Pengujian Lapangan Uji Laboratorium terhadap Rayap Tanah dengan Metode SNI 01. 7202 – 2006

pengawet boron yang bersifat toksik, sehingga rayap tidak dapat menyerang kayu secara besar. Namun masih terjadi serangan yang diduga disebabkan oleh sifat rayap yang suka bergerombol, makan kayu, kemudian terjadi kerusakan kayu akibat diserang rayap tersebut.

4.3. Pengujian Lapangan

Hasil pengujian ketiga jenis kayu setelah 3 bulan pengujian terhadap serangan rayap di lapangan dengan metode rendaman dingin dan metode pengukusan ditunjukkan pada Tabel 7. Tabel 7 Derajat Serangan Rayap Tanah Uji Lapang K Rendaman Dingin Pengukusan Karet Mahoni Mindi Karet Mahoni Mindi 0 100 70 70 100 70 70 1,5 100 70 70 100 70 70 3 100 70 70 100 70 70 4,5 100 40 70 100 40 70 keterangan : K = Konsentrasi Pada metode rendaman dingin derajat serangan yang paling tinggi dimiliki oleh contoh uji kayu karet semua konsentrasi yaitu nilainya 100, untuk contoh uji kayu mahoni derajat serangannya bernilai 70 untuk konsentrasi 1,5 dan 3, sedangkan untuk konsentrasi 4,5 derajat serangannya bernilai 40. Nilai derajat serangan contoh uji kayu mindi untuk tiap konsentrasinya adalah 70. Metode pengukusan, contoh uji kayu karet memiliki derajat serangan yang tinggi yaitu bernilai 100 untuk konsentrasi 1,5, 3 dan 4,5. Contoh uji kayu mahoni memiliki derajat serangan yang paling rendah yaitu untuk konsentrasi 1,5 dan 3 bernilai 70, pada konsentrasi 4,5 derajat serangannya bernilai 40. Sedangkan untuk contoh uji kayu mindi memiliki derajat serangan untuk konsentrasi 1,5, 3, dan 4,5 bernilai 70. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan didapatkan derajat serangan pada kayu karet memiliki nilai yang paling tinggi dibanding dengan kayu mahoni maupun mindi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Pandit Kurniawan 2008 bahwa kayu karet masuk ke dalam kelas V. Kayu mahoni memiliki derajat serangan dengan nilai yang paling rendah diantara kayu karet maupun mindi. Menurut Jasni et al. 2012, sama halnya dengan rayap kayu kering, rayap tanah juga lebih menyukai kayu mindi dari pada kayu mahoni. Hal ini mungkin disebabkan tingginya kandungan selulosa pada kayu mindi. Kandungan selulosa yang merupakan makanan utama rayap pada kayu mindi berkisar 51 dibanding kayu mahoni yang berkisar 47 - 78. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa derajat serangan rayap tanah pada contoh uji di lapang yang dilakukan selama 3 bulan menyebabkan nilai kerusakan pada kayu karet pada semua konsentrasi larutan bahan pengawet sebesar 100, kayu mahoni pada konsentrasi 1,5 dan 3 sebesar 70 dan pada konsentrasi 4,5 sebesar 40, serta kayu mindi untuk semua konsentrasi larutan bahan pengawet sebesar 70. Hal ini menjelaskan bahwa penggunaan bahan pengawet boron tidak cocok untuk dijadikan bahan pengawet kayu untuk penggunaan eksterior, karena dalam waktu 3 bulan kerusakan yang terjadi sangat besar. Sumarni dan Muslich 2004 menyatakan kayu yang dikubur dan diserang rayap di bawah 1,5 tahun termasuk kelas awet V. Dengan demikian karena pengamatan baru tiga bulan, diasumsikan ketiga jenis kayu yang diawetkan maupun tidak baik secara metode rendaman dingin maupun pengukusan hanya mencapai kelas V. Hal ini berarti bahwa bahan pengawet boron tidak berpengaruh terhadap ketahanan ketiga jenis kayu. Ditambah lagi dengan sifat boron yang mudah larut dalam air sehingga mudah tercuci atau luntur atau leaching Carr 1962 dalam Barly dan Supriana 1999 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan