Pengembangan Pasar Produk Asinan Bogor dengan Metode Riset Aksi. Dibimbing

PENGEMBANGAN PASAR PRODUK ASINAN BOGOR
DENGAN METODE RISET AKSI

MAWARDI KARTASASMITA

DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Pengembangan Pasar
Produk Asinan Bogor dengan Metode Riset Aksi” adalah karya saya dengan arahan
komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan
tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.


Bogor, Juni 2014

Mawardi Kartasasmita
NIM F34100075

ABSTRAK
MAWARDI KARTASASMITA. Pengembangan Pasar Produk Asinan Bogor
dengan Metode Riset Aksi. Dibimbing oleh ONO SUPARNO dan AJI
HERMAWAN
Asinan Bogor merupakan salah satu kuliner Kota Bogor yang banyak disukai
oleh masyarakat. Akan tetapi, produk ini jarang dijadikan sebagai produk oleh-oleh
terutama bagi wisatawan yang berdomisili jauh. Penelitian ini bertujuan untuk
mendapatkan model bisnis terbaik dengan pendekatan metode riset aksi dalam
pengembangan pasar produk asinan Bogor. Data dalam penelitian ini, dikumpulkan
dengan metode wawancara kepada 50 responden wisatawan untuk dilakukan
pengujian permasalahan dan pengujian solusi terhadap produk asinan Bogor.
Berdasarkan pengujian didapat 72% responden adalah konsumen potensial yang
memiliki permasalahan mengenai produk asinan Bogor. Permasalahan tersebut
diantaranya kekhawatiran konsumen terhadap kemasan yang mudah bocor,

kurangnya kehigienisan produk, ketidakpraktisan, ketidakkonsistenan produk
(terhadap rasa, volume, ukuran buah, serta tekstur buah), umur simpan yang
pendek, serta kemasan yang kurang menarik membuat produk ini jarang diminati
sebagai produk oleh-oleh. Berdasarkan permasalahan tersebut dirancang model
bisnis yang sesuai dengan kebutuhan konsumen. Hasil dari model bisnis tersebut,
sebanyak 92% responden menyatakan pengembangan produk asinan Bogor yang
diberi merek Asinan Kujang sudah tepat sebagai produk oleh-oleh.
Kata kunci : asinan Bogor, model bisnis, pengembangan pasar, riset aksi
ABSTRACT
MAWARDI KARTASASMITA. Market Development of “asinan Bogor” Product
By the Action Research Method. Supervised by ONO SUPARNO and AJI
HERMAWAN
“Asinan Bogor” is one of an authentic cuisine from Bogor, which is favoured
by many people. However, the product is rarely used as a gift especially for travelers
who live far away. The objective of the study was to obtain the best business model
by the action research method approach in “asinan Bogor” market development.
Data were collected by interview method to 50 travelers coming to Bogor, in order
to problem and solution tests on the product. Based on the problem test, 72% of
the respondents were potential consumers having concerns about the product. The
problems were consumer concerns on packaging, i.e. easy to leak, unhigiene

product, product inconsistency (taste, volume, size, and texture of the fruit), a short
shelf life, and less attractive packaging, making the product not common as gift or
souvenir. Based on problem test result, business models were designed to suit the
needs of the consumers. The result of the business model was 92% of respondents
stated that the product branded as “Asinan Kujang” has been suitable as an
indigenous Bogor souvenir.
Key words : asinan Bogor, business model, market development, action research.

PENGEMBANGAN PASAR PRODUK ASINAN BOGOR
DENGAN METODE RISET AKSI

MAWARDI KARTASASMITA

Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknologi Pertanian
pada
Departemen Teknologi Industri Pertanian

DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PRAKATA
Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas
segala berkah dan kesempatan yang diberikan-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Pengembangan Pasar Produk
Asinan Bogor dengan Metode Riset Aksi”. Karya tulis ini dibuat sebagai salah satu
syarat untuk memperoleh gelar sarjana Teknologi Pertanian, pada Departemen
Teknologi Industri Pertanian, IPB.
Penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan teristimewa kepada :
1. Kedua orangtua, Alm. Bapak Achmad Purkon dan Ibu Sadi’ah, Kakak yaitu
Puja Lestari, Harti, dan Alm. Reni Suryanita yang sampai detik ini membuat
saya selalu bersemangat dan termotivasi untuk selalu berkarya dan bekerja
keras.
2. Bapak Prof Dr Ono Suparno, STP, MT dan Dr Ir Aji Hermawan, MM selaku
Pembimbing Akademik yang telah senantiasa membimbing penulis selama
keseluruhan penyusunan skripsi.

3. Lembaga Recognition and Mentoring Program (RAMP) IPB sebagai pihak
yang mendanai sekaligus memberikan arahan dalam penelitian ini.
4. Lembaga Yayasan Karya Salemba Empat yang memberikan beasiswa
kepada penulis selama menempuh pendidikan Strata 1 di IPB.
5. Kedua rekan saya yaitu, Khairunnisa rekan satu tim dalam pengembangan
pasar dan produk asinan Bogor serta Andino Yudho Pratomo yang selama
penyusunan membantu kami dalam pengembangan produk asinan Bogor.
6. Kepada Ibu Dr Ir Titi Candra Sunarti, MSi selaku dosen TIN, Ibu Egnawati
Sari dan Mba Etty selaku laboran TIN yang senantiasa memberikan
semangat dan bantuannya dalam pembuatan produk.
7. Seluruh keluarga besar TIN 47 atas dukungan, doa, bantuan, kekompakan,
kenangan indah yang membuat penulis selalu bersemangat sampai karya
ilmiah ini selesai.
8. Seluruh teman-teman dan kerabat yang tidak dapat disampaikan satu
persatu.
Demikian karya ilmiah ini dibuat agar diharapkan dapat dimanfaatkan
sebagaimana mestinya.
Bogor, Juni 2014

Mawardi Kartasasmita


DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian
METODE
Pengumpulan Data
Analisis Data
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kanvas Model Bisnis Awal
Ekstraksi Hipotesis Model Bisnis Awal
Ukuran Pasar (Market Size)
Pengujian Permasalahan (Test The Problem)
Pembaharuan Tahap Pertama Kanvas Model Bisnis
Pengujian Solusi (Test The Solution)

Pembaharuan Tahap Kedua Kanvas Model Bisnis
Verifikasi Model Bisnis
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

vi
vi
vi
1
1
2
2
2
3
4
5
5

10
11
12
13
14
19
20
22
22
22
23
24

DAFTAR TABEL
1.
2.
3.
4.

Hipotesis dari model bisnis awal Asinan Kujang

Permasalahan produk asinan Bogor di pasaran
Pembaharuan pertama kanvas model bisnis Asinan Kujang
Daftar solusi yang diberikan untuk menyelesaikan permasalahan
terhadap produk asinan Bogor
5. Pembaharuan tahap kedua kanvas model bisnis Asinan Kujang

10
13
14
15
19

DAFTAR GAMBAR
Proses customer development
Diagram alir pengembangan pasar dengan metode riset aksi
Model bisnis kanvas pengembangan produk asinan Bogor
Ukuran pasar Asinan Kujang
Pasar potensial pengembangan produk asinan Bogor
Produk pengembangan asinan Bogor “Asinan Kujang”
Hasil ketertarikan konsumen terhadap pengujian solusi produk

pengembangan asinan Bogor
8. Kecocokan produk Asinan Kujang sebagai produk oleh-oleh
menurut konsumen
9. Keinginan konsumen terhadap jenis saluran (channel) dalam
penjualan produk asinan kujang
10. Harga yang pantas terhadap produk Asinan Kujang menurut
konsumen
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

2
3
5
12
12

16
16
17
18
18

DAFTAR LAMPIRAN
1. Daftar pertanyaan pengujian terhadap permasalahan produk
asinan Bogor
2. Daftar pertanyaan pengujian solusi pengembangan produk asinan
Bogor
3. Data responden pengujian permasalahan pada produk asinan
Bogor
4. Data responden pengujian solusi pada produk asinan Bogor
5. Analisis biaya produksi Asinan Kujang Kanvas Model Bisnis 1
6. Disain model kanvas versi satu
7. Analisis biaya produksi Asinan Kujang Kanvas Model Bisnis 2
8. Disain model kanvas versi dua
9. Diagram skema penjualan Asinan Kujang sampai ke tangan
konsumen

24
26
28
31
33
35
36
39
40

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Bogor merupakan salah satu kota dan kabupaten di Indonesia yang
memiliki tempat pariwisata yang banyak dikunjungi oleh turis domestik maupun
mancanegara. Menurut Badan Pusat Statistik Indonesia (2012), pada tahun 2011
terdapat 5 259 678 wisatawan, baik domestik maupun mancanegara yang
berkunjung ke objek wisata Kota maupun Kabupaten Bogor. Jumlah wisatawan
tersebut akan terus bertambah dikarenakan bertambahnya jumlah tempat wisata
yang ada di Kota maupun Kabupaten Bogor.
Banyak tempat yang menarik di Bogor seperti Kebun Raya Bogor, Istana
Bogor, Taman Wisata Cibodas, Taman Wisata Matahari, Daerah Puncak Pass,
Daerah Cipanas, dan tempat wisata lainnya. Hal tersebut membuat Bogor memiliki
keanekaragaman cinderamata dan sebagai salah satu pusat jajanan kuliner serta
oleh-oleh di Indonesia. Salah satu kuliner yang terkenal di Bogor adalah Asinan
Bogor. Asinan adalah makanan yang terdiri atas buah dan atau sayur yang
direndam dalam kuah dengan dominasi rasa manis dan asam. Asinan dapat dibuat
dari campuran bahan segar maupun bahan yang dibuat dengan cara pengacaran
(melalui pengasinan dengan garam atau pengasaman dengan cuka).
Menurut Ashadi (2007), Asinan tergolong ke dalam jenis makanan penutup
(dessert) atau sebagai jajanan (snack) yang sifatnya rekreatif. Bahan dasar asinan
dapat berupa buah, sayur, atau campuran keduanya. Asinan sayur terdiri atas tauge,
kubis, sawi, dan mentimun. Asinan buah terdiri atas bengkuang, nanas, pepaya,
kedondong, salak, jambu, mangga, lobi-lobi, dan kacang goreng. Sebagai
pelengkap, terkadang asinan ditambahkan kerupuk yang berwarna kuning. Kuah
asinan dibuat dari air matang, cuka, gula pasir, garam, ebi, dan bumbu lain serta
cabai merah (yang direbus dan digiling). Banyak masyarakat dari berbagai kota
mencari asinan Bogor karena cita rasanya yang khas dan rasanya yang nikmat.
Biasanya asinan Bogor dinikmati ditempat berjualan atau dikemas pada wadah
plastik transparan sehingga umur simpan produk hanya satu sampai dua hari.
Umur simpan produk yang singkat dan ketidakpraktisan produk membuat
produk ini jarang dijadikan oleh-oleh bagi wisatawan yang berdomisili jauh dari
Bogor. Padahal banyak masyarakat yang menyukai asinan dan menginginkan
produk dijadikan sebagai oleh-oleh. Selain itu, rasa rindu akan asinan Bogor bagi
para perantau yang tinggal di luar kota atau luar negeri juga besar tetapi produk
asinan Bogor jarang ada di daerah tersebut. Berdasarkan permasalahan tersebut,
diperlukan proses customer development (pengembangan konsumen) untuk
menemukan kebutuhan atau keinginan konsumen terhadap produk dan jasa yang
akan dipasarkan.
Menurut Blank dan Dorf (2012), customer development adalah kegiatan
mendapatkan model bisnis dengan cara pencarian model (search) dan eksekusi
model (execution). Penelitian ini memokuskan pada bagian pencarian model bisnis
(search) khususnya aktivitas customer discovery. Kegiatan tersebut dilaksanakan
guna mendapatkan model bisnis yang tepat terhadap produk serta mendapatkan
produk yang sesuai dengan keinginan atau kebutuhan konsumen.

2

Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan mendapatkan model bisnis terbaik dengan metode
riset aksi dalam pengembangan produk asinan Bogor. Model bisnis yang dihasilkan
diharapkan dapat menjadi sebuah startup business yang dapat dikembangkan
menjadi sebuah industri.
Ruang Lingkup
Blank dan Dorf (2012) menjelaskan bahwa dalam customer development
terdapat empat langkah yang mendukung semua unsur dalam penyusunan startup
business. Keempat langkah tersebut adalah customer discovery, customer
validation, customer creation, dan customer building. Langkah pertama dan kedua
dalam customer development disebut dengan tahapan pencarian, sedangkan untuk
langkah ketiga dan keempat disebut dengan langkah mengeksekusi. Proses
pengembangan pasar dapat dilihat pada Gambar 1.
Search

Customer
Discovery

Execute

Customer
Validation

Customer
Creation

Company
Building

Gambar 1 Proses customer development (Blank dan Dorf 2012)
Pada penelitian ini, langkah customer discovery dalam tahap pencarian
merupakan fokus penelitian. Tahapan tersebut meliputi penyusunan hipotesis dari
model bisnis awal, pengujian permasalahan (test the problem), pengujian solusi
(test the solution) dan verifikasi model bisnis.

METODE
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode riset aksi (action
research). Dalam metode ini dilakukan pendekatan customer development yang
mengacu pada sembilan elemen bisnis model. Menurut Saunders et al. (2009), riset
aksi adalah metode yang fokus terhadap perubahan yang memiliki tahapan siklus
yaitu melakukan diagnosa masalah, membuat perencanaan, melakukan tindakan,
dan evaluasi sampai mendapatkan perubahan yang sesuai. Perbaikan model bisnis
pada penelitian ini diadaptasi berdasarkan pengembangan pasar menurut Blank dan
Dorf (2012) dengan metode riset aksi yang prosesnya dapat dilihat pada Gambar 2.

3

Mulai

Kanvas model
bisnis awal
Ekstrak
hipotesis
Pengujian
permasalahan
Pembaruan
model bisnis

Pengembangan
produk

Pengujian
solusi
Pembaruan
model bisnis

Tidak
sesuai

Verifikasi :
pivot/proceed
Sesuai
Selesai

Gambar 2 Diagram alir pengembangan pasar dengan metode riset aksi yang
diadaptasi berdasarkan Blank dan Dorf (2012)
Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan wawancara kepada sejumlah
responden yang merupakan pelanggan potensial. Proses wawancara dilakukan dari
tanggal 1 Februari – 20 April 2014 di tempat wisata Kota Bogor yaitu Kebun Raya
Bogor dan salah satu outlet asinan yang terkenal di Bogor. Wawancara dilakukan
untuk mendapatkan data kualitatif dan kuantatif yang mendukung penelitian.
Mekanisme wawancara terbagi atas dua tahap yaitu tahap wawancara pengujian
permasalahan (Lampiran 1) dan tahap pengujian solusi (Lampiran 2). Jenis
pertanyaan yang digunakan pada tahap pengujian permasalahan adalah pertanyaan
terbuka sedangkan untuk tahapan pengujian solusi adalah pertanyaan kombinasi.
Tahap pengumpulan data pertama adalah tahapan pengujian permasalahan.
Tahapan ini bertujuan untuk menguji kebenaran dari hipotesis yang dibuat
mengenai permasalahan yang terjadi terhadap produk. Tahapan ini juga berguna

4

untuk menangkap pengetahuan pelanggan terhadap produk seperti mengapa orang
membeli produk yang ditawarkan, bagaimana mereka menanggapi produk atau
persepsi terhadap produk. Responden yang diwawancarai sejumlah 50 wisatawan
yang akan dikategorisasikan menjadi pelanggan potensial dan tidak potensial. Data
responden pada pengujian permasalahan dapat dilihat pada Lampiran 3.
Tahapan kedua adalah pengujian solusi. Pengujian solusi bertujuan untuk
menguji solusi yang diberikan kepada responden potensial terhadap permasalahan
yang dialami selama mengkonsumsi produk. Jumlah responden yang diwawancarai
adalah 50 responden. Responden tersebut merupakan pelanggan potensial pada
pengujian tahap pertama yang ditambah sampai 50 responden yang memiliki
karakteristik sama. Menurut Blank dan Dorf (2012), setidaknya 50 responden
merupakan jumlah yang sudah memadai. Data responden pada pengujian solusi
dapat dilihat pada Lampiran 4.
Analisis Data
Data yang telah dikumpulkan dari wawancara terhadap responden dianalisis
dengan teknik reduksi dan kategorisasi. Miles dan Huberman (1994), teknik reduksi
data adalah proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan,
pengabstrakan, dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan
tertulis di lapangan. Proses tersebut berlangsung terus menerus selama penelitian
berlangsung. Reduksi data merupakan analisis yang menajamkan, menggolongkan,
mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisasi data dengan cara
sedemikian rupa sehingga kesimpulan akhir dapat diperoleh. Cara reduksi data,
yaitu seleksi ketat terhadap data, membuat ringkasan, atau uraian singkat, dan
menggolongkannya (kategorisasi).
Teknik kategorisasi digunakan untuk menggolongkan jawaban dan
pernyataan dari responden yang merupakan calon konsumen dari produk yang
dikembangkan. Pada penggolongan pelanggan potensial dan tidak potensial,
kategorisasi responden berdasarkan parameter yaitu intensitas konsumsi asinan
Bogor, intensitas pembelian untuk oleh-oleh, berdasarkan kebutuhan terhadap
pengembangan produk asinan Bogor, dan ketertarikan terhadap solusi awal yang
diberikan kepada responden. Parameter tersebut diberikan nilai bobot yang dapat
menentukan batas apakah konsumen tersebut pelanggan potensial atau tidak
potensial. Selain itu, teknik ini dilakukan untuk penggolongan segmentasi pasar dan
tingkatan sosial calon konsumen.
Hasil analisis data dan informasi yang didapatkan akan menentukan pada
tahap penelitian berikutnya. Jika hasil analisis data dan informasi tidak sesuai
dengan model bisnis, dilakukan pivot. Pivot adalah pengulangan atau pengujian
kembali model bisnis kanvas sampai didapatkan model bisnis yang sesuai.

5

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kanvas Model Bisnis Awal
Menurut TIM PPM Manajemen (2012), model bisnis adalah gambaran
hubungan antara keunggulan dan sumber daya yang dimiliki perusahaan, serta
kegiatan-kegiatan yang dilakukan untuk mengakuisisi dan menciptakan nilai
sehingga perusahaan mampu menghasilkan laba. Model bisnis juga dapat
didefinisikan sebagai arsitektur untuk produk, pelayanan termasuk di dalamnya
deskripsi dari aktor-aktor bisnis dan peraturannya, keuntungan potensial untuk
berbagai aktor di dalamnya dan sumber-sumber pendapatan (Timmers 1998).
Osterwalder dan Pigneur (2010) membuat suatu kerangka model bisnis yang
berbentuk kanvas dan terdiri dari sembilan kotak yang berisikan elemen-elemen
yang saling berikatan. Osterwalder dan Pigneur menambahkan bahwa kanvas
model bisnis merupakan sebuah model bisnis yang menggambarkan dasar
pemikiran tentang bagaimana sebuah organisasi atau perusahaan menciptakan,
menyerahkan dan menangkap nilai.
Kanvas model bisnis digambarkan melalui sembilan balok bangunan dasar
yang menunjukkan logika bagaimana sebuah perusahaan bermaksud untuk
menghasilkan uang. Sembilan balok ini mencakup empat bidang utama bisnis yaitu
pelanggan, penawaran, infrastruktur, dan kelayakan keuangan. Kesembilan elemen
dalam model bisnis kanvas tersebut yaitu customer segment, value propositions,
channels, customer relationships, revenue streams, key resources, key activities,
key partners, dan cost structure.
Pada penyusunan model bisnis awal pengembangan produk asinan Bogor,
penelitian ini menggunakan bisnis model kanvas. Gambar 3 merupakan model
bisnis kanvas pengembangan produk asinan Bogor.

Gambar 1 Skema model bisnis kanvas
Gambar 3 Model bisnis kanvas pengembangan produk asinan Bogor

6

Proposisi nilai (value propositions)
Osterwalder dan Pigneur (2010) mendefiniskan bahwa value propositions
merupakan bundling dari sebuah produk atau jasa yang bermanfaat untuk kelompok
pelanggan spesifik tertentu. Tim PPM Manajemen (2012) menjelaskan value
propositions adalah nilai atau manfaat yang ditawarkan perusahaan kepada
pelanggan. Manfaat ini terwujud dalam bentuk sekumpulan produk atau jasa. Value
propositions merupakan alasan mengapa pelanggan memilih produk atau jasa yang
ditawarkan oleh suatu perusahaan dan bukan perusahaan lain.
Asinan Bogor yang menjadi daya tarik makanan Bogor sebelumnya memiliki
value propositions berupa makanan khas yang memiliki cita rasa segar dan nikmat
ketika dikonsumsi. Akan tetapi pengembangan bisnis terhadap asinan Bogor sangat
diperlukan karena masyarakat masih sedikit yang membawa asinan Bogor sebagai
produk oleh-oleh. Hipotesis permasalahan yang terjadi disebabkan ketidakpraktisan
produk asinan Bogor yang terutama terdiri dari cairan sehingga konsumen sulit
untuk membawanya dan umur simpan yang singkat sehingga konsumen masih
enggan untuk membawa untuk oleh-oleh. Selain itu, banyak produk asinan Bogor
yang dijual di pinggir jalan tidak mengutamakan kebersihan. Permasalahanpermasalahan tersebut dapat menjadi peluang bisnis jika dapat diberikan solusi
secara tepat.
Asinan Bogor dalam pengembangan bisnisnya dapat didasarkan atas
penambahan nilai produk. Penambahan nilai produk tersebut dapat menjadi daya
tarik baru terhadap konsumen sekaligus menjawab permasalahan konsumen. Value
propositions dalam model bisnis kanvas awal dari pengembangan produk asinan
Bogor adalah sebagai berikut :
- Praktis, pengembangan produk asinan Bogor didisain untuk memberikan
kepraktisan kepada konsumen sehingga menjawab permasalahan yang
terjadi. Produk asinan Bogor yang salah satu komponen utamanya berupa
cairan, sering menjadi permasalahan yaitu konsumen takut bocor atau
tumpah ketika dibawa bepergian.
- Umur simpan yang panjang sampai satu tahun. Penetapan value
propositions awal yaitu umur simpan yang panjang, didasarkan hipotesis
bahwa asinan Bogor memiliki kekurangan saat ini yaitu umur simpan yang
pendek yaitu satu sampai dua hari.
- Kemasan yang menarik merupakan salah satu value propositions awal yang
diunggulkan. Hal ini dapat menjadi daya tarik konsumen karena dengan
penampilan yang menarik, minat konsumen terhadap produk juga
meningkat serta dapat meninggalkan pasar asinan sebelumnya.
- Kebersihan (higienis) merupakan kelebihan produk untuk menjawab
kekurangan produk asinan Bogor yang dijual di pinggir jalan. Kebersihan
produk asinan Bogor di pinggir jalan diragukan kebersihannya karena
kemungkinan kontaminasi dengan asap kendaraan dan pembuatan asinan
yang tidak menjaga kebersihan.
Segmen pelanggan (customer segments)
Menurut Tim PPM Manajemen (2012), customer segments adalah kelompok
orang atau organisasi yang dituju oleh perusahaan untuk dilayani. Elemen customer
segments menjelaskan siapa saja yang akan menjadi target pasar dari produk atau
jasa yang ditawarkan. Blank dan Dorf (2012) membagi pasar yang akan menjadi

7

target dari produk perusahaan kedalam empat tipe, yaitu pasar tebuka (existing
market), pasar segmentasi (resegmented market/niche market), pasar baru (new
market), dan pasar tiruan (clone market). Masing-masing pasar ini memerlukan
spesifikasi persaingan tertentu.
Asinan Bogor awalnya menyentuh pasar wisatawan maupun penduduk lokal
yang menyukai produk asinan Bogor. Akan tetapi, wisatawan lebih cenderung
menikmati asinan Bogor di tempat pembelian dari pada membelinya sebagai oleholeh. Asinan Bogor juga menurun penjualannya dikarenakan banyak pasar baru
yaitu produk oleh-oleh yang lebih praktis dan menjadi makanan khas baru Kota
Bogor. Berdasarkan jenis pasar menurut Blank dan Dorf (2012), pengembangan
produk asinan Bogor tergolong pasar terbuka (existing market). Hal tersebut
dikarenakan produk asinan Bogor sebelumnya sudah terkenal tetapi diperlukan
keunggulan atau kelebihan produk yang lebih baik agar dapat bersaing di pasaran.
Berdasarkan value propositions yang diberikan, pengembangan produk
asinan Bogor dapat menyentuh kembali wisatawan Bogor yang menginginkan
asinan Bogor sebagai oleh-oleh. Jumlah wisatawan yang terus meningkat serta
Bogor yang terletak diantara dua kota besar yaitu Jakarta dan Bandung merupakan
peluang yang besar untuk usaha bisnis produk oleh-oleh. Akan tetapi karena produk
asinan Bogor termasuk produk existing market, ancaman terbesar pun datang dari
pemain lama.
Saluran (channels)
Channels merupakan sarana bagi perusahaan untuk menyampaikan value
proposition kepada customer segment yang dilayani. Channels adalah saluran untuk
berhubungan dengan para pelanggan. Komunikasi, distribusi, dan jaringan penjual
atau sales merupakan salah satu usaha perusahaan untuk berkomunikasi dengan
pelanggan. Channels memainkan peranan yang penting dalam pengalaman
pelanggan. Sistem penjualan dalam model bisnis kanvas awal pengembangan
produk asinan Bogor adalah secara direct selling, penjualan melalui toko oleh-oleh,
swalayan, mini market, dan supermarket. Sistem penjualan tersebut dipilih agar
konsumen dan produsen memiliki saluran penjualan yang mudah.
Hubungan pelanggan (customer relationships)
Blank dan Dorf (2012) menjelaskan customer relationships adalah cara
bagaimana perusahaan menjalin hubungan baik dengan pelanggannya. Ada tiga
prinsip penting dalam customer relationship ini yaitu “Get, Keep, and Grow”. Get
yang dimaksudkan adalah getting customers, yaitu upaya mengarahkan konsumen
pada saluran penjualan produk perusahaan. Tahapan berikutnya adalah Keep
(keeping customers), upaya menjaga pelanggan yang sudah didapatkan untuk terus
percaya dan berlangganan kepada produk/jasa yang kita tawarkan. Kemudian yang
ketiga yaitu Grow (growing customers), adalah upaya memperbanyak pelanggan
untuk meningkatkan penjualan. Dalam menjaga hubungan antara konsumen dengan
produsen, produk pengembangan asinan Bogor perlu dilakukan beberapa kegiatan
yaitu:
Mendapatkan pelanggan (get customers)
Untuk mendapatkan konsumen, hal yang utama dilakukan adalah dengan
cara melakukan promosi. Mekanisme promosi dapat dilakukan melalui media iklan
baik pada media jejaring sosial, website dan sebagainya; melalui kegiatan pameran
(bazaar) yang diselenggarakan Dinas Pariwisata Kota dan Kabupaten Bogor;

8

maupun promosi secara langsung kepada konsumen. Penyediaan stand penjualan
pada beberapa tempat wisata di Bogor dengan memberikan tester merupakan salah
satu cara awal dalam melakukan promosi produk.
Mempertahankan pelanggan (keep customer)
Cara untuk mempertahankan pelanggan yang utama adalah dengan cara
memberikan loyalitas dalam bentuk perhatian kepada konsumen. Pemberian
loyalitas terhadap konsumen dapat diterapkan dengan cara mempertahankan serta
meningkatkan mutu dan inovasi terhadap produk asinan Bogor. Sedangkan bentuk
perhatian dapat dilakukan dengan memberikan layanan saran dan kesan terhadap
produk pengembangan asinan Bogor.
Memperbesar jumlah pelanggan (grow customer)
Dalam memperbesar jumlah pelanggan dapat dilakukan dengan cara
melakukan inovasi dalam mengembangkan produk yang sesuai dengan kebutuhan
konsumen. Hubungan antara penyebaran promosi, memberikan loyalitas terhadap
konsumen, serta melakukan inovasi produk yang sesuai dengan kebutuhan
konsumen dapat memperbesar jumlah konsumen karena dapat menarik konsumen
pasar lain.
Aliran pendapatan (revenue streams)
Revenue streams adalah pendapatan yang diterima perusahaan dari masingmasing segmen pasar yang biasanya diukur dalam bentuk uang yang diterima
perusahaan dari pelanggan. Osterwalder dan Pigneur (2010) menjelaskan bahwa
Revenue stream sama istilahnya dengan arus pendapatan yang menggambarkan
uang tunai yang dihasilkan perusahaan dari masing-masing segmen pelanggan. Jika
kepuasan pelanggan adalah jantung dari sebuah model bisnis, maka revenue
streams adalah pembuluh arterinya.
Revenue streams utama dari produk pengembangan asinan Bogor adalah
penjualan asinan buah. Pada bisnis model pertama, harga yang ditawarkan adalah
Rp 15 000 dengan ukuran setiap kemasan 180 gram buah dengan 100 ml cuka
asinan atau setara dengan satu mangkuk asinan. Buah yang ditawarkan dalam
produk pengembangan asinan Bogor adalah buah nanas, kedondong, bengkuang,
dan pepaya. Penetapan harga (pricing) awal dilakukan dengan menetapkan harga
produk pengembangan asinan Bogor lebih murah dari pada asinan Bogor yang
terkenal di daerah Bogor. Hal tersebut dilakukan agar terjadi perpindahan
konsumen dari produk asinan Bogor lama ke produk pengembangan asinan Bogor.
Sumberdaya kunci (key resources)
Key resources merupakan sumberdaya utama yang harus dimiliki perusahaan
untuk menjalankan bisnis. Umumnya sumberdaya yang dibutuhkan berupa
sumberdaya manusia, teknologi, finansial dan sumberdaya fisik (bahan baku dan
raw materials lainnya). Sumber daya memungkinkan perusahaan untuk
menciptakan dan menawarkan value proposition, mencapai pasar, menjaga
hubungan dengan segmen pelanggan, dan memperoleh pendapatan. Selain itu,
merek (brand) merupakan salah satu dari key resources. Menurut Hanani (2012),
penggunaan merek dagang juga berfungsi sebagai pembeda terhadap produkproduk pesaing yang ada.
Key resources dari model bisnis awal produk pengembangan asinan Bogor
adalah ketersediaan bahan baku yaitu, buah-buahan segar yang terdiri atas nanas,

9

bengkuang, kedondong, dan pepaya, bahan baku pelengkap atau tambahan, mesin
dan ruang pabrik untuk produksi, sumber daya manusia, media pemasaran, serta
merek (brand) yang berfungsi sebagai pembeda dari produk asinan Bogor lainnya.
Merek dagang dari pengembangan produk asinan Bogor ini adalah Asinan Kujang.
Asinan Kujang diambil dari kata kujang yang merupakan senjata khas Jawa Barat
yang juga merupakan simbol kota Bogor. Asinan Kujang diharapkan dapat
menyayingi asinan Bogor yang sudah terkenal di pasaran.
Aktivitas kunci (key activities)
Key activities adalah aktivitas utama yang harus dikuasai perusahaan untuk
menjalankan bisnis. Dalam industri manufaktur (manufacture industries)
komponen aktivitas terbagi menjadi tiga bagian yaitu pengadaan bahan baku,
proses, dan pemasaran. Pada aktivitas pengadaan bahan baku, diusahakan rantai
pasok berjalan efisien dan efektif supaya biaya yang dikeluarkan bisa ditekan
seminimal mungkin. Kunci aktivitas proses lebih kepada optimasi pengolahan
menyangkut optimasi energi, waktu, dan tenaga kerja. Sedangkan pada aktivitas
pemasaran, hal yang harus diperhatikan adalah efisiensi pada saluran distribusi. Hal
ini penting karena aktivitas pendistribusian barang mencakup biaya yang paling
besar dari keseluruhan aktivitas pemasaran.
Aktivitas utama dalam produk asinan Bogor (Asinan Kujang) adalah
penyediaan bahan baku berupa buah dari petani buah, penyediaan bahan tambahan
pangan dari pemasok, penyediaan kemasan primer maupun sekunder, proses
produksi produk Asinan Kujang, pemasaran dan distribusi, pengembangan produk,
serta melakukan kerjasama dengan tempat atau Dinas Pariwisata Kota maupun
Kabupaten Bogor. Seluruh kegiatan aktivitas kunci tersebut bersinergis untuk
menjalankan roda bisnis.
Kemitraan (key partner)
Mitra (partner) dalam bisnis model adalah sosok perantara yang bukan miliki
perusahaan namun berperan dalam mengubah produk/nilai menjadi uang. Menurut
Blank dan Dorf (2012), secara umum ada empat jenis hubungan kerjasama dalam
bisnis yang harus dimiliki perusahaan untuk memenuhi kebutuhan pada kondisi
tertentu yaitu startegic alliance, joint new business development effort, coopetition,
key supplier relationships. Strategic alliance umumnya digunakan antar
perusahaan yang tidak memiliki hubungan persaingan. Kerjasama dimaksudkan
untuk melengkapi produk/jasa masing-masing supaya lebih memiliki kekuatan
pasar.
Joint new business development effort dapat diterapkan pada perusahaan yang
baru saja memulai start-up bisnisnya, namun strategi ini akan lebih efektif jika
produk/jasa yang ditawarkan sudah memiliki identitas dan merek dagang yang
jelas. Strategi coopetition banyak terjadi setelah perusahaan melewati masa startup
bisnisnya. Strategi ini dimaksudkan untuk menjaga kendali pasar, biasanya berupa
surat-surat perjanjian antar kompetitor. Key supplier relationship bisa diartikan
sebagai bentuk kerjasama yang harus ada untuk semua perusahaan baik yang masih
tahap startup maupun yang sudah sustain.
Dalam bisnis Asinan Kujang, jenis mitra yang dilakukan adalah key supplier
relationship. Beberapa mitra yang bekerja sama dengan Asinan Kujang adalah
supplier buah lokal yaitu buah nanas, bengkuang, kedondong, dan pepaya yang

10

berasal dari petani, supplier bahan tambahan pangan dari pemasok, tempat wisata
atau dinas pariwisata Kota dan Kabupaten Bogor.
Struktur biaya (cost structure)
Cost structure adalah bagian dalam elemen model bisnis kanvas yang
menjelaskan semua biaya yang muncul ketika mengoperasikan model bisnis
tertentu. Kegiatan menciptakan dan memberikan nilai, mempertahankan hubungan
pelanggan, dan menghasilkan pendapatan menyebabkan timbulnya biaya.
Perhitungan biaya semacam ini relatif lebih mudah setelah sumberdaya utama,
aktivitas-aktivitas kunci, dan kemitraan utama ditentukan (Osterwalder dan Pigneur
2010).
Metode yang digunakan dalam analisis cost structure pada usaha Asinan
Kujang menggunakan full costing. Full costing menghitung seluruh komponen
biaya yang mempengaruhi harga jual produk. Full costing menurut Mulyadi (2005)
adalah metode penentuan harga pokok produksi, yang membebankan seluruh biaya
produksi, yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya
overhead pabrik, biaya yang berprilaku tetap maupun variabel. Dalam usaha asinan
kujang, seluruh pengeluaran biaya dalam menjalankan usaha dihitung agar
mendapatkan nilai harga pokok dari produk Asinan Kujang.

Ekstraksi Hipotesis Model Bisnis Awal
Ekstraksi hipotesis model bisnis awal dilakukan untuk dasar pemikiran dalam
tahap pengujian permasalahan. Hipotesis ini juga dapat menentukan perkiraan
terhadap calon konsumen, mitra, maupun stakeholder lainnya mengenai bisnis yang
akan dikembangkan. Hipotesis model bisnis produk Asinan Kujang disajikan pada
Tabel 1.
Tabel 1 Hipotesis dari model bisnis awal Asinan Kujang
Komponen
Hipotesis
Value proposition
 Produk oleh-oleh yang praktis
 Umur simpan produk yang panjang
mencapai 1 tahun
 Kemasan produk yang menarik
 Produk yang higienis
Customer segment
Channel

Customer relationship

Wisatawan Bogor yang ingin membawa
oleh-oleh khas Bogor.
Secara direct selling, melalui toko oleholeh, swalayan, minimarket dan
supermarket.
Melalui promosi, interaksi kepada
konsumen, loyalitas, perhatian kepada
konsumen, riset pasar, serta pengembangan
produk.

11

Tabel 1 Hipotesis dari model bisnis awal Asinan Kujang (lanjutan)
Komponen
Hipotesis
Key resources
Bahan baku buah (nanas, bengkuang,
kedondong, dan pepaya), bahan tambahan
pangan, mesin dan pabrik, kemasan yang
menarik, sumber daya manusia, brand, dan
media pemasaran.
Key activities
Pembelian bahan baku, proses produksi,
pemasaran dan distribusi, serta
pengembangan bahan baku.
Key partners
Supplier buah dan bahan tambahan
pangan, supplier kemasan, tempat oleholeh khas Bogor, Dinas Pariwisata Kota
dan Kabupaten Bogor.
Revenue and pricing
Biaya penjualan Rp 15 000/ kemasan.
Cost structure
Harga pokok produksi per kemasan.

Ukuran Pasar (Market Size)
Ukuran pasar (market size) merupakan sebuah gambaran pasar dari sebuah
usaha yang dimana mengukur seberapa besar kemampuan produk atau jasa dalam
menguasai pasar. Dalam langkah awal membentuk bisnis diperlukan hipotesis
ukuran pasar. Menurut Blank dan Dorf (2012), Hipotesis ukuran pasar dapat
membantu produsen dalam mengukur peluang pasar yang tersedia. Asinan Kujang
dalam hipotesis awalnya mengukur peluang pasar berdasarkan total addressable
market, served available market, dan target market. Gambaran pasar Asinan
Kujang secara garis besar dapat dilihat pada Gambar 4.
Total Addressable Market
Pasar utama pada produk Asinan Kujang adalah wisatawan yang
mengunjungi Kabupaten maupun Kota Bogor. Berdasarkan Badan Pusat Statistik
(2012), wisatawan Kabupaten dan Kota Bogor pada tahun 2011 berjumlah
5 259 678 orang. Hal ini akan terus meningkat dikarenakan banyak tempat wisata
baru yang ada di Kabupaten maupun Kota Bogor. Berdasarkan pengujian
pertanyaan kepada responden yang mengunjungi tempat pariwisata maupun toko
oleh-oleh di Bogor terdapat 86% diantaranya menyukai produk asinan sedangkan
12% responden biasa saja dan 2% tidak suka asinan Bogor. Data persentase
kesukaan terhadap produk yang dikalikan dengan jumlah wisatawan Bogor,
terdapat 4 523 323 orang yang menyukai produk asinan Bogor. Data tersebut senilai
pembelian 9 046 646 pouch per tahun jika diasumsikan satu wisatawan membeli
dua pouch asinan atau senilai Rp 135 699 690 000 per tahun jika hipotesis harga
awal asinan Rp 15 000 per pouch.
Served Available Market
Served available market dari produk asinan Bogor dihitung dari hasil
pengujian pasar potensial produk pengembangan asinan Bogor. Berdasarkan
pengujian terdapat 72% pasar potensial pengembangan produk asinan Bogor

12

sedangkan sisanya yaitu 28% tidak potensial. Hal tersebut berarti jika pasar
potensial dikalikan dengan total addressable market terdapat 3 256 792 orang yang
berpotensi untuk membeli produk pengembangan asinan Bogor. Data tersebut
setara dengan pembelian 6 513 584 pouch per tahun atau pendapatan senilai
Rp 97 703 760 000 per tahun.
Target Market
Target market dari produk asinan kujang adalah 10% dari served available
market. Nilai tersebut diasumsikan berdasarkan target yang dapat dipenuhi oleh
produsen dalam melayani konsumen. Jumlah target market setara dengan 325 679
orang. Maka jika dihitung, total penjualan per tahun yaitu 10% dikalikan served
available market dapat mencapai 651 358 pouch atau senilai pendapatan
Rp 9 770 370 000 per tahun.
Total Addressable Market
Target Market

Pada tahun 2011, wisatawan Kota dan
Kabupaten Bogor sejumlah 5.259.678
orang
Sumber : Badan Pusat Stasistik (2012)

MARKET
Sejumlah 86% dari 50 responden yang
diwawancarai secara acak menyukai
asinan Bogor

Pasar yang dapat
dilayani sejumlah
10%

Served Available Market
Sejumlah 72% dari 50 responden
merupakan pasar potensial
pengembangan produk asinan
Bogor

Gambar 4 Ukuran pasar Asinan Kujang

Pengujian Permasalahan (Test The Problem)
Pengujian permasalahan dilakukan untuk mengetahui informasi mengenai
data permasalahan yang dialami oleh konsumen. Pengujian permasalahan
dilakukan kepada 50 responden yang akan menjadi responden potensial
pengembangan produk asianan Bogor. Data permasalahan tersebut mengenai
masalah-masalah yang dialami konsumen sewaktu membeli asinan Bogor sampai
asinan Bogor tersebut sudah dikonsumsi. Data permasalahan tersebut dapat dilihat
pada Tabel 2 sedangkan data potensial dapat dilihat pada Gambar 5.
Tidak
potensial
28%

Potensial
72%

Gambar 5 Pasar potensial pengembangan produk asinan Bogor

13

Berdasarkan hasil wawancara, terdapat 72% responden adalah konsumen
potensial produk pengembangan asinan Bogor sedangkan 28% responden tidak
potensial. Responden dinyatakan konsumen potensial jika responden tersebut
mempunyai permasalahan selama membeli atau mengkonsumsi asinan Bogor
sehingga membutuhkan penyelesaian atau solusi yang dapat mengatasinya. Selain
itu, dilihat juga dari intensitas konsumsi, intensitas pembelian untuk oleh-oleh, serta
ketertarikan atas penyelesaian permasalahan yang diberikan. Hasil wawancara
responden diberikan bobot berdasarkan parameter untuk menunjukkan batas nilai
tercapainya responden dapat dikatakan sebagai konsumen potensial.
Tabel 2 Permasalahan produk asinan Bogor di pasaran
No.

Jenis permasalahan

1 Takut kemasan bocor
2 Kurang higienis (kebersihan) dan takut bahan pengawet
serta pemanis buatan
3 Kurang praktis
4 Produk asinan yang tidak konsisten (rasa, volume, ukuran
buah, dan tekstur buah)
5 Umur simpan yang pendek
6 Kemasan kurang menarik
7 Keraguan kehalalan
8 Butuh mencantumkan tanggal produksi dan Exp date
9 Kurang promosi
10 Harga mahal
11 Plastik yang digunakan terlalu banyak dan jadi sampah
12 Ikatan baja hampir termakan
13 Takut migrasi plastik yang membahayakan

Frekuensi
(jumlah
responden)
29
28
22
18
17
14
3
3
2
2
1
1
1

Hasil pengujian permasalahan (test the problem), menujukan terdapat 13
permasalahan yang dialami oleh konsumen. Permasalahan tersebut diurutkan
berdasarkan frekuensi terbesar sampai terkecil sehingga dapat diurutkan
permasalahan mana yang paling penting untuk diselesaikan. Berdasarkan 13
permasalahan tersebut, terdapat 6 permasalahan yang frekuensinya lebih besar dari
frekuensi masalah lainnya. Permasalahan tersebut merupakan permasalahan yang
utama yang dapat diselesaikan sehingga terciptanya produk asinan Bogor yang
dapat menyelesaikan permasalahan konsumen.
Pembaruan Tahap Pertama Kanvas Model Bisnis
Pada tahap ini dilakukan pembaharuan model bisnis berdasarkan hasil
pengujian permasalahan (test the problem). Pembaharuan kanvas model bisnis
merupakan modal untuk membuat pengembangan produk yang dibutuhkan oleh
konsumen. Selain itu, model bisnis yang sudah diperbaharui menjadi dasar untuk

14

pengujian selanjutnya sampai didapatkan model bisnis yang sesuai dengan
kebutuhan konsumen. Pembaharuan model bisnis dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 Pembaharuan pertama kanvas model bisnis Asinan Kujang
Komponen

Model bisnis awal

Model bisnis setelah
pembaharuan
 Praktis, mudah
dibawa, dan tidak
mudah bocor
 Umur simpan
panjang (mencapai
satu bulan) tetapi
tidak menggunakan
bahan pengawet yang
berbahaya
 Rasa, ukuran buah,
dan tekstur buah yang
baik
 kemasan pouch yang
menarik untuk
produk oleh-oleh
 Higienis serta tanpa
bahan pewarna dan
pemanis buatan

Value proposition

 Produk oleh-oleh yang
praktis
 Umur simpan produk
yang panjang mencapai
1 tahun
 Kemasan produk yang
menarik
 Produk yang higienis

Key partners

Supplier kemasan

Supplier kemasan
pouch yang praktis

Cost structure

Harga pokok produksi per
kemasan

Harga pokok produksi
Rp 7 995/ kemasan
(Lampiran 5)

Pembaharuan kanvas model bisnis pertama secara lengkap dapat dilihat pada
Lampiran 6.
Pengujian Solusi (Test The Solution)
Pengujian solusi (test the solution) merupakan tahap pengujian penyelesaian
masalah yang dialami oleh konsumen. Pada tahapan ini model bisnis yang telah
diperbaharui, diuji kepada 50 responden potensial untuk mengetahui tingkat
diterimanya model bisnis dikalangan konsumen. Permasalahan yang diberikan
solusi adalah masalah dengan tingkat frekuensi yang tinggi. Penyelesaian masalah
atau solusi yang diberikan kepada konsumen dapat dilihat pada Tabel 4.

15

Tabel 4 Daftar solusi yang diberikan untuk menyelesaikan permasalahan terhadap
produk asinan Bogor
No Permasalahan
1 Takut kemasan bocor

2 Kurang higienis (kebersihan)
dan takut bahan pengawet
serta pemanis buatan

3 Kurang praktis

4 Produk asinan yang tidak
konsisten (rasa, volume,
ukuran buah, dan tekstur
buah)

5 Umur simpan yang pendek

6 Kemasan kurang menarik

Solusi
Disain kemasan asinan Bogor
yang kuat serta tidak mudah
bocor (dengan menggunakan
kemasan standing pouch).
Pengolahan proses produksi yang
baik serta penampilan produk
yang
bersih
sehingga
memberikan citra produk yang
higienis. Selain itu, memberikan
jaminan bahwa produk tidak
menggunakan bahan pengawet
berbahaya serta pemanis buatan.
Kemasan produk asinan Bogor
yang lebih praktis sehingga lebih
mudah dibawa dalam bepergian.
Produk asinan yang memiliki
rasa yang disukai oleh konsumen,
tekstur dan ukuran buah yang
terjaga, serta volume produk
yang sesuai.
Menerapkan
teknologi
pasteurisasi terhadap produk
sehingga produk dapat tahan
lebih
lama
dari
produk
sebelumnya (mencapai satu
bulan).
Memberikan disain kemasan
yang disukai oleh konsumen
sehingga cocok untuk dibawa
sebagai produk oleh-oleh.

Berdasarkan solusi yang diberikan, responden diberikan pertanyaan
mengenai kecocokan terhadap value propositions produk, ketertarikan terhadap
produk, dan channel produk. Pertanyaan-pertanyaan tersebut mengenai apakah
produk sudah sesuai dengan permintaan konsumen atau belum. Pertanyaan yang
diajukan mengenai apakah produk sudah praktis, higienis atau bersih, kecukupan
umur simpan, ketertarikan konsumen, rasa yang lebih baik dari produk asinan yang
sudah ada, dan kesesuaian volume produk. Produk pengembangan asinan Bogor
yang ditawarkan pada responden dapat dilihat pada Gambar 6 sedangkan hasil dari
wawancara dapat dilihat pada Gambar 7.

16

(a)
(b)
Gambar 6 Produk pengembangan asinan Bogor “Asinan Kujang”
[(a) tampak depan dan (b) tampak belakang]
60
50

48

47

45

46

43

40

40
30
20

Higienis/ bersih Umur simpan

Menarik

Rasa

Ragu-ragu

Tidak

Ya

0
Ragu-ragu

Tidak

Ya

Ya

Ya

Ragu-ragu

Tidak

Ya

Praktis

1
Ya

0

6

4
Ragu-ragu

1

0

Tidak

3

Ragu-ragu

0

4

Tidak

0

Ragu-ragu

2

Tidak

10

10

Volume

Gambar 7 Hasil ketertarikan konsumen terhadap pengujian solusi produk
pengembangan asinan Bogor
Berdasarkan hasil pengujian solusi dapat dilihat 48 responden (96%)
menyatakan pengembangan produk asinan Bogor atau yang diberi nama Asinan
Kujang memiliki kepraktisan sehingga mudah dibawa bepergian serta cocok
sebagai produk oleh-oleh. Dua responden (4%) menyatakan belum praktis hal ini
dikarenakan responden masih membutuhkan fitur produk yang dapat memudahkan
konsumen menikmati asinan Bogor pada saat perjalanan. Pada nilai produk
mengenai kebersihan (higienis), responden yang setuju sejumlah 47 responden
(94%) sedangkan 3 responden (6%) lainnya masih ragu-ragu. Hal ini dikarenakan
konsumen belum yakin terhadap kebersihan produk karena belum melihat sendiri
tempat produksi Asinan Kujang.
Pertanyaan selanjutnya mengenai kecukupan umur simpan Asinan Kujang.
Umur simpan produk yang ditawarkan adalah selama satu bulan. Berdasarkan hasil
pengujian, sebanyak 45 responden (90%) menyatakan sudah tepat kekuatan umur
simpan yang dapat dipertahankan. Sebanyak 1 responden (2%) tidak setuju dengan

17

kekuatan umur simpan produk dan 4 responden (8%) masih ragu-ragu dengan
kekuatan umur simpan produk. Hal ini dikarenakan, responden masih menganggap
produk buah tidak dapat bertahan lama tanpa bahan pengawet sehingga responden
masih ragu serta tidak setuju dengan ketahanan produk.
Pertanyaan selanjutnya mengenai ketertarikan apakah produk yang disajikan
kepada responden sudah lebih menarik dari segi disain kemasan dibandingkan
dengan produk asinan Bogor yang beredar di pasaran. Berdasarkan hasil pengujian,
46 responden (92%) menyatakan lebih menarik dari pada produk yang beredar di
pasaran sedangkan 4 responden (8%) masih ragu-ragu terhadap penampilan produk.
Responden masih menganggap masih harus didisain lebih menarik sehingga
konsumen lebih tertarik untuk membeli produk Asinan Kujang. Pertanyaan
selanjutnya mengenai rasa produk Asinan Kujang dibandingkan produk asinan
yang beredar di pasaran. Berdasarkan hasil pengujian didapat 43 reponden (86%)
menyukai rasa produk asinan kujang, baik dari rasa kuah maupun tekstur buah.
Sedangkan 1 responden (2%) tidak menyukai rasa produk Asinan Kujang dan 6
responden (12%) masih ragu-ragu atas rasa Asinan Kujang dibandingkan produk
asinan yang beredar di pasaran.
Pertanyaan terakhir mengenai value propositions produk adalah kecocokan
konsumen terhadap volume produk yang disajikan. Berdasarkan sajian produk yang
diberikan kepada responden, 40 responden (80%) menyatakan produk Asinan
Kujang sudah memiliki volume yang sesuai untuk produk oleh-oleh yang
dibawakan untuk perseorangan. Sedangkan 10 respoden (20%) lainnya tidak setuju,
hal tersebut dikarenakan ukuran volume yang masih kurang jika diberikan untuk
produk oleh-oleh dengan tujuan bukan perseorangan. Konsumen memberikan saran
untuk membuat variasi volume produk yang dapat diberikan untuk perseorangan
maupun lingkup yang lebih besar seperti keluarga atau teman-teman dengan jumlah
banyak.
Pertanyaan lainnya yang diberikan kepada responden adalah pertanyaan
mengenai kecocokan produk terhadap customer segment. Berdasarkan fitur-fitur
atau value propositions yang diberikan apakah produk Asinan Kujang sudah tepat
sebagai produk oleh-oleh. Berdasarkan hasil pengujian, sebanyak 46 responden
(92%) setuju produk Asinan Kujang sebagai produk oleh-oleh sedangkan 4
responden (8%) masih ragu terhadap produk. Responden yang masih ragu-ragu
tersebut dikarenakan masih belum tepatnya fitur produk dengan yang diingikan
oleh responden. Data perbandingan ketertarikan konsumen tersaji dalam Gambar 8.
Tidak Ragu-ragu
8%
0%

Ya
92%

Gambar 8 Kecocokan produk Asinan Kujang sebagai produk oleh-oleh
menurut konsumen

18

Pertanyaan selanjutnya mengenai saluran (channel) produk. Saluran produk
merupakan komponen yang dapat menghubungkan antara produsen sebagai penjual
dan konsumen sebagai pembeli. Pertanyaan ini diajukan untuk mendapatkan
informasi mengenai kesukaan konsumen terhadap jenis penjualan yang disukai oleh
konsumen. Pada pertanyaan saluran, responden dapat memilih cara penjualan lebih
dari satu jenis. Berdasarkan hasil pengujian, didapat 38% responden menginginkan
penjualan produk Asinan Kujang pada outlet resmi sedangkan 35% responden juga
menginginkan penjualan pada toko oleh-oleh. Selain itu, 19% responden lainya
menginginkan penjualan produk pada swalayan/minimarket/supermarket dan 7%
responden menyarankan dijual diseluruh tempat penjualan. Data tersebut
memperlihatkan bahwa konsumen lebih menyarankan produk dijual di outlet resmi
dan toko oleh-oleh. Berdasarkan hasil wawancara, konsumen menyukai kedua
saluran penjualan tersebut karena cocok dengan nilai produk.
0%

Outlet resmi

7%
1%
19%

Toko oleh-oleh

38%
Swalayan/minimarket
/supermarket
Gerobak

35%
Lainnya
Semua tempat

Gambar 9 Keinginan konsumen terhadap jenis saluran (channel) dalam
penjualan produk asinan kujang
Pertanyaan terakhir pada pengujian solusi adalah mengenai harga jual yang
dapat diterima oleh konsumen. Berdasarkan hasil pengujian, didapat sebanyak 30
responden (60%) setuju asinan kujang seharga Rp 10 000 – Rp 14 000, sebanyak
12 responden (24%) setuju dengan harga Rp 15 000 – Rp 19 000, sebanyak 6
responden (12%) setuju dengan kisaran harga Rp 5 000 – Rp 10 000, dan sebanyak
2 responden (4%) setuju dengan harga diatas Rp 20 000. Kisaran harga tersebut
menunjukkan rentang penilaian konsumen terhadap harga yang pantas dalam
pembelian produk. Perbandingan penilaian harga jual produk kepada konsumen
dapat dilihat pada Gambar 10.
4%

12%

24%
5rb-9rb
10rb-14rb
15rb-19rb

60%

>20rb

Gambar 10 Harga yang pantas terhadap produk Asinan Kujang menurut
konsumen

19

Berdasarkan data responden, dari 50 responden potensial terdapat 20
reponden yang merupakan wisatawan yang berdomisili di Bogor. Wisatawan pada
penelitian ini adalah wisatawan yang mengunjungi obyek wisata di Kota dan
Kabupaten Bogor. Berdasarkan pengujian solusi, didapatkan data 75% dari 20
responden yang merupakan masyarakat yang berdomisili di Bogor adalah
responden potensial. Responden tersebut mempunyai kriteria yang sama
berdasarkan permasalahan yang dialami oleh responden pada pengujian
permasalahan. Oleh karena itu, terdapat segmentasi baru selain wisatawan yang
berasal dari luar Bogor. Segmentasi baru tersebut adalah masyarakat yang
berdomisili di Bogor yang bepergia