Biaya Sarana Produksi Pendapatan Pengolahan Hasil 1. Industri Tempe

Tabel 4. Biaya Penyusutan Alat dalam Industri Tempe Di Desa Kebon Agung Kecamatan Imogiri Kabupaten Bantul DIY. Macam Alat Kapasitas Kedelai Kg Sekali 40 kg Per Minggu 120 Kg Per Bulan 480 Kg Per Tahun 6.480 Kg 1. Kenceng 2. Dandang 3. Kukusan 4. Ember plastik 5. Taba 6. Iris 7. Eble 1.757 1.123 4.999 1.942 235 158 569 5.757 3.369 14.997 5.826 705 474 1.707 21.084 13.476 59.988 23.304 2.820 1.896 6.828 284.634 181.926 809.838 314.604 38.070 25.596 92.178 Jumlah 10.783 32.835 129.396 1.746.846 Sumber : Analisis Data Primer, Tahun 2015 Tabel 4 menunjukkan bahwa penyusutan alat yang mengeluarkan biaya terbesar pada pengrajin tempe di Desa Kebon Agung adalah kukusan, yaitu alat yang terbuat dari anyaman bamboo baik daging maupun kulitnya berbentuk lonjong dan kegunaannya untuk mananak kedelai. Alat ini tidak tahan lama dan tidak awet karena sering terkena air sehingga memerlukan kurun waktu yang cukup pendek untuk diganti. ii. Biaya Penggunaan Tenaga Kerja Penggunaan tenaga kerja pada industri tempe tergantung banyak sedikitnya bahan baku yang digunakan, semakin banyak bahan baku maka semakin banyak pula tenaga kerjanya. Hal ini akan berpengaruh pada upah yang harus dikeluarkan. Dalam industri tempe, terdapat beberapa macam kegiatan yang dilakukan oleh pekerja. Macam kegiatan tersebut adalah persiapan bahan, pencucian, perendaman I dan II, perebusan I dan II, pengupasan, pendinginan, peragian, pembungkusan. Tenaga kerja yang digunakan oleh pengrajin berasal dari dalam keluarga. Rata-rata biaya penggunaan tenaga kerja pada industri tempe di Desa Kebon Agung dapat dilihat tabel 5. Table 5. Rata-rata Biaya Penggunaan Tenaga Kerja Industri Tempe Di Desa Kebon Agung Kecamatan Inogiri Kabupaten Bantul DIY. Penggunaan Tenaga Kerja Kapasitas Kedelai Kg Sekali 40 kg Per Minggu 120 Kg Per Bulan 480 Kg Per Tahun 6.480 Kg 1. Dalam Keluarga HKO 2. Luar Keluarga 3. Rp 6 18 72 972 Sumber : Analisis Data Sekunder, Tahun 2015 Tabel 5 menunjukkan bahwa tenaga kerja yang digunakan untuk produksi tempe menggunakan tenaga kerja dalam keluarga, sehingga tidak ada biaya yang secara eksplisit dikeluarkan untuk produksi tempe. Hal ini disebabkan industri yang dikerjakan merupakan industri rumah tangga yang dilakukan untuk mengisi waktu luang sehingga tidak memerlukan biaya tenaga kerja. iii. Biaya Produksi Biaya produksi adalah biaya yang dikeluarkan oleh pengrajin dalam proses produksi. Dalam industri tempe ini biaya yang digunakan meliputi biaya sarana produksi, biaya tenaga kerja, dan biaya penyusutan alat. Biaya-biaya tersebut dapat dilihat pada tabel 6. Tabel 6. Rata-rata Biaya Produksi Tempe Di Desa Kebon Agung Kecamatan Imogiri Kabupaten Bantul DIY. Uraian Kapasitas Kedelai Kg Sekali 40 kg Per Minggu 120 Kg Per Bulan 480 Kg Per Tahun 6.480 Kg 1. Biaya Rp - B. Baku Kedelai - B. Tambahan - B. Penyusutan - B. Tenaga Kerja Total 2. Biaya - B. Baku Kedelai - B. Tambahan - B. Penyusutan - B. Tenaga Kerja Total 272.000 113.280 10.783 396.063 68,68 28,60 2,72 0,00 100,00 816.000 339.840 32.349 1.188.189 68,68 28,60 2,72 0,00 100,00 3.264.000 1.359.360 129.396 4.752.756 68,68 28,60 2,72 0,00 100,00 44.064.000 18.351.360 1.746.846 64.162.206 68,68 28,60 2,72 0,00 100,00 Sumber : Analisis Data Primer, Tahun2015 Tabel 6 menunjukkan bahwa untuk sarana produksi bahan baku kedelai memiliki prosentase paling besar dibandingkan sarana produksi lainnya seperti bahan tambahan, biaya penyusutan, biaya tenaga kerja, yaitu sebesar 68,68 sedangkan prosentase biaya terkecil adalah biaya tenaga kerja luar keluarga 0,00 . iv. Penerimaan Dan Pendapatan Penerimaan merupakan jumlah produksi dikalikan dengan harga jual persatuan output. Sedangkan pendapatan adalah semua penerimaan yang diperoleh dari hasil produksi tempe setelah dikurangi dengan biaya produksi. Untuk mengetahui penerimaan dan pendapatan industri tempe dapat dilihat pada tabel 7. Tabel 7. Rata-rata Penerimaan dan Pendapatan Industri Tempe Di Desa Kebon Agung Kecamatan Imogiri Kabupaten Bantul DIY. Uraian Kapasitas Kedelai Kg Sekali 40 kg Per Minggu 120 Kg Per Bulan 480 Kg Per Tahun 6.480 Kg 1. Produksi biji 2. Harga per biji Rp 3. Penerimaan Rp 4. Biaya Produksi Rp 5. Pendapatan Rp 2.200 250 550.000 396.063 153.937 6.600 250 1.650.000 1.188.189 461.811 26.400 250 6.600.000 4.752.756 1.847.244 356.400 250 89.100.000 64.162.206 24.937.794 Sumber : Analisis Data Primer, Tahun 2015 Tabel 7 menunjukkan bahwa rata-rata penerimaan per bulan dari industry tempe ini sebesar Rp6.600.000,-, sedangkan penerimaan per tahunnya sebesar Rp89.100.000,-. Sedangkan untuk rata-rata pendapatan per bulannya sebesar Rp1.847.244,- dan untuk pendapatan per tahunnya sebesar Rp24.937.794,-. Walaupun pendapatan per tahunnya sebesar Rp24.937.794,- tetapi mempekerjakan 3 tenaga kerja keluarga, sehingga pendapatan perorangnya sebesar Rp8.312.598.,- per tahun atau Rp692.717,- per bulan.

v. Nilai Tambah Tempe

Untuk menghitung nilai tambah kedelai menjadi tempe pada skala industri rumah tangga di Desa Kebon Agung harus diketahui terlebih dahulu nilai input yang mendukung kegiatan produksi tempe kecuali nilai tenaga kerja pembuat tempe. Adapun nilai tambah industry tempe di Desa Kebon Agung dapat dilihat pada tabel 8. Tabel 8. Nilai Tambah Industri Tempe Di Desa Kebon Agung Kecamatan Imogiri Kabupaten Bantul DIY.

Dokumen yang terkait

Penilaian Masyarakat Desa Terhadap Pemerintahan Desa Dalam Era Otonomi Daerah (Studi kasus : Desa Sriharjo, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta )

2 50 64

Pengembangan Kapasitas Kelembagaan Kelompok Swadaya Masyarakat (Studi Kasus di Desa Wonokromo Kecamatan Pleret Kabupaten Bantul Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta)

8 40 157

Dinamika Politik dan Kepemimpinan Lokal, Pedesaan Jawa. Studi Kasus Desa Gadingsari, Kecamatan Sanden, Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

0 5 336

ANALISIS DAMPAK EKONOMI DESA WISATA WUKIRSARI KECAMATAN IMOGIRI KABUPATEN BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

4 16 20

ANALISIS DAMPAK EKONOMI DESA WISATA WUKIRSARI KECAMATAN IMOGIRI KABUPATEN BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

10 44 138

PENGEMBANGAN PARIWISATA RELIGI BERBASIS KEARIFAN LOKAL (Kajian Fenomenologi di Desa Wisata Pesan-Trend Budaya Ilmu Giri, Nogosari, Selopamioro, Imogiri, Bantul Yogyakarta).

0 0 14

MODEL PENGEMBANGAN DESA WISATA BERBASIS KOMODITAS LOKAL DI KABUPATEN BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA.

0 1 1

PERAN PEMUDA DALAM PENGEMBANGAN DESA WISATA DI DESA KEBONAGUNG, KECAMATAN IMOGIRI, KABUPATEN BANTUL, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA.

17 72 197

Model Pengembangan Agrowisata Berbasis Kearifan Lokal (Studi Kasus di Desa Kebon Agung Kecamatan Imogiri Kabupaten Bantul DIY) | Sriyadi | AGRARIS: Journal of Agribusiness and Rural Development Research 2281 6272 2 PB

0 0 9

View of ANALISIS POTENSI EKONOMI PENGEMBANGAN AGROWISATA BERBASIS KEARIFAN LOKAL DI DESA WISATA SUMBERMUJUR KABUPATEN LUMAJANG

0 0 9