31 Fosfat merupakan salah satu senyawa penting untuk sintesis protein dan
berperan dalam anabolisme suatu organisme Wardoyo, 1981. Dalam suatu perairan fosfat dapat berbentuk ortofosfat, polifosfat dan fosfat organik. Namun
demikian hanya ortofosfat yang dapat dimanfaatkan secara langsung oleh jasad autotrof APHA, 1989 ; Prihadi, 2005.
Menurut Prihadi 2005, pada umumnya fosfat yang berada di perairan banyak terdapat dalam bentuk fosfat organik dan fosfat anorganik. Sumber utama
fosfat anorganik terutama berasal dari penggunaan deterjen, alat pembersih untuk keperluan rumah tangga serta berasal dari industri pupuk pertanian. Sedangkan
fosfat organik barasal dari makanan dan buangan rumah tangga. Semua fosfat mengalami proses perubahan biologis menjadi fosfat anorganik yang selanjutnya
digunakan oleh tanaman untuk membuat energi. Fosfat sangat berguna untuk pertumbuhan organisme dan merupakan faktor yang menentukan produktivitas
badan air. Fosfat yang terlarut dalam perairan pada keadaan normal biasanya
berbentuk orto-fosfat yang ada diperairan dalam jumlah yang rendah. Kandungan fosfat terlarut di perairan alam umumnya tidak lebih dari 0,1 mgl. Jika dalam
suatu perairan terjadi masukan bahan pencemar dalam jumlah yang tinggi dan mengakibatkan kandungan fosfatnya cukup tinggi dapat mengakibatkan terjadinya
proses eutrofikasi atau keadaan lewat subur yang mengakibatkan terjadinya pertumbuhan plankton yang tidak terkendali Wetzel, 1975; Prihadi, 2005.
2.5.13 COD Chemical Oxygen Demand
COD Chemical Oxygen Demand menggambarkan kebutuhan oksigen dibutuhkan untuk menguraikan bahan organik secara kimiawi dengan oksidator
kalium dikromat. Dengan adanya oksidator kalium dikromat ini seringkali mengakibatkan kemampuan oksidasi yang lebih tinggi dari oksidasi secara biologi,
karena dalam uji COD bahan-bahan yang stabil terhadap reaksi biologi dan mikroorganisme dapat teroksidasi, sehingga nilai COD lebih tinggi dari BOD.
Sebagai contoh serat selulosa yang sukar terurai melalui reaksi biokimia pada uji BOD, baru bisa terurai melalui reaksi kimia Prihadi, 2005.
32
2.5.14 Suhu
Suhu air merupakan parameter terpenting yang memberikan pengaruh proses fisiologi terhadap ikan, seperti laju pernapasan, efisiensi makanan dan
pencernaan, pertumbuhan, prilaku, reproduksi dan laju metabolisme di dalam tubuh ikan. Kenaikan temperatur akan meningkat laju metabolisme dan
bersamaan dengan itu juga akan meningkatkan konsumsi oksigen dan aktivitas gerak ikan Beveridge, 1996 dan Zonneveld et al., 1991, aktivitas makan,
kebutuhan energi maintenan, aktivitas enzim, difusi molekul-molekul kecil, fungsi membran dan kecepatan sintesis protein Houlihan et al., 1993. Umumnya
kecepatan reaksi kimia dan biologi akan meningkat dua kali lipat untuk setiap kenaikan suhu air 10
o
C Boyd dan Licthkoppler, 1982 ; Cholik et al., 1986. Hal ini bila terjadi dari kondisi suhu dibawah titik optimal hingga mencapai titik
optimal tentu dapat meningkatkan pertumbuhan ikan. Karena peningkatan laju metabolisme diikuti oleh tingginya kebutuhan O
2
, maka persyaratan O
2
terlarut di daerah panas lebih tinggi daripada di daerah dingin. Perubahan suhu yang
mendadak dapat menyebabkan ikan mati, meskipun kondisi lingkungan lainnya optimal. Namun, peningkatan suhu ini disertai dengan penurunan kadar oksigen
terlarut sehingga keberadaan oksigen sering kali tidak mampu memenuhi kebutuhan oksigen bagi organisme akuatik untuk melakukan proses metabolisme
dan respirasi. Peningkatan suhu juga menyebabkan terjadinya peningkatan dekomposisi bahan organik oleh mikroba. Kisaran suhu optimum bagi
pertumbuhan fitoplankton di perairan adalah 20
o
C–30
o
C. Suhu perairan mempunyai kaitan yang cukup erat dengan besarnya
intensitas cahaya yang masuk ke dalam suatu perairan. Dalam hal ini intensitas cahaya yang masuk ke dalam suatu perairan akan menentukan derajat panas,
yakni semakin banyak sinar matahari yang masuk ke dalam suatu perairan, semakin tinggi suhu airnya. Namun semakin bertambahnya kedalaman, akan
menurunkan suhu perairan Welch, 1980. Menurut Nontji 1987 suhu yang terdeteksi di permukaan air dipengaruhi oleh keadaan metereologi seperti curah
hujan, penguapan, kelembaban udara, kecepatan angin dan intensitas radiasi sinar matahari.
33
2.5.15 Kedalaman