Konsumsi Pangan dan Gizi serta Skor Pola Pangan Harapan (PPH) pada Anak Usia 2 – 6 Tahun di Indonesia

KONSUMSI PANGAN DAN GIZI SERTA SKOR POLA
PANGAN HARAPAN (PPH) PADA ANAK USIA 2-6 TAHUN
DI INDONESIA

TEGUH JATI PRASETYO

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Konsumsi Pangan dan
Gizi serta Skor Pola Pangan Harapan (PPH) pada Anak Usia 2-6 Tahun di
Indonesia adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, September 2013
Teguh Jati Prasetyo
NIM I14090019

____________________________
*Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerja sama dengan pihak
luar IPB harus didasarkan pada perjanjian kerja sama yang terkait.

iii

ABSTRAK
TEGUH JATI PRASETYO. Konsumsi Pangan dan Gizi serta Skor Pola Pangan
Harapan (PPH) pada Anak Usia 2-6 Tahun di Indonesia. Dibimbing oleh
HARDINSYAH dan TIURMA SINAGA.
Penelitian ini bertujuan untuk menilai konsumsi pangan, mutu gizi
konsumsi pangan (MGP), skor pola pangan harapan (PPH), dan korelasi antara
skor PPH dan MGP anak usia 2-6 tahun. Penelitian ini dilakukan dengan
menganalisis data konsumsi Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 yang

dikumpulkan dengan menggunakan metode recall 24 jam. Jumlah anak usia 2-6
tahun dari data ini sebanyak 24447 anak yang berasal dari 33 provinsi di
Indonesia. Kriteria inklusi dan eksklusi sampel akhir untuk penelitian ini
sebanyak 16709 anak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar anak
mengonsumsi padi-padian (99.4%) dan paling sedikit mengonsumsi buah/biji
berminyak (1.6%). Anak usia 2-6 tahun mengalami defisit zat gizi makro lemak,
energi, dan air serta defisit zat gizi mikro berupa kalsium, vitamin A, vitamin B9
dan vitamin C. Anak usia 2-6 tahun memiliki rata-rata skor PPH 67.1±10
(67.0±10.1 untuk laki-laki dan 67.3±10.1 untuk perempuan). Rata-rata MGP anak
usia 2-6 tahun adalah 62.4 ± 17.1 (62.6 ± 17.2 untuk laki-laki dan 62.2 ± 17.1
untuk perempuan). Korelasi antara skor PPH dan masing-masing MGP ditemukan
sebesar 0.578-0.621 yang menunjukkan hasil validitas yang sedang.
Kata kunci: Konsumsi pangan, pola pangan harapan, mutu gizi konsumsi pangan,
anak usia 2-6 tahun

ABSTRACT
TEGUH JATI PRASETYO. Food and Nutrients Consumption and Desirable
Dietary Pattern Score of Children Aged 2-6 Years Old in Indonesian. Supervised
by HARDINSYAH and TIURMA SINAGA.
This study aimed to assess food and nutrients intake, NDQ, DDP score,

and the correlation between DDP score and NDQ of children aged 2-6 years.
This study was carried out through analyzing a consumption data set of basic
health research (Riskesdas) 2010 were collected using 24-hr recall method. Total
number of children aged 2-6 years of these data was 24447 from 33 provinces of
Indonesian. After applying inclusive and exclusice criterias the final subjects for
this study were 16709 children. The results showed that children were most likely
eat cereals (99.4%) and least likely eat oily seeds (1.6%). Children aged 2-6 years
had deficiency of macronutrient energy, fats,and water. They also had deficiency
of micronutrient calcium, vitamin A, vitamin B9 and vitamin C. The mean DDP
score of the children aged 2-6 years was 67.1±10 (67.0±10.1 for boys and
67.3±10.1 for girls). The mean NDQ of the children aged 2-6 years was 62.4 ±
17.1 (62.6 ± 17.2 for boys and 62.2 ± 17.1 for girls). Correlation between DDP
score and each of NDQ was found 0.578-0.621 that showed moderate validity
result.
Keywords: Food consumption, desirable dietary pattern, nutritional dietary quality,
children aged 2-6 years

v

KONSUMSI PANGAN DAN GIZI SERTA SKOR POLA

PANGAN HARAPAN (PPH) PADA ANAK USIA 2-6 TAHUN
DI INDONESIA

TEGUH JATI PRASETYO
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Gizi
dari Program Studi Ilmu Gizi pada
Departemen Gizi Masyarakat

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

vii

LEMBAR PENGESAHAN
Judul Skripsi : Konsumsi Pangan dan Gizi serta Skor Pola Pangan Harapan

(PPH) pada Anak Usia 2 – 6 Tahun di Indonesia
Nama
NIM

: Teguh Jati Prasetyo
: I14090019

Disetujui oleh

Prof Dr Ir Hardinsyah MS
Dosen Pembimbing I

Dr Tiurma Sinaga MFSA
Dosen Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Ir Budi Setiawan MS
Ketua Departemen


Tanggal Lulus :

ix

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha
Esa, yang telah melimpahkan rahmat-Nya sehingga penulisan skripsi ini dapat
diselesaikan. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan dari
Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.
Penyusunan skripsi ini bertujuan untuk menilai konsumsi pangan, mutu gizi
konsumsi pangan, dan skor pola pangan harapan (PPH) anak usia 2 – 6 tahun di
Indonesia. Penulis mengucapkan terimakasih kepada kedua orang tua dan
keluarga yang senantiasa memberikan dukungan moral dan material serta doa
kepada penulis selama masa studi S1 di IPB. Ucapan terima kasih juga penulis
sampaikan kepada Prof Dr Ir Hardinsyah MS dan Dr Tiurma Sinaga MFSA selaku
dosen pembimbing yang telah dengan sabar membimbing penulis selama proses
penyelesaian skripsi ini. Terima kasih kepada Dr Ir Yayuk Farida Baliwati MS
yang telah bersedia menjadi dosen pemandu dan penguji yang telah banyak
memberikan masukan dalam penyempurnaan skripsi ini. Terima kasih juga
penulis sampaikan kepada Prof Dr Ir Siti Madanijah MS selaku pembimbing

akademik atas bimbingan dan masukan selama ini. Terima kasih kepada Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Kementerian Kesehatan
yang telah memberikan izin kepada penulis untuk menggunakan data Riskesdas
2010.
Terima kasih kepada teman-teman seperjuangan, Irul, Lativa dan Karina
atas bantuan dan dukungannya selama ini. Terima kasih kepada Mbak Mali, Kak
Triko, Kak Nazhif, Kak Rohadi, Kak Tika, Kak Sisil dan Septian Suhandono atas
dukungan dan motivasinya. Terima kasih kepada Ali, Grevi dan Armina yang
telah bersedia menjadi pembahas dalam seminar hasil penelitian penulis. Terima
kasih kepada Coconut GM 46 atas semangat, kebersamaan, perjuangan, dukungan
dan bantuan selama ini. Terima kasih kepada teman – teman FIM Hore Bogor
(Kak Ichi, Nida, Elva, Azka, Kak dimas dll) dan teman-teman lingkaran (Sigit,
Luki, Endro, Viqih, dan Firman) serta Mas Rangga atas dukungan dan bantuannya
selama ini. Terima kasih juga kepada Keluarga BEM FEMA Kabinet Sinekologi,
ILMAGI 2011-2013, Pondok Al-Quds dan IMAPEKA atas kebersamaan,
dukungan, dan bantuannya. Terima kasih kepada sahabat dan adik-adik, Rahmi,
Salsa, Desla, Rici, Septian, Pauzi, Ajron, Fatwa, dan Ulfa dll yang sudah penulis
anggap sebagai keluarga baru di FEMA atas dukungan dan bantuannya. Terima
kasih kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, atas
segala doa, dukungan, motivasi, dan bantuan yang telah diberikan selama ini.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan dan
pelaksanaan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis dengan terbuka menerima saran
dan kritik berkaitan dengan penulisan skripsi ini. Atas bantuan yang diberikan,
penulis mengucapkan terima kasih.

Bogor, November 2013

Teguh Jati Prasetyo

DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL

viii

DAFTAR GAMBAR

viii

DAFTAR LAMPIRAN


viii

PENDAHULUAN

1

KERANGKA PEMIKIRAN

2

METODE

4

Desain, Tempat dan Waktu

4

Jumlah dan Cara Pengambilan Sampel


4

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

5

Pengolahan dan Analisis Data

6

Karakteristik Sosial Ekonomi

7

Kebutuhan Energi

7

Kebutuhan Zat Gizi Makro


8

Kebutuhan Zat Gizi Mikro

8

Asupan dan Kecukupan Gizi serta Mutu Gizi Konsumsi Pangan

9

Perhitungan Skor Pola Pangan Harapan (PPH)

10

Analisis Data

12

Definisi Operasional

12

HASIL DAN PEMBAHASAN

13

Karakteristik Sosial Ekonomi

13

Konsumsi Pangan

14

Asupan Zat Gizi dan Tingkat Pemenuhan Kebutuhan Gizi

16

Mutu Gizi Konsumsi Pangan (MGP) dan Skor PPH

18

Hubungan antara Tingkat Kecukupan Zat Gizi dengan Skor PPH dan
Mutu Gizi Pangan

22

Faktor yang Mempengaruhi Mutu Gizi Konsumsi Pangan

24

SIMPULAN DAN SARAN

25

Simpulan

25

Saran

26

DAFTAR PUSTAKA

26

RIWAYAT HIDUP

28

LAMPIRAN

29

xi

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7

Sumber dan cara pengumpulan data Riskesdas 2010
Perhitungan kebutuhan energi menurut usia dan jenis kelamin
Perhitungan kebutuhan protein
Angka kecukupan gizi anak usia 2-6 tahun
Susunan Pola Pangan Harapan (PPH) berdasarkan Deptan 2001
Sebaran anak usia 2-6 tahun menurut jenis kelamin dan sosial ekonomi
Rata-rata, standar deviasi (median) anak 2-6 tahun menurut jenis kelamin, usia
dan kelompok pangan
8 Tingkat partisipasi (%) konsumsi pangan menurut 9 kelompok pangan, jenis
kelamin, dan kelompok usia
9 Rata-rata, standar deviasi asupan gizi dan median asupan gizi anak 2-6 tahun
menurut jenis kelamin dan kelompok usia
10 Persentase pemenuhan kebutuhan (tingkat konsumsi) zat gizi menurut 9
kelompok pangan, jenis kelamin, dan kelompok usia
11 Rata-rata mutu gizi konsumsi pangan anak usia 2-6 tahun menurut jenis
kelamin dan kategori mutu gizi konsumsi pangan
12 Rata-rata skor PPH anak 2-6 tahun menurut jenis kelamin dan kelompok
pangan
13 Rata-rata skor PPH anak 2-3 tahun menurut jenis kelamin dan kelompok
pangan
14 Rata-rata skor PPH anak 4-6 tahun menurut jenis kelamin dan kelompok
pangan
15 Uji korelasi Spearman hubungan skor PPH dan MGP dengan tingkat
kecukupan gizi
16 Sebaran remaja usia 13-18 tahun menurut kategori mutu gizi konsumsi pangan
dan pola pangan harapan
17 Hasil regresi logistik faktor mutu gizi konsumsi pangan dari 14 zat gizi anak
usia 2-6 tahun

6
7
8
9
11
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
23
24

DAFTAR GAMBAR
1 Kerangka pemikiran mutu gizi konsumsi pangan dan skor pola pangan harapan
pada anak usia 2 – 6 tahun di Indonesia
2 Alur cleaning data untuk memperoleh jumlah sampel penelitian

DAFTAR LAMPIRAN

3
5

1 Cara pengumpulan data karakteristik dan antropometri oleh tim Riskesdas
2010
2 Cara pengumpulan data asupan pangan oleh tim Riskesdas 2010
3 Sebaran anak – anak
menurut rata-rata berat badan dan tinggi badan,
kelompok usia, serta jenis kelamin
4 Rata-rata dan median konsumsi energi menurut 9 kelompok pangan, jenis
kelamin dan kelompok usia
5 Rata-rata dan median konsumsi protein menurut 9 kelompok pangan, jenis
kelamin dan kelompok usia
6 Rata-rata dan median konsumsi lemak menurut 9 kelompok pangan, jenis
kelamin dan kelompok usia
7 Rata-rata dan median konsumsi karbohidrat menurut 9 kelompok pangan, jenis
kelamin dan kelompok usia
8 Rata-rata dan median konsumsi kalsium menurut 9 kelompok pangan, jenis
kelamin dan kelompok usia
9 Rata-rata dan median konsumsi fosfor menurut 9 kelompok pangan, jenis
kelamin dan kelompok usia
10 Rata-rata dan median konsumsi besi menurut 9 kelompok pangan, jenis
kelamin dan kelompok usia
11 Rata-rata dan median konsumsi Zn menurut 9 kelompok pangan, jenis kelamin
dan kelompok usia
12 Rata-rata dan median konsumsi air menurut 9 kelompok pangan, jenis kelamin
dan kelompok usia
13 Rata-rata dan median konsumsi vitamin A menurut 9 kelompok pangan, jenis
kelamin dan kelompok usia
14 Rata-rata dan median konsumsi vitamin B menurut 9 kelompok pangan, jenis
kelamin dan kelompok usia
15 Rata-rata dan median konsumsi vitamin B9 menurut 9 kelompok pangan, jenis
kelamin dan kelompok usia
16 Rata-rata dan median konsumsi vitamin B12 menurut 9 kelompok pangan,
jenis kelamin dan kelompok usia
17 Rata-rata dan median konsumsi vitamin C menurut 9 kelompok pangan, jenis
kelamin dan kelompok usia
18 Persentase pemenuhan kebutuhan (tingkat konsumsi) energi menurut 9
kelompok pangan, jenis kelamin, dan kelompok usia
19 Persentase pemenuhan kebutuhan (tingkat konsumsi) protein menurut 9
kelompok pangan, jenis kelamin, dan kelompok usia
20 Persentase pemenuhan kebutuhan (tingkat konsumsi) lemak menurut 9
kelompok pangan, jenis kelamin, dan kelompok usia
21 Persentase pemenuhan kebutuhan (tingkat konsumsi) karbohidrat menurut 9
kelompok pangan, jenis kelamin, dan kelompok usia
22 Persentase pemenuhan kebutuhan (tingkat konsumsi) kalsium menurut 9
kelompok pangan, jenis kelamin, dan kelompok usia

29
30
31
31
32
32
33
33
34
34
35
35
36
36
37
37
38
38
39
39
40
40

xiii

23 Persentase pemenuhan kebutuhan (tingkat konsumsi) fosfor menurut 9
kelompok pangan, jenis kelamin, dan kelompok usia
24 Persentase pemenuhan kebutuhan (tingkat konsumsi) besi menurut 9 kelompok
pangan, jenis kelamin, dan kelompok usia
25 Persentase pemenuhan kebutuhan (tingkat konsumsi) Zn menurut 9 kelompok
pangan, jenis kelamin, dan kelompok usia
26 Persentase pemenuhan kebutuhan (tingkat konsumsi) air menurut 9 kelompok
pangan, jenis kelamin, dan kelompok usia
27 Persentase pemenuhan kebutuhan (tingkat konsumsi) vitamin A menurut 9
kelompok pangan, jenis kelamin, dan kelompok usia
28 Persentase pemenuhan kebutuhan (tingkat konsumsi) vitamin B menurut 9
kelompok pangan, jenis kelamin, dan kelompok usia
29 Persentase pemenuhan kebutuhan (tingkat konsumsi) vitamin B9 menurut 9
kelompok pangan, jenis kelamin, dan kelompok usia
30 Persentase pemenuhan kebutuhan (tingkat konsumsi) vitamin B12 menurut 9
kelompok pangan, jenis kelamin, dan kelompok usia
31 Persentase pemenuhan kebutuhan (tingkat konsumsi) vitamin C menurut 9
kelompok pangan, jenis kelamin, dan kelompok usia
32 Persentase kategori tingkat kecukupan zat gizi pada anak usia 2-6 tahun
45

41
41
42
42
43
43
44
45
44
45

1

PENDAHULUAN
Pedoman pola konsumsi pangan dalam rangka promosi kesehatan dan
pencegahan penyakit sering kali memiliki peran penting dalam penentuan
kebijakan dan edukasi kepada masyarakat tentang pemilihan pangan yang sehat
(Willet dan McCullough 2008). Pola pangan harapan (PPH) merupakan susunan
beragam pangan yang didasarkan pada sumbangan energi/kelompok pangan dari
suatu pola ketersediaan dan atau konsumsi pangan (Hardinsyah et al. 2001). Food
and Agriculture Organization – Regional Office for Asia and the Pasific (FAORAPA) mendefinisikan PPH sebagai komposisi dari kelompok-kelompok pangan
utama yang disiapkan untuk dikonsumsi sebagai makanan untuk memenuhi
kebutuhan energi dan akan memberikan zat gizi dalam jumlah yang mencukupi.
PPH pertama kali diperkenalkan oleh FAO-RAPA pada tahun 1988 yang
kemudian dikembangkan oleh Departemen Pertanian (Deptan) Republik Indonesia
melalui workshop yang diselenggarakan Deptan bekerja sama dengan FAO.
Tujuan utama penyusunan PPH adalah untuk membuat suatu rasionalisasi pola
konsumsi pangan yang dianjurkan yang terdiri dari kombinasi aneka ragam
pangan untuk memenuhi kebutuhan gizi dan sesuai cita rasa. Untuk pertama kali
PPH kawasan Asia Pasifik dikembangkan berdasarkan data pola pangan (pola
ketersediaan pangan) dari neraca bahan makanan (NBM). Hal ini dilakukan
karena data inilah yang tersedia secara berkala setiap tahun. Saat ini PPH
digunakan untuk mengetahui kondisi kualitas konsumsi pangan rumah tangga,
salah satunya dengan menggunakan data Survei Sosial Ekonomi Nasional
(SUSENAS) (Hardinsyah et al. 2001).
Dengan pendekatan PPH, keadaan perencanaan penyediaan dan konsumsi
penduduk diharapkan dapat memenuhi tidak hanya kecukupan gizi, tetapi juga
mempertimbangkan keseimbangan gizi didukung oleh cita rasa, daya cerna, daya
terima masyarakat dan kemampuan daya beli. Ada enam kelompok zat gizi yang
penting diperlukan oleh tubuh yaitu protein, lemak, karbohidrat, air, vitamin dan
mineral. Dari beberapa zat gizi tersebut, tubuh akan memperoleh energi sehingga
manusia mampu mempertahankan kerja alat-alat tubuh dan melakukan kegiatan
fisik sehari-hari. Sejumlah golongan bahan makanan yang tersusun secara
seimbang akan mampu memenuhi kebutuhan zat gizi. Golongan pangan tersebut
mencakup padi-padian, umbi-umbian, pangan hewani, minyak dan lemak,
buah/biji berminyak, kacang-kacangan, gula, sayur dan buah, dan lain-lain
(Kantor Menteri Negara Urusan Pangan dalam Hardinsyah et al. 2001). Oleh
karena itu, bahan pangan dikelompokkan menjadi sembilan golongan pangan
tersebut dalam menentukan PPH. Hal ini lebih sederhana tanpa menghitung semua
zat gizi , cukup energi dari 9 kelompok pangan, dapat menghasilkan satu skor atau
indeks (Hardinsyah et al. 2001).
Selama ini perhitungan skor PPH menggunakan data ketersedian pangan
NBM dan konsumsi rumah tangga SUSENAS (BPS), belum pernah dilakuan
untuk penilaian mutu konsumi pangan individu. Penilaian konsumsi gizi individu
dilakukan dengan menghitung tingkat kecukupan dari setiap zat gizi. Cara ini
lebih rumit karena perlu menghitung setiap zat gizi dan tidak dapat
diinterpretasikan berupa satu indeks atau skor. Oleh karena itu, penelitian ini
dilakukan untuk menguji apakah sistem skor PPH dapat digunakan pada individu,

2

khususnya anak usia 2-6 tahun. Penelitian ini juga digunakan untuk menguji
apakah ada korelasi antara PPH dan mutu gizi konsumsi pangan pada usia
tersebut. Hal ini penting dilakukan karena anak pada masa ini mengalami
pertumbuhan fisik dan perkembangan otak. Menurut Almatsier et al. (2011)
selama masa ini anak memperoleh keterampilan yang memungkinkannya untuk
makan secara bebas dan mengembangkan kesukaan makannya sendiri. Selain itu
perkembangan keterampilan otot membuat aktifitas fisiknya meningkat. Dengan
demikian perlu ditunjang dengan pemberian makanan (zat-zat gizi) yang tepat dan
memadai serta seimbang agar kebutuhan gizinya dapat terpenuhi.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menilai konsumsi pangan, mutu gizi
konsumsi pangan dan skor pola pangan harapan (PPH) pada anak usia 2 - 6 tahun
di Indonesia. Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah 1) Menganalisis
pola konsumsi dan mutu gizi konsumsi pangan anak usia 2 - 6 tahun; 2)
Menganalisis skor PPH anak usia 2 – 6 tahun; 3) Menganalisis skor PPH dan
hubungannya dengan mutu gizi konsumsi pangan anak usia 2 – 6 tahun. Hasil
penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai pola konsumsi
pangan, mutu gizi konsumsi pangan dan pola pangan harapan anak usia 2 – 6
tahun di Indonesia. Informasi ini diharapkan dapat memberikan gambaran untuk
para pembuat kebijakan di tataran pemerintahan dalam menentukan kebijakan
yang tepat dalam hal pangan dan gizi. Selain itu penelitian ini juga dapat
digunakan sebagai sarana untuk melaksanakan perencanaan pangan dan gizi
khususnya untuk anak usia 2 - 6 tahun agar dapat memenuhi kebutuhan baik
secara kuantitas maupun kualitas.

KERANGKA PEMIKIRAN
Status gizi masyarakat dipengaruhi oleh banyak faktor yang saling
mempengaruhi secara komplek. Terwujudnya ketahanan pangan akan berdampak
kepada perbaikan status gizi. Pembangunan di bidang ketahanan pangan dan gizi
telah menunjukkan kecenderungan yang semakin baik di semua pilar, mulai dari
produksi dan ketersediaan serta distribusi hingga ke konsumsi dan status gizi.
Konsumsi pangan menjadi salah satu hal yang diperhitungkan dalam menentukan
mutu gizi konsumsi pangan maupun skor PPH.
Salah satu hal yang
mempengaruhi konsumsi pangan adalah karakteristik individu. Karakteristik
individu dapat terdiri atas usia, jenis kelamin, berat badan, tinggi badan dan sosial
ekonomi individu terkait. Konsumsi pangan individu dapat berpengaruh terhadap
skor PPH dan mutu gizi konsumsi pangan (MGP) individu tersebut. Status gizi
yang baik pada seseorang dipengaruhi oleh asupan zat gizi yang cukup sesuai
dengan angka kecukupan gizi yang dianjurkan untuk setiap individu.
Terpenuhinya konsumsi pangan sesuai dengan kebutuhannya dapat digunakan
untuk beraktivitas dengan baik.
Kebutuhan gizi dapat terpenuhi dari pangan yang disediakan dan
dikonsumsi. Oleh karena itu, perlu diperhatikan keanekaragaman dan
keseimbangan gizi individu dalam pengembangan konsumsi pangan. Pangan yang
dikonsumsi harus terdiri dari zat tenaga (karbohidrat), zat pembangun (protein),
dan zat pengatur (vitamin dan mineral). Keragaman dalam konsumsi pangan dapat

3

melengkapi kekurangan zat gizi pada jenis makanan lain sehingga diperoleh intik
zat gizi yang seimbang. Salah satu metode yang dapat digunakan untuk
mengetahui keragaman konsumsi pangan adalah PPH.
Konsumsi pangan adalah suatu informasi mengenai jenis dan jumlah
pangan yang dikonsumsi seseorang atau sekelompok orang pada waktu tertentu,
sehingga penilaian konsumsi pangan dapat berdasarkan jumlah maupun jenis
pangan yang dikonsumsi (Hardinsyah & Martianto 1994). Mutu gizi konsumsi
pangan adalah salah satu faktor yang mempengaruhi penerimaan dan penggunaan
makanan oleh tubuh, sehingga dapat mempengaruhi status gizi dan kesehatan baik
individu maupun masyarakat (Hardinsyah 2001). Menurut McCollum dan becker
(1934) dalam Hardinsyah et al (2001), mutu gizi pangan adalah total kandungan
gizi dari makanan yang dibutuhkan oleh manusia.
Konsumsi pangan seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya
usia, jenis kelamin, berat badan, tinggi badan, dan sosial ekonomi. Konsumsi
pangan dapat digunakan sebagai salah satu acuan dalam menghitung PPH.
Menurut Hardinsyah et al (2001) PPH adalah komposisi dari kelompok-kelompok
pangan utama yang ketika disiapkan untuk dikonsumsi sebagai makanan untuk
memenuhi kebutuhan kalori akan memberikan semua zat gizi dalam jumlah yang
mencukupi. Dengan pendekatan PPH dapat dinilai mutu gizi konsumsi pangan
penduduk berdasarkan skor pangannya (dietary score). Semakin tinggi skor mutu
pangan, menunjukkan situasi pangan yang semakin beragam dan semakin baik
komposisi dan mutu gizinya. Dengan demikian, skor PPH diduga memiliki
korelasi dengan tingkat kecukupan gizi dan mutu gizi konsumsi pangan seseorang.
Bagan kerangka pemikiran analisis konsumsi pangan, mutu gizi konsumsi pangan,
dan skor pola pangan harapan (PPH) pada anak usia 2-6 tahun di Indonesia
disajikan pada Gambar 1.





Karakteristik sampel
Usia
Jenis kelamin
Tinggi badan/berat badan
Daerah tempat tinggal





Karakteristik Keluarga
Pendidikan ibu dan ayah
Pekerjaan ibu dan ayah
Status ekonomi keluarga
Besar keluarga







Mutu gizi
Tingkat kecukupan gizi
Mutu gizi konsumsi pangan

Konsumsi Pangan
Jenis/Kelompok pangan
Jumlah pangan

Skor pola pangan harapan – PPH
(0-100)

Gambar 1 Kerangka pemikiran mutu gizi konsumsi pangan dan skor pola pangan
harapan pada anak usia 2 – 6 tahun di Indonesia

4

Keterangan
: Variabel yang diteliti
: Variabel yang tidak diteliti
: Hubungan yang diteliti
: Hubungan yang tidak diteliti

METODE
Desain, Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilakukan dengan mengolah data sekunder dari hasil
penelitian Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010. Desain yang digunakan pada
penelitian tersebut adalah cross sectional study dan dilakukan oleh Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia. Pengumpulan data Riskesdas 2010 dilakukan oleh tenaga
terlatih dengan kualifikasi minimal tamat D3 kesehatan di beberapa daerah dari
bulan Juni 2010 sampai dengan Agustus 2010. Proses perencanaan, pengolahan,
analisis dan interpretasi data untuk penelitian ini dilakukan mulai bulan Maret
sampai dengan Agustus 2013 di Kampus Institut Pertanian Bogor, Darmaga, Jawa
Barat.

Jumlah dan Cara Pengambilan Sampel
Penelitian ini menggunakan sampel yang berasal dari data Riskesdas 2010.
Populasi dalam Riskesdas 2010 adalah seluruh rumah tangga biasa yang mewakili
33 provinsi. Sampel rumah tangga dalam Riskesdas 2010 dipilih berdasarkan
listing Sensus Penduduk (SP) 2010. Proses pemilihan rumah tangga dilakukan
Badan Pusat Statistik (BPS) dengan two stage sampling yaitu pemilihan sampel
dengan dua tahap. Selanjutnya Riskesdas mengambil 2800 blok sensus (BS) yang
telah dikumpulkan BPS melalui SP 2010 dengan 70000 rumah tangga. Pemilihan
blok sensus dilakukan sepenuhnya oleh BPS dengan memperhatikan status
ekonomi, rasio perkotaan/perdesaan hasil Riskesdas 2007.
Sampel Riskesdas 2010 di tingkat Kabupaten/Kota berasal dari 441
kabupaten/kota yang tersebar di 33 provinsi. Jumlah kabupaten/kota yang menjadi
sampel Riskesdas merupakan sebagian dari jumlah keseluruhan Kabupaten/Kota
di Indonesia (497 kabupaten/kota). Sebanyak 56 kabupaten tidak termasuk ke
dalam sampel Riskesdas, karena daerah tersebut tidak memenuhi syarat yang telah
ditetapkan, yaitu jumlah rumah tangga yang kurang dari 25 rumah tangga dan
terdapat satu kabupaten di Provinsi Papua (Kabupaten Nduga) yang tidak dapat
dikunjungi dalam periode waktu pengumpulan data Riskesdas. Secara keseluruhan,

5

jumlah sampel Riskesdas 2010 yang berasal dari 2798 blok sensus adalah 69300
rumah tangga dengan jumlah anggota rumah tangga sebanyak 251388 orang.
Kriteria sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel berusia
2-6 tahun dalam kondisi sehat, dan konsumsi harian normal (tidak puasa, diet,
sakit, dan lain-lain). Selanjutnya dilakukan proses cleaning data terhadap data
berat badan, tinggi badan, dan konsumsi pangan yang tidak lengkap. Proses
cleaning selanjutnya dilakukan terhadap sampel yang memiliki Z-Skor TB/U 6, BB/U 5, BB/TB 5 (WHO 2007). Sampel
dengan asupan energi 3 kali dari energi basal, serta sampel dengan
tingkat kecukupan zat gizi >400% dihilangkan. Proses cleaning selanjutnya yaitu
dengan menghilangkan sampel yang memiliki PPH dibawah 10. Setelah melalui
proses cleaning, total sampel dalam penelitian ini sebanyak 16 675 anak usia 2-6
tahun dengan jumlah anak laki-laki sebanyak 8403 dan anak perempuan
sebanyak 8272.
Jumlah seluruh anggota rumah
tangga 251 388 orang

Jumlah sampel awal
24 447 anak (2-6 tahun)
Cleaning awal :
-Berat badan, tinggi badan, dan
kondisi wawancara (diet, puasa,
dan acara hajatan/hari raya) : 683
sampel
-Kondisi
konsumsi
tidak
lengkap : 2 206 sampel

Cleaning selanjutnya pada data
 Cleaning TB/U 6 : 864 sampel
 Cleaning BB/U 5 : 50 sampel
 Cleaning BB/TB 5 : 805
sampel
 Tingkat kecukupan zat gizi >400% :
2860 sampel
 Asupan energi: 3 BMR :
270 sampel
 PPH < 10 : 34 sampel

Jumlah sampel yang digunakan sebanyak 16 675 anak usia 2-6 tahun
Gambar 2 Alur cleaning data untuk memperoleh jumlah sampel penelitian

Jenis dan Cara Pengumpulan Data
Penelitian ini sepenuhnya menggunakan data sekunder dari Riskesdas
2010. Data diperoleh dalam bentuk electronic file berupa entry data dan hasil

6

pengolahan Riskesdas 2010. Sumber dan cara pengumpulan data yang digunakan
disajikan pada Tabel 1 di bawah ini.
Tabel 1 Sumber dan cara pengumpulan data Riskesdas 2010
Peubah
Karakteristik individu
1. Daerah
2. Usia
3. Jenis kelamin
4. Status hamil
5. Pendidikan
Karakteristik keluarga
1. Pendidikan ayah
2. Pendidikan ibu
3. Pekerjaan ayah
4. Pekerjaan ibu
Antropometri
1. Berat badan
2. Tinggi badan

Konsumsi pangan
- Jumlah pangan
- Jenis pangan
1. Status ekonomi
2. Konsumsi zat gizi makro
dan mineral (E, P, L, Kh,
Ca, P, Fe, Zn)
3.Konsumsi zat gizi mikro
(Vit A, Vit B1, Vit B9, Vit
B12, dan Vit C)
Sumber: Riskesdas 2010

Sumber data yang digunakan
Kuesioner Riskesdas
(RKD10.RT)
Blok I No. 5
Blok IV No 7
Blok IV No 4
Blok IV No 10
Blok IV No 8
Kuesioner Riskesdas
(RKD10.RT)
Blok IV No 8
Blok IV No 8
Blok IV No 9
Blok IV No 9
Kuesioner Riskesdas
(RKD10.IND)
Blok X No 1a,1b
Blok X No 2a, 2b

Kuesioner Riskesdas
(RKD10.IND)
Blok IX
Blok IX
Hasil olahan data Riskesdas
2010
Hasil olahan data Riskesdas
2010
Hasil olahan data Riskesdas
2010

Cara pengambilan data
Wawancara

Wawancara

Pengukuran langsung
- Diukur dengan timbangan
berat badan digital
(kapasitas 150 kg dan
ketelitian 50 g)
- Diukur dengan alat ukur
tinggi badan multi fungsi
(kapasitas ukur 2 m dan
ketelitian 0.1)
Food recall 1x24 jam

Olahan BPS
Dihitung menggunakan
Nutrisurvey
Dihitung menggunakan
Nutrisurvey

Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program komputer
Microsoft Office Excel 2007 dan SPSS 16.0 for Windows. Proses pengolahan data
meliputi editing, cleaning, dan analisis. Proses cleaning data dilakukan untuk
memperoleh data yang sesuai dengan variabel yang ditentukan. Proses cleaning
data dilakukan pada data konsumsi pangan, berat badan, dan tinggi badan yang
tidak lengkap serta disesuaikan dengan Z-skor yang sudah ditentukan. Analisis
data yang digunakan terdiri atas analisis deskriptif, uji normalitas, uji beda, dan uji
korelasi Spearman.

7

Karakteristik Sosial Ekonomi
Berdasarkan Riskesdas 2010 diperoleh data sekunder mengenai wilayah
tempat tinggal, pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua dan status ekonomi dari
sampel. Wilayah tempat tinggal sampel dibedakan menjadi dua kelompok yaitu
perdesaan dan perkotaan. Pendidikan orang tua sampel dikelompokkan menjadi
tiga kategori, yaitu tidak tamat/tamat SD/MI, tamat SLTP/MTS, dan tamat
SLTA/MA/Perguruan tinggi. Pekerjaan orang tua sampel dikelompokkan menjadi
lima kelompok yaitu tidak bekerja, TNI/Polri/PNS/Pegawai, wiraswasta/layan
jasa/dagang, petani/nelayan/buruh, dan lainnya. Status ekonomi dikelompokkan
menurut kuintil yang diolah oleh BPS yang terdiri atas kuintil 1, kuintil 2, kuintil
3, kuintil 4, dan kuintil 5. Data mengenai karakteristik Individu dan keluarga
diolah dengan statistik deskritif.
Kebutuhan Energi
Perhitungan kebutuhan energi menggunakan rumus dari Institute of Medicine
(IOM) tahun 2002 dalam Mahan & Escoot-stump (2008) yang didasarkan pada
oxford equation. Kebutuhan energi sampel dihitung sesuai dengan jenis kelamin,
status gizi, usia, faktor aktivitas, serta berat badan dan tinggi badan berdasarkan
Total Energy Expenditure (TEE) yang dikoreksi dengan Thermic Effect of Food
(TEF). Perhitungan kebutuhan energi pada anak-anak juga termasuk kebutuhan
energi cadangan yang digunakan untuk pertumbuhan. Faktor aktivitas pada
sampel dikategorikan menjadi dua. Sampel dengan usia dibawah 3 tahun
tergolong kategori faktor aktivitas yang sangat ringan, sedangkan yang lain
tergolong kategori faktor aktivitas yang ringan.
Tabel 2 Perhitungan kebutuhan energi menurut usia dan jenis kelamin
Rumus perhitungan kebutuhan energi
EER anak usia 0 – 2 Tahun
EER = TEE + energi cadangan
13 – 35 bulan = (89 x BB - 100) + 20 Kal
EER Laki-laki 3 - 8 tahun dengan status gizi normal
EER = TEE + energi cadangan
EER = 88.5 – (61.9xU) + PA x (26.7xBB+ 903xTB)+ 20 Kal
Keterangan:
PA = 1.0 (sangat ringan)
PA = 1.13 (ringan)
PA = 1.26 (aktif)
PA = 1.42 (sangat aktif)
Obese dan Overweight
EER = 114–(50.9 x U)+PA x (19.5xBB + 1161.4xTB) + 25 Kal
Keterangan:
PA = 1.0 (sangat ringan)
PA = 1.12 (ringan)
PA = 1.24 (aktif)
PA = 1.45 (sangat aktif)
EER Perempuan 3-8 tahun dengan status gizi normal
EER = TEE + energi cadangan
EER = 135.3 – (30.8xU) + PA x (10xBB + 934xTB)+ 20 Kal
Keterangan:
PA = 1.0 (sangat ringan)
PA = 1.16 (ringan)
PA = 1.31 (aktif)
PA = 1.56 (sangat aktif)

Kebutuhan Energi
EER + 5%TEE

EER + 10%TEE

EER + 10%TEE

8

Rumus perhitungan kebutuhan energi
Obese dan Overweight
EER = 389-(41.2 x U) + PA x (15 x BB + 701.6 x TB) + 25 Kal
Keterangan:
PA = 1.0 (sangat ringan)
PA = 1.18 (ringan)
PA = 1.35 (aktif)
PA = 1.60 (sangat aktif)
Sumber: Mahan & Escoot-stump (2008)
Keterangan:
U = umur (tahun), BB = berat badan (Kg), TB = tinggi badan (m)
EER = estimasi kebutuhan energi (Kal)
TEE = total pengeluaran energi (Kal)
PA = koefisien aktivitas fisik

Kebutuhan Energi

EER + 10%TEE

Kebutuhan Zat Gizi Makro
Formula estimasi Angka Kecukupan Protein (AKP) dalam WNPG 2004
digunakan untuk perhitungan kebutuhan protein sesuai dengan kelompok umur
dan jenis kelamin. Perhitungan kebutuhan protein disesuaikan juga dengan berat
badan sampel. Dilakukan juga dikoreksi dengan faktor koreksi mutu protein
sebesar 1.5.
Kebutuhan protein = AKP x faktor koreksi mutu protein
Keterangan:
AKP = Angka kecukupan protein (g/kgBB/hari)
Faktor koreksi mutu protein = 1.5
Tabel 3 Perhitungan kebutuhan protein
Usia
1-3 tahun
4-6 tahun
Sumber : WNPG 2012

Kebutuhan Protein (gram/Kg/ Hari)
1.2
1.0

Perhitungan data kebutuhan lemak didasarkan pada perbandingan
komposisi energi dari karbohidrat, protein dan lemak. Berdasarkan perbandingan
tersebut diperoleh kebutuhan lemak sampel adalah 20% dari kebutuhan energi
total. Jika sudah diketahui banyaknya energi yang digunakan untuk memenuhi
kebutuhan protein dan lemak, maka dapat diperoleh kebutuhan karbohidrat
sampel. Perhitungan data kebutuhan karbohidrat diperoleh dari sisa kalori total
energi sampel yang dijelaskan sebagai berikut :
Kebutuhan Karbohidrat =
Kebutuhan air dihitung berdasarkan Angka Kecukupan Gizi (AKG) 2012 dimana
anak usia 1-3 tahun dan 4-6 tahun memiliki kebutuhan rata-rata berturut-turut
sebesar 1200 ml dan 1500 ml.
Kebutuhan Zat Gizi Mikro
Kebutuhan Zat gizi mikro dihitung berdasarkan Angka Kecukupan Gizi
(AKG) sesuai dengan usia dan jenis kelamin. Adapun zat gizi mikro yang
dihitung adalah vitamin A, vitamin B1, vitamin B9, vitamin B12, vitamin C,
kalsium, fosfor, besi, dan seng.

9

Tabel 4 Angka kecukupan gizi anak usia 2-6 tahun
Zat Gizi
Vitamin A (µg)
Vitamin B1 (mg)
Vitamin B9 (folat) (µg)
Vitamin B12 (µg)
Vitamin C (mg)
Kalsium (mg)
Fosfor (mg)
Besi (mg)
Seng (mg)
Sumber : WNPG 2012

Usia 2-3 tahun

Usia 4-6 tahun

400
0.8
150
0.9
40
650
500
8
4

450
0.9
200
1.2
45
1000
500
9
5

Asupan dan Kecukupan Gizi serta Mutu Gizi Konsumsi Pangan
Perhitungan intik zat gizi dilakukan dengan menggunakan data konsumsi
pangan berupa jenis dan jumlah makanan dalam gram/URT yang dikonversi ke
dalam nilai zat gizi dengan menggunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan
(DKBM). Perhitungan tersebut akan menghasilkan kandungan gizi masingmasing bahan pangan dari pangan yng dikonsumsi oleh sampel. Setelah
perhitungan kandungan zat gizi dilakukan, dilanjutkan dengan menghitung
tingkat kecukupan masing-masing zat gizi (Hardinsyah & Briawan 1994).
Rumus umum yang digunakan untuk mengetahui kandungan zat gizi makanan
yang dikonsumsi sebagai berikut:
KGij = (Bj/100) x Gij x (BDDj/100)
Keterangan :
KGij = Penjumlahan zat gizi i dari setiap bahan makanan/pangan yang
dikonsumsi
Bj
= Berat bahan makanan j (gram)
Gij
= Kandungan zat gizi i dari bahan makanan j
BDDj = % bahan makanan j yang dapat dimakan
Berdasarkan data konsumsi zat gizi, dapat diperoleh data tingkat pemenuhan
kebutuhan zat gizi dengan membandingkan antara zat gizi yang dikonsumsi dan
kebutuhan zat gizi sampel berdasarkan perhitungan rumus kebutuhan untuk zat
gizi makro (energi, protein, lemak dan karbohidrat yang dinyatakan dalam bentuk
persen). Berikut adalah perhitungan tingkat pemenuhan kebutuhan zat gizi
sampel :
Tingkat pemenuhan kebutuhan zat gizi (%) = Konsumsi zat gizi x 100%
Kebutuhan zat gizi
Berdasarkan perhitungan tingkat kecukupan zat gizi, dapat diperoleh nilai
mutu gizi konsumsi pangan (MGP) dari seluruh zat gizi yang dikonsumsi oleh
sampel. Penilaian MGP dilakukan dengan menganalisis kandungan gizi makanan
yang dikonsumsi dibandingkan dengan kecukupan gizi yang dianjurkan dan

10

dinyatakan dalam persen (Hardinsyah et al. 2000). Mutu gizi asupan pangan dapat
dihitung dengan rumus (Hardinsyah 2001) sebagai berikut:
MGP (%) =
Keterangan :
TKGi = Tingkat kecukupan zat gizi ke-i (konsumsi zat gizi ke-i/kecukupan zat
gizi ke-i x 100)
n
= Jumlah zat gizi yang dipertimbangan dalam penilaian MGP*
*(MGP14 meliputi energi, protein, karbohidrat, lemak, air, vitamin A, vitamin
B1,vitamin B9, vitamin B12, vitamin C, kalsium, fosfor, besi, dan seng)
*(MGP10 meliputi energi, protein, karbohidrat, lemak, vitamin A, vitamin B1,
vitamin C, kalsium, fosfor, dan besi)
*(MGP4 meliputi energi, lemak, protein dan karbohidrat)
Perhitungan tingkat kecukupan gizi ke-i (TKGi) setiap nilai TKGi bernilai
maksimum 100 (truncated at 100) dengan alasan untuk meminimalkan
kompensasi antara nilai TKGi yang rendah dan tinggi secara matematik, karena
secara biologis antar zat gizi yang berbeda tidak dapat saling substitusi melainkan
saling berinteraksi. Ada empat kategori yang digunakan untuk mengelompokkan
MGP yaitu sangat kurang (