Kesimpulan Saran Uji Laboratorium terhadap Rayap Tanah dengan Metode SNI 01. 7202 – 2006

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Proses pengawetan secara rendaman dingin 10 hari maupun pengukusan 2 jam kemudian rendaman dingin 2 hari pada tiga jenis kayu yang diawetkaan boron tidak berbeda nyata. Metode pengukusan membutuhkan waktu yang lebih singkat dibandingkan dengan metode rendaman dingin sehingga proses pengawetan lebih efektif dalam waktu. 2. Retensi bahan pengawet boron dengan konsentrasi 1,5-4,5 pada proses pengukusan lebih tinggi dibandingkan rendaman dingin. Disamping itu dengan kenaikan konsentrasi akan meningkatkan retensi baik rendaman dingin maupun pengukusan. 3. Kayu karet, mahoni, dan mindi yang diawetkan dengan boron berpengaruh nyata terhadap kematian rayap tanah, kehilangan berat, dan derajat serangan. 4. Kayu karet, mahoni, dan mindi yang diawetkan dengan boron diatas 3, dapat meningkatkan kelas ketahanan kayu karet dari kelas V menjadi kelas II, kayu mahoni dari kelas III menjadi kelas I, dan kayu mindi dari kelas IV menjadi kelas I dalam pengujian laboratorium. 5. Bahan pengawet boron ini tidak cocok digunakan di luar ruangan atau lapangan, karena dalam waktu singkat 3 bulan sudah diserang rayap karena bahan pengawet yang digunakan mudah luntur apabila terkena air.

5.2 Saran

Perlu dilakukan pengujian dengan menggunakan metode pengawetan yang lainnya sebagai pembanding agar diketahui metode yang paling baik untuk digunakan. DAFTAR PUSTAKA Abdurrohim S, Martawijaya A. 1992. Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Keterawetan Kayu. Makalah Utama. Pertemuan Ilmiah Pengawetan Kayu. Di Jakarta dan diselenggarakan oleh Puslitbang Hasil Hutan, Bogor Abdurrohim S. 1994. Pengawetan Tiga Jenis Kayu Secara Rendaman Dingin dengan Bahan Pengawet Boraks dan Asam Borat. Jurnal Penelitian Hasil Hutan. Pusat penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan dan Sosial Ekonomi Kehutanan, Bogor. Vol 126:157-163 Abdurrohim S. 2007. Keterawetan Kayu Kurang Dikenal. Prosiding Seminar Hasil Litbang Hasil Hutan. Bogor 25 Oktober 2007. Hal: 103 – 112. Ahn SH, Oh SC, Choi IG, Kim HY, Yang I. 2008. Efficacy of Wood Preservatives Formulated from Okara with Copper andor Boron Salts. J. Wood Sci. 54:495-501. Anonim. 1962. Timbor Preservative. Plan Operators Manual. Borax Consolidated Limited. Borax House, Carlisle Place, London, S. W. I. Anonim. 1995. Metoda Standar Pengujian Efikasi Pestisida. Komisi Pestisida Departemen Pertanian. Jakarta Anonim. 1999. Pengawetan Kayu untuk Perumahan dan Gedung. Badan Standardisasi Nasional. Jakarta. SNI 03-5010-1999. Anonim. 2003. Pestisida untuk Pertanian dan Kehutanan. Direktorat Pupuk dan Pestisida. Departemen Pertanian. Jakarta. Anonim. 2006. Uji Ketahanan Kayu dan Produk Kayu terhadap Organisme Perusak Kayu. SNI 01-7207-2006. Jakarta. Anonim. 2009. Wood Preservation. http: en. wikipedia. org wiki Timber_treatment. Diakses tanggal 26 Juni 2012. Barly. 2007. Penyempurnaan Sifat Bahan Bangunan dan Mebel. Prosiding Seminar Hasil Litbang Hasil Hutan. Bogor 25 Oktober 2007. Hal : 67-80. Barly, Martawijaya A. 2000. Keterawetan 95 Jenis Kayu terhadap Impregnasi dengan Pengawet CCA. Buletin Penelitian Hasil Hutan, Vol 18. Hal: 69 – 78. Barly, Supriana N. 1999. Persenyawaan Boron Sebagai Pengendali Organisme Perusak Kayu OPK. Prosiding Seminar Nasional. Peranan Entomologi dalam Pengendalian Hama yang ramah Lingkungan dan Ekonomis. Perhimpunan Entomologi Indonesia Cabang Bogor. BUKU I. Batubara R. 2006. Teknologi Pengawetan Kayu Perumahan dan Gedung dalam Upaya Pelestarian Hutan. http: library.usu.ac.iddownloadfp06010040. pdf. [3 Agustus 2009]. Departemen Kehutanan RI. 2001. Informasi Singkat Benih Edisi-5. Direktorat Pembenihan Tanaman Hutan. Jakarta. Departemen Kehutanan RI. 2010. Statistik Kehutanan 2009. Jakarta. Dumanauw. 2001. Mengenal Kayu. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. Hadi YS, Nurhayati T, Jasni J, Yamamoto H, Kamiya N. 2010. Smoked Wood as an Alternative for Wood Protection against Termites. Forest Prod. J. 606:496-500. Hunt GM, Garat GA. 1986. Pengawetan Kayu. Edisi 1 cetakan 1 : Penerjemah Mohamad Yusuf. Jakarta: Akademika Presindo. Ishikawa A, Kuroda N, Kato A. 2004. In Situ Measurement of Wood Moisture Content in High-Temperature Steam . The Japan Wood Research Society. Vol. 501:7-14 Jasni, Supriana N. 1992. Pencegahan Rayap dan Bubuk Perusak Kayu dengan Pestisida Berbahan Aktif Phoxim dan Cyflutrhrin. Kongres Entomologi IV. Yogyakarta. BUKU I. Jasni, Damayanti R, Krisdianto, Malik J. 2012. Ketahanan Empat Jenis Kayu Rakyat terhadap Serangan Rayap. Seminar Nasional Perhimpunan Entomologi Indonesia PEI. Bogor. BUKU I. Large NA. 1967. Handbook of Chemistry. McGraw Hill Book Company. New York. Mampe CD. 2010. Effectiveness and Uses of Borate. http:www.enviromentsensitive.comeffectiveusesofborate.htm . Diakses tanggal 26 Juni 2012. Martawijaya A, Kartasujana, Kadir K, Mandang YI, Prawira SA. 1989. Atlas Kayu Indonesia Jilid II. Departemen Kehutanan, Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Nandika D. 1986. Ancaman Rayap pada Bangunan. Fakultas Kehutanan IPB. Bogor. Nandika D, Rismayadi Y, Diba F. 2003. Rayap, Biologi dan Pengendaliannya. Muhammadiah University press: Universitas Muhammadiyah Surakarta. PT. Prima Infosarana Media. Pandit IKN, Kurniawan D. 2008. Struktur Kayu: Sifat Kayu sebagai Bahan Baku dan Ciri Diagnostik Kayu Pergadangan di Indonesia. Fakultas Kehutanan IPB. PROSEA. 1997. Seri Manual : Pedoman Identifikasi Jenis Kayu di Lapangan. Yayasan Prosea. Bogor. Richardson BA. 1978. Wood Preservation. The Construction Press Ltd. Lancaster. p. 37. Samingan T. 1982. Dendrologi. Gramedia. Jakarta. Sumarni G, Muslich M. 2004. Keawetan 52 Jenis Kayu Indonesia. Jurnal Penelitian Hasil Hutan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Hasil Hutan, Bogor. Vol 221:1-8. Tarumingkeng RC. 2001. Biologi dan Perilaku Rayap. Bunga Rampai Jejak Langkah Pengabdian. Bogor : Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Wibowo SM. 2012. Pengaruh Proses Rendaman Dingin dan Fumigasi terhadap Serangan Faktor Perusak Biologis Kayu di Dua Lokasi Pengujian [Skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan IPB. Bogor Wistara IN, Rachmansyah R, Denes F, Young RA. 2002. Ketahanan 10 Jenis Kayu Tropis-Plasma CF4 Terhadap Rayap Kayu Kering Cryptotermes cynocephalus Light. Jurnal Teknologi Hasil Hutan Volume XV No.2. Yamauchi S, Sakai Y, Watanabe Y, Kubo MK, Matsue H. 2007. Distribution Boron in Wood Treated with Aqueous and Methanolic Boric Acid Solutions. J. Wood Sci. 53:324-331. LAMPIRAN Lampiran 1 Analisis Sidik Ragam Retensi Source Type III Sum of Squares Mean Square F Sig. Corrected Model 3060.222 a 17 180.013 26.538 .000 Intercept 16755.378 1 16755.378 2.470E3 .000 Jenis_kayu 45.356 2 22.678 3.343 .041 Metode pengawetan 23.511 1 23.511 3.466 .067 Konsentrasi 2764.289 2 1382.144 203.756 .000 Jenis_kayu Metode pengawetan 92.822 2 46.411 6.842 .002 Jenis_kayu Konsentrasi 21.778 4 5.444 .803 .527 Metode pengawetan Konsentrasi 73.756 2 36.878 5.437 .006 Jenis_kayu Metode pengawetan Konsentrasi 38.711 4 9.678 1.427 .234 Error 488.400 72 6.783 Total 20304.000 90 Corrected Total 3548.622 89 Uji Duncan Pengaruh Jenis Kayu terhadap Retensi Jenis_kayu N Subset 1 2 kayu mahoni 30 13.0000 kayu karet 30 13.3000 13.3000 kayu mindi 30 14.6333 Sig. .657 .051 Uji Duncan Pengaruh Konsentrasi terhadap Kehilangan Berat Konsent rasi N Subset 1 2 3 1,5 30 7.0000 3 30 13.3667 4,5 30 20.5667 Sig. 1.000 1.000 1.000 Lampiran 2 Analisis Sidik Ragam Kehilangan Berat Contoh Uji Source Type III Sum of Squares Df Mean Square F Sig. Corrected Model 13031.867 a 23 566.603 41.945 .000 Intercept 4813.333 1 4813.333 356.323 .000 jenis_kayu 1142.917 2 571.458 42.304 .000 Metode pengawetan .033 1 .033 .002 .960 Konsentrasi 6944.067 3 2314.689 171.353 .000 jenis_kayu Metode pengawetan 2.217 2 1.108 .082 .921 jenis_kayu konsentrasi 4939.683 6 823.281 60.946 .000 Metode pengawetan konsentrasi .433 3 .144 .011 .998 jenis_kayu Metode pengawetan konsentrasi 2.517 6 .419 .031 1.000 Error 1296.800 96 13.508 Total 19142.000 120 Corrected Total 14328.667 119 Uji Duncan Pengaruh Jenis Kayu terhadap Kehilangan Berat jenis_kayu N Subset 1 2 mahoni 40 3.5000 mindi 40 4.8750 karet 40 10.6250 Sig. .098 1.000 Uji Duncan Pengaruh Konsentrasi terhadap Kehilangan Berat konsentr asi N Subset 1 2 4,5 30 1.3000 3 30 1.6333 1,5 30 2.9333 30 19.4667 Sig. .107 1.000 Lampiran 3 Analisis Sidik Ragam Mortalitas Rayap Tanah Source Type III Sum of Squares Df Mean Square F Sig. Corrected Model 116133.067 a 23 5049.264 607.126 .000 Intercept 808192.533 1 808192.533 9.718E4 .000 Jenis_kayu 88.867 2 44.433 5.343 .006 Metode pengawetan .000 1 .000 .000 1.000 Konsentrasi 115777.600 3 38592.533 4.640E3 .000 Jenis_kayu Metode pengawetan .000 2 .000 .000 1.000 Jenis_kayu Konsentrasi 266.600 6 44.433 5.343 .000 Metode pengawetan Konsentrasi .000 3 .000 .000 1.000 Jenis_kayu Metode pengawetan Konsentrasi .000 6 .000 .000 1.000 Error 798.400 96 8.317 Total 925124.000 120 Corrected Total 116931.467 119 Uji Duncan Pengaruh Jenis Kayu terhadap Mortalitas Rayap Tanah Jenis_kayu N Subset 1 2 kayu karet 40 80.8500 kayu mindi 40 82.6500 kayu mahoni 40 82.7000 Sig. 1.000 .938 Uji Duncan Pengaruh Konsentrasi terhadap Mortalitas Rayap Tanah Konsent rasi N Subset 1 2 30 28.2667 1,5 30 1.0000E2 3 30 1.0000E2 4,5 30 1.0000E2 Sig. 1.000 1.000 Lampiran 4 Gambar Contoh Uji Sesudah Pengujian di Laboratorium dan Lapangan Gambar Contoh Uji sesudah Pengujian di Lapangan Gambar Contoh Uji sesudah Pengujian di Laboratorium BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Potensi hutan rakyat sangatlah besar baik dari segi populasi pohon maupun masyarakat yang mengusahakannya yang ternyata mampu menyediakan bahan baku industri kehutanan. Departemen Kehutanan RI 2010 menyatakan bahwa total produksi kayu bulat di Indonesia sebesar 34,32 juta m 3 , sebanyak 55,22 18,95 juta m 3 diantaranya dihasilkan dari hutan tanaman industri, 19,28 6,62 juta m 3 dari industri penggergajian kayu, 14,16 4,86 juta m 3 dari HPH, 3,80 juta m 3 dihasilkan dari hutan rakyat dan kayu perkebunan, serta 0,25 0,88 juta m 3 dari Perhutani. Umumnya, kayu-kayu yang berasal dari hutan rakyat didominasi oleh kayu yang memiliki kualitas yang relatif lebih rendah, khususnya dalam hal kekuatan dan keawetan alami jika dibandingkan dengan kayu-kayu dari hutan alam. Hal ini menyebabkan kayu tersebut sangat rentan terhadap serangan organisme perusak kayu sehingga masa pakai kayu tersebut pendek. Dari sekitar 4000 jenis kayu Indonesia sebagian besar 80-85 berkelas awet rendah III, IV, dan V dan hanya sekitar 15 saja yang berkelas awet tinggi Martawijaya 1981 dalam Barly dan Martawijaya 2000 Kasus perusakan kayu oleh organisme perusak tidak hanya menimbulkan masalah secara teknis namun juga secara ekonomis. Selain itu kerusakan kayu oleh organisme perusak mengakibatkan komponen bangunan harus diganti. Hal ini merupakan pemborosan sumber daya alam berupa hutan, karena terlalu banyak hutan yang harus ditebang. Untuk menghindari hal ini, kayu tidak awet yang akan digunakan perlu diawetkan terlebih dahulu, diantaranya dengan mengisi kayu dengan bahan yang bersifat toksik terhadap organisme perusak kayu tersebut. Metode pengawetan kayu yang umumnya digunakan adalah metode rendaman dingin dan pengukusan. Kedua metode tersebut dianggap mudah diaplikasikan oleh masyarakat karena prosesnya yang sederhana dan biayanya yang murah. Kayu dapat diawetkan menggunakan bahan kimia murni atau campuran. Berbagai