Pengaruh Vaksin Aktif Newcastele Disease-Infectious Bronchitis Terhadap Performance Ayam Pedaging

PENGARUH VAKSIN AKTIF NEWCASTLE DISEASEINFECTIOUS BRONCHITIS TERHADAP
PERFORMANCE AYAM PEDAGING

MUHYAR NAWAWI

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK
CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Vaksin
Aktif Newcastle Disease-Infectious Bronchitis Terhadap Performance
Ayam Pedaging adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan
tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan
dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka pada bagian akhir
skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Januari 2014
Muhyar Nawawi
NIM B04090004

ABSTRAK
MUHYAR NAWAWI. Pengaruh Vaksin Aktif Newcastle Disease Infectious Bronchitis Terhadap Performance Ayam Pedaging dibimbing
oleh SRI MURTINI dan RETNO DAMAJANTI SOEJOEDONO.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui performance ayam yang
divaksin dengan vaksin aktif ND-IB (LaSota H-120).
Penelitian
menggunakan 80 ekor ayam pedaging dan dibagi menjadi 2 kelompok
yaitu 40 ekor ayam vaksinasi dan 40 ekor ayam tidak divaksinasi. Pada
hari kedua kelompok ayam vaksinasi divaksin dengan vaksin aktif ND-IB
(LaSota H-120). Pada hari ke 14 ayam dibagi menjadi 6 kelompok dan
ditantang virus sesuai kelompok perlakuan. Kelompok vaksinasi menjadi
K1, K2, dan K3. Kelompok tidak divaksinasi menjadi K4, K5, dan K6.
K1 dan K4 tidak ditantang virus ND dan IB. K2 dan K5 ditantang virus
ND. K3 dan K6 ditantang virus IB. Setiap hari dilakukan perhitungan

konsumsi pakan dan setiap minggu dilakukan penimbangan bobot badan.
Hasil penelitian menunjukkan vaksin tidak berpengaruh terhadap bobot
badan dan kerja vaksin kurang optimal dalam melindungi ayam dari infeksi
ND sehingga ketika ditantang dengan virus ND ayam menunjukkan gejala
sakit dan memiliki bobot badan yang lebih rendah. Nilai FCR ayam yang
divaksin memiliki nilai yang lebih besar daripada ayam tanpa vaksinasi.
Berdasarkan nilai IP menunjukkan bahwa performance ayam yang
divaksinasi tidak lebih baik daripada ayam tanpa vaksinasi.
Kata kunci: Ayam pedaging, FCR, performance, LaSota H-120, vaksin

ABSTRACT
MUHYAR NAWAWI. The Effect of Newcastle Disease-Infectious
Bronchitis Live Vaccine on the Performance of Broiler Chickens.
Supervised by of SRI MURTINI and RETNO DAMAJANTI
SOEJOEDONO
This research aimed to investigate the performance of broiler
chicken vaccinated with the vaccine ND-IB (LaSota H-120). As much as
80 broiler chickens were used in this investigation and were divided into
two groups e.i vaccinated and unvaccinated group. Each group consisted
of 40 chickens. On day two, the vaccinated group were administrade the

ND-IB vaccine (LaSote H-120). On the 14th day, each group were divided
into three subgroups. The vaccinated chickens were devided in to 3 groups
e.i K1, K2 and K3, whereas the unvaccinated group became group K4, K5
and K6. Groups K1 and K4 were unchallenged groups, whereas group K2
and K5 were challenged with ND virus and group K3 and K6 were
challenged with IB virus. Every day, food consumption was measured and
the body weight were measured every week. The result of this
investigation indicated that the vaccinnation had no effect on weight gain
and the vaccination wasn’t optimum in protecting the chickens against ND

virus. The food convertion ratio of the vaccinated group of broilers were
higher compared to the unvaccinated ones. The IP of vaccinated chickens
were unsignificant different with unvaccinated groups.
Keywords: broiler chickens, FCR, performance, LaSota H-120, vaccine

PENGARUH VAKSIN NEWCASTLE DISEASEINFECTIOUS BRONCHITIS TERHADAP
PERFORMANCE AYAM PEDAGING

MUHYAR NAWAWI


Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kedokteran Hewan pada
Fakultas Kedokteran Hewan

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Judul Skripsi

Nama
NRP

: Pengaruh Vaksin Aktif Newcastele DiseaseInfectious Bronchitis Terhadap Performance Ayam
Pedaging
: Muhyar Nawawi
: B04090004


Disetujui oleh

Dr drh Sri Murtini, MSi
Pembimbing I

Prof Dr drh Retno D Soejoedono, MS
Pembimbing II

Diketahui

drh Agus Setiyono, MS PhD APVet
Wakil Dekan

Tanggal Lulus:

Pengaruh Vaksin Aktif Newcastele DiseaseInfectious Bronchitis Terhadap Performance Ayam
Pedaging
Muhyar Nawawi
B04090004


Judul Skripsi

Nama
NRP

Disetujui oleh

{ft/AJt セj@
Dr drh Sri Murtini, MSi
Pembimbing I

Tanggal Lulus:

0 3 FEB 2014

Prof Dr drh Retno D Soejoedono, MS
Pembimbing II

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala

atas segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Judul
yang diangkat untuk skripsi ini adalah Pengaruh Vaksin Newcastle Disease
dan Infectious Bronchitis Terhadap Performance Ayam Pedaging
Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr drh Sri Murtini, M Si
selaku dosen pembimbing skripsi I dan Prof Dr drh Retno D Soejoedono,
MS selaku dosen pembimbing skripsi II dan dosen pembimbing akademik,
atas segala bimbingan, nasihat, dorongan, kritik, dan saran yang telah
diberikan selama penelitian dan penulisan skripsi ini. Di samping itu,
penulis juga mengucapkan terima kasih kepada drh. Okti Nadya Poetri,
drh. Ni Luh Putu Ika Mayasari, drh. Linatul Musyafa’ah, drh. Vivi Maryuni,
Mega Sary, SKH, Pak Nur, Mas Wahyu, dan Pak Lukman, atas bantuan,
dorongan, masukan selama pengumpulan dan pengolahan data.
Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, adik dan
kakak atas doa dan dukungan yang diberikan selama ini. Selanjutnya
ungkapan terima kasih penulis ucapkan kepada teman sepenelitian
(Wilyanti, Filuth, Jati, Yuliani, Chiko, Denny) serta sahabat-sahabat
terdekat (Puri, Tanti, Rocky, Kevin, Ica, Ina Cu’mala, Widy, Pucan, Echa,
Rany). Ucapan terima kasih disampaikan juga kepada teman-teman
seangkatan Geochelone 46 yang sama-sama berjuang dalam menempuh
pendidikan di Institut Pertanian Bogor.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat
kesalahan dan kekurangan. Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran
yang membangun sebagai evaluasi bagi penulis. Terlepas dari kekurangan
yang ada, semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Januari 2014
Muhyar Nawawi

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

PENDAHULUAN
Latar Belakang

1

Tujuan Penelitian


4

Manfaat Penelitian

4

BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat Penelitian

5

Bahan dan Alat Penelitian

5

Metode Penelitian

5

Teknik Vaksinasi


5

Peubah yang Diamati

6

Analisis Data

7

HASIL DAN PEMBAHASAN
Bobot Badan

6

Feed Cinversion Ratio

7


Persentase Daya Hidup

9

Indeks Performance

9

KESIMPULAN

10

DAFTAR PUSTAKA

10

RIWAYAT HIDUP

13

DAFTAR TABEL
1 Pembagian kelompok ayam berdasarkan perlakuan yang diberikan
2 Rataan bobot badan ayam setiap minggu pada setiap kelompok
perlakuan
3 Pertambahan bobot badan ayam setiap minggu pada setiap
kelompok perlakuan
4 Total konsumsi pakan ayam setiap minggu pada setiap kelompok
perlakuan
5 Nilai FCR ayam setiap minggu pada setiap kelompok perlakuan
6 Persentase daya hidup ayam setiap minggu pada setiap kelompok
perlakuan
7 Nilai IP ayam setiap minggu pada setiap kelompok perlakuan

5
7
7
8
8
9
10

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara dengan tingkat kepadatan dan
jumlah penduduk yang sangat tinggi. Hal ini berdampak pada tingginya daya
konsumsi protein hewani masyarakatnya, oleh karena itu tingkat konsumsi pangan
asal hewan setiap tahun cenderung meningkat. Salah satu pangan asal hewan
yang paling banyak dikonsumsi dan tingkat konsumsi oleh masyarakat Indonesia
tergolong tinggi adalah daging ayam (Deptan 2010). Selain karena harganya lebih
murah dibanding daging dari hewan yang lain, daging ayam juga sebagai sumber
protein yang sangat penting karena mengandung asam amino esensial bagi tubuh
manusia seperti Lisina, Metionina, Sisteina, dan Triptofan (Yunilas 2005).
Daging ayam yang dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia pada umumnya
berasal dari ayam jenis pedaging. Ayam pedaging (broiler) merupakan ayam
yang telah mengalami seleksi genetik sebagai penghasil daging dengan
pertumbuhan yang cepat sehingga waktu pemeliharaannya lebih singkat, pakan
lebih efisien dan produksi daging tinggi (Jaelani 2011). Ayam ini memiliki
keunggulan diantaranya :
• Ukuran badan relatif besar, padat, kompak dan berdaging penuh, sehingga
disebut juga sebagai ayam tipe berat.
• Produktivitas jumlah telur yang dihasilkan relatif rendah.
• Bergerak lebih lambat dan tenang.
• Biasanya lebih lambat mengalami dewasa kelamin.
• Pertumbuhan cepat.
Selain memiliki keunggulan, ayam pedaging juga memiliki kelemahan yaitu
mudah terserang penyakit.
Penyakit yang sering menyerang ayam pedaging adalah Newcastle Disease
(ND) dan Infectious Bronchitis (IB). Kedua penyakit tersebut merupakan
penyakit ayam yang sangat cepat menular dan menyebabkan gangguan pada
sistem pernapasan ayam. Penyakit ND dilaporkan sebagai penyakit endemis di
beberapa negara sejak tahun 1926 (Hewajuli dan Dharmayanti 2011). Begitu juga
dengan IB yang telah teridentifikasi dan tersebar di seluruh dunia (Sulaiman dan
Roberts 2011). Oleh karena itu diperlukan tindakan pencegahan terhadap kedua
penyakit tersebut salah satunya dengan vaksinasi. Bahri dan Kusumaningsih
(2005) menyatakan bahwa 93.36% vaksin ayam di Indonesia diperuntukkan untuk
pencegahan penyakit ND dan IB.
Newcastle disease atau tetelo merupakan penyakit yang sebabkan oleh
infeksi virus ND yang menyerang ayam disegala umur. Penyakit ini biasanya
menyerang ayam pada musim pancaroba. Penyakit ND di Indonesia paling
banyak disebabkan oleh virus ND tipe Viscerotropik Velogenic Newcastle Disease
(VVND) yang merupakan strain virus ND yang paling berbahaya. Gejala ayam
terinfeksi ND terlihat sekitar 5–6 hari pascainfeksi. Gejalanya yaitu nafsu makan
berkurang, ayam lesu, terjadi gangguan pernapasan, ngorok, dan kotoran encer
berwarna putih, bulu kusam dan berdiri, produksi telur turun drastis (untuk ayam
dalam fase bertelur), gerak tidak normal akibat gangguan syaraf, jalan berputar
dan torticollis. Gambaran perubahan pascamatinya berupa haemoragi pada trakea

2
dan proventrikulus. Tingkat morbiditas dan mortilitasnya bisa mencapai 50-100%
(Kencana et al 2012). Penyakit ini dapat dicegah dengan meningkatkan daya
tahan tubuh ayam melalui manajemen pemeliharaan yang baik, serta melakukan
vaksinasi ND secara teratur (Wibowo dan Amanu 2010).
Terdapat 2 jenis vaksin ND yaitu vaksin ND inaktif/killed vaccine dan
vaksin ND aktif. Vaksin ND inaktif merupakan vaksin yang mengandung virus
ND yang sudah diinaktifkan (dimatikan), sedangkan vaksin ND aktif adalah
vaksin yang mengandung virus yang masih hidup atau masih aktif, tetapi sifat
virusnya sudah tidak virulen lagi sehingga merangsang ayam untuk membentuk
antibodi (Sudaryani 2003).
Vaksin aktif ND dibedakan menjadi vaksin lentogenik dan vaksin
mesogenik berdasarkan jenis virus yang digunakannya. Vaksin lentogenik terdiri
atas strain F, strain B1 (Hitchner), dan strain La Sota. Strain F menggunakan virus
dengan tingkat virulensi yang paling rendah, diberikan untuk DOC (Day Old
Chicken) secara intranasal, intraokular ataupun melalui tetes mulut (Soedijar et al
2002). Strain B1 diberikan melalui air minum atau spray diberikan pada anak
ayam umur 1–5 hari diikuti dengan vaksinasi strain La Sota 2 minggu setelahnya.
Strain La Sota merupakan tipe vaksin yang paling banyak digunakan. Strain ini
diberikan pada anak ayam umur 4–5 hari dapat melalui intranasal, intramuskular
pada otot dada, air minum, dan spray (Kencana et al. 2012).
Vaksin ND mesogenik merupakan vaksin yang memiliki efek patogen
berupa infeksi ND pascavaksinasi membuat vaksin ini jarang digunakan tetapi
vaksin jenis ini memberikan kekebalan dalam jangka waktu yang lama. Terdapat
3 jenis vaksin yang termasuk vaksin ND mesogenik yaitu strain Mukteswar, strain
Komarov-Hartforshire, dan strain Roakin. Strain Mukteswar diberikan pada ayam
yang telah mendapatkan vaksin lentogenik sebelumnya. Strain Komarov dan
strain Hartforshire bersifat cukup patogen terutama pada ayam dengan tingkat
kekebalan yang rendah atau yang sedang mengalami stress. Strain Komarov
diberikan intramuskular sedangkan strain Hartforshire diberikian intramuskular
dan subkutan (Sudaryani 2003).
Infectious Bronchitis (IB) merupakan penyakit ayam yang sangat menular
yang disebabkan oleh virus yang memiliki genom RNA utas tunggal dan dari
famili Coronaviridae (Cavanagh dan Syed 2003). Penyakit ini pertama kali
dilaporkan di Amerika pada tahun 1931 sebagai penyakit saluran pernapasan
ayam yang sangat menular. Virus ini selain menyerang saluran pernafasan, juga
dapat menyerang saluran reproduksi (oviduct) dan ginjal (Jordan 1994). Penyakit
ini menimbulkan kerugian yang cukup tinggi bagi usaha peternakan ayam karena
penambahan berat badan dan efisiensi pakan sangat rendah. Kerugian akibat tidak
efisiennya produksi tersebut lebih besar di bandingkan dengan kerugian akibat
kematian. Masa inkubasi penyakit ini adalah 18–36 jam. Ayam yang terinfeksi
melalui saluran trakea dari udara yang membawa virus IB memerlukan waktu 24
jam. Sementara itu, penyebaran secara alami berlangsung selama 36 jam (Fadilah
dan Polana 2005).
Infectious Bronchitis virus memiliki beberapa serotipe, tetapi serotipe yang
terkenal adalah Massachusetts, Connecticut dan Holland. Serotipe yang lain
antara lain Arkansas 99, Florida, JMK, SE-17, Australian T, dan Arkansas tipe
DPI strain (3168) (Cavanagh dan Syed 2003). Penyebaran virus IB sangat cepat.
Ayam yang semula sehat apabila berada di lingkungan ayam yang terinfeksi maka

3
akan menampakkan gejala klinis terinfeksi IB dalam jangka waktu 48 jam.
Penularan biasanya melalui kontak langsung antara ayam dan ayam atau melalui
udara, manusia, dan burung yang terkontaminasi virus IB. Penularan IB juga bisa
melalui peralatan atau pakan (Fadilah dan Polana 2005)
Infeksi IB bisa bersifat asimptomatis atau tidak menunjukkan gejala klinis
yang khas (Ternagda et al. 2011). Gejala klinisnya mirip dengan penyakit saluran
pernafasan atau penyakit saluran reproduksi yang lain (Jordan 1994). Gejala
klinis yang biasa ditunjukkan ayam berupa batuk, bersin, ngorok, di bagian
hidung dan rongga sinus terdapat cairan berlendir, serta di daerah trakea dan
bronchi berwarna merah dan terdapat lendir atau sumbatan/eksudat berdarah
(Boroomand et al. 2012). Selain itu terjadi airsacculitis bersamaan dengan
munculnya penyakit sekunder (secondary bacterial infection). Penyakit ini dapat
menurunkan produksi ayam petelur hingga 50%.
Penyakit juga dapat
menyebabkan pendarahan di ovarium dan terdapat lesio di oviduct. Telur yang
dihasilkan dari ayam yang terkena penyakit ini memiliki ciri kerabang telur yang
abnormal, tipis, kasar, mengkerut membentuk lingkaran, dan memiliki kualitas
yang buruk, putih telur mengandung air (Fadilah dan Agustin 2005)
Upaya pencegahan penyakit IB biasanya dilakukan dengan cara vaksinasi.
Vaksinasi akan efektif apabila digunakan vaksin dengan serotipe virus IB
penyebab wabah (Indriani dan Darminto 2001). Kegagalan vaksinasi terhadap
penyakit ini sering terjadi akibat vaksin yang diberikan tidak mengandung
serotipe virus IB penyebab wabah atau karena infeksi IB disebabkan oleh serotipe
virus IB yang baru (Yan et al. 2013). Oleh karena itu kontrol penyakit ini sangat
bergantung pada peningkatan resistensi ayam melalui vaksinasi dan upaya
pengenalan terhadap serotipe virus IB yang ada di lingkungan.
Vaksin yang digunakan untuk vaksinasi IB harus mengandung serotipe virus
IB yang ada di lingkungan sehingga akan menstimulasi perlindungan dari virus IB
tersebut (Darminto 1999). Vaksin IB yang beredar di pasaran pada umumnya
menggunakan virus IB dengan serotipe Massachusettes dan sebagian kecil dengan
serotipe Connecticut (Indriani dan Darminto 2001). Kemungkinan serotipe dan
varian lain perlu digunakan untuk memberikan perlindungan yang mencukupi.
Vaksin yang digunakan harus disesuaikan dengan umur dan tipe ayam serta
tempat peternakan berada. Pemberian vaksin hidup dapat dilakukan melalui spray,
tetes mulut, intranasal, intraokular untuk DOC dan melalui air minum, tetes
mulut, intraokular atau spray aerosol untuk unggas yang dewasa. Metode
vaksinasi dengan teknik spray sebaiknya diberikan kepada unggas yang telah
divaksinasi sebelumnya karena bahaya yang diasosiasikan dengan penetrasi virus
ke dalam paru-paru melalui penyemprotan aerosol (Jordan 1994).
Vaksin yang baik adalah vaksin yang dapat meningkatkan performa ayam
karena vaksinasi dapat menurunkan tingkat kematian selama masa pemeliharan.
Vaksin akan menjaga dan mempertahankan kesehatan ayam sehingga
metabolisme tubuh ayam tetap berjalan optimal. Optimalnya metabolisme ayam
akan tampak dari meningkatnya performa ayam selama masa pemeliharaan.
Performa ayam tampak dari bobot badan, tingkat efisiensi pakan, serta
kemampuan bertahan hidupnya. Performance ayam tersebut dapat dievaluasi
berdasarkan kisaran nilai indeks performance. Indeks Performance (IP)
merupakan nilai yang menunjukkan kinerja/performance ternak terutama ternak
ayam pedaging. Nilai IP sering digunakan sebagai parameter keberhasilan suatu

4
peternakan. Standar IP yang baik ialah di atas 300 (Riza 2009). Oleh karena itu,
semakin tinggi nilai IP maka semakin berhasil suatu peternakan pedaging
tersebut. Faktor yang memengaruhi nilai IP adalah bobot badan, nilai FCR,
deplesi populasi dan umur ayam tersebut. Nilai IP dapat diketahui dengan
menggunakan rumus :

Feed Conversion Ratio (FCR) atau Rasio Konversi Pakan adalah
perbandingan konsumsi pakan dengan pertambahan bobot badan (Achmanu et all.
2011). Konversi pakan juga merupakan salah satu standar dalam berproduksi
yang dapat digunakan sebagai pedoman untuk efisiensi penggunaan pakan oleh
ternak (Muharlien et all. 2011). Pertambahan bobot badan ternak yang tinggi
akan mempengaruhi nilai konversi pakan tersebut. Pertambahan bobot ternak
yang tinggi ditunjang dengan ransum yang cukup kandungan gizinya (Jaelani
2011).
Nilai FCR dapat ditentukan dengan menggunakan rumus :

Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh vaksin aktif ND-IB
pada performance ayam pedaging.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan hasil uji dan gambaran
pengaruh vaksin ND-IB terhadap performance pada ayam pedaging.

BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan Mei-Juni 2012 selama 3 minggu berturutturut. Penelitian ini bertempat di kandang Unit Pengelola Hewan Laboratorium
(UPHL) Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor
Bahan dan Alat Penelitian
Hewan Coba
Sebanyak 80 ekor ayam pedaging umur 1 hari (Day Old Chick/DOC). Hari
pertama ayam dibagi menjadi 2 kelompok besar yaitu 40 ekor ayam diberikan
vaksin ND-IB dan 40 ekor ayam tidak diberikan vaksin. Hari ke-14, 10 ekor ayam

5
dari kelompok vaksin dan tidak diberikan vaksin ditantang dengan virus ND dan
IB.
Bahan
KMnO4, Formalin, NaCl fisiologis, alkohol 70%, virus IB isolat lapang dari
Balai Besar Pengujian Mutu dan Sertifikasi Obat Hewan (BBPMSOH) dan ND
isolat lapang dari Laboratorium Mikrobiologi Medik Fakultas Kedokteran Hewan,
Institut Pertanian Bogor. Vaksin uji ND-IB lived (LaSota H-120) yang diberikan
intraokular dan intranasal pada hari pertama.
Alat
Pipet tetes 100 µl, kandang litter, dan timbangan
Metode Penelitian
Sebelum ditempati kandang terlebih dahulu didesinfeksi dengan KMnO4
sebanyak 20 gr yang dicampur Formalin 37% sebanyak 40 cc untuk setiap 1m3
luas kandang dan lantai diberikan litter. Pada hari pertama ayam dibagi dalam 2
kelompok besar yaitu 40 ekor ayam divaksinasi dan 40 ekor ayam tidak
divaksinasi. Pada hari ke-14 ayam dibagi menjadi 6 kelompok berdasarkan
perlakuan yang dilakukan yang terdiri dari 20 ekor ayam divaksin dan tidak
ditantang virus (K1), 10 ekor ayam divaksin dan ditantang virus ND (K2), 10 ekor
ayam divaksin dan ditantang virus IB (K3), 20 ekor ayam tidak divaksin dan tidak
ditantang (K4), 10 ekor ayam tidak divaksin dan titantang virus ND (K5), dan 10
ekor ayam tidak divaksin dan ditantang virus IB (K6).
Tabel 1 Pembagian kelompok ayam
Kelompok
I
(40 ekor vaksin ND-IB)
KI
20 ekor tidak
ditantang virus

II
(40 ekor tidak vaksin ND-IB)

K2

K3

K4

K5

K6

10 ekor
tantang virus
ND

10 ekor
tantang virus
IB

20 ekor tidak
ditantang virus

10 ekor
tantang virus
ND

10 ekor
tantang virus
IB

Pada hari ke-14, sebanyak 10 ekor ayam dari masing-masing kelompok I
dan II ditantang dengan virus ND dosis 109 EID50/ 0.5 ml/ ekor dan IB dosis 106
EID50/ 0.5 ml/ ekor. Sekali dalam seminggu dilakukan pencatatan pertambahan
bobot badan, konsumsi pakan, dan jumlah ayam yang mati, lalu dilakukan
perhitungan terhadap nilai FCR dan IP ayam pada masing-masing kelompok.
Teknik Vaksinasi
Vaksinasi diberikan pada 40 ekor ayam pada hari kedua pemeliharaan dan
dilakukan dengan meneteskan vaksin pada hidung dan mata masing-masing 1
tetes hingga terlihat respon menelan dari ayam.

6
Peubah yang Diamati
1.

Bobot Badan/body weight (BW)
Setiap minggu bobot badan ayam ditimbang mulai dari kedatangan
pertama hingga akhir penelitian.
BW =

2.

Konsumsi Pakan
Konsumsi pakan diketahui dari jumlah pakan yang diberikan dikurangi
dengan sisa pakan pada hari berikutnya. Perhitungan jumlah konsumsi pakan
dilakukan setiap hari.

3.

Tingkat Kematian (M)
Tingkat kematian dihitung menggunakan rumus :
M=

4.

× 100%

FCR (Feed Conversion Ratio)
FCR dihitung dengan menggunakan rumus :
FCR =

5.

IP (Indeks Performance)
IP dihitung dengan menggunakan rumus :
× 100

IP =
Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif dan statistik yaitu dengan
menguraikan dan memberikan keterangan mengenai data yang diperoleh dan data
diolah dengan analisis ragam (ANOVA) dilanjutkan dengan uji Duncan.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Bobot Badan
Berdasarkan analisa statistik dari data hasil pengamatan yang disajikan pada
Tabel 2 dan 3 menunjukkan bahwa rataan bobot badan ayam dan pertambahan
bobot badannya pada minggu pertama hingga ketiga antara kelompok ayam yang
divaksinasi dan tidak divaksinasi baik yang ditantang virus IB atau tidak ditantang
tidak terdapat perbedaan yang nyata (P>0.05). Bobot badan dan pertambahan
bobot badan ayamnya cenderung sama. Hal ini menunjukkan bahwa vaksin dan
virus IB yang ditantangkan tidak memiliki pengaruh terhadap bobot badan dan
pertambahan bobot badan ayam. Hal ini diduga karena virus IB yang ditantangkan

7
memiliki tingkat keganasan yang rendah. Selain itu hal ini mengindikasikan
bahwa vaksin telah direspon baik oleh tubuh ayam dan tidak menyebabkan efek
stres karena bobot badan dan pertambahan bobot badan ayam sama antara
kelompok divaksinasi dengan tidak divaksinasi. Hal yang sama ditunjukkan pada
penelitian sebelumnya oleh Zamani et al (2007) dengan vaksin ND-IB. Berbeda
dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Talebi et al (2005) yang
mengunakan vaksin IB menunjukkan bahwa pertambahan bobot badan ayam tidak
divaksinasi lebih besar dibanding ayam yang divaksinasi sebelumnya. Berbeda
juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Riza (2009) dan Baisa (2011) tetapi
dengan vaksin yang berbeda menunjukkan bahwa program vaksinasi dapat
meningkatkan bobot badan ayam.
Pada minggu ketiga bobot badan dan pertambahan bobot badan ayam antara
kelompok hewan yang ditantang virus ND baik yang divaksinasi dan tidak
divaksinasi sebelumnya tidak menunjukkan perbedaan yang nyata (P>0.05).
Namun antara kelompok yang ditantang virus ND dengan kelompok tanpa
tantangan virus terdapat perbedaan yang nyata (P