Kualitas hidup Karies yang Tidak Dirawat dan Kualitas Hidup

Skor pufa per orang diukur dengan cara yang sama seperti DMFTdeft dengan menjumlahkan p+u+f+a. Tiap gigi hanya dimasukkan dalam satu kategori saja yaitu p, u, f, dan a. Gambar 2: pufa, a dan b keterlibatan pulpa p, c dan d ulserasi u, e dan f fistula f, g dan h abses a. 4

2.4 Kualitas hidup

Salah satu hak manusia adalah mendapat seluruh kebahagiaan dan kepuasan berkaitan dengan kehidupan dan lingkungan, seperti kesehatan, rekreasi, budaya, hak, nilai-nilai dan keyakinan, tujuan dan hidup yang mencakup perasaan. Sehubungan dengan kondisi kesehatan kualitas hidup mencerminkan keadaan fisik dan mental yang sehat, serta kemampuan untuk bereaksi terhadap faktor-faktor dari lingkungan. 14 Universitas Sumatera Utara Konsep kualitas hidup yang dimaksud dikembangkan dari konsep sehat UU No.23,1992 tentang kesehatan. UU No.23,1992 tentang kesehatan mendefinisikan sehat sebagai keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Ketiga keadaan tersebut menjadi konsep kunci dalam mencapai keadaan umum dan kesehatan rongga mulut yang dapat diterima dihubungkan dengan kualitas hidup. 7 Kesehatan rongga mulut yang tidak baik akan berpengaruh pada kualitas hidup. Penampilan merupakan bagian penting untuk mendapat pengalaman bersosialisasi dan berinteraksi sepanjang hidup, bagaimana orang lain bereaksi terhadap perbedaan yang ada pada wajah sangat dapat berdampak pada perasaan anak. Ada beberapa bukti bahwa anak-anak dengan perbedaan gigi yang terlihat, seperti traumatik gigi seri menyebabkan penilaian sosial yang negatif dan ejekan diantara anak-anak seusianya mengenai penampilan mereka. 15

2.5 Karies yang Tidak Dirawat dan Kualitas Hidup

Karies gigi adalah penyakit paling umum pada masa anak-anak. WHO telah mengestimasi 60-90 dari seluruh anak usia sekolah terkena karies. 2 Karies merupakan penyakit multifaktorial yang berefek tidak hanya pada saat orang makan dan kebersihan rongga mulut, tetapi juga mempengaruhi standar kehidupan mereka. 16 Telah dihipotesiskan bahwa anak-anak dengan pengalaman karies gigi yang lebih banyak mempunyai efek lebih tinggi pada kualitas hidup mereka, dikarenakan mereka lebih sering merasa nyeri pada rongga mulut, memliki kesulitan saat mengnyah, khawatir atau risau tentang rongga mulut mereka, atau jarang masuk sekolah dikarenakan pengalaman penyakit kulmulatif mereka, menunjukan efek tidak langsung pada gejala klinis fungsional sehari-hari berhubungan dengan gejala status yang dilaporkan, seperti yang diprediksi oleh Wilson dan Cleary. 2 Anak yang mengalami pencabutan gigi dikarenakan karies, yang memperlihatkan keterbukaan pulpa, fistula, dan abses serta yang melaporkan sakit gigi ketika dilakukan pemeriksaan rongga mulut menunjukkan kedua kualitas hidup anak dan keluarga terpengaruh oleh keadaan rongga mulut anak. 14 Lebih lanjut kerusakan Universitas Sumatera Utara pada gigi yang parah diketahui juga mempengaruhi status gizi anak, pertumbuhan, berat badan anak secara negatif. 10

2.6 Pengukuruan Kualitas Hidup