BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Proses pengawetan secara rendaman dingin 10 hari maupun pengukusan 2 jam kemudian rendaman dingin 2 hari pada tiga jenis kayu yang diawetkaan
boron tidak berbeda nyata. Metode pengukusan membutuhkan waktu yang lebih singkat dibandingkan dengan metode rendaman dingin sehingga
proses pengawetan lebih efektif dalam waktu. 2. Retensi bahan pengawet boron dengan konsentrasi 1,5-4,5 pada proses
pengukusan lebih tinggi dibandingkan rendaman dingin. Disamping itu dengan kenaikan konsentrasi akan meningkatkan retensi baik rendaman
dingin maupun pengukusan. 3. Kayu karet, mahoni, dan mindi yang diawetkan dengan boron berpengaruh
nyata terhadap kematian rayap tanah, kehilangan berat, dan derajat serangan.
4. Kayu karet, mahoni, dan mindi yang diawetkan dengan boron diatas 3, dapat meningkatkan kelas ketahanan kayu karet dari kelas V menjadi kelas
II, kayu mahoni dari kelas III menjadi kelas I, dan kayu mindi dari kelas IV menjadi kelas I dalam pengujian laboratorium.
5. Bahan pengawet boron ini tidak cocok digunakan di luar ruangan atau lapangan, karena dalam waktu singkat 3 bulan sudah diserang rayap karena bahan
pengawet yang digunakan mudah luntur apabila terkena air.
5.2 Saran
Perlu dilakukan pengujian dengan menggunakan metode pengawetan yang lainnya sebagai pembanding agar diketahui metode yang paling baik untuk
digunakan.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrohim S, Martawijaya A. 1992. Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Keterawetan Kayu. Makalah Utama. Pertemuan Ilmiah Pengawetan Kayu.
Di Jakarta dan diselenggarakan oleh Puslitbang Hasil Hutan, Bogor Abdurrohim S. 1994. Pengawetan Tiga Jenis Kayu Secara Rendaman Dingin
dengan Bahan Pengawet Boraks dan Asam Borat. Jurnal Penelitian Hasil Hutan. Pusat penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan dan Sosial
Ekonomi Kehutanan, Bogor. Vol 126:157-163
Abdurrohim S. 2007. Keterawetan Kayu Kurang Dikenal. Prosiding Seminar Hasil Litbang Hasil Hutan. Bogor 25 Oktober 2007. Hal: 103 – 112.
Ahn SH, Oh SC, Choi IG, Kim HY, Yang I. 2008. Efficacy of Wood Preservatives Formulated from Okara with Copper andor Boron Salts. J.
Wood Sci. 54:495-501. Anonim. 1962. Timbor Preservative. Plan Operators Manual. Borax
Consolidated Limited. Borax House, Carlisle Place, London, S. W. I. Anonim. 1995. Metoda Standar Pengujian Efikasi Pestisida. Komisi Pestisida
Departemen Pertanian. Jakarta Anonim. 1999. Pengawetan Kayu untuk Perumahan dan Gedung. Badan
Standardisasi Nasional. Jakarta. SNI 03-5010-1999. Anonim. 2003. Pestisida untuk Pertanian dan Kehutanan. Direktorat Pupuk dan
Pestisida. Departemen Pertanian. Jakarta. Anonim. 2006. Uji Ketahanan Kayu dan Produk Kayu terhadap Organisme
Perusak Kayu. SNI 01-7207-2006. Jakarta. Anonim. 2009. Wood Preservation. http: en. wikipedia. org wiki
Timber_treatment. Diakses tanggal 26 Juni 2012. Barly. 2007. Penyempurnaan Sifat Bahan Bangunan dan Mebel. Prosiding
Seminar Hasil Litbang Hasil Hutan. Bogor 25 Oktober 2007. Hal : 67-80. Barly, Martawijaya A. 2000. Keterawetan 95 Jenis Kayu terhadap Impregnasi
dengan Pengawet CCA. Buletin Penelitian Hasil Hutan, Vol 18. Hal: 69 – 78.
Barly, Supriana N. 1999. Persenyawaan Boron Sebagai Pengendali Organisme Perusak Kayu OPK. Prosiding Seminar Nasional. Peranan Entomologi
dalam Pengendalian Hama yang ramah Lingkungan dan Ekonomis. Perhimpunan Entomologi Indonesia Cabang Bogor. BUKU I.
Batubara R. 2006. Teknologi Pengawetan Kayu Perumahan dan Gedung dalam Upaya Pelestarian Hutan. http: library.usu.ac.iddownloadfp06010040.
pdf. [3 Agustus 2009]. Departemen Kehutanan RI. 2001. Informasi Singkat Benih Edisi-5. Direktorat
Pembenihan Tanaman Hutan. Jakarta. Departemen Kehutanan RI. 2010. Statistik Kehutanan 2009. Jakarta.
Dumanauw. 2001. Mengenal Kayu. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. Hadi YS, Nurhayati T, Jasni J, Yamamoto H, Kamiya N. 2010. Smoked Wood as
an Alternative for Wood Protection against Termites. Forest Prod. J. 606:496-500.
Hunt GM, Garat GA. 1986. Pengawetan Kayu. Edisi 1 cetakan 1 : Penerjemah Mohamad Yusuf. Jakarta: Akademika Presindo.
Ishikawa A, Kuroda N, Kato A. 2004. In Situ Measurement of Wood Moisture Content in High-Temperature Steam
. The Japan Wood Research Society. Vol. 501:7-14
Jasni, Supriana N. 1992. Pencegahan Rayap dan Bubuk Perusak Kayu dengan Pestisida Berbahan Aktif Phoxim dan Cyflutrhrin. Kongres Entomologi IV.
Yogyakarta. BUKU I. Jasni, Damayanti R, Krisdianto, Malik J. 2012. Ketahanan Empat Jenis Kayu
Rakyat terhadap Serangan Rayap. Seminar Nasional Perhimpunan Entomologi Indonesia PEI. Bogor. BUKU I.
Large NA. 1967. Handbook of Chemistry. McGraw Hill Book Company. New York.
Mampe CD. 2010. Effectiveness and Uses of Borate. http:www.enviromentsensitive.comeffectiveusesofborate.htm
. Diakses tanggal 26 Juni 2012.
Martawijaya A, Kartasujana, Kadir K, Mandang YI, Prawira SA. 1989. Atlas Kayu Indonesia Jilid II. Departemen Kehutanan, Badan Penelitian dan
Pengembangan Kehutanan. Nandika D. 1986. Ancaman Rayap pada Bangunan. Fakultas Kehutanan IPB.
Bogor. Nandika D, Rismayadi Y, Diba F. 2003. Rayap, Biologi dan Pengendaliannya.
Muhammadiah University press: Universitas Muhammadiyah Surakarta. PT. Prima Infosarana Media.
Pandit IKN, Kurniawan D. 2008. Struktur Kayu: Sifat Kayu sebagai Bahan Baku dan Ciri Diagnostik Kayu Pergadangan di Indonesia. Fakultas Kehutanan
IPB.
PROSEA. 1997. Seri Manual : Pedoman Identifikasi Jenis Kayu di Lapangan. Yayasan Prosea. Bogor.
Richardson BA. 1978. Wood Preservation. The Construction Press Ltd. Lancaster. p. 37.
Samingan T. 1982. Dendrologi. Gramedia. Jakarta. Sumarni G, Muslich M. 2004. Keawetan 52 Jenis Kayu Indonesia. Jurnal
Penelitian Hasil Hutan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Hasil Hutan, Bogor. Vol 221:1-8.
Tarumingkeng RC. 2001. Biologi dan Perilaku Rayap. Bunga Rampai Jejak Langkah Pengabdian. Bogor : Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.
Wibowo SM. 2012. Pengaruh Proses Rendaman Dingin dan Fumigasi terhadap Serangan Faktor Perusak Biologis Kayu di Dua Lokasi Pengujian [Skripsi].
Bogor: Fakultas Kehutanan IPB. Bogor Wistara IN, Rachmansyah R, Denes F, Young RA. 2002. Ketahanan 10 Jenis
Kayu Tropis-Plasma CF4 Terhadap Rayap Kayu Kering Cryptotermes cynocephalus
Light. Jurnal Teknologi Hasil Hutan Volume XV No.2. Yamauchi S, Sakai Y, Watanabe Y, Kubo MK, Matsue H. 2007. Distribution
Boron in Wood Treated with Aqueous and Methanolic Boric Acid Solutions. J. Wood Sci. 53:324-331.
LAMPIRAN
Lampiran 1 Analisis Sidik Ragam Retensi
Source Type III Sum of
Squares Mean Square
F Sig.
Corrected Model 3060.222
a
17 180.013
26.538 .000
Intercept 16755.378
1 16755.378
2.470E3 .000
Jenis_kayu 45.356
2 22.678
3.343 .041
Metode pengawetan 23.511
1 23.511
3.466 .067
Konsentrasi 2764.289
2 1382.144
203.756 .000
Jenis_kayu Metode pengawetan
92.822 2
46.411 6.842
.002 Jenis_kayu Konsentrasi
21.778 4
5.444 .803
.527 Metode pengawetan
Konsentrasi 73.756
2 36.878
5.437 .006
Jenis_kayu Metode pengawetan Konsentrasi
38.711 4
9.678 1.427
.234 Error
488.400 72
6.783 Total
20304.000 90
Corrected Total 3548.622
89
Uji Duncan Pengaruh Jenis Kayu terhadap Retensi
Jenis_kayu N
Subset 1
2 kayu mahoni
30 13.0000
kayu karet 30
13.3000 13.3000
kayu mindi 30
14.6333 Sig.
.657 .051
Uji Duncan Pengaruh Konsentrasi terhadap Kehilangan Berat
Konsent rasi
N Subset
1 2
3 1,5
30 7.0000
3 30
13.3667 4,5
30 20.5667
Sig. 1.000
1.000 1.000
Lampiran 2 Analisis Sidik Ragam Kehilangan Berat Contoh Uji
Source Type III Sum of
Squares Df
Mean Square F
Sig. Corrected Model
13031.867
a
23 566.603
41.945 .000
Intercept 4813.333
1 4813.333
356.323 .000
jenis_kayu 1142.917
2 571.458
42.304 .000
Metode pengawetan .033
1 .033
.002 .960
Konsentrasi 6944.067
3 2314.689
171.353 .000
jenis_kayu Metode pengawetan
2.217 2
1.108 .082
.921 jenis_kayu konsentrasi
4939.683 6
823.281 60.946
.000 Metode pengawetan
konsentrasi .433
3 .144
.011 .998
jenis_kayu Metode pengawetan konsentrasi
2.517 6
.419 .031
1.000 Error
1296.800 96
13.508 Total
19142.000 120
Corrected Total 14328.667
119
Uji Duncan Pengaruh Jenis Kayu terhadap Kehilangan Berat
jenis_kayu N
Subset 1
2 mahoni
40 3.5000
mindi 40
4.8750 karet
40 10.6250
Sig. .098
1.000
Uji Duncan Pengaruh Konsentrasi terhadap Kehilangan Berat
konsentr asi
N Subset
1 2
4,5 30
1.3000 3
30 1.6333
1,5 30
2.9333 30
19.4667 Sig.
.107 1.000
Lampiran 3 Analisis Sidik Ragam Mortalitas Rayap Tanah
Source Type III Sum of
Squares Df
Mean Square F
Sig. Corrected Model
116133.067
a
23 5049.264
607.126 .000
Intercept 808192.533
1 808192.533
9.718E4 .000
Jenis_kayu 88.867
2 44.433
5.343 .006
Metode pengawetan .000
1 .000
.000 1.000
Konsentrasi 115777.600
3 38592.533
4.640E3 .000
Jenis_kayu Metode pengawetan
.000 2
.000 .000
1.000 Jenis_kayu Konsentrasi
266.600 6
44.433 5.343
.000 Metode pengawetan
Konsentrasi .000
3 .000
.000 1.000
Jenis_kayu Metode pengawetan Konsentrasi
.000 6
.000 .000
1.000 Error
798.400 96
8.317 Total
925124.000 120
Corrected Total 116931.467
119
Uji Duncan Pengaruh Jenis Kayu terhadap Mortalitas Rayap Tanah
Jenis_kayu N
Subset 1
2 kayu karet
40 80.8500
kayu mindi 40
82.6500 kayu mahoni
40 82.7000
Sig. 1.000
.938
Uji Duncan Pengaruh Konsentrasi terhadap Mortalitas Rayap Tanah
Konsent rasi
N Subset
1 2
30 28.2667
1,5 30
1.0000E2 3
30 1.0000E2
4,5 30
1.0000E2 Sig.
1.000 1.000
Lampiran 4 Gambar Contoh Uji Sesudah Pengujian di Laboratorium dan Lapangan
Gambar Contoh Uji sesudah Pengujian di Lapangan
Gambar Contoh Uji sesudah Pengujian di Laboratorium
BAB 1 PENDAHULUAN
1. 1. Latar Belakang
Potensi hutan rakyat sangatlah besar baik dari segi populasi pohon maupun masyarakat yang mengusahakannya yang ternyata mampu menyediakan bahan
baku industri kehutanan. Departemen Kehutanan RI 2010 menyatakan bahwa total produksi kayu bulat di Indonesia sebesar 34,32 juta m
3
, sebanyak 55,22 18,95 juta m
3
diantaranya dihasilkan dari hutan tanaman industri, 19,28 6,62 juta m
3
dari industri penggergajian kayu, 14,16 4,86 juta m
3
dari HPH, 3,80 juta m
3
dihasilkan dari hutan rakyat dan kayu perkebunan, serta 0,25 0,88 juta m
3
dari Perhutani.
Umumnya, kayu-kayu yang berasal dari hutan rakyat didominasi oleh kayu yang memiliki kualitas yang relatif lebih rendah, khususnya dalam hal
kekuatan dan keawetan alami jika dibandingkan dengan kayu-kayu dari hutan alam. Hal ini menyebabkan kayu tersebut sangat rentan terhadap serangan
organisme perusak kayu sehingga masa pakai kayu tersebut pendek. Dari sekitar 4000 jenis kayu Indonesia sebagian besar 80-85 berkelas awet rendah III, IV,
dan V dan hanya sekitar 15 saja yang berkelas awet tinggi Martawijaya 1981 dalam Barly dan Martawijaya 2000
Kasus perusakan kayu oleh organisme perusak tidak hanya menimbulkan masalah secara teknis namun juga secara ekonomis. Selain itu kerusakan kayu
oleh organisme perusak mengakibatkan komponen bangunan harus diganti. Hal ini merupakan pemborosan sumber daya alam berupa hutan, karena terlalu banyak
hutan yang harus ditebang. Untuk menghindari hal ini, kayu tidak awet yang akan digunakan perlu diawetkan terlebih dahulu, diantaranya dengan mengisi kayu
dengan bahan yang bersifat toksik terhadap organisme perusak kayu tersebut. Metode pengawetan kayu yang umumnya digunakan adalah metode rendaman
dingin dan pengukusan. Kedua metode tersebut dianggap mudah diaplikasikan oleh masyarakat karena prosesnya yang sederhana dan biayanya yang murah.
Kayu dapat diawetkan menggunakan bahan kimia murni atau campuran. Berbagai