Latar Belakang Tingkat Perombakan Bahan Organik Sedimen Waduk Cirata Pada Kondisi Anaerobik Skala Laboratorium.

1 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu perairan waduk yang terkenal di Jawa Barat adalah “Waduk Cirata”. Waduk ini berperan penting sebagai salah satu sumberdaya perikanan didaerah tersebut. Kegiatan perikanan di Waduk Cirata selain budidaya dengan sistem keramba jaring apung KJA adalah kegiatan perikanan tangkap berskala kecil small scale fisheries. Dengan luas Waduk Cirata 6.200 ha Ilyas et al., 1990, kapasitas maksimal KJA yang bisa ditampung sekitar 10.000 unit KJA Prihadi, 2005. Namun hingga Tahun 2009 jumlah keramba apung yang tercatat beroperasi di Waduk Cirata berjumlah 51.838 KJA BPWC, 2009. Karena melebihi kapasitas maksimal waduk dan pemberian pakan yang berlebihan over feeding, maka mengakibatkan sisa pakan yang tidak termakan dan hasil ekskresi yang terbuang ke badan air memberikan sumbangan bahan organik, yang pada akhirnya mempengaruhi tingkat kesuburan eutrofikasi dan kelayakan kualitas air bagi kehidupan ikan budidaya Philips et al., 1993; Boyd, 1999; Simarmata, 2007. Beberapa hasil penelitian melaporkan bahwa sisa buangan dari kegiatan perikanan keramba jaring apung KJA mencapai 80 berupa limbah organik seperti lemak, protein, dan karbohidrat memberikan dampak potensial pada perubahan kualitas air Nastiti et al., 2001; Philips et al., 1993; Boyd, 1999. Selanjutnya Mc Donald et al. 1996 menyatakan bahwa 30 dari jumlah pakan yang diberikan tertinggal sebagai pakan yang tidak dikonsumsi dan 25 dari pakan yang dikonsumsi akan diekskresikan ini berarti bahan organik yang masuk ke badan air cukup besar. Menurut Kartamihardja 1998 secara fisik, buangan sisa pakan yang tidak termakan dan kotoran ikan hasil dari ekskresi akan meningkatkan laju sedimentasi perairan. Dalam proses selanjutnya, sisa pakan dan kotoran ikan yang menumpuk di dasar perairan tersebut akan mengalami dekomposisi dan pembusukan, yang akan menghasilkan gas-gas beracun seperti amonia dan H 2 S. Dalam proses dekomposisi dan laju perombakan bahan organik pada sedimen dilakukan oleh mikroorganisme bakteri, sehingga menurunkan konsentrasi oksigen terlarut di perairan. Selain menimbulkan sedimentasi, juga menyebabkan tingkat kekeruhan 2 semakin tinggi, sehingga sinar matahari dan penetrasi cahaya yang masuk ke dalam perairan menjadi terbatas. Kurangnya sinar matahari akan mempengaruhi proses fotosintesis. Dengan demikian oksigen menjadi berkurang, sehingga proses dekomposisi bahan organik di dasar perairan terjadi secara anaerob. Dari proses anaerob tersebut akan melepaskan gas-gas beracun sampai kelapisan hipolimnion yang akan mengakibatkan biota yang dipelihara di dalam KJA akan kekurangan oksigen, stress, terserang penyakit, yang pada akhirnya mati. Diduga salah satu sumber toksisitas penyebab kematian ikan yang dibudidayakan yang terjadi pada saat pembalikan air di Waduk Cirata adalah selain difisit oksigen di hipolimnion juga akibat naiknya gas-gas beracun dari dasar perairan ke permukaan upwelling terutama pada saat musim hujan. Meningkatnya gas-gas beracun pada dasar perairan tergantung pada kecepatan proses perombakan yang dilakukan oleh bakteri pengurai bakteri anaerob di dasar perairan. Oleh sebab itu, perlu dilakukan penelitian tingkat perombakan bahan organik pada sedimen Waduk Cirata dalam kondisi anaerobik, sehingga diketahui pola dinamika tingkat perombakan bahan organik pada sedimen dan pola dinamika peubah kualitas airnya.

1.2 Perumusan Masalah