Kehilangan Berat Pengujian Laboratorium

kadar bahan pengawet terhadap kehilangan berat contoh uji terhadap rayap tanah dapat dilihat pada Tabel 4, untuk mortalitas dapat dilihat pada Tabel 5, dan untuk derajat serangan dapat dilihat pada Tabel 6.

4.2.1 Kehilangan Berat

Salah satu parameter yang digunakan untuk menilai ketahanan contoh uji adalah kehilangan berat. Untuk mengetahui pengaruh jenis kayu, metode pengawetan, dan konsentrasi bahan pengawet yang digunakan terhadap kehilangan berat rayap dilakukan uji statistik dan hasilnya dapat dilihat pada Lampiran 2. Nilai rata-rata kehilangan berat contoh uji ketiga jenis kayu setelah pengumpanan selama empat minggu pada uji laboratorium dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 Kehilangan Berat Tiga Jenis Kayu terhadap Serangan Rayap Tanah K Rendaman Dingin Karet A Mahoni B Mindi B x±sd KK x±sd KK x±sd KK 0 39,96±11,20a V 8,63±3,11a III 11,25±1,11a IV 1,5 10,91±1,99b III 5,63±1,46b II 5,60±2,85b II 3 9,99±1,49b III 4,29±2,28b II 3,51±2,42b I 4,5 6,55±1,17b II 1,83±1,83b I 2,12±1,92b I K Pengukusan Karet A Mahoni B Mindi B x±sd KK x±sd KK x±sd KK 0 39,96±11,20a V 8,63±3,11a III 11,25±1,11a IV 1,5 8,54±1,81b III 5,50±1,83b II 4,32±0,48b II 3 6,34±1,42b II 4,77±1,68b II 3,45±1,21b I 4,5 5,48±2,92b II 1,83±0,90b I 2,07±1,82b I keterangan : Jenis kayu yang berpangkat huruf besar yang sama tidak berbeda nyata huruf yang sama menyatakan tidak berbeda nyata K = Konsentrasi Bahan Pengawet; KB = Kehilangan Berat; KK = Kelas Ketahanan Berdasarkan Tabel 4, pada tiga jenis kayu yang tanpa diawetkan atau ketahanan alami kontrol untuk kayu karet rata-rata nilai kehilangan beratnya 39,96 termasuk kelas ketahanan V, karena berdasarkan klasifikasi ketahanan kayu berdasarkan SNI kehilangan berat 31,89 termasuk kelas ketahanan V. Kayu mahoni rata-rata nilai kehilangan beratnya 8,63 termasuk kelas ketahanan III, sesuai dengan SNI untuk kelas ketahanan III kehilangan beratnya berkisar 7,50 – 10,96. Sedangkan untuk kayu mindi rata-rata nilai kehilangan beratnya 11,25 termasuk kelas ketahanan IV, sesuai dengan SNI untuk kelas ketahanan IV kehilangan beratnya 10,96 – 18,94. Hal ini sesuai dengan pernyataan Pandit dan Kurniawan 2008 yang menyatakan bahwa kayu karet termasuk dalam kelas awet V dan pernyataan Martawijaya et al. 1989 bahwa kayu mahoni masuk kedalam kelas awet III dan kayu mindi termasuk kedalam kelas awet IV. Pada Tabel 4 dapat dilihat bahwa dengan perlakuan pengawetan dengan metode rendaman dingin maupun metode pengukusan dapat menurunkan kehilangan berat. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa kedua metode yang digunakan tidak berpengaruh nyata terhadap kehilangan berat, akan tetapi perbedaan jenis kayu dan konsentrasi yang digunakan memberikan pengaruh yang nyata terhadap kehilangan berat. Hasil uji lanjut yaitu uji Duncan Lampiran 1 menunjukan pengaruh jenis kayu dan konsentrasi. Hasil perlakuan pengawetan dengan konsentrasi 1,5, 3, dan 4,5 dengan metode rendaman dingin, berdasarkan SNI 01-7207-2006 kelas ketahanan kayu untuk kayu karet dapat meningkat dari kelas ketahanan V menjadi kelas ketahanan III dengan konsentrasi 1,5 dan 3, pada konsentrasi 4,5 meningkat menjadi kelas ketahanan II. Untuk kayu mahoni kontrol memiliki kelas ketahanan III meningkat dengan perlakuan pengawetan dengan konsentrasi 1,5 dan 3 menjadi kelas II, dan pada konsentrasi 4,5 meningkat menjadi kelas ketahanan I. Untuk kayu mindi kontrol memiliki kelas ketahanan IV, meningkat dengan perlakuan pengawetan dengan konsentrasi 1,5 dan 3 menjadi kelas ketahanan II, dan pada konsentrasi 4,5 meningkat menjadi ketas ketahanan I. Dengan demikian untuk kayu karet dengan konsentrasi 4,5 hanya mencapai kelas ketahanan II, sedangkan untuk kayu mahoni dan mindi sudah mencapai kelas ketahanan I. Tiga jenis kayu yang diawetkan dengan konsentrasi 1,5, 3 dan 4,5 menggunakan metode pengukusan, berdasarkan SNI 01-7207-2006, kelas ketahanan kayu untuk kayu karet meningkat dari kelas V menjadi kelas ketahanan III pada konsentrasi 1,5, sedangkan pada konsentrasi 3 dan 4,5 meningkat menjadi kelas ketahanan II. Untuk kayu mahoni kontrol kelas ketahanan III meningkat dengan perlakuaan pengawetan dengan konsentrasi 1,5 dan 3 menjadi kelas ketahanan II, sedangkan konsentrasi 4,5 meningkat menjadi kelas ketahanan I. Untuk kayu mindi kontrol kelas ketahanan IV meningkat dengan perlakuan pengawetan dengan konsentrasi 1,5 menjadi kelas ketahanan II, sedangkan konsentrasi 3 dan 4,5 menjadi kelas ketahanan I. Dengan demikian untuk kayu karet dengan konsentrasi 4,5 hanya menjadi kelas ketahanan II, sedangkan untuk kayu mahoni dengan konsentrasi 4,5 menjadi kelas ketahanan I dan untuk kayu mindi konsentrasi diatas 3 sudah mencapai kelas I. Perbedaan nilai kehilangan berat kayu antar jenis kayu diduga terkait dengan nilai retensi yang berhubungan dengan tingkat keterawetan kayu. Kayu-kayu yang keterawetannya tinggi-sedang mudah diawetkan sehingga nilai retensinya tinggi yang mengakibatkan terjadinya peningkatan ketahanan kayu terhadap serangan faktor perusak sehingga nilai kehilangan beratnya rendah. Peningkatan kelas ketahanan kayu contoh uji diduga terkait dengan bahan pengawet yang digunakan yaitu boron yang bersifat racun bagi rayap. Hal ini sesuai dengan pernyataan Carr 1962 dalam Barly dan Supriana 1999, boron diketahui dapat menghambat aktivitas protozoa dalam perut rayap sehingga dapat menyebabkan rayap mati kelaparan. Metode pengawetan juga mempengaruhi peningkatan kelas ketahanan kayu contoh uji. Menurut Dumanau 2001, efektifitas bahan pengawet tidak hanya ditentukan oleh daya racunnya saja, tetapi juga oleh metode pengawetan serta retensi dan penetrasinya ke dalam kayu. Menurut Wibowo 2012, semakin tinggi konsentrasi larutan bahan pengawet, peluang terjadinya retensi yang lebih banyak akan semakin besar sehingga kayu menjadi lebih tahan terhadap serangan faktor perusak. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan bahwa dengan semakin meningkatnya konsentrasi larutan bahan pengawet, maka peningkatan kelas ketahanan kayu semakin tinggi.

4.2.2 Mortalitas