Konsumsi Pangan dan Gizi serta Skor Pola Pangan Harapan (PPH) pada Dewasa Usia 19-49 Tahun di Indonesia

KONSUMSI PANGAN DAN GIZI
SERTA SKOR POLA PANGAN HARAPAN (PPH)
PADA DEWASA USIA 19-49 TAHUN DI INDONESIA

KHOIRUL ANWAR

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya berjudul “Konsumsi Pangan
dan Gizi serta Skor Pola Pangan Harapan (PPH) pada Dewasa Usia 19-49 Tahun di
Indonesia ” adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, November 2013

Khoirul Anwar
NIM I14090037

ABSTRAK
KHOIRUL ANWAR. Konsumsi Pangan dan Gizi serta Skor Pola Pangan Harapan
(PPH) pada Dewasa Usia 19-49 Tahun di Indonesia. Dibimbing oleh
HARDINSYAH.
Penelitian ini bertujuan menilai konsumsi pangan, Mutu Gizi Konsumsi
Pangan (MGP), skor Pola Pangan Harapan (PPH), dan korelasi antara nilai PPH
dengan MGP dewasa usia 19-49 tahun. Selama ini Skor Pola Pangan Harapan
(PPH) belum pernah digunakan untuk menilai MGP individu, meskipun sudah
digunakan untuk menilai MGP rumah tangga dan daerah, sehingga PPH perlu
digunakan untuk menilai MGP individu, termasuk usia dewasa. Penelitian ini
menggunakan data Riskesdas 2010 berupa data konsumsi yang diambil melalui
metode recall 24 jam. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa kelompok

padi-padian dikonsumsi dengan jumlah paling besar (99.4%), sedangkan biji
berminyak dikonsumsi dengan jumlah paling kecil (2.0%). Rata-rata skor PPH
dewasa adalah 53.1±9.3 (54.6±9.5 untuk laki-laki dan 51.7±9.1 untuk perempuan).
Rata-rata dari MGP 4 zat gizi dewasa adalah 62.8±20.6 dan rata-rata dari MGP 10
zat gizi dewasa adalah 51.1±15.4, sedangkan rata-rata dari MGP 14 zat gizi dewasa
adalah 54.1±16.1. Skor PPH dan masing-masing MGP diperoleh korelasi sebesar
0.65-0.72, sehingga sistim penilaian PPH dapat digunakan untuk keragaman dan
mutu gizi konsumsi pangan orang dewasa.
Kata kunci: Konsumsi pangan, pola pangan harapan, mutu gizi pangan, dewasa

ABSTRACT
KHOIRUL ANWAR. (Food Consumption, Nutrient Intake and Desirable Dietary
Pattern Score of Adults 19-49 Years Old in Indonesia. Supervised by
HARDINSYAH.
This study objective to assess food consumption, NDQ, DDP scores, and
the correlation between DDP and NDQ adults aged 19-49 years. Today the
Desirable Dietary Pattern (DDP) scoring systim has never been used to assess the
nutritional dietary quality (NDQ) of individuals, although it has been used to assess
NDQ households and regions, so that DDP should be used to assess the NDQ of
individuals, including adults. This study used data Riskesdas 2010 in the form of

consumption data taken with the 24-hour recall method. Based on the survey results
revealed that the group of grains consumed by the large number (99.4%), while the
oily seeds are consumed by the smallest number (2.0%). DDP Score average adult
was 53.1 ± 9.3 (54.6 ± 9.5 for men and 51.7 ± 9.1 for women). The average of the
4 food groups NDQ adults was 62.8 ± 20.6 and an average of 10 food groups NDQ
adults was 51.1 ± 15.4 (52.8 ± 15.3 for men men and 59.5 ± 15.4 for women), while
the average of the 14 food groups NDQ adults was 54.1 ± 16.1. DDP score and each
NDQ s obtained correlation of 0.65 to 0.72, so that DDP assessment systim can be
used to evaluate dietary diversity and nutritional quality of adult diet.
Keywords: Food consumption, desirable dietary pattern, nutritional quality of diets,
adults

KONSUMSI PANGAN DAN GIZI
SERTA SKOR POLA PANGAN HARAPAN (PPH)
PADA DEWASA USIA 19-49 TAHUN DI INDONESIA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Gizi
dari Program Studi Ilmu Gizi pada

Departemen Gizi Masyarakat

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

LEMBAR PENGESAHAN
Judul
Nama
NIM

: Konsumsi Pangan dan Gizi serta Skor Pola Pangan Harapan (PPH)
pada Dewasa Usia 19-49 Tahun di Indonesia
: Khoirul Anwar
: I14090037

Disetujui oleh


Prof Dr Ir Hardinsyah, MS
Dosen Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Budi Setiawan, MS
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Segala Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala
karunia-Nya sehingga penulisan skripsi berjudul “Konsumsi Pangan dan Gizi serta
Skor Pola Pangan Harapan (PPH) pada Dewasa Usia 19-49 Tahun di Indonesia”
sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana (S1) Gizi di Departemen Gizi
Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor, dapat
terselesaikan dengan baik dan lancar.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua, saudara-saudara,
tetangga di Desa Kasreman, Ibu Pangastuti yang dengan ikhlas selalu membantu
saya dalam hal materi dan motivasi selama menempuh studi di Institut Pertanian

Bogor. Terimakasih juga penulis sampaikan kepada Bapak Dr. Ir. Budi Setiawan,
MS selaku ketua Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut
Pertanian Bogor dan Badan Penelitian Pengembangan Kesehatan, Kementrian
Kesehatan RI yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk menggunakan data
hasil survei Riskesdas 2010.
Ucapan terimakasih penulis sampaikan juga kepada Bapak drh Rizal M
Damanik, M Rep Sc selaku pembimbing akademik dan Bapak Prof Dr Ir
Hardinsyah, MS selaku pembimbing skripsi yang telah memberikan waktu dan
pikirannya dalam memberikan arahan, saran, dan selalu memberikan motivasi
kepada penulis selama masa studi sampai dengan proses penyusunan skripsi serta
kepada Bapak Dr Ir Dodik Briawan, MCN selaku pemandu seminar dan Dr Ir
Cesilia Meti Dwiriani, MSC selaku penguji yang telah banyak memberikan saran
kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.
Terimakasih penulis sampaikan juga kepada Ibu Prof Dr Ir Siti Madanijah
yang telah memberikan banyak bantuan serta selalu memberikan motivasi kepada
penulis selama studi di Institut Pertanian Bogor. Sahabat-sahabat satu tim penelitian
Karina, Lativa dan Teguh, serta sahabat-sahabat terdekat Agustino, Estu, Singgih,
Faqih, Kak Nazhif, Kak Rohadi, Kirana Fajar Rahmah, Fitriya Yuli Astanti dan
teman-teman yang selalu memberi semangat dan motivasi kepada penulis. Temanteman Gizi Masyarakat angkatan 46 yang selalu memberi semangat dan motivasi
yang luar biasa dan bantuan saat sedang terkena musibah, serta teman-teman

kontrakan “RENGGA 174” yang selalu memberi motivasi, hiburan dan bantuan
selama studi di Institut Pertanian Bogor. Terima kasih juga penulis sampaikan
kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, atas segala
doa, dukungan, motivasi dan bantuan yang telah diberikan selama ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini tidak terlepas dari
kekurangan, sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun
kepada penulis. Akhir kata, semoga tulisan ini dapat memberikan manfaat untuk
saya dan pembaca pada umumnya.
Bogor, November 2013
Khoirul Anwar

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vii

DAFTAR GAMBAR

vii


DAFTAR LAMPIRAN

vii

PENDAHULUAN

1

KERANGKA PEMIKIRAN

2

METODE

4

Desain, Waktu, dan Tempat

4


Jumlah dan Cara Pengambilan Sampel

5

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

6

Pengolahan dan Analisis Data

6

Karakteristik Sosial Ekonomi

7

Kebutuhan Zat Gizi Mikro

7


Kebutuhan Zat Gizi Makro

8

Asupan Zat Gizi dan Tingkat Kecukupan Gizi

9

Mutu Gizi Konsumsi Pangan (MGP)

10

Perhitungan Skor Pola Pangan Harapan (PPH)

10

Analisis Data

12


Definisi Operasional

13

HASIL DAN PEMBAHASAN

14

Karakteristik Sosial Ekonomi

14

Konsumsi Pangan

17

Asupan dan Tingkat Pemenuhan Kebutuhan Zat Gizi

18

Mutu Gizi Konsumsi Pangan dan Skor Pola Pangan Harapan

19

Hubungan antara Tingkat kecukupan Zat Gizi dengan Skor PPH dan MGP

23

Faktor yang Mempengaruhi Mutu Gizi Konsumsi Pangan

25

SIMPULAN DAN SARAN

27

Simpulan

27

Saran

27

DAFTAR PUSTAKA

28

RIWAYAT HIDUP

51

DAFTAR TABEL
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

10.
11.
12.
13.
14.
15.

Sumber dan cara pengumpulan data Riskesdas 2010
6
Angka Kecukupan Zat Gizi Dewasa usia 19-29 tahun berdasarkan usia
dan jenis kelamin
7
Perhitungan kebutuhan energi menurut usia dan jenis kelamin
8
Perhitungan kebutuhan protein berdasarkan usia dan jenis kelamin 9
Sebaran dewasa usia 19-49 tahun menurut jenis kelamin dan sosial
ekonomi
14
Sebaran dewasa usia 19-29 tahun menurut jenis kelamin dan sosial
ekonomi
15
Sebaran dewasa usia 30-49 tahun menurut jenis kelamin dan sosial
ekonomi
16
Rata-rata, standar deviasi (median) dan tingkat partisipasi konsumsi
pangan dewasa menurut jenis kelamin, usia dan kelompok pangan 17
Rata-rata dan standar deviasi asupan gizi, (rata-rata) dan median
persentase pemenuhan kebutuhan gizi dewasa menurut jenis kelamin
dan usia
18
Rata-rata mutu gizi pangan dewasa menurut jenis kelamin, usia dan
kategori mutu gizi pangan
19
Rata-rata skor PPH dewasa usia 19-49 tahun menurut jenis kelamin
dan kelompok pangan
21
Rata-rata skor PPH dewasa usia 19-29 tahun menurut jenis kelamin
dan kelompok pangan
22
Rata-rata skor PPH dewasa usia 30-49 tahun menurut jenis kelamin
dan kelompok pangan
23
Uji korelasi Spearman hubungan skor PPH dan mutu gizi pangan
dengan tingkat kecukupan gizi
24
Sebaran dewasa usia 19-49 tahun menurut kategori mutu gizi konsumsi
pangan dan pola pangan harapan
25

DAFTAR GAMBAR
1. Kerangka pemikiran mutu gizi pangan dan skor Pola Pangan Harapan
(PPH) dewasa di Indonesia
4
2. Alur memperoleh jumlah sampel yang digunakan
5

DAFTAR LAMPIRAN
1. Cara pengumpulan data karakteristik dan antropometri oleh tim
Riskesdas 2010
30
2. Cara pengumpulan data asupan pangan oleh tim Riskesdas 2010 31
3. Rata-rata (median) berat badan dan tinggi badan dewasa usia 19-49
tahun menurut karakteristik sosial ekonomi dan jenis kelamin
32
4. Rata-rata ( median) konsumsi energi menurut 9 kelompok pangan,
jenis kelamin dan kelompok usia
32

5. Rata-rata ( median ) konsumsi protein menurut 9 kelompok pangan,
jenis kelamin dan kelompok usia
33
6. Rata-rata ( median ) konsumsi lemak menurut 9 kelompok pangan,
jenis kelamin dan kelompok usia
33
7. Rata-rata ( median ) konsumsi karbohidrat menurut 9 kelompok
pangan, jenis kelamin dan kelompok usia
34
8. Rata-rata ( median ) konsumsi kalsium menurut 9 kelompok pangan,
jenis kelamin dan kelompok usia
34
9. Rata-rata ( median ) konsumsi fosfor menurut 9 kelompok pangan,
jenis kelamin dan kelompok usia
35
10. Rata-rata ( median ) konsumsi Besi menurut 9 kelompok pangan, jenis
kelamin dan kelompok usia
35
11. Rata-rata (median) konsumsi Vitamin A menurut 9 kelompok pangan,
jenis kelamin dan kelompok usia
36
12. Rata-rata ( median ) konsumsi Vitamin B1 menurut 9 kelompok
pangan, jenis kelamin dan kelompok usia
36
13. Rata-rata ( median ) konsumsi Vitamin B9 menurut 9 kelompok
pangan, jenis kelamin dan kelompok usia
37
14. Rata-rata ( median ) konsumsi Vitamin B12 menurut 9 kelompok
pangan, jenis kelamin dan kelompok usia
37
15. Rata-rata ( median ) konsumsi Vitamin C menurut 9 kelompok
pangan, jenis kelamin dan kelompok usia
38
16. Rata-rata ( median ) konsumsi air menurut 9 kelompok pangan, jenis
kelamin dan kelompok usia
38
17. Rata-rata ( median ) konsumsi Zn menurut 9 kelompok pangan, jenis
kelamin dan kelompok usia
39
18. Persentase pemenuhan kebutuhan (tingkat konsumsi) energi menurut
9 kelompok pangan, jenis kelamin, dan kelompok usia
39
19. Persentase pemenuhan kebutuhan (tingkat konsumsi) protein menurut
9 kelompok pangan, jenis kelamin, dan kelompok usia
40
20. Persentase pemenuhan kebutuhan (tingkat konsumsi) lemak menurut
9 kelompok pangan, jenis kelamin, dan kelompok usia
40
21. Persentase pemenuhan kebutuhan (tingkat konsumsi) karbohidrat
menurut 9 kelompok pangan, jenis kelamin, dan kelompok usia 41
22. Persentase pemenuhan kebutuhan (tingkat konsumsi) kalsium
menurut 9 kelompok pangan, jenis kelamin, dan kelompok usia 41
23. Persentase pemenuhan kebutuhan (tingkat konsumsi) fosfor menurut
9 kelompok pangan, jenis kelamin, dan kelompok usia
42
24. Persentase pemenuhan kebutuhan (tingkat konsumsi) besi menurut 9
kelompok pangan, jenis kelamin, dan kelompok usia
42
25. Persentase pemenuhan kebutuhan (tingkat konsumsi) zink menurut 9
kelompok pangan, jenis kelamin, dan kelompok usia
43
26. Persentase pemenuhan kebutuhan (tingkat konsumsi) air menurut 9
kelompok pangan, jenis kelamin, dan kelompok usia
43
27. Persentase pemenuhan kebutuhan (tingkat konsumsi) Vitamin A
menurut 9 kelompok pangan, jenis kelamin, dan kelompok usia 44
28. Persentase pemenuhan kebutuhan (tingkat konsumsi) Vitamin B1
menurut 9 kelompok pangan, jenis kelamin, dan kelompok usia 44

29. Persentase pemenuhan kebutuhan (tingkat konsumsi) Vitamin B9
menurut 9 kelompok pangan, jenis kelamin, dan kelompok usia 45
30. Persentase pemenuhan kebutuhan (tingkat konsumsi) Vitamin B12
menurut 9 kelompok pangan, jenis kelamin, dan kelompok usia 45
31. Persentase pemenuhan kebutuhan (tingkat konsumsi) Vitamin C
menurut 9 kelompok pangan, jenis kelamin, dan kelompok usia 46
32. Persentase pemenuhan kebutuhan (tingkat konsumsi) zat gizi menurut
9 kelompok pangan, jenis kelamin, dan kelompok usia
46
33. Uji beda independent samples t-test variabel menurut jenis
kelamin
47
34. Uji beda independent samples t-test variabel menurut kelompok
usia
48
35. Persentase kategori tingkat kecukupan zat gizi pada dewasa usia 1949 tahun
49

PENDAHULUAN
Pangan adalah hak asasi setiap orang. Hak asasi atas pangan di Indonesia telah
dinyatakan dalam Undang-Undang No 18 tahun 2012, bahwa ketahanan pangan
merupakan kondisi terpenuhinya pangan bagi negara sampai dengan perseorangan,
yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya,
aman, beragam, bergizi, merata dan terjangkau serta tidak bertentangan dengan
agama, keyakinan, dan budaya masyarakat, untuk dapat hidup sehat, aktif, dan
produktif secara berkelanjutan. Terjadinya kondisi kelebihan dan kekurangan zat
gizi dapat menyebabkan turunnya kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang
dapat berakibat pada pembangunan nasional. Kualitas SDM yang berkualitas, hidup
sehat dan produktif dapat diperoleh dengan memenuhi kebutuhan zat gizi yang
diperlukan oleh tubuh. Hal tersebut dapat diperoleh dengan cara mengkonsumsi
aneka ragam makanan dalam jumlah yang cukup dan seimbang. Ragam pangan
yang dikonsumsi harus terdiri dari zat tenaga (karbohidrat), zat pembangun
(protein), dan zat pengatur (vitamin dan mineral). Konsumsi pangan yang
beranekaragam dapat melengkapi kekurangan zat gizi pada jenis makanan lain
sehingga dapat diperoleh asupan zat gizi yang seimbang. Jadi untuk mencapai
asupan zat gizi yang seimbang tidak mungkin dipenuhi hanya dengan satu jenis
bahan makanan, melainkan harus terdiri dari aneka ragam bahan makanan
(Hardinsyah et al 2002).
Penganekaragaman konsumsi pangan selama ini sering diartikan terlalu
sederhana, yaitu berupa penganekaragaman konsumsi pangan pokok, terutama
makanan non-beras. Penganekaragaman konsumsi pangan seharusnya
mengkonsumsi aneka ragam pangan dari berbagai jenis kelompok pangan, baik
bahan pokok, lauk-pauk, maupun sayur dan buah dalam jumlah yang cukup. Salah
satu parameter yang digunakan dalam menilai tingkat keanekaragaman dan
keseimbangan pangan adalah PPH. PPH merupakan jenis dan jumlah kelompok
pangan yang dianjurkan untuk memenuhi kebutuhan energi dan zat gizi
(Hardinsyah et al 2002).
Menurut BPS (2011) gambaran situasi konsumsi nasional tahun 2011
berdasarkan hasil Susenas tahun 2011 menunjukkan tingkat konsumsi pangan baik
dari sisi jumlah maupun mutu masih belum terpenuhi. Hal ini dapat dilihat dari
konsumsi energi nasional baru mencapai 1952 kkal/kap/hari, dan skor PPH sebesar
77.3, masih jauh dari skor ideal (100). Skor PPH juga mengalami penurunan yang
sangat tajam dari skor PPH 81.9 menjadi 75.5 yang terjadi pada periode 2008-2009.
Pola Pangan Harapan (PPH) adalah komposisi kelompok pangan utama yang
sesuai dengan daya terima yang bila dikonsumsi dapat memenuhi kebutuhan energi
dan zat gizi lainnya (FAO-RAPA 1989 dalam Hardinsyah et al 2001). Sejak tahun
1988, FAO-RAPA sudah menganjurkan skor PPH untuk digunakan menilai mutu
gizi dan keragaman konsumsi pangan penduduk di suatu negara atau wilayah. FAORAPA menjadikan PPH sebagai basis dalam menentukan seberapa senjang pola
konsumsi pangan penduduk di suatu wilayah dengan pola konsumsi yang
diharapkan atau dianjurkan yang terdiri dari kombinasi aneka ragam pangan untuk
memenuhi kebutuhan gizi dan sesuai citarasa (FAO-RAPA 1989 dalam Hardinsyah
et al 2001). Pengembangan Pola Pangan Harapan awalnya digunakan untuk
kawasan Asia Pasifik berdasarkan data Pola Pangan (pola ketersediaan pangan) dari

2
Neraca Bahan Makanan, karena data inilah yang mudah tersedia secara berkala
setiap tahun, namun saat ini penilaian kondisi kualitas konsumsi pangan rumah
tangga juga dapat menggunakan Pola Pangan Harapan (PPH), salah satunya dengan
menggunakan data Susenas (hasil Survey Sosial Ekonomi Nasional-publikasi BPS)
(Hardinsyah et al 2001).
Terdapat enam kelompok zat gizi yang esensial diperlukan oleh tubuh yang
terdiri dari zat gizi penghasil energi yaitu protein, karbohidrat lemak, air, vitamin,
dan mineral. Protein, karbohidrat dan lemak merupakan zat gizi yang dapat
menghasilkan energi, dan enam zat gizi tersebut dapat diperoleh dari beragam
pangan yang dikonsumsi. Kebutuhan zat gizi akan dapat dipenuhi dari sejumlah
golongan bahan makanan yang tersusun secara seimbang. Suatu skor PPH atau
indeks penilaian konsumsi dapat diperoleh dengan menghitung kecukupan energi
dari 9 kelompok pangan tanpa menghitung semua zat gizi (Hardinsyah et al 2001).
Penilaian kualitas konsumsi pangan melalui perhitungan skor PPH selama
ini hanya digunakan untuk rumah tangga dan daerah dengan menggunakan data
ketersedian pangan NBM dan konsumsi rumahtangga Susenas (BPS), belum pernah
dilakuan untuk individu. Perhitungan kecukupan setiap zat gizi selama ini
digunakan untuk penilaian konsumsi gizi individu, namun hal ini lebih rumit karena
perlu menghitung masing-masing zat gizi dan tidak dapat diinterpretasikan berupa
satu indeks atau skor. Karena itu penelitian ini penting dilakukan untuk menguji
apakah sistim skor PPH, khususnya dewasa. Masa ini diperlukan zat gizi yang
cukup untuk mempertahankan kondisi kesehatan yang baik.
Penelitian ini bertujuan untuk menilai konsumsi pangan, mutu gizi pangan
dan skor Pola Pangan Harapan (PPH) pada dewasa usia 19-49 tahun di Indonesia
dengan tujuan khusus yaitu menganalisis pola konsumsi dan mutu gizi pangan pada
dewasa usia 19-49 tahun, menganalsis Pola Pangan Harapan (PPH) pada dewasa
usia 19-49 tahun dan menganalisis skor Pola Pangan Harapan (PPH) pada dewasa
usia 19–49 tahun dan hubungannya dengan mutu gizi konsumsi pangan. Penelitian
ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai pola konsumsi dan mutu gizi
pangan pada dewasa usia 19–49 tahun serta skor Pola Pangan Harapan (PPH) dan
hubungannya dengan mutu gizi pangan. Penelitian ini juga diharapkan dapat
memberikan informasi dan evaluasi bagi dewasa dalam memperhatikan pola
konsumsi pangan dan asupan zat gizi yang seimbang dalam pemenuhan kecukupan
gizi.

KERANGKA PEMIKIRAN
Keragaman pola konsumsi seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor
seperti pengetahuan gizi, daya beli, preferensi, tersedianya pangan lokal serta waktu
pengolahan (Hardinsyah 2007) dan juga karakteristik individu. Mutu konsumsi
pangan dapat dinilai dengan menggunakan skor PPH (Hardinsyah et al 2002) dan
mutu gizi konsumsi pangan (Hardinsyah et al 2000). Status gizi individu
dipengaruhi oleh pola konsumsi pangan dan status infeksi (UNICEF 1990). Status
gizi yang baik pada individu dapat dicapai jika individu memiliki konsumsi yang
cukup dan sesuai dengan angka kecukupan gizi yang dianjurkan untuk individu,
sehingga dapat digunakan untuk melakukan aktifitas fisik dengan baik.

3
Pengembangan konsumsi pangan harus dilakukan dengan memperhatikan
keanekaragaman dan keseimbangan gizi individu. Hal ini dikarenakan pemenuhan
kebutuhan gizi yang dianjurkan harus dapat dipenuhi dari pangan yang telah
disediakan dan dikonsumsi. Zat tenaga (karbohidrat), zat pembangun (protein) dan
zat pengatur (vitamin dan mineral) harus terkandung dalam pangan yang
dikonsumsi. Keanekaragaman konsumsi pangan dapat memberikan asupan zat gizi
yang seimbang karena konsumsi pangan yang beragam dapat melengkapi
kekurangan zat gizi pada salah satu jenis makanan tertentu. Tingkat
keanekaragaman konsumsi pangan tersebut dapat diukur salah satunya dengan
menggunakan metode skor PPH.
Menurut Hardinsyah dan Martianto (1992), konsumsi pangan merupakan
suatu informasi mengenai jenis dan jumlah pangan yang dikonsumsi seseorang atau
sekelompok orang pada waktu tertentu, sehingga penilaian asupan pangan dapat
berdasarkan jumlah maupun jenis pangan yang dikonsumsi. Berdasarkan
Hardinsyah (2001) mutu gizi pangan merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi penerimaan dan penggunaan makanan oleh tubuh, sehingga dapat
mempengaruhi status gizi dan kesehatan baik individu maupun masyarakat. Mutu
gizi pangan atau makanan merupakan totalitas kandungan gizi dari makanan yang
dibutuhkan oleh manusia (McCollum dan Becker 1934 dalam Hardinsyah et al
2001).
Menurut Hardinsyah (2001), PPH atau Desireable Dietary Pattern adalah
komposisi dari kelompok-kelompok pangan utama yang ketika disiapkan untuk
dikonsumsi sebagai makanan untuk memenuhi kebutuhan kalori akan memberikan
semua zat gizi dalam jumlah yang mencukupi. Pendekatan PPH dapat digunakan
untuk menilai mutu pangan penduduk berdasarkan skor pangannya (dietary score).
Situasi pangan yang semakin beragam dan semakin baik komposisi dan mutu
gizinya ditunjukkan dengan semakin tingginya skor mutu pangan. Terpenuhinya
kebutuhan zat gizi secara implisit dapat dilihat dari terpenuhinya kebutuhan zat gizi
dari berbagai kelompok pangan yang terdapat pada PPH, sehingga menurut
Hardinsyah (2001) tingkat keragaman konsumsi pangan dan mutu gizi konsumsi
pangan dapat dicerminkan dari skor pola konsumsi pangan. Bagan kerangka
pemikiran penilaian konsumsi pangan, mutu gizi pangan, dan skor pola pangan
harapan (PPH) pada kelompok usia dewasa di Indonesia ditampilkan dalam gambar
1. Berdasarkan variabel yang diamati pada penelitian ini, diduga terdapat hubungan
positif antara skor Pola Pangan Harapan (PPH) dengan Mutu Gizi Konsumsi
Pangan (MGP) pada orang dewasa usia 19-49 tahun, atau semakin tinggi skor PPH
semakin tinggi pula mutu gizi konsumsi pangan.

4
Karakteristik keluarga

Karakteristik sampel
- Usia
- Jenis kelamin
- BB dan TB

- Tingkat pendidikan
- Status pekerjaan
- Status ekonomi keluarga

- Daerah tempat tinggal

- Besar keluarga

-

Konsumsi pangan
Jenis/kelompok pangan
Jumlah pangan

Mutu Gizi
- Tingkat kecukupan zat gizi
- Mutu gizi konsumsi pangan

Skor pola pangan harapanPPH
(0-100)

Keterangan :
= variabel yang diteliti
= variabel yang tidak diteliti
= hubungan yang dianalisis
= hubungan yang tidak dianalisis
Gambar 1 Kerangka pemikiran mutu gizi pangan dan skor Pola Pangan Harapan
(PPH) dewasa usia 19-49 tahun di Indonesia

METODE
Desain, Waktu, dan Tempat
Data yang diolah pada penelitian ini merupakan data sekunder dari hasil
penelitian Riskesdas 2010 (Riset Kesehatan dasar 2010) yang menggunakan desain
cross sectional study dan dilakukan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Kementerian Kesehatan. Data Riskesdas 2010 dikumpulkan oleh tenaga
terlatih dengan kualifikasi minimal tamat D3 kesehatan di beberapa daerah sejak
bulan Juni 2010 sampai dengan Agustus 2010. Penelitian ini meliputi proses
pengolahan, analisis, dan interpretasi yang dilakukan pada bulan April 2013 –
Agustus 2013 di Kampus Institut Pertanian Bogor, Darmaga, Jawa Barat.

5
Jumlah dan Cara Pengambilan Sampel
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel yang digunakan
dalam Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010. Pemilihan sampel rumah tangga
dan anggota rumah tangga dalam Riskesdas 2010 dipilih berdasarkan listing Sensus
Penduduk (SP) tahun 2010 oleh Badan Pusat Statistik (BPS) dengan menggunakan
two stage sampling, yaitu pemilihan sampel dengan dua tahap. Populasi dalam
Riskesdas 2010 merupakan seluruh rumah tangga yang mewakili 33 provinsi. Blok
Sensus (BS) yang dipilih dari setiap kabupaten/kota yang termasuk dalam kerangka
sampel kabupaten/kota dilakukan sepenuhnya oleh BPS dengan memperhatikan
status ekonomi dan rasio perkotaan/perdesaan. Pemilihan blok sensus tersebut
proporsional terhadap jumlah rumah tangga di kabupaten/kota tersebut. Sebanyak
2800 blok sensus dipilih untuk kesehatan masyarakat dengan 70000 rumah tangga.
Sebanyak 2798 BS (blok sensus) dari 441 kabupaten/kota berhasil dikunjungi
oleh tim Riskesdas 2010. Penelitian ini menggunakan kriteria inklusi yaitu sampel
dewasa usia 19-49 tahun dalam kondisi sehat, dan konsumsi harian normal (tidak
sedang puasa, diet, sakit dan lain-lain), sedangkan kriteria eksklusi sampel adalah
kondisi fisiologis hamil. Sampel yang diperoleh dilakukan proses cleaning terhadap
data berat badan, tinggi badan, dan konsumsi pangan yang tidak lengkap,
selanjutnya dilakukan proses cleaning terhadap sampel yang memiliki BMI 40 (WHO 2007), asupan energi 3 kali dari
energi basal (FANTA Study 2007), serta sampel dengan tingkat kecukupan zat gizi
>400%. Total sampel dalam penelitian ini adalah 76480 dewasa yang terdiri dari
37195 dewasa laki-laki dan 39285 dewasa perempuan.
Jumlah seluruh anggota rumah tangga
251388 orang

Jumlah sampel awal
112345 dewasa (19-49 tahun)
Cleaning awal pada data:
-Berat badan, tinggi badan, dan
konsumsi responden yang tidak
lengkap (missing): 20410 sampel
-Kondisi fisiologis hamil: 2382 sampel
-Tidak diwawancara konsumsi : 186
sampel
-Body mass index (BMI) 40 :
262 sampel
-Kondisi konsumsi tidak biasa (sedang
diet, puasa, dan acara hajatan/hari
raya): 1825 sampel

Cleaning selanjutnya pada data
 Asupan energi: 3
BMR : 0 sampel
 Tingkat kecukupan zat gizi >400% :
10800 sampel

Sampel akhir: 76480 dewasa (68.1% sampel awal) terdiri dari 37195 dewasa laki-laki
dan 39285 dewasa perempuan

Gambar 2 Alur memperoleh jumlah sampel yang digunakan

6
Jenis dan Cara Pengumpulan Data
Penelitian ini seluruhnya menggunakan data sekunder yang diperoleh dalam
bentuk electronic file berupa entry data dan hasil pengolahan Riskesdas 2010.
Sumber dan cara pengumpulan data yang digunakan disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1 Sumber dan cara pengumpulan data Riskesdas 2010
Peubah
Karakteristik individu
1. Daerah
2. Usia
3. Jenis kelamin
4. Status hamil
5. Pendidikan
Karakteristik keluarga
1. Pendidikan ayah
2. Pendidikan ibu
3. Pekerjaan ayah
4. Pekerjaan ibu
Antropometri
1. Berat badan
2. Tinggi badan

Konsumsipangan

Sumber data yang digunakan
Kuesioner Riskesdas
(RKD10.RT)
Blok I No. 5
Blok IV No 7
Blok IV No 4
Blok IV No 10
Blok IV No 8
Kuesioner Riskesdas
(RKD10.RT)
Blok IV No 8
Blok IV No 8
Blok IV No 9
Blok IV No 9

Cara pengambilan data
Wawancara

Kuesioner Riskesdas
(RKD10.IND)
Blok X No 1a,1b
Blok X No 2a, 2b

Pengukuran langsung
- Diukur dengan timbangan
berat badan digital (kapasitas
150 kg dan ketelitian 50 g)
- Diukur dengan alat ukur
tinggi badan multi fungsi
(kapasitas ukur 2 m dan
ketelitian 0.1)
Food recall 1x24 jam

Kuesioner Riskesdas
(RKD10.IND)
Blok IX
Blok IX

- Jenis pangan
- Jumlah pangan
1. Status ekonomi
2. Konsumsi zat gizi makro
dan mineral (E, P, L, Kh, Ca,

Wawancara

Hasil olahan data Riskesdas
2010
Hasil olahan data Riskesdas
2010

Olahan BPS

Hasil olahan data Riskesdas
2010

Dihitung menggunakan
Nutrisurvey Software

Dihitung menggunakan
Nutrisurvey Software

P, Fe, Zn)

3.Konsumsi zat gizi mikro
(Vit A, Vit B1, Vit B9, Vit
B12, dan Vit C)
Sumber: Riskesdas 2010

Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan data yang diperoleh dilakukan dengan menggunakan program
komputer Microsoft Office Excel dan SPSS 16.0. Proses pengolahan data yang
dilakukan adalah editing, cleaning, dan analisis. Proses cleaning dilakukan
terhadap data BB, TB, dan konsumsi yang tidak lengkap, serta kondisi sampel yang
sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Data dianalisis dengan menggunakan
analisis deskriptif, uji normalitas, serta korelasi Spearman.

7
Karakteristik Sosial Ekonomi
Karakteristik sosial ekonomi yang digunakan dalam penelitian ini meliputi
data karakteristik individu dan keluarga yang dianalisis secara statistik deskriptif.
Data tersebut meliputi data daerah tempat tinggal sampel, tingkat pendidikan,
pekerjaan dan status ekonomi keluarga. Pembagian daerah tempat tinggal sampel
dilakukan dengan membagi menjadi dua kelompok yaitu perkotaan dan perdesaan.
Pengelompokan pendidikan sampel dibagi menjadi tiga kategori, yaitu tidak
tamat/tamat SD/MI, tamat SLTP/MTS, tamat SLTA/MA/perguruan tinggi,
sedangkan pekerjaan sampel dikelompokkan menjadi enam kelompok, yaitu tidak
bekerja, sekolah, TNI/Polri/PNS/Pegawai, wiraswasta/layan jasa/dagang,
petani/nelayan/buruh dan lainnya. BPS mengelompokkan status ekonomi sampel
menurut kuintil.
Kebutuhan Zat Gizi Mikro
Kebutuhan zat gizi mikro pada sampel dihitung berdasarkan Angka
Kecukupan Gizi (AKG) 2012 (WNPG 2012). Angka Kecukupan Gizi pada dewasa
usia 19-49 tahun disajikan pada tabel 2.
Tabel 2 Angka Kecukupan Zat Gizi Dewasa usia 19-29 tahun berdasarkan usia
dan jenis kelamin
Kelompok umur
Pria (tahun)
19-29 tahun
30-49 tahun
Wanita
19-29 tahun
30-49 tahun

Vit A
(ug)

Vit B1
(mg)

Vit B9
(ug)

Vit B12
(ug)

Vit C
(mg)

Ca
(mg)

P
(mg)

Fe
(mg)

Zn
(mg)

600
600

1.4
1.2

400
400

2.4
2.4

90
90

1100
1100

700
700

13
13

6
7

500
500

1.1
1.1

400
400

2.4
2.4

90
90

1100
1000

700
700

26
26

5
5

Sumber : WNPG 2012
Kebutuhan Energi
Rumus perhitungan kebutuhan energi dari Institute of Medicine (IOM)
tahun 2002 dalam Mahan & Escoot-stump (2008) yang didasarkan pada oxford
equation digunakan untuk menghitung kebutuhan energi sampel. Perhitungan
kebutuhan energi sampel disesuaikan dengan jenis kelamin, status gizi, usia, faktor
aktivitas, serta berat badan dan tinggi badan aktual bagi yang berstatus gizi normal
dan berat badan estimasi IMT = 25 kg/m2 berdasarkan Total Energy Expenditure
(TEE) atau pada kelompok usia dewasa disebut dengan Estimated Energy
Requirement (EER) yang dikoreksi dengan Thermic Effect of Food (TEF). TEF
adalah peningkatan pengeluaran energi yang berhubungan dengan konsumsi
pangan, nilai TEF dihitung dari total pengeluaran energi yaitu sebesar 10% dari
TEE (Tabel 2).
Penentuan faktor aktivitas dilakukan berdasarkan jenis pekerjaan sampel
yang terdapat pada data Riskesdas 2010. Kategori aktivitas dibagi menjadi empat
kategori yaitu sangat ringan, ringan, aktif dan sangat aktif. Kategori faktor aktivitas
yang sangat ringan dikelompokkan pada sampel yang tidak bekerja, kategori aktif
di kelompokkan pada sampel sekolah, kategori sangat aktif dikelompokkan pada

8
petani/nelayan dan buruh, dan kategori ringan dikelompokkan pada sampel
wiraswasta/layan jasa/dagang dan pekerjaan selain yang telah disebutkan.
Perhitungan kebutuhan energi sampel dapat dilihat pada Tabel 3 berikut.
Tabel 3 Perhitungan kebutuhan energi menurut usia dan jenis kelamin
Rumus perhitungan kebutuhan energi
Kebutuhan energi (Kal)
EER Laki-laki 19 tahun keatas dengan status gizi normal
EER = TEE
EER = 662 – (9.53 x U) + PA x (15.91 x BBa + 539,6 x TB)
Keterangan:
EER + 10%TEE
PA = 1.0 (sangat ringan)
PA = 1.11 (ringan)
PA = 1.25 (aktif)
PA = 1.48 (sangat aktif)
EER perempuan 19 tahun keatas dengan status gizi normal
EER = TEE
EER = 354 – (6.91xU) + PA x (9.36xBBa + 726xTB)
EER + 10% TEE
Keterangan:
PA = 1.0 (sangat ringan)
PA = 1.12 (ringan)
PA = 1.27 (aktif)
PA = 1.45 (sangat aktif)
EER laki-laki 19 tahun keatas dengan status gizi overweight dan
obese
EER = TEE
EER = 1086 – (10.1xU) + PA x (13.7xBBe + 416xTB)
EER + 10% TEE
Keterangan:
PA = 1.0 (sangat ringan)
PA = 1.12 (ringan)
PA = 1.29 (aktif)
PA = 1.59 (sangat aktif)
EER perempuan 19 tahun keatas dengan status gizi overweight
dan obese
EER = TEE
EER = 448 – (7.95xU) + PA x (11.4xBBe + 619xTB)
EER + 10% TEE
Keterangan:
PA = 1.0 (sangat ringan)
PA = 1.16 (ringan)
PA = 1.27 (aktif)
PA = 1.54 (sangat aktif)
Sumber: Mahan & Escoot-stump (2008)
Keterangan:
U
= umur (tahun), BBa = berat badan aktual (Kg), TB = tinggi badan (m) BBe = berat badan
estimasi BMI = 25 Kg/m2 (Kg)
EER = estimasi kebutuhan energi (Kal)
TEE = total pengeluaran energi (Kal)
PA = koefisien aktivitas fisik

Kebutuhan Zat Gizi Makro
Kebutuhan protein dihitung berdasarkan formula estimasi Angka
Kecukupan Protein (AKP) dalam WNPG 2012 sesuai dengan kelompok usia dan
jenis kelamin. Kebutuhan protein dihitung sesuai dengan berat badan sampel dan

9
dikoreksi dengan faktor koreksi mutu protein sebesar 1.3 (WNPG 2012).
Berdasarkan WNPG 2012, rendahnya mutu protein makanan penduduk Indonesia
menjadi dasar penentun faktor koreksi tersebut. Berikut adalah penghitungan
kebutuhan protein :
Kebutuhan protein = AKP x faktor koreksi mutu protein
Keterangan:
AKP = Angka kecukupan protein (g/kgBB/hari)
Faktor koreksi mutu protein = 1.3
Tabel 4 Perhitungan kebutuhan protein berdasarkan usia dan jenis kelamin
Jenis kelamin
Laki-laki
Perempuan
0.85 g/kg BB/hr x 1.3
0.85 g/kg BB/hr x 1.3
0.85 g/kg BB/hr x 1.3
0.85 g/kg BB/hr x 1.3

Kelompok usia
19-29 tahun
30-49 tahun

Sumber : WNPG (2012)
Kebutuhan lemak dihitung sebesar 25% dari kebutuhan energi (WNPG
2012), rekomendasi kebutuhan lemak untuk dewasa adalah 25-35% (mahan &
escoot-stump 2008) dan berdasarkan almatsier (2004) kebutuhan lemak orang
dewasa adalah 10-25% dari total kebutuhan energi. Setelah diperoleh kebutuhan
energi, protein dan lemak, kebutuhan karbohidrat dihitung berdasarkan selisih
antara kebutuhan energi total dengan kebutuhan energi dari protein dan lemak
sampel yang dijelaskan sebagai berikut :
e E ergi



e Pr tei

g x4



e

Kebutuhan Karbohidrat =
4
Asupan Energi, Protein, Lemak, dan Karbohidrat

e

g x9

Asupan Zat Gizi dan Tingkat Kecukupan Gizi
Kandungan zat gizi pangan yang dikonsumsi dihitung dengan menggunakan
Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM) yang dihitung berdasarkan jenis dan
jumlah bahan pangan dalam gram/URT yang dikonsumsi sampel. Perhitungan
kandungan zat gizi tersebut digunakan untuk menghitung tingkat kecukupan
masing-masing zat gizi (Hardinsyah & Briawan 1994) sebagai berikut:
KGij = (Bj/100) x Gij x (BDDj/100)
Keterangan :
KGij = Penjumlahan zat gizi i dari setiap bahan makanan/pangan yang
dikonsumsi
Bj
= Berat bahan makanan j (gram)
Gij = Kandungan zat gizi i dari bahan makanan j
BDDj = % bahan makanan j yang dapat dimakan
Setelah dilakukan perhitungan konsumsi zat gizi, selanjutnya dapat
dilakukan perhitungan tingkat pemenuhan kebutuhan zat gizi dengan cara
menghitung perbandingan antara zat gizi yang dikonsumsi dan kebutuhan zat gizi

10
sampel berdasarkan perhitungan rumus kebutuhan untuk zat gizi makro (energi,
protein, lemak dan karbohidrat) yang dinyatakan dalam bentuk persen. Klasifikasi
tingkat kecukupan energi, protein, lemak, dan karbohidrat dihitung berdasarkan
Depkes (1996) yaitu: (1) defisit tingkat berat (