ketika jumlah komunikasi verbal antara dua orang asing meningkat, tingkat ketidakpastian untuk tiap partisipan dalam sebuah hubungan akan menurun. Jika ketidakpastian menurun, jumlah komunikasi verbal meningkat.

2. Ketika ekspresi afiliatif nonverbal meningkat, tingkat ketidakpastian menurun dalam situasi interaksi awal. Selain itu, penurunan tingkat ketidakpastian akan menyebabkan peningkatan keekspresian afiliatif nonverbal

3. Tingkat ketidakpastian yang tinggi menyebabkan meningkatnya perilaku pencarian informasi ketika tingkat ketidakpastian menurun, perilaku pencarian informasi juga menurun

4. Tingkat ketidakpastian yang tinggi dalam sebuah hubungan menyebabkan penurunan tingkat keintiman dari isi komunikasi. Tingkat ketidakpastian yang rendah menghasilkan tingkat keintiman yang tinggi.


(34)

19

5. Ketidakpastian yang tinggi menghasilkan tingkat resiprositas yang tinggi. Tingkat ketidakpastian yang rendah menghasilkan tingkat resiprositas yang rendah pula

6. Kemiripan diantara orang akan mengurangi ketidakpastian, sementara ketidakpastian akan meningkatkan ketidakpastian

7. Peningkatan tingkat ketidakpastian akan menghasilkan penurunan dalam kesukaan penurunan dalam ketidakpastian menghasilkan peningkatan dalam kesukaan

Perluasan Teori pengurangan Ketidakpastian Aksioma tambahan

1. Ketidakpastian berhubungan secara negatif dengan interaksi dalam jaringan sosial. Makin orang berinteraksi dengan teman dan keluarga dari mitra hubungan mereka, makin sedikit ketidakpastian yang mereka alami. 2. Terdapat hubungan kebalikan atau negatif antara ketidakpastian dan kepuasan komunikasi.

Kondisi Pendahulu

Ada tiga jenis kondisi pendahulu, yaitu: (1) ketika orang satunya mempunyai potensi untuk memberikan penghargaan atau hukuman, (2) ketika orang satunya berperilaku keblaikan dari yang diharapkan, dan (3) ketika seseorang mengharapkan interkasi selanjutnya dengan orang lain. Strategi Ada tiga jenis strategi yang digunakan untuk memperoleh informasi, yaitu : (1) strategi aktif; mengurangi ketidakpastian dengan cara lain selain kontak langsung, (2) strategi pasif; mengurangi ketidakpastian


(35)

20

dengan pengamatan yang tidak mengganggu orang lain, dan (3) strategi interaktif; mengurangi ketidakpastian dengan terlibat dalam percakapan. Hubungan yang Mapan: Melampaui Perjumpaan Awal

Tujuan dari teori ini adalah untuk mengurangi ketidakpastian. Sangat diharapakan dengan pengurangan ketidakpastian akan membuat hubungan menjadi mapan melebihi ketika awal perjumpaan. Dengan terus berupaya mengurangi ketidakpastian akan menciptakan hubungan yang lebih dan lebih mapan, sehingga dapat menghindari ketidakpastian hubungan.

Konteks

Teori pengurangan ketidakpastian diterapkan dalam konteks komunikasi interpersonal. Akan tetapi beberapa peneliti mencoba menerapkan konsep-konsep teori pengurangan ketidakpastian dalam konteks komunikasi antar budaya yang disebut dengan teori manajemen kecemasan ketidakpastian. E.4.1 Teori Anxiety/Uncertainty Management Theory (Teori

Pengelolaan Kecemasan/Ketidakpastian).

Teori yang di publikasikan William Gudykunst ini memfokuskan pada perbedaan budaya pada kelompok dan orang asing. Ia berniat bahwa teorinya dapat digunakan pada segala situasi dimana terdapat perbedaan diantara keraguan dan ketakutan. Gudykunst mengembangkan teori yang dibawa oleh Berger tentang komunikasi interpersonal yang kemudian dikembangkan lebih luas ke komunikasi massa yang terjadi antar budaya.

Gudykunst menyakini bahwa kecemasan dan ketidak pastian adalah dasar penyebab dari kegagalan komunikasi pada situasi antar


(36)

21

kelompok. Terdapat dua penyebab dari mis-interpretasi yang berhubungan erat, kemudian melihat itu sebagai perbedaan pada ketidakpastian yang bersifat kognitif dan kecemasan yang bersifat afeksi- suatu emosi.

1. Konsep-konsep dasar Anxiety/Uncertainty Management Theory: a. Konsep diri dan diri.

Meningkatnya harga diri ketika berinteraksi dengan orang asing akan menghasilkan peningkatan kemampuan mengelola kecemasan. b. Motivasi untuk berinteraksi dengan orang asing.

Meningkatnya kebutuhan diri untuk masuk di dalam kelompok ketika kita berinteraksi dengan orang asing akan menghasilkan sebuah peningkatan kecemasan.

c. Reaksi terhadap orang asing.

Sebuah peningkatan dalam kemampuan kita untuk memproses informasi yang kompleks tentang orang asing akan menghasilkan sebuah peningkatan kemampuan kita untuk memprediksi secara tepat perilaku mereka. Sebuah peningkatan untuk mentoleransi ketika kita berinteraksi dengan orang asing menghasilkan sebuah peningkatan mengelola kecemasan kita dan menghasilkan sebuah peningkatan kemampuan memprediksi secara akurat perilaku orang asing. Sebuah peningkatan berempati dengan orang asing akan menghasilkan suatu peningkatan kemampuan memprediksi perilakunya secara akurat. d. Kategori sosial dari orang asing.


(37)

22

Sebuah peningkatan kesamaan personal yang kita persepsi antara diri kita dan orang asing akan menghasilkan peningkatan kemampuan mengelola kecemasan kita dan kemampuan memprediksi perilaku mereka secara akurat. Pembatas kondisi: pemahaman perbedaan-perbedaan kelompok kritis hanya ketika orang orang asing mengidentifikasikan secara kuat dengan kelompok. Sebuah peningkatan kesadaran terhadap pelanggaran orang asing dari harapan positif kita dan atau harapan negatif akan menghasilkan peningkatan kecemasan kita dan akan menghasilkan penurunan di dalam rasa percaya diri dalam memperkirakan perilaku mereka. e. Proses situasional.

Sebuah peningkatan di dalam situasi informal di mana kita sedang berkomunikasi dengan orang asing akan menghasilkan sebuah penurunan kecemasan kita dan sebuah peningkatan rasa percaya diri kita terhadap perilaku mereka.

f. Koneksi dengan orang asing.

Sebuah peningkatan di dalam rasa ketertarikan kita pada orang asing akan menghasilkan penurunan kecemasan kita dan peningkatan rasa percaya diri dalam memperkirakan perilaku mereka. Sebuah peningkatan dalam jaringan kerja dengan orang asing akan menghasilkan penurunan kecemasan dan menghasilkan peningkatan rasa percaya diri kita untuk memprediksi perilaku orang lain.


(38)

23 F. Ruang Lingkup Penelitian

1. Komunikasi budaya

Definisi lain diberikan oleh Liliweri bahwa proses komunikasi antar budaya merupakan interaksi antarpribadi dan komunikasi antarpribadi yang dilakukan oleh beberapa orang yang memiliki latar belakang kebudayaan yang berbeda (2003, p. 13). Apapun definisi yang ada mengenai komunikasi antar budaya (intercultural communication) menyatakan bahwa komunikasi antar budaya terjadi apabila terdapat 2 (dua) budaya yang berbeda dan kedua budaya tersebut sedang melaksanakan proses komunikasi.

2. Masyarakat migrasi

Migrasi adalah perpindahan penduduk dengan tujuan untuk menetap dari suatu tempat ke tempat lain melewati batas administratif (migrasi internal) atau batas politik/negara (migrasi internasional). Dengan kata lain, migrasi diartikan sebagai perpindahan yang relatif permanen dari daerah ke daerah lain. Migrasi penduduk terdapat dua macam meliputi transmigrasi dan urbanisasi. Transmigrasi, yaitu perpindahan dari satu wilayah untuk menetap di wilayah lain dalam wilayah negara. Urbanisasi adalah perpindahan penduduk dari desa ke kota atau dari kota kecil ke kota besar.

3. Masyarakat lokal

Masyarakat lokal adalah masyarakat tradisional yang menempati pada daerah tertentu yang termarginalisasi dari berbagai aspek kehidupan pemandulan dan penghilangan identitas termasuk nilai-nilai dan norma yang dimiliki.


(39)

24 G. Metode Penelitian

G.1. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif yang bertujuan untuk membuat gambaran atau lukisan secara sistematis, aktual dan akurat mengenai komunikasi antar budaya masyarakat urban di desa Sedayulawas Kecamatan Brondong Kabupaten Lamongan. Metode kualitatif digunakan untuk memberikan pemahaman dan pengertian secara mendalam terhadap suatu objek penelitian. Dalam penelitian ini metode kualitatif dilakukan untuk mendapatkan pemahaman.

Penelitian deskriptif difokuskan hanya memaparkan situasi atau peristiwa mengenai komunikasi antar budaya masyarakat urban di desa Sedayulawas. Penelitian ini tidak mencari atau menjelaskan, tidak menguji atau membuat prediksi. Penelitian ini hanya mendeskripsikan atau menggambarkan secara utuh, lengkap, sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta serta keterkaitan antar fenomena yang diselidiki mengenai masalah yang berkaitan dengan komunikasi antar budaya masyarakat urban di desa Sedayulawas Kecamatan Brondong Kabupaten Lamongan.

G.2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada Masyarakat desa Sedayulawas Kecamatan Brondong Kabupaten Lamongan. Alasan peneliti memilih wilayah ini sebagai lokasi penelitian adalah daerah ini merupakan kawasan pesisir disana terdapat banyak nelayan yang berasal dari seluruh Indonesia dan mengingat letak geografisnya sebagai penghubung jalur pantura yang sangat padat. Kultur


(40)

25

masyarakat nelayan tampaknya berbeda dengan kultur masyarakat petani pada umumnya, Masyarakat nelayan cenderung bersifat keras (walau tidak kasar) dalam menghadapi sebuah fenomena, mengingat bahwa kehidupan melaut merupakan kehidupan yang sangat keras.

Aspek lain yang menjadikan tempat ini sebagai objek penelitian yaitu tempat geografis yang sangat setrategis disegi transportasi dari laut dan darat sebagai jalur para pendatang migrasi, yaitu dari jalur darat terdapat jalur pantura yang sangat padat dilalui kendaran-kendaran bermotor, sedangkan dari jalur laut disana terdapat banyak pelabuhan-pelabuhan kapal baik barang dan ikan, dan pelabuhan ikan disini merupakan pelabuhan ikan terbesar di Nusantara. Dengan berkumpulnya mereka pada wilayah tersebut dengan berbagai budaya yang mereka miliki menjadi sangat menarik untuk diteliti mengenai komunikasi budaya yang mereka lakukan. Dari alasan tersebut peneliti mengharapkan mendapatkan informasi mengenai komunikasi antar budaya masyarakat urban di desa Sedayulawas Kecamatan Brondong Kabupaten Lamongan.

G.3 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini ada beberapa teknik pengumpulan data yang digunakan, yaitu:

1. Wawancara

Yaitu teknik pengumpulan data dengan cara melakukan tanya jawab antara peneliti dengan responden yang berlangsung secara lisan. Jenis wawancaranya adalah wawancara mendalam yaitu proses


(41)

26

memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman wawancara, pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relative lama. Dengan demikian, kekhasan wawancara mendalam adalah keterlibatannya dalam kehidupan informan. Data yang akan digali melalui wawancara dengan para tokoh masyarakat di Desa Sedayulawas, perwakilan warga pendatang yang sudah lama menetap disana, dan perwakilan masyarakat lokal. Tentang bagaimana proses komunikasi antar budaya masyarakat urban dengan masyarakat lokal di Desa Sedayulawas. 2. Observasi

Suatu teknik pengumpulan data dengan menggunakan pangamatan atau penginderaan dan pencatatan secara sistematis yang langsung terhadap peristiwa yang sedang diteliti. Dengan melakukan pengamatan secara langsung dilapangan dan ikut masuk dalam proses yang terjadi disana komunikasi antar budaya masyarakat urban di desa Sedayulawas Kecamatan Brondong Kabupaten Lamongan.

3. Dokumentasi

Teknik ini dilakukan untuk memperoleh data-data pendukung penelitian. Data-data yang dimaksud berupa arsip-arsip serta catatan-catatan penting yang ada dilokasi penelitian dan berkaitan dengan komunikasi antar budaya masyarakat urban di desa Sedayulawas Kecamatan Brondong Kabupaten Lamongan.


(42)

27

G.4 Kriteria dan Cara Penetapan Jumlah Informan

Informan dalam penelitian ini adalah masyarakat di desa Sedayulawas Kecamatan Brondong Kabupaten Lamongan yang diseleksi atas dasar kriteria-kriteria tertentu yang dibuat peneliti berdasarkan tujuan penelitian dengan mengunakan teknik purposivesampling penetapan jumlah informan.

Kriteria Informan dalam penelitian ini adalah masyarakat urban atau pendatang yang menetap di desa Sedayulawas Kecamatan Brondong Kacbupaten Lamongan, dan para tokoh masyarakat berserta pengurus Desa karena mereka yang mengetahui dan mengalami media relations sehingga dianggap berkompeten untuk memberikan data atau informasi kepada peneliti tentang komunikasi antar budaya masyarakat migran dengan masyarakat lokal. Adapun kriteria informan diuraikan di bawah ini adalah:

Masyarakat Lokal

1. Usianya di atas 35 tahun

2. Pernah berkomunikasi dengan etnis lain 3. Tokoh masyarakat dan Pengurus desa Masyarakat Urban

1. Lama tinggal lebih dari 3 tahun 2. Usianya di atas 35 tahun

3. Menguasai bahasa yang ada dilokasi yaitu bahasa Jawa 4. Memiliki tempat tinggal di lokasi


(43)

28 G.5 Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis domain yaitu analisis yang biasanya dilakukan untuk memperoleh gambaran/ pengertian yang bersifat umum dan relatif menyeluruh tantang apa yang tercakup di suatu fokus/ pokok permasalahan yang tengah diteliti. (Sanapiah Faisal, 1990: 91).

Análisis domain merupakan langkah pertama dalam penelitian kualitatif, yang kemudian dilanjutkan dengan análisis Taksonomi untuk mencari bagaimana domain yang dipilih itu dijabarkan menjadi lebih rinci. Selanjutnya mengunakan análisis Komponensial untuk mencari perbedaan yang spesifik setiap rincian dari hasil análisis taksonomi dan yang terakhir dilanjutkan dengan análisis tema untuk mencari hubungan diantara domain. Hubungan semantik tersebut adalah jenis, ruang, sebab akibat, rasional/ alasan, lokasi untuk melakukan sesuatu, fungsi, cara mencapai tujuan, urutan dan karakteristik/ atribut. Analisis ini mencoba mengumpulkan sekian banyak tema, fokus budaya, nilai, dan simbol-simbol budaya yang ada dalam setiap domain. Sehingga cara mencapai tujuan dan alasan dimana pada penelitian ini bagaimana komunikasi antar budaya masyarakat urban di desa Sedayulawas Kecamatan Brondong Kabupaten Lamongan.

Gambar 3: Elemen dalam domain

Masyarakat

Komunikasi budaya Akulturasi

budaya

Domain budaya

Hubungan semantik


(44)

29 Tabel 1

Lembar Kerja Domain Komunikasi

Antar Budaya Lokal dengan Pendatang di Desa Sedayulawas

No. Hub.Simantic Bentuk Contoh

1. Jenis (strict inclusion) X adalah jenis dari Y Budaya adalah jenis dari komunikasi

2. Ruang (Spatial) X adalah tempat dari Y Kantor Desa adalah tempat pusat layanan masyarakat Desa Sedayulawas

3. Sebab-akibat (Cause-effect) X adalah akibat dari Y Akuturasi akibat dari perbedaan budaya

4. Alasan (Rationale) X adalah alasan melakukan Y

Mencari perkerjaan yang lebih baik membuat migrasi penduduk 5. Lokasi untuk

melakukan sesuatu (Location for action)

X merupakan tempat melakukan Y

Pelabuhan sebagai tempat melakukan migrasi dari tempat lain

6. Cara ke Tujuan (Means-End)

X merupakan cara untuk mencapai Y

Masyarakat pendatang

beradaptasi dengan lingkungan lokal

7. Fungsi (Function) X digunakan untuk Y Menetap di wilayah penduduk lokal mempercepat pengenalan budaya sekitar

8. Urutan (Sequence) X merupakan urutan/tahap dalam Y

Pertukaran bahasa dan budaya pendatang dan lokal untuk adapatasi

9. Atribut atau karakteristik (Atribution)

X merupakan karakteristik dari Y

Komunikasi untuk beradatasi dengan penduduk lokal

G.6 Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data

Untuk menetapkan keabsahan (trust worthines) data yang diperlukan adalah teknik pemeriksaan. Dalam penelitian peneliti menggunakan teknik trianggulasi yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu (Moleong, 2001: 178).

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik trianggulasi sumber untuk memeriksa keabsahan data yang diperoleh. Triangulasi sumber data adalah menggali kebenaran informasi tertentu melalui berbagai metode dan sumber perolehan data. Misalnya, selain melalui wawancara dan observasi, peneliti bisa


(45)

30

menggunakan observasi terlibat (participant obervation), dokumen tertulis, arsif, dokumen sejarah, catatan resmi, catatan atau tulisan pribadi dan gambar atau foto. Tentu masing-masing cara itu akan menghasilkan bukti atau data yang berbeda, yang selanjutnya akan memberikan pandangan (insights) yang berbeda pula mengenai fenomena yang diteliti. Berbagai pandangan itu akan melahirkan keluasan pengetahuan untuk memperoleh kebenaran handal.


(1)

25

masyarakat nelayan tampaknya berbeda dengan kultur masyarakat petani pada umumnya, Masyarakat nelayan cenderung bersifat keras (walau tidak kasar) dalam menghadapi sebuah fenomena, mengingat bahwa kehidupan melaut merupakan kehidupan yang sangat keras.

Aspek lain yang menjadikan tempat ini sebagai objek penelitian yaitu tempat geografis yang sangat setrategis disegi transportasi dari laut dan darat sebagai jalur para pendatang migrasi, yaitu dari jalur darat terdapat jalur pantura yang sangat padat dilalui kendaran-kendaran bermotor, sedangkan dari jalur laut disana terdapat banyak pelabuhan-pelabuhan kapal baik barang dan ikan, dan pelabuhan ikan disini merupakan pelabuhan ikan terbesar di Nusantara. Dengan berkumpulnya mereka pada wilayah tersebut dengan berbagai budaya yang mereka miliki menjadi sangat menarik untuk diteliti mengenai komunikasi budaya yang mereka lakukan. Dari alasan tersebut peneliti mengharapkan mendapatkan informasi mengenai komunikasi antar budaya masyarakat urban di desa Sedayulawas Kecamatan Brondong Kabupaten Lamongan.

G.3 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini ada beberapa teknik pengumpulan data yang digunakan, yaitu:

1. Wawancara

Yaitu teknik pengumpulan data dengan cara melakukan tanya jawab antara peneliti dengan responden yang berlangsung secara lisan. Jenis wawancaranya adalah wawancara mendalam yaitu proses


(2)

26

memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman wawancara, pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relative lama. Dengan demikian, kekhasan wawancara mendalam adalah keterlibatannya dalam kehidupan informan. Data yang akan digali melalui wawancara dengan para tokoh masyarakat di Desa Sedayulawas, perwakilan warga pendatang yang sudah lama menetap disana, dan perwakilan masyarakat lokal. Tentang bagaimana proses komunikasi antar budaya masyarakat urban dengan masyarakat lokal di Desa Sedayulawas. 2. Observasi

Suatu teknik pengumpulan data dengan menggunakan pangamatan atau penginderaan dan pencatatan secara sistematis yang langsung terhadap peristiwa yang sedang diteliti. Dengan melakukan pengamatan secara langsung dilapangan dan ikut masuk dalam proses yang terjadi disana komunikasi antar budaya masyarakat urban di desa Sedayulawas Kecamatan Brondong Kabupaten Lamongan.

3. Dokumentasi

Teknik ini dilakukan untuk memperoleh data-data pendukung penelitian. Data-data yang dimaksud berupa arsip-arsip serta catatan-catatan penting yang ada dilokasi penelitian dan berkaitan dengan komunikasi antar budaya masyarakat urban di desa Sedayulawas Kecamatan Brondong Kabupaten Lamongan.


(3)

27

G.4 Kriteria dan Cara Penetapan Jumlah Informan

Informan dalam penelitian ini adalah masyarakat di desa Sedayulawas Kecamatan Brondong Kabupaten Lamongan yang diseleksi atas dasar kriteria-kriteria tertentu yang dibuat peneliti berdasarkan tujuan penelitian dengan mengunakan teknik purposivesampling penetapan jumlah informan.

Kriteria Informan dalam penelitian ini adalah masyarakat urban atau pendatang yang menetap di desa Sedayulawas Kecamatan Brondong Kacbupaten Lamongan, dan para tokoh masyarakat berserta pengurus Desa karena mereka yang mengetahui dan mengalami media relations sehingga dianggap berkompeten untuk memberikan data atau informasi kepada peneliti tentang komunikasi antar budaya masyarakat migran dengan masyarakat lokal. Adapun kriteria informan diuraikan di bawah ini adalah:

Masyarakat Lokal

1. Usianya di atas 35 tahun

2. Pernah berkomunikasi dengan etnis lain 3. Tokoh masyarakat dan Pengurus desa Masyarakat Urban

1. Lama tinggal lebih dari 3 tahun 2. Usianya di atas 35 tahun

3. Menguasai bahasa yang ada dilokasi yaitu bahasa Jawa 4. Memiliki tempat tinggal di lokasi


(4)

28

G.5 Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis domain yaitu analisis yang biasanya dilakukan untuk memperoleh gambaran/ pengertian yang bersifat umum dan relatif menyeluruh tantang apa yang tercakup di suatu fokus/ pokok permasalahan yang tengah diteliti. (Sanapiah Faisal, 1990: 91).

Análisis domain merupakan langkah pertama dalam penelitian kualitatif, yang kemudian dilanjutkan dengan análisis Taksonomi untuk mencari bagaimana domain yang dipilih itu dijabarkan menjadi lebih rinci. Selanjutnya mengunakan análisis Komponensial untuk mencari perbedaan yang spesifik setiap rincian dari hasil análisis taksonomi dan yang terakhir dilanjutkan dengan análisis tema untuk mencari hubungan diantara domain. Hubungan semantik tersebut adalah jenis, ruang, sebab akibat, rasional/ alasan, lokasi untuk melakukan sesuatu, fungsi, cara mencapai tujuan, urutan dan karakteristik/ atribut. Analisis ini mencoba mengumpulkan sekian banyak tema, fokus budaya, nilai, dan simbol-simbol budaya yang ada dalam setiap domain. Sehingga cara mencapai tujuan dan alasan dimana pada penelitian ini bagaimana komunikasi antar budaya masyarakat urban di desa Sedayulawas Kecamatan Brondong Kabupaten Lamongan.

Gambar 3: Elemen dalam domain Masyarakat

Komunikasi budaya

Akulturasi budaya

Domain budaya

Hubungan semantik


(5)

29

Tabel 1

Lembar Kerja Domain Komunikasi

Antar Budaya Lokal dengan Pendatang di Desa Sedayulawas

No. Hub.Simantic Bentuk Contoh

1. Jenis (strict inclusion) X adalah jenis dari Y Budaya adalah jenis dari komunikasi

2. Ruang (Spatial) X adalah tempat dari Y Kantor Desa adalah tempat pusat layanan masyarakat Desa Sedayulawas

3. Sebab-akibat (Cause-effect) X adalah akibat dari Y Akuturasi akibat dari perbedaan budaya

4. Alasan (Rationale) X adalah alasan melakukan Y

Mencari perkerjaan yang lebih baik membuat migrasi penduduk 5. Lokasi untuk

melakukan sesuatu (Location for action)

X merupakan tempat melakukan Y

Pelabuhan sebagai tempat melakukan migrasi dari tempat lain

6. Cara ke Tujuan (Means-End)

X merupakan cara untuk mencapai Y

Masyarakat pendatang

beradaptasi dengan lingkungan lokal

7. Fungsi (Function) X digunakan untuk Y Menetap di wilayah penduduk lokal mempercepat pengenalan budaya sekitar

8. Urutan (Sequence) X merupakan urutan/tahap dalam Y

Pertukaran bahasa dan budaya pendatang dan lokal untuk adapatasi

9. Atribut atau karakteristik (Atribution)

X merupakan karakteristik dari Y

Komunikasi untuk beradatasi dengan penduduk lokal

G.6 Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data

Untuk menetapkan keabsahan (trust worthines) data yang diperlukan adalah teknik pemeriksaan. Dalam penelitian peneliti menggunakan teknik trianggulasi yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu (Moleong, 2001: 178).

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik trianggulasi sumber untuk memeriksa keabsahan data yang diperoleh. Triangulasi sumber data adalah menggali kebenaran informasi tertentu melalui berbagai metode dan sumber perolehan data. Misalnya, selain melalui wawancara dan observasi, peneliti bisa


(6)

30

menggunakan observasi terlibat (participant obervation), dokumen tertulis, arsif, dokumen sejarah, catatan resmi, catatan atau tulisan pribadi dan gambar atau foto. Tentu masing-masing cara itu akan menghasilkan bukti atau data yang berbeda, yang selanjutnya akan memberikan pandangan (insights) yang berbeda pula mengenai fenomena yang diteliti. Berbagai pandangan itu akan melahirkan keluasan pengetahuan untuk memperoleh kebenaran handal.