Konsumsi Pangan dan Gizi serta Skor Pola Pangan Harapan (PPH) pada Anak Usia Sekolah 7-12 tahun di Indonesia

KONSUMSI PANGAN DAN GIZI
SERTA SKOR POLA PANGAN HARAPAN (PPH)
PADA ANAK USIA SEKOLAH 7-12 TAHUN DI INDONESIA

KARINA INDAH PERTIWI

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Konsumsi Pangan
dan Gizi serta Skor Pola Pangan Harapan pada Anak Usia Sekolah 7-12 tahun di
Indonesia” adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Oktober 2013

Karina Indah Pertiwi
NIM I14090026

________________________
*Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerja sama dengan pihak
luar IPB harus didasarkan pada perjanjian kerja sama yang terkait.

ABSTRAK
KARINA INDAH PERTIWI. Konsumsi Pangan dan Gizi serta Skor Pola Pangan
Harapan (PPH) pada Anak Usia Sekolah 7-12 tahun di Indonesia. Dibimbing oleh
HARDINSYAH dan KARINA RAHMADIA EKAWIDYANI.
Penelitian ini bertujuan untuk menilai konsumsi pangan, asupan gizi, mutu
gizi konsumsi pangan (MGP), skor pola pangan harapan (PPH), dan korelasi
antara skor PPH dan MGP pada anak usia sekolah 7-12 tahun. Penelitian ini
dilakukan dengan menganalisis data konsumsi pangan Riset Kesehatan Dasar

(Riskesdas) 2010 yang dikumpulkan melalui metode recall 24 jam. Subjek yang
didapatkan yaitu 11202 laki-laki dan 10838 perempuan. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa anak usia sekolah paling banyak mengonsumsi padi-padian
(99.5%) dan paling sedikit mengonsumsi buah/biji berminyak (1.9%). Sebagian
besar anak usia sekolah (lebih dari 50%) mengalami defisit energi, lemak,
karbohidrat, air, vitamin A, vitamin B1, vitamin B9, vitamin C, kalsium, fosfor,
dan zink. Rata-rata skor PPH anak usia sekolah yaitu 64.8±14.7 (64.1±14.8 untuk
laki-laki dan 65.5±14.7 untuk perempuan). Rata-rata MGP anak usia sekolah yaitu
55.4±15.6 (55±15.7 untuk laki-laki dan 55.9±15.5 untuk perempuan). Hasil uji
statistik menunjukkan korelasi yang cukup kuat antara skor PPH dan MGP
(r=0.56-0.59) pada anak usia sekolah. Faktor risiko mutu gizi konsumsi pangan
anak usia sekolah yaitu kelompok usia, skor PPH, status ekonomi, dan daerah.
Kata kunci: konsumsi pangan, asupan gizi, pola pangan harapan, anak usia
sekolah

ABSTRACT
KARINA INDAH PERTIWI. Food and Nutrient Consumption and Desirable
Dietary Pattern Score of School-Age Children 7-12 Years Old in Indonesia.
Supervised by HARDINSYAH and KARINA RAHMADIA EKAWIDYANI.
This study aimed to assess food consumption, nutrient intake, Nutritional

Dietary Quality (NDQ), Desirable Dietary Pattern (DDP) score, and correlation
between DDP score and NDQ in school-age children 7-12 years old. The study
was conducted by analyzing food consumption data of Basic Health Research
(Riskesdas) 2010 collected through a 24-hour recall method. Samples obtained
were 11202 boys and 10838 girls. The results showed that most samples consume
cereals (99.5%) and least consume oily seeds (1.9%). Most school-age children
(more than 50%) were deficit of energy, fat, carbohydrate, water, vitamin A,
vitamin B1, vitamin B9, vitamin C, calcium, phosphor, and zinc. The mean of
DDP score was 64.8±14.7 (64.1±14.8 for boys and 65.5±14.7 for girls). The mean
of NDQ was 55.4±15.6 (55±15.7 for boys and 55.9±15.5 for girls). Statistical test
results showed middle strong correlation between DDP score and NDQ (r = 0.560.59). Risk factor of nutritional dietary quality were age group, DDP score,
economics state, and region.
Keywords: food consumption, nutrient intake, desirable dietary pattern, schoolage children

KONSUMSI PANGAN DAN GIZI
SERTA SKOR POLA PANGAN HARAPAN (PPH)
PADA ANAK USIA SEKOLAH 7-12 TAHUN DI INDONESIA

KARINA INDAH PERTIWI


Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Gizi
dari Program Studi Ilmu Gizi pada
Departemen Gizi Masyarakat

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

LEMBAR PENGESAHAN
Judul

: Konsumsi Pangan dan Gizi serta Skor Pola Pangan Harapan (PPH)
pada Anak Usia Sekolah 7-12 tahun di Indonesia
: Karina Indah Pertiwi
: 114090026


Disetujui oleh

ahMS

dr Karina Rahmadia Ekawidyani MSc

Pembimbing II

- anggal Lulus:

23

OCT 20 13

LEMBAR PENGESAHAN
Judul
Nama
NIM

: Konsumsi Pangan dan Gizi serta Skor Pola Pangan Harapan (PPH)

pada Anak Usia Sekolah 7-12 tahun di Indonesia
: Karina Indah Pertiwi
: I14090026

Disetujui oleh

Prof Dr Ir Hardinsyah MS
Pembimbing I

dr Karina Rahmadia Ekawidyani MSc
Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Rimbawan
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
segala karunia-Nya sehingga penulisan skripsi berjudul “Konsumsi Pangan dan
Gizi serta Skor Pola Pangan Harapan (PPH) pada Anak Usia Sekolah 7-12 tahun
di Indonesia” sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana (S1) Gizi di
Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor,
dapat terselesaikan dengan baik.
Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dari berbagai pihak.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Hardinsyah, MS selaku
dosen pembimbing akademik sekaligus pembimbing skripsi yang senantiasa
meluangkan waktu dan pikirannya dalam memberikan bimbingan, saran, dan
motivasi kepada penulis sejak awal perkuliahan, awal penelitian, hingga akhir
penyusunan skripsi. Terima kasih kepada Ibu dr Karina Rahmadia Ekawidyani
MSc selaku pembimbing skripsi yang senantiasa meluangkan waktu dan
pikirannya dalam memberikan bimbingan, saran, dan motivasi kepada penulis
hingga akhir penyusunan skripsi. Terima kasih kepada Ibu Dr Ir Yayuk Farida
Baliwati, MS selaku dosen pemandu seminar dan Bapak Dr.Ir.Dodik Briawan,
MCN selaku dosen penguji sidang yang telah memberikan masukan, kritik, dan
saran demi penyempurnaan skripsi.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Mulyono dan Sri Wartini
selaku ayahanda dan ibunda tercinta yang senantiasa selalu mendoakan dan

memberikan dukungan baik dukungan moral maupun materi selama menempuh
pendidikan. Terima kasih kepada adik-adik tersayang Dhani Ahmad Saputro dan
Avrita Destiani Putri yang selalu mendoakan dan memberikan semangat. Terima
kasih kepada teman-teman seperjuangan (Lativa, Khoirul, dan Teguh), sahabat
tercinta (Mega, Dian, dan Inti), serta Mbak Malie, Kak Trikorian, Kak Fachrudin,
Kak Nazhif, Kak Rohadi, Kak Atika, dan Kak Silvi atas segala doa, bantuan,
saran, semangat, motivasi, dan dukungannya selama ini.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan pula kepada Badan Penelitian
Pengembangan Kesehatan, Kementrian Kesehatan RI yang telah mengijinkan
penulis menggunakan data hasil survei Riskesdas 2010. Terima kasih kepada
keluarga dan teman-teman KKP Desa Banjarsari Kabupaten Garut (Pak Nanang,
Bu Endah, Teh Hani, Heru, Intan, Tina, Nanda, Sarah), teman-teman Internship
Dietetik RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo (Ajan, Sonia, Nisa, Suti), temanteman GM 46, para staff GM, serta semua pihak yang tidak dapat penulis
sebutkan satu per satu atas segala doa, dukungan, motivasi, dan bantuan yang
telah diberikan selama ini.
Penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam penulisan skripsi ini.
Kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi perbaikan
selanjutnya. Penulis berharap semoga tulisan ini dapat memberikan manfaat untuk
pembaca.


Bogor, Oktober 2013
Karina Indah Pertiwi

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vii

DAFTAR LAMPIRAN

vii

DAFTAR LAMPIRAN

xii


PENDAHULUAN

1

KERANGKA PEMIKIRAN

2

METODE

3

Desain, Tempat, dan Waktu

3

Jumlah dan Cara Pengambilan Subjek

4


Jenis dan Cara Pengumpulan Data

5

Pengolahan dan Analisis Data

6

Definisi Operasional

12

HASIL DAN PEMBAHASAN

13

Karakteristik Sosial Ekonomi

13

Pola Konsumsi Pangan

15

Asupan dan Tingkat Kecukupan Zat Gizi

16

Mutu Gizi Konsumsi Pangan

19

Pola Pangan Harapan

21

Hubungan Skor Pola Pangan Harapan dan Mutu Gizi Konsumsi Pangan

23

Faktor yang Mempengaruhi Mutu Gizi Konsumsi Pangan

24

SIMPULAN DAN SARAN

26

Simpulan

26

Saran

27

DAFTAR PUSTAKA

27

LAMPIRAN

29

RIWAYAT HIDUP

51

DAFTAR TABEL
1 Sumber dan cara pengumpulan data Riskesdas 2010
2 Perhitungan kebutuhan energi menurut usia, jenis kelamin dan status
gizi
3 Perhitungan angka kecukupan protein berdasarkan kelompok usia
4 Angka kecukupan gizi anak usia sekolah 7-12 tahun
5 Susunan Pola Pangan Harapan (PPH) berdasarkan Deptan 2001
6 Sebaran anak usia sekolah usia 7-12 tahun menurut jenis kelamin
dan sosial ekonomi
7 Rata-rata, standar deviasi (median) konsumsi pangan (gram) anak usia
sekolah 7-12 tahun menurut jenis kelamin, usia dan kelompok pangan
8 Tingkat partisipasi (%) konsumsi pangan anak usia sekolah 7-12 tahun
menurut jenis kelamin, kelompok usia, dan kelompok pangan
9 Rata-rata (median) asupan gizi menurut 9 kelompok pangan, jenis
kelamin dan kelompok usia
10 Tingkat kecukupan zat gizi (%) menurut 9 kelompok pangan, jenis
kelamin, dan kelompok usia
11 Rata-rata mutu gizi konsumsi pangan anak usia sekolah 7-12 tahun
menurut jenis kelamin dan kategori mutu gizi konsumsi pangan
12 Rata-rata mutu gizi konsumsi pangan anak usia sekolah 7-12 tahun
menurut kelompok usia dan kategori mutu gizi konsumsi pangan
13 Rata-rata skor PPH anak usia sekolah 7-12 tahun menurut jenis
kelamin
14 Rata-rata skor PPH anak usia sekolah 7-12 tahun menurut kelompok
usia
15 Sebaran skor pola pangan harapan menurut mutu gizi konsumsi
pangan pada anak usia sekolah 7-12 tahun
16 Uji korelasi Spearman hubungan skor PPH dan mutu gizi konsumsi
pangan dengan tingkat kecukupan gizi
17 Hasil uji regresi logistik faktor risiko mutu gizi konsumsi pangan anak
usia sekolah 7-12 tahun

5
7
8
8
11
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25

DAFTAR GAMBAR
1 Kerangka pemikiran konsumsi pangan dan gizi serta skor pola pangan
harapan (PPH) anak usia sekolah 7-12 tahun di Indonesia
2 Alur memperoleh jumlah subjek yang digunakan

3
5

DAFTAR LAMPIRAN
1 Cara pengumpulan data karakteristik dan antropometri oleh tim
Riskesdas 2010
2 Cara pengumpulan data asupan pangan oleh tim Riskesdas 2010

29
30

3 Uji beda independent samples t-test variabel menurut jenis kelamin
4 Uji beda independent samples t-test variabel menurut kelompok usia
5 Sebaran anak usia sekolah 7-9 tahun menurut karakteristik sosial
ekonomi dan jenis kelamin
6 Sebaran anak usia sekolah 10-12 tahun menurut karakteristik sosial
ekonomi dan jenis kelamin
7 Rata-rata berat badan dan tinggi badan anak usia sekolah 7-12 tahun
menurut karakteristik sosial ekonomi dan jenis kelamin
8 Rata-rata (median) konsumsi energi anak usia sekolah 7-12 tahun
menurut jenis kelamin dan kelompok usia
9 Rata-rata (median) konsumsi protein anak usia sekolah 7-12 tahun
menurut jenis kelamin dan kelompok usia
10 Rata-rata (median) konsumsi lemak anak usia sekolah 7-12 tahun
menurut jenis kelamin dan kelompok usia
11 Rata-rata (median) konsumsi karbohidrat anak usia sekolah 7-12
tahun menurut jenis kelamin dan kelompok usia
12 Rata-rata (median) konsumsi air anak usia sekolah 7-12 tahun
menurut jenis kelamin dan kelompok usia
13 Rata-rata (median) konsumsi vitamin A anak usia sekolah 7-12 tahun
menurut jenis kelamin dan kelompok usia
14 Rata-rata (median) konsumsi vitamin B1 anak usia sekolah 7-12 tahun
menurut jenis kelamin dan kelompok usia
15 Rata-rata dan median konsumsi vitamin B9 anak usia sekolah 7-12
tahun menurut jenis kelamin dan kelompok usia
16 Rata-rata (median) konsumsi vitamin B12 anak usia sekolah 7-12
tahun menurut jenis kelamin dan kelompok usia
17 Rata-rata dan median konsumsi vitamin C anak usia sekolah 7-12
tahun menurut jenis kelamin dan kelompok usia
18 Rata-rata (median) konsumsi kalsium anak usia sekolah 7-12 tahun
menurut 9 kelompok pangan, jenis kelamin dan kelompok usia
19 Rata-rata (median) konsumsi fosfor anak usia sekolah 7-12 tahun
menurut jenis kelamin dan kelompok usia
20 Rata-rata (median) konsumsi zat besi anak usia sekolah 7-12 tahun
menurut jenis kelamin dan kelompok usia
21 Rata-rata (median) konsumsi zink anak usia sekolah 7-12 tahun
menurut jenis kelamin dan kelompok usia
22 Tingkat kecukupan energi menurut jenis kelamin dan kelompok usia
23 Tingkat kecukupan protein menurut jenis kelamin dan kelompok usia
24 Tingkat kecukupan lemak menurut jenis kelamin dan kelompok usia
25 Tingkat kecukupan karbohidrat menurut jenis kelamin dan kelompok
usia
26 Tingkat kecukupan air menurut jenis kelamin dan kelompok usia
27 Tingkat kecukupan vitamin A menurut jenis kelamin dan kelompok
usia
28 Tingkat kecukupan vitamin B1 menurut jenis kelamin dan kelompok
usia
29 Tingkat kecukupan vitamin B9 jenis kelamin dan kelompok usia

31
32
33
34
35
35
36
36
37
37
38
38
39
39
40
40
41
41
42
42
43
43
44
44
45
45
46

30 Tingkat kecukupan vitamin B12 menurut jenis kelamin dan kelompok
usia
31 Tingkat kecukupan vitamin C menurut jenis kelamin dan kelompok
usia
32 Tingkat kecukupan kalsium menurut jenis kelamin dan kelompok usia
33 Tingkat kecukupan fosfor menurut jenis kelamin dan kelompok usia
34 Tingkat kecukupan zat besi menurut jenis kelamin dan kelompok usia
35 Tingkat kecukupan zink menurut jenis kelamin dan kelompok usia
36 Persentase kategori tingkat kecukupan zat gizi pada anak usia sekolah
7-12 tahun

46
47
47
48
48
49
49

1

PENDAHULUAN
FAO-RAPA pertama kali memperkenalkan PPH (Pola Pangan Harapan)
pada tahun 1988. PPH kemudian dikembangkan oleh Departemen Pertanian RI
melalui workshop yang diselenggarakan Deptan bekerjasama dengan FAO.
Penyusunan PPH bertujuan untuk membuat suatu rasionalisasi pola konsumsi
pangan yang dianjurkan yang terdiri dari kombinasi anekaragam pangan untuk
memenuhi kebutuhan gizi dan sesuai cita rasa. PPH pertama kali dikembangkan
untuk kawasan Asia Pasifik berdasarkan data pola ketersediaan pangan dari
Neraca Bahan Makanan (NBM). Data NBM ini mudah tersedia secara berkala
setiap tahun. Saat ini PPH digunakan untuk mengetahui kondisi mutu konsumsi
pangan, salah satunya dengan menggunakan data Susenas (Survey Sosial
Ekonomi Nasional) (FAO-RAPA 1989 dalam Hardinsyah et al 2001).
Pola konsumsi pangan masyarakat Indonesia secara kuantitas maupun
kualitas dari tahun ke tahun belum dapat dikatakan beragam, bergizi, dan
berimbang. Situasi konsumsi nasional tahun 2011 menurut hasil Susenas
menunjukkan tingkat konsumsi pangan yang belum terpenuhi baik dari sisi jumlah
maupun mutu konsumsi. Konsumsi energi nasional baru mencapai 1952
kkal/kap/hari dan skor PPH sebesar 77.3 yang masih jauh dari standar harapan
yaitu 2000 kkal/kap/hari (skor PPH 100). Skor PPH cenderung mengalami
penurunan dalam dua tahun terakhir dengan penurunan sangat tajam pada periode
tahun 2008-2009 yaitu sebesar 6.2 poin dari skor PPH 81.9 pada tahun 2008
menjadi 75.5 pada tahun 2009 (BPS 2011).
Pengukuran mutu gizi konsumsi pangan menggunakan pendekatan Pola
Pangan Harapan (PPH) selama ini terbatas pada skala ukuran rumah tangga
berdasarkan data Susenas (Survey Sosial Ekonomi Nasional) atau NBM (Neraca
Bahan Makanan). Sementara penilaian mutu gizi konsumsi pangan dengan
pendekatan PPH pada skala individu belum pernah dilakukan sebelumnya di
Indonesia. Selama ini penilaian konsumsi pangan individu dilakukan dengan
menghitung kecukupan gizi setiap zat gizi. Dalam konteks public health hal ini
lebih rumit dilakukan karena perlu menghitung masing-masing zat gizi dan tidak
dapat diinterpretasikan berupa satu indeks atau skor. Hardinsyah et al (2012)
dalam WNPG (2012) menjelaskan bahwa PPH merupakan instrumen sederhana
untuk menilai situasi konsumsi pangan penduduk, baik jumlah maupun komposisi
pangan menurut jenis pangan yang dinyatakan dalam skor PPH. Skor ini
merupakan indikator mutu gizi dan keragaman konsumsi pangan sehingga dapat
digunakan untuk merencanakan kebutuhan konsumsi pangan pada tahun-tahun
mendatang.
Upaya untuk lebih menganekaragamkan jenis pangan dan meningkatkan
mutu gizi makanan rakyat baik secara mutu maupun kuantitas sebagai usaha untuk
meningkatkan mutu sumberdaya manusia sudah dicanangkan dalam kebijakan
Inpres No. 20 tahun 1979 yang kemudian disempurnakan dalam PERPRES No.
22/2009 tentang Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan berbasis
Sumberdaya Lokal (Ariani 2006). Salah satu upaya untuk meningkatkan mutu
sumberdaya manusia ditujukan pada anak usia Sekolah Dasar (SD) karena mereka
berada pada masa pertumbuhan yang sangat cepat dengan kegiatan fisik yang
sangat aktif (Riyadi 2003). Oleh karena itu, penelitian ini difokuskan untuk

2
menguji apakah sistem skor PPH dapat digunakan untuk menilai mutu gizi
konsumsi pangan individu, khususnya pada anak usia sekolah yang merupakan
sasaran peningkatan mutu sumber daya manusia.
Penelitian ini bertujuan menilai konsumsi pangan, mutu gizi konsumsi
pangan, dan skor pola pangan harapan (PPH) pada anak usia sekolah 7-12 tahun
di Indonesia dengan tujuan khusus sebagai berikut: (1) Menganalisis pola
konsumsi pangan dan mutu gizi konsumsi pangan (MGP) anak usia sekolah 7-12
tahun di Indonesia; (2) Menganalisis skor pola pangan harapan (PPH) anak usia
sekolah 7-12 tahun di Indonesia; (3) Menganalisis hubungan skor pola pangan
harapan (PPH) dan mutu gizi konsumsi pangan (MGP) anak usia sekolah 7-12
tahun di Indonesia. Penelitiaan ini diharapkan dapat memberikan informasi
mengenai pola konsumsi pangan, asupan gizi, mutu gizi konsumsi pangan, dan
skor pola pangan harapan khususnya pada anak usia sekolah 7-12 tahun di
Indonesia.

KERANGKA PEMIKIRAN
Kebutuhan gizi antar individu bervariasi. Kebutuhan gizi ditentukan atau
dipengaruhi oleh jenis kelamin, umur, ukuran tubuh (berat badan dan tinggi
badan), keadaan fisiologis (hamil dan menyusui), aktivitas fisik serta metabolisme
tubuh. Jumlah zat gizi yang diperoleh dari konsumsi pangan harus mencukupi
kebutuhan tubuh untuk melakukan kegiatan fisik internal dan eksternal,
pertumbuhan bagi usia bayi, balita, anak, dan remaja, atau untuk aktivitas dan
pemeliharaan tubuh bagi orang dewasa dan lanjut usia (Hardinsyah et al 2002).
Keadaan kesehatan gizi tergantung dari tingkat konsumsi. Tingkat
konsumsi ditentukan oleh kualitas serta kuantitas hidangan. Jika susunan hidangan
memenuhi kebutuhan tubuh baik dari sudut kualitas maupun kuantitas maka tubuh
akan mendapat kondisi kesehatan gizi yang sebaik-baiknya (Soediatama 2006).
Hardinsyah et al (2001) menjelaskan lebih lanjut bahwa mutu gizi konsumsi
pangan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi penerimaan dan
penggunaan makanan oleh tubuh sehingga dapat mempengaruhi status gizi dan
kesehatan baik individu maupun masyarakat.
Metode penilaian PPH (Pola Pangan Harapan) dapat digunakan untuk
menilai mutu pangan penduduk berdasarkan skor pangannya (dietary score).
Dengan terpenuhinya kebutuhan energi dan berbagai kelompok pangan sesuai
PPH, secara impilisit kebutuhan zat gizi juga terpenuhi. Oleh karena itu skor pola
konsumsi pangan mencerminkan mutu gizi konsumsi pangan dan tingkat
keragaman konsumsi pangan (Hardinsyah et al 2001). Pada penelitian ini diduga
skor PPH berhubungan positif dengan mutu gizi konsumsi pangan pada anak usia
sekolah atau semakin tinggi skor PPH maka semakin tinggi pula mutu gizi
konsumsi pangan. Bagan kerangka pemikiran konsumsi pangan dan gizi serta skor
pola pangan harapan (PPH) pada Anak Usia Sekolah 7-12 tahun di Indonesia
ditampilkan sebagai berikut.

3
Karakteristik keluarga

Karakteristik subjek
- Usia
- Jenis kelamin
- Berat badan/tinggi badan

- Pendidikan ayah dan ibu
- Pekerjaan ayah dan ibu
- Status ekonomi keluarga

- Daerah tempat tinggal

- Besar keluarga

Konsumsi pangan
- Jenis/kelompok pangan
- jumlah pangan

Mutu gizi
- Tingkat kecukupan gizi
- Mutu gizi konsumsi
pangan

Skor pola pangan
harapan – pph
(0-100)

Keterangan :
= variabel yang diteliti
= variabel yang tidak diteliti
= hubungan yang dianalisis
= hubungan yang tidak dianalisis
Gambar 1 Kerangka pemikiran konsumsi pangan dan gizi serta skor pola pangan
harapan (PPH) anak usia sekolah 7-12 tahun di Indonesia

METODE
Desain, Tempat, dan Waktu
Data yang digunakan dalam penelitian adalah data sekunder dari Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 yang dilaksanakan oleh Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan Indonesia. Desain penelitian
menggunakan cross sectional study dengan metode yang secara keseluruhan
mengacu pada desain penelitian yang dilakukan Riskesdas. Pengumpulan data
dilakukan oleh tim Riskesdas pada bulan Mei-Agustus 2010 di Kabupaten/Kota di
Indonesia. Peneliti melakukan penelitian meliputi pengolahan, analisis, dan

4
interpretasi data penelitian pada bulan April-Agustus 2013 di Kampus IPB
Darmaga Bogor, Jawa Barat.
Jumlah dan Cara Pengambilan Subjek
Penelitian ini menggunakan subjek yang digunakan dalam Riset Kesehatan
Dasar (Riskesdas) 2010. Subjek rumah tangga dalam Riskesdas 2010 dipilih
berdasarkan listing Sensus Penduduk tahun 2010. Populasi dalam Riskesdas 2010
adalah seluruh rumah tangga yang mewakili 33 provinsi. Proses pemilihan rumah
tangga dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) dengan two stage sampling,
yaitu pemilihan subjek dengan dua tahap. Riskesdas mengambil sejumlah blok
sensus dari setiap kabupaten/kota yang termasuk ke dalam kerangka subjek
kabupaten/kota. Pemilihan blok sensus tersebut dilakuklan sepenuhnya oleh BPS
dengan memperhatikan status ekonomi, dan rasio perkotaan/perdesaan. Blok
sensus tersebut proporsional terhadap jumlah rumah tangga di kabupaten/kota
tersebut. Blok sensus yang dipilih untuk kesehatan masyarakat adalah sebesar
2800 blok sensus dengan 70000 rumah tangga.
Subjek Riskesdas 2010 di tingkat Kabupaten/Kota berasal dari 441
kabupaten/kota yang tersebar di 33 provinsi. Jumlah kabupaten/kota yang menjadi
subjek Riskesdas merupakan sebagian dari jumlah keseluruhan Kabupaten/Kota di
Indonesia (497 kabupaten/kota). Sebanyak 56 kabupaten tidak termasuk ke dalam
subjek Riskesdas, karena daerah tersebut tidak memenuhi syarat yang telah
ditetapkan, yaitu jumlah rumah tangga yang kurang dari 25 rumah tangga dan
terdapat satu kabupaten di Provinsi Papua (Kabupaten Nduga) yang tidak dapat
dikunjungi dalam periode waktu pengumpulan data Riskesdas.
Riskesdas 2010 berhasil mengunjungi 2798 blok sensus dari 441
kabupaten/kota. Jumlah rumah tangga dari blok sensus tersebut sebanyak 69300
rumah tangga dengan jumlah anggota rumah tangga sebanyak 251388 anggota.
Berdasarkan jumlah anggota rumah tangga tersebut kemudian diperoleh jumlah
subjek yang dibutuhkan. Penelitian ini menggunakan subjek anak usia sekolah
yang diketegorikan berdasarkan jenis kelamin dan usia yaitu anak usia 7-9 tahun
dan anak usia 10-12 tahun. Kriteria inklusi subjek yang digunakan dalam
penelitian ini adalah subjek berusia 7-12 tahun dalam kondisi sehat, dan konsumsi
harian normal (tidak sedang puasa, diet, sakit, dan lain-lain), sedangkan kriteria
eksklusi subjek adalah kondisi fisiologis hamil. Proses cleaning data awal
dilakukan terhadap data berat badan, tinggi badan, dan konsumsi pangan yang
tidak lengkap. Proses cleaning selanjutnya dilakukan terhadap subjek yang
memiliki IMT/U +5 SD, TB/U +6 SD (WHO 2007 dalam
Mei 2007), total asupan energi 3 kali dari energi basal (FANTA Study
dalam Mary A et al 2011), serta subjek dengan tingkat kecukupan zat gizi >400%.
Total subjek dalam penelitian ini adalah 23981 anak usia sekolah (77.7% dari
subjek awal) yang terdiri atas 11202 laki-laki dan 10838 perempuan.

5

Jumlah seluruh anggota rumah tangga
251388 orang

Jumlah subjek awal
30919 orang
Cleaning awal pada data
 Berat badan, tinggi badan, dan
konsumsi responden yang tidak
lengkap (missing): 3062 subjek
 Kondisi fisiologis hamil: 75subjek
 Kondisi konsumsi tidak biasa (sedang
diet, puasa, dan acara hajatan/hari
raya): 327 subjek

Cleaning selanjutnya pada data
 Nilai total asupan energi: 3 BMR: 172 subjek
 Tingkat kecukupan zat gizi > 400%:
2692 subjek
 IMT/U +5 SD: 303
subjek
 TB/U +6 SD: 259
subjek
 Skor PPH < 10: 48 subjek

Jumlah subjek penelitian
23981 orang

Gambar 2 Alur memperoleh jumlah subjek yang digunakan
Jenis dan Cara Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini seluruhnya merupakan data
sekunder (Tabel 1). Data diperoleh dalam bentuk electronic file berupa entry data
dan hasil pengolahan Riskesdas 2010. Sumber dan cara pengumpulan data yang
digunakan disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1 Sumber dan cara pengumpulan data Riskesdas 2010
Peubah
Karakteristik individu
1. Daerah
2. Usia
3. Jenis kelamin
5. Pendidikan
Karakteristik keluarga
1. Pendidikan ayah
2. Pendidikan ibu
3. Pekerjaan ayah
4. Pekerjaan ibu
Antropometri
1. Berat badan
2. Tinggi badan

Sumber data yang digunakan
Kuesioner Riskesdas
(RKD10.RT)
Blok I No. 5
Blok IV No 7
Blok IV No 4
Blok IV No 8
Kuesioner Riskesdas
(RKD10.RT)
Blok IV No 8
Blok IV No 8
Blok IV No 9
Blok IV No 9
Kuesioner Riskesdas
(RKD10.IND)
Blok X No 1a,1b
Blok X No 2a, 2b

Cara pengambilan data
Wawancara

Wawancara

Pengukuran langsung
- Diukur dengan timbangan
berat badan digital (kapasitas
150 kg dan ketelitian 50 g)
- Diukur dengan alat ukur
tinggi badan multi fungsi

6
Peubah

Sumber data yang digunakan

Cara pengambilan data
(kapasitas ukur 2 m dan
ketelitian 0.1)

Konsumsipangan
- Jumlah pangan
- Jenis pangan
1. Status ekonomi

Kuesioner Riskesdas
(RKD10.IND)
Blok IX
Hasil olahan data Riskesdas
2010
Hasil olahan data Riskesdas
2010

Food recall 1x24 jam

Hasil olahan data Riskesdas
2010

Dihitung menggunakan
Nutrisurvey Software

2. Asupan zat gizi makro
(E, P, L, KH, air)
3.Asupan zat gizi mikro (Vit
A, Vit B1, Vit B9, Vit B12,
Vit C, Ca, P, Fe, Zn)

Olahan BPS
Dihitung menggunakan
Nutrisurvey Software

Sumber: Riskesdas 2010

Pengolahan dan Analisis Data
Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan program komputer
Microsoft Office Excel dan SPSS 16.0, dan WHO AnthroPlus (untuk mengetahui
status gizi anak usia sekolah). Proses pengolahan data meliputi editing, cleaning,
dan analisis. Proses cleaning data dilakukan untuk memperoleh data yang sesuai
dengan variabel yang ditentukan. Analisis data yang digunakan meliputi analisis
deskriptif, uji normalitas, dan uji korelasi Rank Spearman.
Karakteristik Sosial Ekonomi
Data karakteristik sosial ekonomi yang digunakan meliputi data
karakteristik individu dan keluarga yang dianalisis secara statistik deskriptif. Data
tersebut antara lain meliputi data daerah tempat tinggal subjek, pendidikan ayah,
pendidikan ibu, pekerjaan ayah, pekerjaan ibu, dan status ekonomi keluarga.
Daerah tempat tinggal subjek dibedakan menjadi dua kelompok yaitu
perdesaan dan perkotaan. Pendidikan orang tua subjek dikelompokkan menjadi
tiga kategori, yaitu tidak tamat/tamat SD/MI, tamat SLTP/MTS, tamat
SLTA/MA/PT. Pekerjaan orangtua subjek dikelompokkan menjadi lima
kelompok, yaitu tidak bekerja, TNI/Polri/PNS/Pegawai, wiraswasta/layan
jasa/dagang, petani/nelayan/buruh, dan lainnya. Status ekonomi dikelompokkan
menurut kuintil oleh BPS yang didasarkan pada besar pengeluaran keluarga per
kapita setiap bulannya.
Kebutuhan Energi
Kebutuhan energi dihitung menggunakan rumus perhitungan kebutuhan
energi dari Institute of Medicine (IOM) tahun 2002 dalam Mahan & Escoot-stump
(2004) yang didasarkan pada oxford equation. Kebutuhan energi subjek yang
tergolong normal dihitung sesuai dengan jenis kelamin, status gizi, usia, faktor
aktivitas, serta berat badan dan tinggi badan aktual berdasarkan Total Energy
Expenditure (TEE) yang dikoreksi dengan Thermic Effect of Food (TEF).
Sementara untuk subjek yang tergolong overweight dihitung berdasarkan berat
badan estimasi. TEF adalah peningkatan pengeluaran energi yang berhubungan
dengan konsumsi pangan. Besarnya nilai TEF dihitung dari total pengeluaran
energi yaitu sebesar 10% dari TEE. Perhitungan kebutuhan energi pada anak usia
sekolah juga termasuk kebutuhan energi cadangan yang digunakan untuk

7
pertumbuhan. Nilai faktor aktivitas atau physical activity (PA) pada anak usia
sekolah diasumsikan pada kategori ringan (WNPG 2012).
Tabel 2 Perhitungan kebutuhan energi menurut usia, jenis kelamin dan status gizi
Rumus perhitungan kebutuhan energi
EER untuk laki-laki 3-8 tahun (normal)
EER = TEE + Energy deposition
EER = 88.5 – (61.9 x U) + PA x (26.7 x BBA + 903 x TB) + 20 Kal*
EER untuk laki-laki 9-12 tahun (normal)
EER = TEE + Energy deposition
EER = 88.5 – (61.9 x U) + PA x (26.7 x BBA + 903 x TB) + 25 Kal*
EER untuk laki-laki 13-18 tahun (overweight)
EER = TEE + Energy deposition
EER = 114 – (50.9 x U) + PA x (19.5 x BBE + 1161.4 x TB)
Keterangan :
PA = 1.0 (sangat ringan)
PA = 1.13 (ringan)
PA = 1.26 (aktif)
PA = 1.42 (sangat aktif)
*Energy deposition
EER untuk perempuan 3-8 tahun (normal)
EER = TEE + Energy deposition
EER = 135.3 – (30.8 x U) + PA x (10 x BBA + 934 x TB) + 20 Kal*
EER untuk perempuan 9-12 tahun (normal)
EER = TEE + Energy deposition
EER = 135.3 – (30.8 x U) + PA x (10 x BBA + 934 x TB) + 25 Kal*
EER untuk perempuan 3-18 tahun (overweight)
EER = TEE + Energy deposition
EER = 389 – (41.2 x U) + PA x (15 x BBE + 701.6 x TB)
Keterangan :
PA = 1.0 (sangat ringan)
PA = 1.16 (ringan)
PA = 1.31 (aktif)
PA = 1.56 (sangat aktif)
*Energy deposition

Kebutuhan energi
(Kal)

EER + 10% TEE

EER + 10% TEE

Sumber: Mahan & Escoot-stump (2008)

Keterangan:
U
= usia (tahun), BB = berat badan (kg), TB = tinggi badan (m)
EER = estimasi kebutuhan energi (Kal)
TEE = total pengeluaran energi (Kal)
PA
= koefisien aktivitas fisik
BBA = berat badan aktual
BBE = berat badan estimasi
Kebutuhan Zat Gizi Makro
Kebutuhan protein didasarkan pada formula estimasi Angka Kecukupan
Protein (AKP) dalam WNPG 2012 sesuai dengan kelompok usia dan jenis
kelamin. Perhitungan kebutuhan protein disesuaikan dengan berat badan subjek
serta dikoreksi dengan faktor koreksi mutu protein adalah sebesar 1.5. Rumus
perhitungan kebutuhan protein dan tabel perhitungan kebutuhan protein
berdasarkan kelompok usia disajikan sebagai berikut:
Kebutuhan Protein = AKP x Faktor koreksi mutu protein

8
Keterangan:
AKP = Angka kecukupan protein (g/kg BB/hari)
Faktor koreksi mutu protein = 1.5
Tabel 3 Perhitungan angka kecukupan protein berdasarkan kelompok usia
Kelompok usia
7-9 tahun
10-12 tahun
Laki-laki
Perempuan
Sumber: WNPG (2012)

AKP
0.95 g/kg BB/hari
0.95 g/kg BB/hari
0.85 g/kg BB/hari

Kebutuhan air dihitung berdasarkan Angka Kecukupan Gizi (AKG) sesuai
dengan usia dan jenis kelamin menurut WNPG 2012. Kebutuhan lemak dihitung
berdasarkan perbandingan komposisi energi dari karbohidrat, protein dan lemak
masing-masing adalah 55%, 15%, 30% (WNPG 2012). Setelah mengetahui
banyaknya energi yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan protein dan lemak,
maka dapat diperoleh kebutuhan karbohidrat subjek. Perhitungan data kebutuhan
karbohidrat diperoleh dari sisa kalori total energi subjek yang dijelaskan sebagai
berikut:
Keb Karbohidrat = Keb Energi (Kal) – [(Keb Protein (g) x 4) Kal] – [(Keb Lemak (g) x 9) Kal]
4

Kebutuhan Zat Gizi Mikro
Zat gizi mikro yang diperhitungkan antara lain vitamin A, vitamin B1,
vitamin B9, vitamin B12, vitamin C, kalsium, fosfor, besi, dan zinc. Perhitungan
kebutuhan zat gizi mikro didasarkan pada Angka Kecukupan Gizi (AKG) sesuai
dengan usia dan jenis kelamin menurut WNPG 2012.
Tabel 4 Angka kecukupan gizi anak usia sekolah 7-12 tahun
Zat Gizi

Umur 7-9 tahun

Umur 10-12
Laki-laki

Perempuan

1850

2100

2000

Protein (g)

49

56

60

Lemak (g)

72

70

67

Karbohidrat (g)

254

289

275

Air (ml)

1900

1800

1800

Vitamin A (µg)

500

600

600

Vitamin B1 (mg)

0.9

1

1

Vitamin B9 (folat) (µg)

200

300

300

Vitamin B12 (µg)

1.5

1.8

1.8

Vitamin C (mg)

45

50

50

Kalsium (mg)

1000

1200

1200

Fosfor (mg)

500

1250

1250

Besi (mg)

10

13

14

Seng (mg)

6

7

6

Energi (kkal)

Sumber: WNPG (2012)

9
Asupan Zat Gizi
Data konsumsi pangan berupa jenis dan jumlah makanan dalam
gram/URT dikonversi ke dalam nilai zat gizi dengan menggunakan Daftar
Komposisi Bahan Makanan (DKBM) sehingga dapat diketahui kandungan gizi
masing-masing bahan pangan. Selanjutnya, dilakukan perhitungan tingkat
kecukupan zat gizi. Rumus umum yang digunakan untuk mengetahui kandungan
zat gizi makanan yang dikonsumsi (Hardinsyah & Briawan 1994) sebagai berikut:
KGij = (Bj/100) x Gij x (BDDj/100)
Keterangan :
KGij = Penjumlahan zat gizi i dari setiap bahan makanan/pangan yang
dikonsumsi
Bj
= Berat bahan makanan j (gram)
Gij
= Kandungan zat gizi i dari bahan makanan j
BDDj = % bahan makanan j yang dapat dimakan
Asupan zat gizi subjek dihitung dengan mempertimbangkan 13 zat gizi
yaitu zat gizi makro (energi, protein, lemak, karbohidrat, dan air) serta zat gizi
mikro yang terdiri atas vitamin (vitamin A, vitamin B1, vitamin B9, vitamin B12,
vitamin C) dan mineral (kalsium, fosfor, zat besi, zink).
Tingkat Kecukupan Zat Gizi dan Mutu Gizi Konsumsi Pangan (MGP)
Berdasarkan data asupan zat gizi, dapat diperoleh data tingkat kecukupan
zat gizi dengan membandingkan antara asupan zat gizi dengan kebutuhan zat gizi
berdasarkan perhitungan rumus kebutuhan untuk zat gizi makro (energi, protein,
lemak, dan karbohidrat), serta Angka Kecukupan Gizi (AKG) 2012 untuk zat gizi
mikro yang dinyatakan dalam persen. Berikut adalah perhitungan tingkat
kecukupan zat gizi:
Tingkat kecukupan zat gizi (%) = Konsumsi zat gizi x 100%
Kebutuhan zat gizi
Mengacu pada Depkes (1996), klasifikasi tingkat kecukupan energi,
protein, lemak, dan karbohidrat yaitu: (1) defisit tingkat berat (