Hipotesis Tipologi Waduk Cirata

3 sehingga oksigen DO menjadi rendah, nitrat NO 3 rendah, nitrit NO 2 meningkat, karbondioksida CO 2 meningkat, amoniak NH 3 meningkat, H 2 S meningkat, Alkalinitas meningkat, kesadahan meningkat, kalsium Ca air dan sedimen turun, suhu semakin dingin, pH stabil, Bakteri semakin banyak. Dengan terjadinya difisit oksigen di hipolimnion akibat naiknya gas-gas beracun dari dasar perairan ke permukaan tersebut maka menyebabkan kematian ikan yang dibudidayakan. Secara skematis perumusan masalah disajikan pada Gambar 1.

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah 1. Untuk melihat tingkat perombakan bahan organik sedimen Waduk Cirata pada kondisi anaerob. 2. Untuk mengetahui sebaran karakteristik fisika-kimia perairan dan sedimen antar stasiun pengamatan 3. Untuk mengetahui baik buruknya kualitas air bagi budidaya ikan air tawar. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai informasi awal atau masukan awal bagi para pengguna dan pembuat kebijakan baik instansi pemerintah maupun swasta atau instansi terkait lainnya, dalam rangka menentukan pengelolaan budidaya ikan dalam Keramba Jaring Apung KJA Waduk Cirata.

1.4 Hipotesis

1. Menumpuknya bahan organik di dasar perairan Waduk Cirata maka tingkat perombakan yang terjadi pada waduk akan menjadi anaerob. 2. Beberapa parameter kualitas air dan analisis sedimen Waduk Cirata pada kondisi anaerob dapat dijadikan sebagai indikator sebaran karakteristik fisika kimia perairan dan sedimen. 3. Beberapa parameter kualitas air Waduk Cirata yang tidak memenuhi dalam status mutu air dapat dijadikan sebagai indikator tercemar berat untuk budidaya ikan air tawar. 4 Gambar 1. Diagram tingkat perombakan bahan organik sedimen pada kondisi anaerobik di Waduk Cirata Mikroba - Suhu - Kecerahan - Unsur hara N, P, dan K Fitoplankton Fotosintesis Perombakan Bahan Organik Sedimen pada Kondisi Anaerobik WADUK CIRATA Kawasan Budi daya KJA : Pemberian pakan sistem pompa Kawasan Bebas Dampak buangan sisa makanan dan Feses Kolom air Upaya pengelolaan : 1. Kegiatan Budi daya KJA 2. Kegiatan Konservasi Lingkungan DO ↑ - Oksigen DO ↓ - Nitrat NO 3 ↓ - Nitrit NO 2 ↑ - Karbondioksida CO 2 ↑ - Amoniak NH 3 ↑ - H 2 S ↑ - Alkalinitas ↑ - Kesadahan ↑ - Kalsium Ca ↓ - Suhu semakin dingin - pH - Bakteri anaerob meningkat Dampak Dampak pada ikan di KJA : - Ikan akan kekurangan oksigen - Ikan stress - Ikan terserang penyakit - Ikan mati BO N, P, Nutrien, CO 2 , H 2 O Eutrofikasi Perairan Senyawa hasil oksidasi bahan- bahan organik pada kondisi anaerobik Fardiaz, 1992 : CH 4 , NH 3 + Amin, H 2 S dan PO 3 5 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tipologi Waduk Cirata

Waduk merupakan tempat menampung air yang umumnya dibentuk dari sungai atau rawa dengan tujuan tertentu. Dan biasanya waduk memiliki drainase basin, kedalaman rata-rata, kedalaman maksimum, luas beban perairan yang lebih besar dibanding danau, tetapi dengan waktu tinggal yang lebih pendek dibanding danau Ryding dan Rast, 1989. Selanjutnya Ilyas et al. 1990 menegaskan, waduk merupakan badan air yang karakteristik fisika, kimia dan biologinya berbeda dari sungai yang dibendung. Dari kualitas airnya, waduk lebih stabil dibandingkan dengan sungai asalnya dan waduk dibuat dan diciptakan oleh manusia untuk tujuan tertentu. Waduk menunjukkan tingkat heterogenitas secara spasial dalam produktifitas dan biomassa fitoplankton karena adanya gradient longitudinal, kecepatan aliran, waktu tinggal, padatan tersuspensi dan ketersediaan cahaya dan nutrient. Secara longitudinal terdapat tiga zona yang berbeda di waduk Gambar 2. Waduk Cirata merupakan waduk yang berada ditengah-tengah DAS Citarum dan mendapatkan sumber air dari daerah aliran sungai Citarum. Berdasarkan karakteristik, Waduk Cirata berada 200 m dan waduk ini selesai dibangun pada tahun 1988. Volume air pada waktu normal sekitar 2.160.000.000 m 3 , dengan luas permukaan 6.200 ha, kedalaman rata-rata 34,9 m, status kesuburan mesotrophic hingga Eutrophic, pola pencampuran massa air Oligomictic rare Prihadi, 2004. Selanjutnya Prihadi 2005 mengatakan, waduk ini mulai dioperasikan pada tahun 1988 dengan luasan waduk saat dioperasikan pertama kali adalah 6.200 ha. Kondisi Waduk Cirata pada saat ini telah mengalami degradasi yang sangat serius. Luasan waduk yang makin lama semakin sempit dengan kedalaman air yang makin berkurang, karena Waduk Cirata dimanfaatkan untuk melakukan budidaya ikan dalam KJA. Dari hasil pengamatan di lapang kondisi tersebut banyak berubah, seperti kedalaman rata-rata sepanjang tahun 2003 menurun menjadi 26,3 m terlebih lagi pada bulan Agustus-September kedalaman rata-rata 6 mencapai 20,7 m. Hal ini disebabkan kemarau yang berkepanjangan, sehingga volume air berkurang hingga 30 dari keadaan normal sebelumnya. Pada tahun 2009 jumlah KJA di Waduk Cirata mencapai 51.838 unit KJA BPWC, 2009, hal ini merupakan jumlah yang sudah melebihi kapasitas yang maksimal sekitar 10 ribuan unit. Akibat dari jumlah yang melebihi dari kapasitas asimilasi berdampak kepada data kualitas air Tabel 1. Menurut hasil analisis, limbah pakan yang terdapat di Waduk Cirata berdasarkan kaedah Yap dalam Prihadi 2002 adalah limbah pakan yang berada di dasar perairan waduk akibat kegiatan perikanan budidaya sebanyak 279.121 ton, artinya jika luas permukaan 6.200 ha sedangkan luas permukaan kegiatan keramba jaring apung sekitar 158– 198 ha, dari perhitungan ini maka ketinggian limbah pakan sekitar 2 meter. Banyaknya pakan yang berada di dasar perairan tersebut sangat memungkinkan karena tingkat purifikasi air tidak mampu lagi bekerja untuk mensucikan dari limbah organik tersebut, sehingga usaha restorasi waduk perlu dilakukan segera. Tabel 1. Data kualitas air perairan Waduk Cirata pada tahun 2003 Oksigen tertarut mgl 6,5–8,5 7,3 ± 0,1 Kandungan bahan organik KMnO 4 5–64 NO 3 nitrate mll 0,139–1,819 0,762 ± 0,072 Alkalinitas mg CaCO 3 l 19,89–48,63 34,36 ± 0,9 NH 4 amonia mll 0,139–4,816 2,752 ± 0,072 NO 2 nitric mll 0,062 3,490 2,66 ± 0,59 Total P fosfor mll 0,254–1,108 0,721 ± 0,024 PO 4 fosfat mll 0,1114 0,996 0,560±0,024 Mg magnesium 32,00 84,00 59,18 ± 2,24 Hg air raksa mgl 0,002–0,018 Pb plumbum 0,01–0,310 Zn 2 + 0 , 0 2 – 0,316 Mn mgl 0,06–0,48 Cr 0,025–0,63 Fe 0,05–3,24 Cu 0,00–0,02 Cd mgL 0,007–0,012 Keasaman pH 6,3–8,5 Kecerahan air cm 6 0 –1 3 0 100±8 Sumber : Prihadi 2004 Keterangan : Nilai rata-rata dan Standar Deviasi 7 Gambar 2. Gradien potongan melintang faktor-faktor yang mempengaruhi produktifitas dan biomassa, kepentingan relative autochtonous dan allochtonous di sepanjang longitudinal waduk Kimmel et al., dalam Thornton et al. 1990; Simarmata, 2007 Perkembangan KJA di Waduk Cirata terbilang sangat cepat, Garno Adibroto, 1999 dalam Prihadi, 2005 mencatat pada tahun 1999 terdapat 27.786 KJA dengan produksi ikan 25.114 ton. KJA menutupi 136 ha atau 2,2 permukaan waduk dan sisa-sisa pakan yang tertampung di dalam waduk ada sekitar 198,376 ton 8,667 ton N dan 1,239 ton P sedangkan pada tahun 2003 penulis mencatat sebanyak 38.276 unit KJA, sehingga sisa pakan yang berada di dasar waduk adalah sebesar 279.121 ton. Jumlah karamba ini sudah menutupi permukaan Waduk Cirata sebesar 15–20.

2.2 Bahan Organik