Pengembangan Pasar Produk Masakan Sayur Terolah Minimal dengan Pendekatan Riset Aksi

`

PENGEMBANGAN PASAR PRODUK MASAKAN SAYUR
TEROLAH MINIMAL DENGAN PENDEKATAN
RISET AKSI

NADHIF NABHAN RABBANI

DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengembangan Pasar
Produk Masakan Sayur Terolah Minimal dengan Pendekatan Riset Aksi adalah
benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan
dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari

penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Juli 2014
Nadhif Nabhan Rabbani
NIM F34100004

ABSTRAK
NADHIF NABHAN RABBANI. Pengembangan Pasar Produk Masakan Sayur
Terolah Minimal dengan Pendekatan Riset Aksi. Dibimbing oleh AJI
HERMAWAN.
Tingkat konsumsi sayuran masyarakat Indonesia tergolong rendah. Hal
tersebut disebabkan oleh perilaku konsumsi, sifat alami sayuran, dan proses
pengolahan sayuran. Penelitian bertujuan untuk menguraikan permasalahan
konsumsi sayuran, menemukan segmen pelanggan yang memiliki permasalahan,
memberikan solusi permasalahan, mengidentifikasi posisi produk dan pemetaan
saluran penjualan, serta menghasilkan model bisnis. Penelitian ini dilakukan
dengan pendekatan riset aksi dengan tahapan pengembangan pasar yang terdiri
dari pembuatan hipotesis model bisnis, pengujian masalah, pengujian solusi,

verifikasi, pemetaan saluran penjualan, dan penentuan posisi produk. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa permasalahan konsumsi sayuran adalah kesegaran
sayuran, ketersediaan waktu, proses pengolahan, nutrisi, dan kebersihan. Segmen
pelanggan yang memiliki masalah tersebut adalah profesional wanita kelas
ekonomi menengah atas dan atas. Solusi yang ditawarkan berupa produk masakan
sayur terolah minimal. Strategi hubungan pelanggan dilakukan dengan promosi
pada media sosial dan layanan pelanggan. Produk ini didistribusikan melalui pasar
swalayan. Seluruh hasil penelitian menjadi suatu model bisnis bagi perusahaan.
Kata kunci: pengembangan pasar, masakan sayur terolah minimal, riset aksi

ABSTRACT
NADHIF NABHAN RABBANI. The Customer Development of Minimally
Processed Vegetable Dishes Using Action Research. Supervised by AJI
HERMAWAN.
Indonesian’s vegetable consumption level is relatively low. It is caused by
consumption behaviors, nature of vegetables, and vegetable process. The purposes
of the research are to identify problems of vegetables consumption, to find a
customer segment, to provide solutions, to identify the product positioning and
sales channel roadmap, and to generate a business model. This research used
action research through customer development which consisted business model

hypotheses, problem
testing, solution testing, verification, sales channel
roadmaping, and product positioning. The results showed that problems were the
freshness of vegetables, the availability of time, process, nutrition, and hygiene.
Customer segment who had these problems were professional women from
middle upper and upper economic class. The solution was minimally processed
vegetable dishes. Customer relationship strategy used social media promotion and
customer service. These products were distributed through supermarkets. All
results of research became into business model for company.
Keywords: customer development, minimally processed vegetable dishes, action
research

PENGEMBANGAN PASAR PRODUK MASAKAN SAYUR
TEROLAH MINIMAL DENGAN PENDEKATAN
RISET AKSI

NADHIF NABHAN RABBANI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Teknologi Pertanian
pada
Departemen Teknologi Industri Pertanian

DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Judul Skripsi : Pengembangan Pasar Produk Masakan Sayur Terolah Minimal
dengan Pendekatan Riset Aksi
Nama
: Nadhif Nabhan Rabbani
NIM
: F34100004

Disetujui oleh

Dr Ir Aji Hermawan, MM

Pembimbing

Diketahui oleh

Prof Dr Ir Nastiti Siswi Indrasti
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Pengembangan
Pasar Produk Masakan Sayur Terolah Minimal dengan Pendekatan Riset Aksi.
Penelitian ini dilaksanakan sejak bulan Februari 2014 sampai dengan Juni 2014.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Ir. Aji Hermawan, M.M.
selaku pembimbing, Bapak Eko Nugroho, S.Pt., M.M. yang telah banyak
memberi saran, Recognition and Monitoring Program (RAMP - IPB) yang telah
mendanai penelitian ini, serta dosen dan staf Departemen Teknologi Industri
Pertanian. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada pihak-pihak
yang telah membantu selama pengumpulan data serta penyusunan skripsi ini.
Ungkapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada ayah, ibu, kakak, dan

seluruh keluarga, serta teman-teman atas segala motivasi, dukungan, doa dan
kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Juli 2014
Nadhif Nabhan Rabbani

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi


PENDAHULUAN

1

Latar Belakang



Tujuan Penelitian



Ruang Lingkup Penelitian



METODE




Pengumpulan Data



Analisis Data



HASIL DAN PEMBAHASAN

5

Masakan Sayur Terolah Minimal



Potensi Pasar




Hipotesis Kanvas Model Bisnis Awal



Hasil Pengujian Masalah

14 

Hasil Pengujian Solusi

17

Verifikasi Kanvas Model Bisnis

23

Pemetaan Penjualan

26


Penentuan Posisi Produk dan Perusahaan

29

SIMPULAN DAN SARAN

30 

Simpulan

30 

Saran

30 

DAFTAR PUSTAKA

30 


LAMPIRAN

32

RIWAYAT HIDUP

51

DAFTAR TABEL
1 Persentase pengeluaran rata-rata per kapita sebulan tahun 2012-2013
2 Daftar permasalahan konsumsi sayur beserta frekuensinya


14 

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23

Tahap penelitian
Proses pembuatan masakan sayur terolah minimal
Model lima kekuatan Porter
Paket sayur yang sudah ada di pasaran
Ukuran pasar
Produk sayur sop inisiasi dalam kemasan PP
Jumlah responden masing-masing kelompok segmen yang diuji
Persentase jumlah responden potensial berdasarkan kelompok segmen
Produk sayur sop dalam kemasan cling wrap hasil pengujian masalah
Evaluasi responden terhadap proposisi nilai
Persentase penerimaan pelanggan terhadap komposisi sayuran utama
Persentase penerimaan pelanggan terhadap bentuk dan ukuran sayuran
Persentase kebutuhan bahan pelengkap non sayuran
Persentase kebutuhan bumbu
Persentase pelanggan terhadap bobot produk solusi
Penerimaan pelanggan terhadap kemasan produk solusi
Produk sayur sop dalam kemasan vakum hasil pengujian solusi
Aliran kerja pelanggan tanpa dan dengan produk
Saluran penjualan produk solusi pilihan pelanggan
Willingness to pay produk solusi
Skema penjualan produk
Diagram saluran pertanggungjawaban
Diagram saluran diskon



6
7

14 
15 
16 
17 
18 
19 
20 
20 
21 
21
21
22
23
24
25
27
27
28

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Daftar pertanyaan pengujian masalah
Daftar pertanyaan pengujian solusi
Kanvas model bisnis awal
Hasil pengujian masalah
Kanvas model bisnis hasil pengujian masalah
Hasil pengujian solusi
Kanvas model bisnis hasil pengujian solusi
Kanvas model bisnis hasil verifikasi
Perhitungan harga pokok penjualan

32 
35 
38 
39 
42 
43 
47 
48 
49 

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sayur-sayuran didefinisikan sebagai bagian dari tanaman yang umum
dimakan untuk memenuhi kebutuhan gizi seseorang (Dirjen Hortikultura 2006).
Menurut Rukmana (2005), sayuran dapat memberi manfaat selain pemenuh gizi
harian juga berkhasiat menyembuhkan penyakit. FAO merekomendasikan
konsumsi sayuran sebesar 65 kg per kapita per tahun setara dengan 178 g per
kapita per hari, sedangkan anjuran FDA (Foods and Drugs Association) untuk
konsumsi sayuran yaitu 3-5 porsi sehari atau sebanyak 225 – 375 g per orang per
hari (Astawan 2008). Hasil kajian Litbang Departemen Pertanian (2013), tingkat
konsumsi sayuran per kapita masyarakat Indonesia adalah 40,35 kg/tahun.
Kemudian data yang dikemukakan BPS (2013) mengenai persentase pengeluaran
rata-rata per kapita sebulan tahun 2012-2013 terhadap konsumsi kelompok barang
tercantum sebagai berikut (Tabel 1).
Tabel 1. Persentase pengeluaran rata-rata per kapita sebulan tahun 2012-2013
Kelompok
2011
2012
2013
Barang
Mar
Sep
Mar
Sep
Mar
Bukan Makanan
50,55
51,54
47,92
52,29
49,34
Makanan :
Padi
7,48
8,37
9,14
7,90
8,24
Umbi
0,51
0,48
0,44
0,42
0,45
Ikan
4,27
4,12
4,20
4,08
4,03
Daging
1,85
2,19
2,06
2,26
1,88
Telur dan susu
2,88
2,86
3,00
2,74
3,06
Sayur-sayuran
4,31
3,72
3,78
3,62
4,43
Kacang-kacangan
1,26
1,31
1,33
1,32
1,34
Buah-buahan
2,15
2,06
2,44
2,28
2,33
Minyak dan lemak
1,91
1,79
1,95
1,79
1,64
Bahan minuman
1,80
1,93
1,73
1,68
1,90
Bumbu-bumbuan
1,06
1,02
1,02
0,96
0,96
Konsumsi lainnya
1,07
1,07
1,10
1,01
1,04
Makanan Jadi
13,73
11,83
12,72
11,65
13,11
Tembakau dan Sirih
5,16
5,73
6,16
6,00
6,24
Total Makanan
49,45
48,46
52,08
47,71
50,66
Sumber : Badan Pusat Statistik (2013)
Terlihat dari kedua data di atas bahwa konsumsi sayuran masyarakat
Indonesia masih tergolong rendah. Hasil serupa juga dipaparkan oleh Litbang
Depkes (2007) yang menunjukkan bahwa secara keseluruhan, sebanyak 93,7%
penduduk umur 10 tahun ke atas kurang konsumsi sayur. Konsumsi ini
dipengaruhi oleh berbagai tiga faktor. Pertama, kemampuan ekonomi dan
ketersediaan pengetahuan tentang manfaat mengkonsumsi sayur-sayuran yang
berpengaruh terhadap perilaku konsumsi (Litbang Depkes 2007). Kedua, sifat
alami bahan pertanian yang kamba (bulky), mudah rusak (perishable),

2
ketidakseragaman produk, ketergantungan pada alam, dan musiman (Efendi
2010). Ketiga, proses pengolahan masakan sayur yang panjang.
Biasanya masyarakat melakukan serangkaian kegiatan yang cukup panjang
yakni dimulai dari pemilihan bahan-bahan (sayuran), pembersihan sayuran,
pengupasan, pemotongan (pengecilan ukuran), pemasakan, dan penyajian. Hal
tersebut menyita banyak waktu sehingga mempengaruhi keputusan masyarakat
dalam mengolah sendiri sayurannya.Oleh sebab itu, permasalahan tersebut perlu
diselesaikan dan menjadi peluang bisnis yang menguntungkan. Pengembangan
pasar dapat dilakukan dengan mentransformasikan permasalahan yang dihadapi
oleh segmen pelanggan menjadi suatu produk berbasis sayuran sebagai solusi
serta sebagai panduan startup business yang akan dijalankan. Pengembangan
pasar ini dilakukan dengan pendekatan riset aksi yang dibantu dengan alat yaitu
kanvas model bisnis yang diciptakan oleh Osterwalder dan Pigneur (2012).
Penelitian ini dilaksanakan secara bertahap mulai dari tahap pencarian pasar dan
validasi pasar (customer discovery and customer validation) yang dikembangkan
oleh Blank dan Dorf (2012).

Tujuan Penelitian
Penelitian ini memiliki beberapa tujuan, diantaranya menguraikan masalahmasalah terkait konsumsi sayuran, menemukan segmen pelanggan yang memiliki
permasalahan tersebut, memberikan solusi permasalahan, serta mengidentifikasi
posisi produk dan pemetaan saluran penjualan produk. Selain itu, penelitian ini
juga akan memperoleh model bisnis produk solusi masakan sayur terolah minimal
yang terverifikasi sebagai acuan dalam startup bisnis.

Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini meliputi pembuatan model bisnis produk masakan sayur
terolah minimal yang difokuskan pada masakan sayur sop dengan aturan
pengembangan pasar. Pengembangan pasar terdiri dari empat tahapan, yakni
customer discovery, customer validation, customer creation, dan company
building (Blank dan Dorf 2012). Ruang lingkup penelitian dibatasi pada dua
tahapan pertama yakni customer discovery dan customer validation. Tahapan
customer discovery terdiri dari empat buah langkah, yakni pembentukan hipotesis
awal, pengujian masalah, pengujian solusi, dan verifikasi. Tahapan ini akan
mendapatkan beberapa hasil, seperti masalah teridentifikasi, segmen pelanggan
ditemukan, serta kanvas model bisnis terverifikasi. Kemudian penelitian
dilanjutkan dengan customer validation yang terdiri dari persiapan penjualan,
penjualan produk solusi, penentuan posisi produk, dan validasi. Pada penelitian
ini customer validation hanya meliputi pemetaan penjualan dan penentuan posisi
produk.

3

METODE
Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan riset aksi yakni suatu
sistematika yang digunakan dalam melakukan suatu tindakan yang meliputi
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Saunders et al. (2009) menjelaskan
bahwa pendekatan riset aksi akan menghasilkan relevansi hubungan antara fakta
dengan ilmu pengetahuan yang lebih baik serta teori dengan praktik yang
terintegrasi. Penelitian ini terdiri dari beberapa tahapan, yakni tahap pembentukan
hipotesis awal, pengujian masalah, pengujian solusi, verifikasi, pemetaan
penjualan, dan penentuan posisi produk (Gambar 1).
Mulai

Pembentukan
Hipotesis Awal

Pemetaan
Penjualan

Pengujian Masalah

Penentuan Posisi
Produk

Pengujian Solusi
Selesai

Verifikasi
Belum
Sesuai

Sesuai
Gambar 1 Tahapan penelitian

Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang dilakukan pada tahapan pembentukan hipotesis
model bisnis awal adalah dengan menggunakan data sekunder berupa literatur dan
dokumen. Pada tahapan pengujian masalah dan pengujian solusi pengumpulan
data dilakukan dengan cara wawancara. Jenis wawancara yang digunakan adalah
dengan pertanyaan terbuka. Wawancara kepada responden bertujuan untuk
memperoleh informasi baik berbentuk kuantitatif maupun kualitatif.
Pada tahapan pengujian masalah teknik wawancara yang dilakukan adalah
teknik asosiasi dimana tujuan penelitian disamarkan. Menurut Sumarwan, et al.
(2011) teknik asosiasi adalah pengumpulan data dengan cara wawancara yang
didalamnya terdapat stimulus kepada responden untuk memberikan tanggapan dan

4
mengungkapkan perasaan atas topik yang sedang diteliti. Topik yang dibangun
dikembangkan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan seperti yang tertera pada
Lampiran 1. Tujuan dari tahapan ini adalah mengetahui masalah-masalah apa saja
yang muncul terkait topik yang diangkat beserta intensitas atau frekuensi
munculnya masalah sebagai bahan perbaikan proposisi nilai dan mengetahui
segmen pelanggan yang memiliki permasalahan tersebut.
Tahapan pengujian solusi dilakukan dengan teknik wawancara mendalam
(in depth interview). Wawancara mendalam dilakukan dengan cara menggali
secara mendalam persepsi, sikap, atau motivasi yang terkait dengan topik yang
ditanyakan (Sumarwan, et al. 2011). Hasil wawancara mendalam ini akan
memberikan masukkan terkait solusi yang ditawarkan. Pengujian solusi dilakukan
dengan panduan pertanyaan-pertanyaan seperti yang tertera pada Lampiran 2.
Pengujian solusi ini dibantu dengan alat kelengkapan uji berupa MVP (minimum
viable product) sebagai contoh produk yang ditawarkan kepada responden.
Pengujian solusi juga bertujuan untuk mengetahui saluran dipilih oleh responden,
membuat perencanaan kegiatan penjualan, dan aktivitas-aktivitas yang dapat
membangun hubungan pelanggan.

Analisis Data
Teknik-teknik analisis yang digunakan, diantaranya teknik transkripsi,
teknik reduksi, teknik kategorisasi, dan teknik perankingan. Pada tahapan
pembentukan hipotesis bisnis model awal analisis yang dilakukan adalah dengan
menggunakan teknik kategorisasi terhadap sembilan elemen kanvas model bisnis
yang kemudian diekstraksi sebagai input tahap berikutnya.
Analisis data pada tahap pengujian masalah diawali dengan teknik
transkripsi yakni mengubah data lisan menjadi tulisan (Endraswara2009) yang
dilanjutkan dengan teknik reduksi. Teknik reduksi data adalah teknik yang
dilakukan dalam penelitian yang mencakup kegiatan mengikhtisar, memilahmilah, dan memusatkan untuk penyederhanaan data (Bungin 2006). Kemudian
data hasil reduksi dianalisis dengan teknik kategorisasi. Teknik kategorisasi
merupakan pengelompokan data berdasarkan kategori atau karakteristik tertentu
untuk pemisahan kategori masalah yang dihadapi dan segmen pelanggan
potensial. Segmen pelanggan potensial ditetapkan jika telah memenuhi 3 dari 5
parameter yang ditentukan. Selanjutnya teknik perankingan berguna untuk
memberikan prioritas permasalahan yang akan diselesaikan dan prioritas segmen
pelanggan yang akan dilayani.
Analisis data yang digunakan pada pengujian solusi terdiri dari teknikteknik yang sama dengan pengujian masalah tetapi berbeda pada hasilnya. Teknik
kategorisasi pada tahapan ini dilakukan untuk mengkelompokan tanggapan
responden terkait produk solusi, fitur dan tampilan produk, serta saluran yang
dipilih oleh responden.
Kemudian teknik perankingan digunakan dalam
memberikan prioritas tanggapan responden sebagai masukkan pengembangan
produk. Tahapan verifikasi model bisnis, pemetaan saluran penjualan, dan
penentuan posisi produk dianalisis untuk melihat kesesuaian hasil yang kemudian
dijadikan sebagai pedoman pengembangan pasar.

5

HASIL DAN PEMBAHASAN
Masakan Sayur Terolah Minimal
Produk yang menjadi pokok bahasan dalam penelitian ini adalah masakan
sayur terolah minimal. Produk ini merupakan olahan sayuran yang telah
mengalami proses pendahuluan (Gambar 2), diantaranya pengupasan,
pemotongan, dan perlakuan teknologi khusus untuk menyederhanakan dan
memudahkan pengolahan lebih lanjut. Proses pembuatan produk ini terus
berkembang selama penelitian berlangsung yang akan dijelaskan secara terperinci
pada sub-bab berikutnya.
Sayuran Segar

Sortasi

Pengupasan

Pemotongan
Pencucian
Perlakuan Teknologi

Pengemasan

Masakan Sayur
Terolah Minimal
Gambar 2 Proses pembuatan masakan sayur terolah minimal

Potensi Pasar
Pasar merupakan tujuan akhir dari setiap aktivitas yang dilakukan oleh
perusahaan. Purba (2009) menyatakan bahwa pengembangan pasar dapat
dilakukan dengan pengembangan dan perluasan jaringan distribusi, penciptaan
model dan varian produk baru, serta penguasaan pangsa pasar. Produk masakan
sayur terolah minimal merupakan produk inovatif yang akan diminati pelanggan

6
dan berpotensi menarik banyak pesaing untuk masuk ke dalam lingkup bisnis
yang sama. Michael E Porter membuat suatu pemodelan yang menggambarkan
kondisi persaingan bisnis (Model Lima Kekuatan Potter). Selain itu, potensi pasar
ini juga dilihat dari ukuran pasar produk masakan sayur terolah minimal.

Model Lima Kekuatan Porter
Model lima kekuatan Porter dapat digunakan oleh perusahaan untuk melihat
target pasar (Purba 2009). Terdapat lima aspek penting dalam model tersebut,
yakni ancaman persaingan, ancaman pendatang baru, ancaman produk pengganti,
ancaman kekuatan posisi tawar pemasok, dan ancaman kekuatan posisi tawar
pembeli (Gambar 3).
Pendatang
Potensial
Ancaman pendatang baru
Kekuatan tawar
pemasok
Pemasok

Pesaing
Persaingan di antara
perusahaan yang telah
ada

Ancaman produk pengganti

Pembeli
Kekuatan tawar
pembeli

Pengganti
Gambar 3 Model lima kekuatan Porter (Purba 2009)
Setiap aspek dalam model tersebut memiliki dampak dan keterkaitan yang
erat dalam hal pengembangan pasar. Pertimbangan-pertimbangan yang harus
diperhatikan terhadap kelima aspek tersebut dijelaskan sebagai berikut :
1.

Pesaing
Produk masakan sayur terolah minimal merupakan produk baru sehingga
belum ada produk lain yang masuk di dalam persaingan pasar. Akan tetapi perlu
diantisipasi masuknya produk yang sama dari pesaing-pesaing yang mungkin
tertarik pada pasar ini. Produk serupa yang sudah ada di pasar dan merupakan
pesaing saat ini adalah paket masakan sayur yang lengkap dengan penyedap rasa
serta bumbu siap saji namun belum dilakukan pengolahan pendahuluan. Contoh
perusahaan yang menjual paket masakan sayur adalah pasarminggu.co, kedai Ibu
Zulfa, dan masih banyak perusahaan lainnya. Paket masakan sayur yang dijual
oleh salah satu perusahaan tersebut terlihat pada Gambar 4.

7

Gambar 4 Paket masakan sayur yang ada di pasaran
Persaingan dalam jenis bisnis ini cukup ketat karena banyaknya varian
produk yang ditawarkan dan kemudahan proses pembuatan. Tetapi produk
masakan sayur terolah minimal akan mampu bertahan dan memenangkan
persaingan karena dukungan teknologi yang memadai. Persaingan akan dapat
dimenangkan oleh perusahaan yang memiliki kreativitas dan inovasi yang tinggi.
2.

Pendatang Baru
Ancaman pendatang baru dapat berasal dari perusahaan lama yang sudah
memiliki brand terkenal dan pendatang baru yang berasal dari perusahaan baru.
Pendatang baru akan mudah memasuki pasar jika produk yang dihasilkan
memiliki proses pengolahan yang sederhana, sedangkan produk masakan sayur
terolah minimal ini memiliki formulasi dan teknologi pengolahan yang baik
sehingga pendatang baru tidak mudah untuk menyamai produk ini.
3.

Produk Pengganti
Produk pengganti merupakan produk yang mungkin menggantikan posisi
produk saat ini berdasarkan kesamaan sifat dan fungsi. Produk pengganti untuk
produk solusi masakan sayur terolah minimal dapat berupa sayuran segar tanpa
pengolahan, sayuran segar yang sudah dipaket menjadi satu jenis masakan, dan
sayuran olahan beku. Produk pengganti yang beragam ini berasal dari berbagai
jenis perusahaan dengan jumlah yang banyak. Konsistensi ketersediaan dan mutu
produk sangat diperlukan agar pelanggan tidak beralih ke produk pengganti.
4.

Pemasok
Pemasok menjadi kekuatan bagi perusahaan untuk memenuhi pasokan
bahan bakunya. Pemasok-pemasok yang terlibat dalam pembuatan produk
masakan sayur terolah minimal ini antara lain pemasok bahan sayuran (wortel,
kentang, buncis, dan kubis), pemasok rempah-rempah (bawang merah, bawang
putih, kapulaga, kayu manis, bunga peka, dan lainnya), serta pemasok kemasan.
Ketersediaan bahan baku masing-masing sayuran di wilayah sentra produksinya
yang tercatat oleh Dinas Pertanian Jawa Barat tahun 2012, yakni sebanyak 41.816
ton wortel (Cianjur), 131.876 ton kentang (Bandung), 163.159 ton kubis
(Bandung), dan 18.643 ton buncis (Cianjur). Jumlah pasokan tersebut juga
ditambah dengan produksi sayuran di wilayah lainnya sehingga terlihat bahwa
ketersediaan tersebut cukup memadai untuk keberlangsungan aktivitas
perusahaan.

8
Pembeli
Pembeli attau pelanggaan merupakaan target pasar yang akaan menghassilkan
patan bagi perusahaan. Pembeli akkan ditawarrkan dengann banyak prroduk
pendap
yang serupa
s
sehinngga strategii untuk mennarik pembelli diperlukann pada aspek
k ini.
Pembeeli yang dipiilih berasal dari
d segmen pelanggan profesional
p
w
wanita dari kelas
k
ekonomi menengah atas dann atas yangg aktif menngkonsumsi sayuran deengan
8
ribuu jiwa. Jum
mlah tersebbut cukup potensial untuk
u
jumlahh sekitar 847,98
mengeembangkan bisnis.
b
5.

Ukuraan Pasar
P
Peluang
passar didoronng oleh tigaa hal pentinng, yakni bbesarnya ju
umlah
pelangggan potensiial, pertumbbuhan masa depan yangg cepat dan dapat dipreddiksi,
serta kesempatan
k
menarik
m
pelaanggan (Blaank dan Dorff 2012). Peruusahaan tenttunya
melihaat peluang tersebut
t
den
ngan cara m
menghitung ukuran
u
pasaar. Ukuran pasar
p
direpreesentasikan dengan tigga buah hittungan yaknni TAM (tootal addresssable
markeet), SAM (seerved available market),, dan TM (target markeet). Ukuran pasar
p
tersebu
ut menunjuk
kan besarnyaa peluang yaang dinilai berdasarkan
b
unit yang teerjual
atau nominal uangg yang diperooleh (Gambaar 5).
TAM
847,988 ribu
unit/haari = Rp 7,63
milyarr/hari
SAM
542,7 ribu unit/hari
4
= Rp 4,88
milyarr/hari
TM
5.427 unit/hari =
Rp 48,,84 juta/hari

Gambar
G
5 Ukkuran pasar
TAM ( Tottal Addressaable Market))
TAM meerupakan keeseluruhan pasar poteensial yangg akan meenjadi
p
yangg ditawarkann. Segmen pelanggan yang ditetaapkan
pelangggan dari produk
adalahh profesionaal wanita keelas ekonom
mi menengaah atas dan atas. Kemu
udian
jumlahh segmen wanita
w
tersebbut dikompaarasikan den
ngan masyaarakat yang aktif
mengk
konsumsi sayyur.
Menurut Kementrian
K
Pemberdayaaan Perempu
uan dan Perrlindungan Anak
A
atau KEMPPPA
K
(2013),
(
jumllah penduduuk Indonesiaa adalah sebaanyak 245,44 juta
jiwa dengan
d
kom
mposisi waniita sebesar 449,65% atau
u setara denngan 121,844 juta
1.

9
jiwa. KEMPPPA (2013) juga menyatakan bahwa jumlah profesional wanita
diketahui sebanyak 47,91% dari seluruh wanita Indonesia atau setara dengan
58,37 juta jiwa. Profesional wanita kelas menengah atas diasumsikan memiliki
pengeluaran lebih dari Rp 3.000.000,- / bulan sedangkan kelas atas memiliki
pengeluaran Rp 7.500.000,- / bulan dengan persentase masing-masing 20,23%
dan 2,83% (Tempo 2013). Total dari jumlah segmen pelanggan tersebut diketahui
sebesar 23,06% atau setara dengan 13,46 juta jiwa.
Jumlah tersebut kemudian dipersempit dengan kalkulasi perbandingan
masyarakat yang aktif konsumsi sayur yakni sebanyak 6,3%. Asumsi yang
digunakan adalah bahwa masyarakat yang aktif konsumsi sayur tersebut
sebanding dengan profesional wanita kelas menengah atas dan atas yang aktif
konsumsi sayur sehingga diperoleh jumlah sebesar 847,98 ribu jiwa. Jika asumsi
setiap pelanggan mengkonsumsi 1 unit produk per hari dengan harga Rp 9.000,/unit maka TAM produk masakan sayur terolah minimal ini 847,98 ribu unit/hari
atau setara dengan Rp 7,63 milyar per hari.
SAM (Served Available Market)
SAM merupakan adalah jumlah potensi pasar yang memiliki ketertarikan
terhadap produk yang ditawarkan. SAM ini didasarkan pada hasil penelitian
mengenai kemampuan membeli pelanggan. Terdapat sebanyak 64% pelanggan
hasil wawancara yang bersedia membeli produk dengan harga Rp 9.000,-/ unit.
Perhitungan SAM menjadi 64% dari TAM yakni sebanyak 542,7 ribu unit/hari
atau setara dengan Rp 4,88 milyar per hari.
2.

TM (Target Market)
TM merupakan potensi pasar yang benar-benar dapat dipenuhi oleh
perusahaan. TM tersebut diasumsikan sebesar 1% dari SAM. Target tersebut
dipilih berdasarkan kemampuan kapasitas produksi dan jangkauan distribusi yang
dapat dilakukan oleh perusahaan. TM produk masakan sayur terolah minimal ini
adalah sebesar 5.427 unit/hari atau setara dengan Rp 48,84 juta / hari.
3.

Hipotesis Kanvas Model Bisnis Awal
Suatu model bisnis memberikan ilustrasi gambaran mengenai bagaimana
perusahaan membuat, menyampaikan, dan menerima suatu nilai. Model bisnis
dapat dibuat dengan alat berupa kanvas model bisnis (Osterwalder dan Pigneur
2012). Terdapat sembilan elemen dalam kanvas model bisnis, yakni proposisi
nilai, segmen pelanggan, saluran, hubungan pelanggan, arus pendapatan, sumber
daya utama, aktivitas kunci, kemitraan utama, dan struktur biaya yang merupakan
satu kesatuan untuk membangun perusahaan. Gambaran kanvas model bisnis awal
ditampilkan dalam Lampiran 3.

Proposisi Nilai
Proposisi nilai adalah nilai atau manfaat spesifik yang disematkan pada
sebuah bisnis baik berupa produk maupun jasa yang berguna bagi segmen

10
pelanggan (Osterwalder dan Pigneur 2012). Terdapat lima buah proposisi nilai
yang menjadi hipotesis pengembangan pasar produk masakan sayur terolah
minimal. Kelima nilai tersebut antara lain praktis, higienis, nilai gizi lebih tinggi,
tahan lama, dan green based product.
1.

Praktis
Praktis menurut Kemdikbud (2014) adalah suatu sifat mudah, dipakai
dengan perasaan senang, dan efisien. Kepraktisan ini didasarkan pada suatu gaya
hidup dimana setiap orang menginginkan produk yang memudahkan setiap
pekerjaan mereka.
2.

Higienis
Higienis merupakan suatu hal yang berkenaan dengan ilmu kesehatan, bersih,
dan bebas dari penyakit (Kemdikbud 2014). Nilai higienis muncul dengan alasan
sayuran saat ini yang terdapat di pasar umumnya tidak bersih baik dari kotoran
sehingga mudah tercemar mikroba.
3.

Nilai gizi lebih tinggi
Sayuran segar pada kondisi penyimpanan yang tidak sesuai lama kelamaan
akan menurun mutunya. Hal tersebut dikarenakan adanya reaksi internal dari
sayuran itu sendiri serta kontaminasi lingkungan. Sedangkan sayuran yang sudah
dimasak dan dibiarkan berjam-jam akan menurunkan nilai gizi terlebih jika
dilakukan pemanasan berulang-ulang. Produk masakan sayur terolah minimal
diharapkan dapat menyelesaikan permasalahan tersebut.
4.

Tahan lama
Tahan lama merupakan aspek yang berkaitan dengan waktu penyimpanan
dan kondisi mutu sayuran. Penyimpanan sayuran saat ini pada umumnya hanya
berkisar 1-3 hari, lebih dari itu kesegaran menurun. Sayuran tersebut ingin
dipertahankan kesegarannya pada rentang waktu tertentu (1 bulan) dan tidak
mudah rusak.
Green Based Product
Kesadaran masyarakat akan teknologi dan produk ramah lingkungan
semakin meningkat. Hal tersebut didukung dengan munculnya banyak industri
yang berlandaskan pada konsep industri hijau dan penerapan produksi bersih.
Green based product memiliki ciri-ciri, antara lain menggunakan bahan-bahan
dari sumber daya yang dapat diperbaharui, aman bagi lingkungan, dan
penggunaan energi yang efisien (Sumarwan, et al. 2012).
5.

Segmen Pelanggan
Segmen pelanggan adalah kelompok pelanggan yang menjadi tujuan bisnis
untuk menghasilkan keuntungan bagi perusahaan. Pelanggan tersegmentasi
berdasarkan kebutuhan, perilaku, dan atribut-atribut lainnya yang terdapat pada
suatu kelompok pelanggan. Sebuah model bisnis dapat menggambarkan satu atau

11
beberapa segmen pelanggan. Produk masakan sayur terolah minimal ini ditujukan
untuk segmen ibu rumah tangga dan pekerja profesional.
1.

Ibu rumah tangga
Ibu rumah tangga merupakan salah satu pengambil keputusan konsumsi di
dalam keluarga (Sumarwan 2011). Seorang ibu memiliki wewenang untuk
memutuskan mengenai makanan apa yang akan dikonsumsi oleh anggota keluarga
lainnya sehingga produk ini akan cocok jika ditujukan baginya.
2.

Pekerja profesional
Pekerja profesional merupakan kelompok pelanggan yang banyak
menghabiskan waktunya di tempat kerja lebih kurang 35 – 40 jam setiap minggu
(Sumarwan 2011). Kelompok ini mengharuskan setiap individu memulai aktivitas
di pagi hari dan kembali pulang di sore hari sehingga sedikit waktu bagi mereka
untuk memiliki aktivitas lain di luar bekerja.

Saluran
Saluran merupakan sarana atau fasilitas bagi perusahaan untuk memberikan
proposisi nilai kepada segmen pelanggan yang dilayani. Menurut Osterwalder dan
Pigneur (2012) saluran memiliki peranan dan fungsi penting, antara lain
meningkatkan kesadaran pelanggan terhadap produk dan jasa dari perusahaan,
membantu pelanggan dalam mengevaluasi proposisi nilai dari perusahaan,
memfasilitasi pelanggan untuk membuat produk dan jasa tertentu, membantu
menyampaikan nilai tambah untuk pelanggan, serta memberi dukungan kepada
pelanggan pasca pembelian.
Saluran yang dipilih untuk memasarkan produk masakan sayur terolah
minimal adalah swalayan. Menurut Kemdikbud (2014), swalayan merupakan
pasar yang sistem pelayanan sendiri tanpa adanya pramuniaga. Pasar swalayan
biasanya didukung dengan sarana dan prasarana memadai seperti pendingin
ruangan dan fasilitas lainnya. Bagi sebagian kelompok pelanggan pasar ini
menjadi pilihan yang sesuai.

Hubungan Pelanggan
Hubungan pelanggan adalah cara bagaimana perusahaan menjalin
hubungan baik dengan pelanggannya. Osterwalder dan Pigeneur (2012)
mngatakan bahwa hubungan pelanggan dapat didorong beberapa motivasi, seperti
akuisisi pelanggan, retensi pelanggan, dan peningkatan penjualan. Hubungan
pelanggan yang coba dikembangkan bagi pasar produk masakan sayur terolah
minimal, diantaranya customer care, komunitas, media sosial, dan kegiatankegiatan (event).
Customer care
Customer care merupakan layanan yang biasanya terdapat pada perusahaan
untuk menampung keluhan pelanggan sehingga dapat memberikan input
1.

12
perbaikan bagi pengembangan produk dan menjaga citra perusahaan di mata
pelanggan.
2.

Komunitas
Komunitas merupakan suatu perkumpulan yang dibentuk dengan adanya
kesamaan antar anggota (pelanggan) terutama gaya hidupnya. Komunitas ini
bertujuan sebagai sarana aktualisasi diri dan wahana berbagi pengalaman.
3.

Media sosial
Media sosial berguna sebagai alat edukasi, alat promosi untuk mencari
pelanggan, dan alat mempertahankan pelanggan dengan memberikan tips–tips
kesehatan serta segala sesuatu yang bekaitan dengan konsumsi sayur. Media sosial
ini juga bersinergis dengan komunitas sehingga terbentuk hubungan yang
dinamis.
4.

Kegiatan khusus (event)
Kegiatan khusus di luar kegiatan perusahaan pada umumnya berguna untuk
menarik pelanggan baru serta meremajakan pelanggan lama. Bentuk kegiatan
tersebut, antara lain olahraga, musik, serta hiburan lainnya dengan disisipkan
konten yang berisi materi promosi dan edukasi.

Arus Pendapatan
Arus pendapatan adalah pemasukan yang diukur dalam bentuk uang atau
penerimaan yang diperoleh perusahaan dari segmen pelanggannya (Osterwalder
dan Pigneur 2012). Arus pendapatan yang diterima oleh perusahaan yakni
transaksi pembayaran pelanggan untuk setiap produk yang dikonsumsi. Selain itu
pendapatan diperoleh dari pengolahan limbah industri.

Sumber Daya Utama
Sumber daya utama menggambarkan aset-aset penting yang dibutuhkan
bagi perusahaan untuk menjalankan fungsi dalam model bisnis yang dibuat.
Sumber daya ini memungkinkan perusahaan menciptakan dan menawarkan
proposisi nilai, menjangkau pasar, mempertahankan hubungan pelanggan, serta
memperoleh pendapatan. Sumber daya yang dipergunakan oleh perusahaan,
diantaranya bahan baku sayuran dan bumbu, alat dan mesin pengolahan, sumber
daya manusia, modal kerja, serta hak patent. Jenis-jenis sayuran yang digunakan
antara lain wortel, kentang, buncis, dan kubis. Sedangkan bahan pembuatan
bumbu, diantaranya bawang merah, bawang putih, bawang bombay, jahe,
kapulaga, kayu manis, garam, dan gula. Mesin-mesin yang terlibat diantaranya
mesin pemotong sayuran, lemari pendingin, dan mesin pengemasan. Kemudian
sumber daya manusia yang dibutuhkan adalah sumber daya manusia yang
terampil.

13
Aktivitas Kunci
Aktivitas kunci menggambarkan aktivitas-aktivitas penting yang dilakukan
oleh perusahaan untuk menjalankan model bisnisnya. Kegiatan yang dilakukan
adalah kegiatan bisnis yang mendukung tujuan organisasi yakni memberikan
proposisi nilai, menjangkau pasar, mempertahankan pelanggan, dan memperoleh
pendapatan (Osterwalder dan Pigneur 2012). Aktivitas bisnis yang terlibat pada
perusahaan ini terdiri atas formulasi produk, proses produksi, promosi dan
pemasaran, serta distribusi.

Kemitraan Utama
Kemitraan utama memperlihatkan bagaimana perusahaan berhubungan
dengan mitra untuk menjalankan bisnis dengan alasan mengurangi risiko,
memperoleh sumber daya, dan mengoptimalkan model bisnis. Terdapat beberapa
mitra yang terlibat dalam keberlangsungan perusahaan ini, antara lain pemasok
bahan baku sayuran, pemasok bahan bumbu, investor, dan distributor.

Struktur Biaya
Struktur biaya memberikan gambaran biaya-biaya yang dikeluarkan oleh
perusahaan untuk menjalankan model bisnisnya. Biaya tersebut dapat dihitung
setelah pendefinisian sumber daya utama, aktivitas kunci, dan kemitraan utama
(Osterwalder dan Pigneur 2012). Struktur biaya tersebut meliputi biaya material
dan pekerja langsung, biaya overhead, serta biaya administrasi dan pemasaran.

Produk Inisasi Hasil Hipotesis Awal
Produk inisiasi yang ditawarkan merujuk pada hipotesis model bisnis awal
adalah masakan sayur sop (Gambar 6). Sayur sop tersebut memiliki MVP
(Minimum Viable Product) atau fitur produk minimal sebagai berikut :
1.
Komposisi produk terdiri dari beberapa jenis sayur, seperti wortel, kentang,
kubis, buncis, tomat, daun seledri, dan daun bawang serta ditambah dengan
sosis sebagai sumber protein hewani.
2.
Produk dilengkapi bumbu instan dengan bentuk bubuk. Penambahan
bumbu instan ini dilakukan untuk memenuhi proposisi nilai kepraktisan
pelanggan.
3.
Produk dikemas didalam plastik polipropilen (PP) flow packaging. Plastik
PP dipilih karena memiliki keunggulan, yakni mudah dibentuk, tahan
terhadap bahan kimia, dan permeabilitas uap air rendah. PP juga lebih
ringan, lebih kuat dan lebih tegar dibandingkan dengan PE sehingga
kemasan PP menjadi pilihan untuk mengemas produk (Herudiyanto 2010).
4.
Produk disimpan pada suhu beku (-2oC sampai 0oC). Suhu penyimpanan
beku merupakan metode pengawetan bahan makanan untuk
memperpanjang masa simpan hingga satu tahun dalam kemasan tertutup

14
rapat (Yuyun dan Gunarsa 2011). Hal tersebut dilakukan untuk memenuhi
proposisi nilai tahan lama.

Gambar 6 Produk sayur sop inisiasi dalam kemasan PP tampak depan (kiri)
tampak belakang (kanan)

Hasil Pengujian Masalah
Proposisi Nilai Pengujian Masalah
Pengujian masalah merupakan tahapan kedua customer discovery untuk
membuktikan hipotesis awal dalam mencari permasalahan terkait konsumsi
sayuran dan menemukan segmen pelanggan yang memiliki masalah tersebut.
Hasil menunjukan bahwa terdapat masalah-masalah yang berkaitan dengan
konsumsi sayuran. Berikut daftar permasalahan yang dialami oleh segmen
pelanggan serta frekuensi munculnya permasalahan tersebut (Tabel 2).
Tabel 2 Daftar permasalahan konsumsi sayur beserta frekuensinya
Jenis Permasalahan
Frekuensi
Tidak segar terutama jika disimpan lama
65
Waktu pengolahan yang lama
29
Proses penyajian yang rumit
27
Tidak bersih
16
Nutrisi yang menurun
13
Tercemar pestisida
10
Pemilihan bahan yang sulit
5
Porsi berlebih
3
Ketersediaan sayur yang tidak konstan
2
Adanya bahan pengawet dan pewarna
2
Perbandingan sayur dan bumbu kurang sesuai
1
Tingkat kematangan yang tidak seragam
1
Setiap orang yang diuji dapat menyampaikan satu atau lebih permasalahan
yang mereka alami. Solusi yang saat ini mereka lakukan untuk menanggulangi
masalah tersebut, diantaranya :
1. Berbelanja pada waktu luang dengan jumlah yang banyak sehigga berdampak
pada penyimpanan yang lama dan mengakibatkan sayuran tidak segar serta
terbuang.

15
2.

3.

Membeli masakan sayur jadi di rumah makan tanpa mengetahui mutu bahan
baku mentah dan proses pengolahannya, serta pemanasan sayur yang
berulang-ulang.
Tidak mengonsumsi sayuran sama sekali.

Permasalahan-permasalahan yang muncul kemudian dipilih untuk
diselesaikan berdasarkan frekuensi kemunculan dan kesanggupan perusahaan
untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. Masalah yang akan diselesaikan
adalah masalah ke 1 sampai dengan masalah ke 5. Proposisi nilai yang baru hasil
perbaikan yang muncul, yakni :
1. Kesegaran selama penyimpanan
2. Waktu pengolahan yang lebih singkat
3. Proses pengolahan yang lebih sederhana
4. Bersih dari kotoran
5. Nutrisi yang terjaga

Segmen Pelanggan Pengujian Masalah
Selain analisis permasalahan konsumsi sayuran, pengujian masalah ini
dilakukan untuk mengidentifikasi segmen pelanggan yang menjadi sasaran.
Segmen pelanggan yang diuji berasal dari kelompok ibu rumah tangga,
profesional wanita, profesional pria, dan mahasiswa. Gambar 7 menunjukan
jumlah masing-masing kelompok segmen yang diuji.

Jumlah Responden (Orang)

40

36

35
30
25
19

20
15
10
10
5

2

0
Ibu Rumah
Tangga

Profesional
Wanita

Profesional Pria

Mahasiswa

Gambar 7 Jumlah responden masing-masing kelompok segmen yang diuji
Terdapat perbedaan jumlah responden pada setiap kelompok segmen yang
diuji .Selain itu total jumlah responden yang diuji sebanyak 67 orang sedangkan
menurut Blank dan Dorf (2012), pengujian pengembangan pasar cukup dilakukan
kepada 50 orang. Kedua hal tersebut dilakukan untuk memenuhi informasi yang
dibutuhkan untuk penarikan kesimpulan pengujian masalah.

16
Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat sebanyak 42 orang dari 67
orang (63%) merupakan responden potensial (Lampiran 4). Penilaian potensi
pelanggan ini dilakukan berdasarkan urgensi kebutuhan, intensitas konsumsi
sayur, akses pembelian, tingkat pencarian solusi, dan tingkat kesibukan. Kelima
faktor tersebut dipilih karena merupakan bagian-bagian penting dalam hal
pengambilan keputusan konsumsi sayur. Gambar 8 menunjukan jumlah pelanggan
potensial berdasarkan kelompok segmen.
Ibu Rumah
Tangga
14%

Mahasiswa
21%

Profesional
Wanita
60%

Profesional
Pria
5%
Gambar 8 Persentase jumlah responden potensial berdasarkan kelompok segmen

Berdasarkan hasil tersebut diketahui bahwa profesional wanita lebih
memiliki masalah terkait konsumsi sayuran. Secara naluri wanita ingin
menjalankan peran-peran sesuai kodratnya termasuk memasak. Kondisi ini
kemudian berubah seiring dengan perkembangan jaman. Wanita sudah banyak
terjun di dunia pekerjaan yang setara dengan kaum pria. Perubahan tersebut
dikarenakan adanya usaha untuk pemenuhan kebutuhan. Schiffman dan Kanuk
(2010) memaparkan bahwa manusia setiap manusia secara psikologi berusaha
mencapai berbagai tujuan rasional yang lebih dikenal gaya hidup.
Segmen pelanggan potensial lainnya adalah 2 responden profesional pria
dan 9 responden mahasiswa . Hal ini terjadi karena latar belakang keseharian
mereka yang terbiasa melakukan berbagai hal secara mandiri. Sumarwan (2011)
menyatakan bahwa lingkungan sosial berpengaruh terhadap sikap dan perilaku
manusia. Sedangkan segmen ibu rumah tangga potensial memiliki kebiasaan
yakni menghabiskan waktu untuk berbagai aktivitas di luar rumah , seperti arisan,
senam, dan kegiatan lainnya. Dengan demikian, segmen pelanggan yang akan
diselesaikan permasalahannya berasal dari segmen profesional wanita. Responden
potensial lainnya akan mengikuti hasil dari profesional wanita. Perbaikan kanvas
model bisnis hasil pengujian masalah tertera pada Lampiran 5.

Produk Hasil Pengujian Masalah
Pengujian masalah memberikan informasi mengenai permasalahan yang
dihadapi segmen pelanggan. Masalah tersebut ditransformasikan ke dalam bentuk

17
produk sebagai solusi penyelesaian. Produk tersebut adalah masakan sayur sop
yang dipilih oleh mayoritas responden. Profil produk sayur sop hasil pengujian
masalah (Gambar 9) adalah sebagai berikut :
1. Proses pembuatan produk terdiri dari beberapa tahapan, yakni pengupasan,
pemotongan, pencucian, dan perlakuan teknologi khusus berupa coating pati
sagu. Coating bertujuan untuk melapisi sayuran dan menekan respirasi
sayuran sehingga tidak mudah layu.
2. Penyimpanan produk berubah menjadi penyimpanan suhu sejuk (4oC-10oC).
Suhu beku memiliki isu berpengawet yang dihindari oleh responden. Selain
itu penyimpanan beku membutuhkan biaya yang lebih tinggi. Perubahan
kondisi penyimpanan juga didukung oleh kebiasaan pelanggan dalam
menyimpan sayuran segar yakni pada suhu lemari pendingin biasa dan waktu
simpan produk yang diharapkan bertahan untuk satu minggu.
3. Produk dikemas dalam kemasan cling wrap. Kemasan jenis ini banyak
diaplikasikan pada produk sayuran di pasar swalayan. Kemasan cling wrap
memiliki bahan pembentuk yakni PVC dengan keunggulan kuat tarik tinggi
dan tidak mudah sobek, serta permeabilitas gas dan air rendah (Yuyun dan
Gunarsa 2011).

Gambar 9 Produk sayur sop dalam kemasan cling wrap hasil pengujian
masalah

Hasil Pengujian Solusi
Pengujian solusi merupakan tahapan ketiga customer discovery untuk
menguji apakah solusi yang ditawarkan sudah menyelesaikan masalah dan dapat
menarik segmen pelanggan (Blank dan Dorf 2012). Pengujian ini terlebih dahulu
diawali dengan perbaikan kanvas model bisnis hasil pengujian masalah dan
dilanjutkan dengan evaluasi terhadap solusi yang dihasilkan. Responden yang
dipilih dalam pengujian solusi merupakan campuran dari responden pengujian
masalah potensial dan responden baru yang memiliki karakteristik serupa. Hasil
pengujian solusi dijelaskan pada Lampiran 6. Tahapan ini juga memerlukan
penasihat yang berfungsi untuk membimbing dan mengevaluasi fitur produk.

18
Evaluasi Terhadap Proposisi Nilai dan Segmen Pelanggan

Jumlah Responden (Orang)

Terdapat 5 buah proposisi nilai yang disematkan pada produk, yakni
kesegaran, waktu pengolahan cepat, proses pengolahan sederhana, kebersihan,
dan nutrisi yang terjaga. Hasil evaluasi terhadap produk yang dinilai dari
pencapaian proposisi nilainya diperlihatkan pada Gambar 10.
50
45
40
35
30
25
20
15
10
5
0

43

40

38

12
7

Kesegaran
selama
penyimpanan

Waktu
pengolahan
singkat
Tercapai

38

12

10

Proses
Pengolahan
Sederhana

Kebersihan

Tidak Tercapai

Gambar 10 Evaluasi responden terhadap proposisi nilai
Hasil di atas menerangkan bahwa lebih dari 75 % responden setuju bahwa
produk yang ditawarkan telah memenuhi setiap proposisi nilai yang ingin dicapai.
Adapun beberapa responden yang tidak setuju dengan pencapaian proposisi nilai
ini memiliki alasan yang beragam. Nilai kesegaran dan kebersihan dianggap
belum tercapai karena terdapat beberapa pelanggan yang memiliki standar
penilaian yang tinggi, sehingga tidak menghendaki perubahan alami yang terjadi
pada sayuran dan adanya kotoran sedikitpun. Sedangkan untuk nilai waktu yang
cepat dan pengolahan yang lebih sederhana dianggap belum tercapai karena
responden-responden tersebut menganggap waktu yang diperlukan masih cukup
menyita waktu karena harus melewati satu tahapan proses lagi yakni perebusan.
Responden menginginkan produk yang siap konsumsi dengan dipanaskan di
dalam microwave ataupun produk yang cukup ditambah air panas.
Selain itu, terdapat satu proposisi nilai yang sulit untuk dievaluasi yakni
nilai nutrisi yang terjaga karena tidak mungkin dinilai secara visual. Nilai nutrisi
dapat dievaluasi dengan cara analisis proksimat dan uji gizi. Namun, nilai tersebut
tidak dihapuskan. Nilai lain yang kembali muncul adalah tingkat keseragaman
kematangan sayuran. Akan tetapi hanya 5 orang responden yang menyebutkan
nilai tersebut sehingga belum cukup kuat untuk menambahkan nilai baru.
Hasil lainnya adalah bahwa 100 % responden sepakat bahwa solusi
tersebut tepat ditujukan bagi profesional wanita. Walaupun demikian produk
solusi ini tidak menutup kemungkinan untuk dikonsumsi oleh berbagai segmen
pelanggan. Pada pengujian solusi ini juga terdapat penajaman segmen pelanggan
berdasarkan kelas ekonomi. Menurut Sumarwan (2011) variable kelas ekonomi

19
ditentukan dari status pekerjaan, pendapatan atau pengeluaran, dan kepemilikan
harta benda. Masyarakat menurut jenis kategori kelas lima strata terdiri dari
masyarakat bawah, menengah bawah, menengah, menengah atas dan atas
(Schiffman dan Kanuk 2000). Segmen pelanggan yang menjadi sasaran adalah
profesional wanita kelas menengah atas dan atas. Perbaikan kanvas model bisnis
ini tercantum pada Lampiran 7.

Evaluasi Komposisi, Tampilan, dan Fitur Produk
Sayur sop dipilih sebagai solusi dari hasil pengujian masalah. Sayur sop
ini terdiri dari kentang, wortel, buncis, dan kubis. Hasil evaluasi komposisi
menunjukan bahwa 4 jenis sayuran tersebut disetujui oleh sebagian besar
responden (Gambar 11). Responden yang tidak setuju menganggap bahwa
komponen sayuran yang seharusnya dimasukkan kedalam MVP solusi tidak
hanya terdiri dari 4 jenis sayuran itu saja. Bahan lain yang diinginkan oleh
beberapa pelanggan, yakni tomat, seledri, daun bawang, jagung, kacang merah,
dan bawang goreng.

Tidak
Setuju
18%

Setuju
82%

Gambar 11 Persentase penerimaan pelanggan terhadap komposisi sayuran utama
Selanjutnya, sebagian besar responden setuju dengan bentuk dan ukuran
sayuran dari produk yang ditawarkan (Gambar 12). Mereka menganggap bentuk
dan ukuran yang diajukan sudah seperti tampilan masakan sayur sop pada
umumnya. Sedangkan beberapa responden yang tidak setuju menyatakan bahwa
perlu adanya kreasi dalam pemotongan sayuran untuk meningkatkan ketertarikan
mereka untuk membeli produk tersebut. Kemudian responden dimintai tanggapan
terkait penambahan bahan pelengkap non sayuran, penambahan bumbu, dan bobot
satu kemasan.

20

Tidak
Setuju
28%
Setuju
72%

Gambar 12 Persentase penerimaan pelanggan terhadap bentuk dan ukuran sayuran
Bahan pelengkap non sayuran diinginkan oleh lebih dari 50 % responden
(Gambar 13). Bahan pelengkap tersebut antara lain daging, ayam, sosis, bakso,
jamur, dan seafood. Bahan pelengkap tersebut dianggap oleh responden dapat
menambah cita rasa sayur sop. Akan tetapi keinginan responden terhadap bahan
pelengkap non sayuran ini belum dapat dipenuhi karena diperlukan kajian yang
lebih mendalam dalam hal pengembangan produknya.
Bumbu merupakan bahan yang memberikan gambaran rasa produk yang
dihasilkan. Penambahan bumbu diinginkan oleh lebih dari 70% responden
(Gambar 14). Alasan diperlukannya bumbu dalam produk tersebut adalah karena
pengolahan bumbu juga dianggap rumit dan membutuhkan waktu. Pada produk
ini bumbu berbentuk pasta dipilih karena menyesuaikan kebutuhan pelanggan
yang menginginkan produk disimpan selama satu minggu. Bumbu serbuk
memiliki masa simpan yang lebih panjang dan membutuhkan biaya pengolahan
yang lebih besar.
Produk ini secara keseluruhan memiliki bobot 250 g per kemasan. Hal
tersebut disesuaikan dengan kebutuhan sayur harian yang dianjurkan oleh FDA
yakni 225 – 375 g per orang per hari. Hasil pada Gambar 15 menunjukan bahwa
lebih dari 80 % responden setuju dengan bobot 250 g, sedangkan sisanya
menginginkan bobot yang lebih dari 250 g. Bobot produk yang lebih dari 250 g
dapat dijadikan solusi untuk konsumsi keluarga besar (lebih dari 2 orang).

Tidak
perlu
44%

Perlu
56%

Gambar 13 Persentase kebutuhan bahan pelengkap non sayuran

21

Tidak
Perlu
30%
Perlu
70%

Gambar 14 Persentase kebutuhan bumbu
Tidak
Setuju
18%

Setuju
82%

Gambar 15 Persentase penerimaan pelanggan terhadap bobot produk solusi
Produk yang dihasilkan kemudian dikemas. Pemilihan bahan kemasan
dilakukan dengan mempertimabangkan beberapa faktor, yakni keamanan produk
dari kontaminasi, peluang kerusakan produk, dan estetika produk. Alternatif
kemasan yang ditawarkan kepada pelanggan adalah kemasan cling warp dan
kemasan hampa udara vakum. Gambar 16 menunjukan penerimaan pelanggan
terhadap kemasan produk solusi.

Keduanya
34%

Vakum
50%

Cling Wrap
16%

Gambar 16 Penerimaan pelanggan terhadap kemasan produk

22
Berdasarkaan hasil terseebut maka dipilih
d
kemassan vakum untuk
u
produkk ini.
kan semua udara di dalam
d
Pengemasan vakuum dilakukan dengan mengeluark
kemassan. Kemasaan vakum dappat meningkkatkan umur simpan prodduk solusi.

Produ
uk Hasil Pen
ngujian Solu
usi
Pengujian solusi mem
mberikan m
masukan meengenai fituur dan tam
mpilan
produkk. Teknologi proses pem
mbuatan punn terus berubbah selama ppenelitian saampai
dihasillkan produkk terbaik hasil
h
penguj
ujian solusi (Gambar 17). Perubaahanperubaahan tersebuut adalah sebbagai berikutt:
1. Peerlakuan tekknologi berub
bah dari coaating menjaddi perendaman menggunnakan
accidulant asam
m sitrat 2