Tadabbur Alam. Akhlak Kepada Lingkungan 1. Revitalisasi Ajaran Agama

Keempat, semua makhluk yang diciptakan Tuhan adalah mulia dan berguna. Siapapun dilarang mengeksploitasi berlebih-lebihan. Kelima, manusia sebagai pemimpin di muka bumi adalah pengelolaan alam demi kelestarian kehidupan. Segala tindakannya di dunia akan dipertanggungjawabkan di akhirat kelak.

C. Akhlak Kepada Lingkungan 1. Revitalisasi Ajaran Agama

Bentuk ajaran agama yang didominasi dogma- dogma yang sempit perlu diperluas. Kontekstualisasi agama perlu diperbanyak agar cakrawala pemikiran dan tindakan lebih luas, tidak hanya sekedar ritual keagamaan saja. Perlu dilakukan aksi nyata dibanding pembelajaran yang menekankan aspek kognitif saja.

2. Tadabbur Alam.

Alam yang ditempati sungguh eksotik. Keeksotikan dan keindahan alam adalah modal untuk berfikir, merenung, dan bermuara pada aktivitas untuk memanfaatkan, mengelola, dan menjaga dengan penuh tanggung jawab. 3.Muhasabah dari Fenomena Alam Evaluasi perlu. Apalagi menyangkut lingkungan yang dampaknya merambah kebanyak orang. Fenomena alam banjir, tanah longsor dan lain-lain yang mestinya menjadi sumber muhasabah bagi setiap individu terhadap berbagai aktivitas yang telah 117 dilakukan selama ini. Konteks muhasabah terhadap lingkungan tidak berfikir dan bertindak secara sempit pada wilayah lokal tempat kita tinggal, namun kesadaran atas tanggung jawab diri sebagai warga dunia. 4. Berpartisipasi dalam Program Hijau Program hijau semakin banyak variasinya. Seharusnya sudah bukan lagi sekadar acara sensasional atau seremonial tanpa makna, namun lebih dari itu. Perlu penghayatan. Pilih program hijau yang sesuai dengan kemampuan dan karakteristik diri. 5.Program Reward and Punishment Akhlak yang baik terhadap lingkungan juga dapat dibentuk melalui program reward and punishment. Reward diberikan kepada siapa saja yang berprestasi dalam menjaga kelestarian lingkungan, sedangkan punishment merupakan bentuk ‘hukuman balasan’ terhadap siapa saja yang melakukan aktivitas yang dapat atau berpotensi merusak lingkungan. Terhadap lingkungan juga ada teori bagaimana beretika kepada lingkungan. Setidaknya terbagai kepada tiga teori beretika kepada lingkunga yaitu antroposentrisme, biosentrisme dan ekosentrisme. 6 6______________ Supriadi, Hukum Lingkungan di Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika, 2006, hal.25 118 Perilaku manusia khususnya terhadap lingkungan sangatlah besar, baik dari segi positif dan negatifnya. Manusia dituntut untuk mengikuti perkembangan zaman supaya tidak ketinggalan dengan yang lain, tetapi kadang-kadang manusia itu sendiri lupa dengan lingkungan sekitar, sehingga menyebabkan permasalahan bagi lingkungan tersebut maupun manusia lain. Lingkungan merupakan sebuah wadah yang di dalamnya ditampung berbagai jenis makhluk dan benda mati yang beraneka ragam seperti manusia, hewan ,tumbuh-tumbuhan, udara, air dan lain-lain. Di dalam lingkungan baik secara sadar maupun tidak, juga terdapat berbagai kegiatan yang bersifat pendidikan maupun juga hanya bersifat sebatas interaksi sesama. Akhlaq terhadap alam lingkungan adalah bahwa manusia tidak dibolehkan memanfaatkan sumber daya alam dengan jalan mengeksploitasi secara besar-besaran,sehingga timbul ketidak seimbangan alam dan kerusakan bumi. D. Akhlak Kepada Hewan atau Binatang Dalam sejarah peradaban Islam sendiri, hubungan harmonis antara manusia dengan binatang terjalin dengan baik, sebagaimana eratnya hubungan antara Ashabul Kahfi dengan anjing mereka. Demikan pula Rasulullah Saw., beliau juga berhijrah dengan onta setia beliau yang nama Al Qashwa’, disamping 119 beliau juga memiliki beberapa onta lain yang bernama Al Adhba’ dan Al Jadm. Seorang sahabat dalam kisah pembuka di atas, aslinya bernama Abdurrahman bin Shahr. Ia gemar membawa kucing kecil di sakunya, hingga Rasulullah memberikan panggilan kesayangan untuknya dengan sebutan Abu Hurairah, yang artinya ‘ayah kucing’. Islam sebagai ajaran yang menekankan kepada pemeluknya untuk menyayangi binatang sebenarnya sudah tercermin dalam pembahasan dasar masalah fikih, yakni masalah thaharah bersuci, dimana sebagai Muslim, dilarang buang air besar atau air kecil ke dalam lubang, merujuk kepada hadits yang diriwayatkan Abu Dawud. Ada ulama yang menyebutkan bahwa di dalam liang biasanya ada binatang-binatang kecil. Dengan buang air di tempat itu, maka hal itu bisa menzalimi binatang-binatang tersebut. Setidaknya akhlak kepada hewan atau binatang itu terbagi menjadi dua bagian:

1. Syafaqah