Analisis Biaya dan Kelayakan Pabrik Kelapa Sawit Berangir PTPN IV (Persero) di Kabupaten Labuhan Batu Utara

ANALISIS BIAYA DAN KELAYAKAN
PABRIK KELAPA SAWIT BERANGIR PTPN IV (PERSERO)
DI KABUPATEN LABUHAN BATU UTARA

INDRA YUDHIKA ZULMI

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Biaya dan
Kelayakan Pabrik Kelapa Sawit Berangir PTPN IV (Persero) di Kabupaten
Labuhan Batu Utara adalah benar karya saya dengan arahan dari pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, November 2014
Indra Yudhika Zulmi
NIM F14080002

ABSTRAK
INDRA YUDHIKA ZULMI. Analisis Biaya dan Kelayakan Pabrik Kelapa Sawit
Berangir PTPN IV (Persero) di Kabupaten Labuhan Batu Utara. Dibimbing oleh
BAMBANG PRAMUDYA.
Pabrik Kelapa Sawit Berangir PTPN IV (Persero) merupakan salah satu unit
dari PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero). Tujuan penelitian ini ialah
menganalisis biaya dan kelayakan usaha Pabrik Kelapa Sawit Berangir PTPN IV
(Persero) di Kabupaten Labuhan Batu Utara dan menganalisis sensitivitas
terhadap beberapa kondisi. Metode penelitan ini adalah pengumpulan data dan
pengolahan data. Titik impas Pabrik Kelapa sawit Berangir PTPN IV (Persero)
dicapai pada produksi 52 447 552.45 kg TBS/tahun. Analisis kelayakan
menghasilkan nilai NPV adalah Rp. 269 716 581 186, nilai IRR adalah 67.04%,
dan nilai BC Ratio adalah 4.67. Ini berarti, Pabrik Kelapa Sawit Berangir PTPN
IV (Persero) layak. Analisis sensitivitas menunjukkan bahwa akan terjadi

perubahan tingkat kelayakan jika terjadi kenaikan harga TBS sebesar 20%,
penurunan harga CPO sebesar 15%, kenaikan biaya tidak tetap sebesar 20%,
penurunan jumlah TBS yang diolah per tahun sebesar 50%, atau kenaikan harga
TBS sebesar 15% dan penurunan jumlah TBS yang diolah per tahun sebesar 8%.
Kata kunci: Pabrik Kelapa Sawit Berangir PTPN IV (Persero), analisis biaya dan
kelayakan, analisis sensitivitas

ABSTRACT
INDRA YUDHIKA ZULMI. Cost and Feasibility Analysis of Palm Oil Mill
Berangir of PTPN IV (Persero) in Northern Labuhan Batu District. Supervised by
BAMBANG PRAMUDYA.
Palm Oil Mill Berangir of PTPN IV (Persero) is one of PT. Perkebunan
Nusantara IV (Persero) units. The objectives of this reaserch were to analyze the
cost and feasibility of palm oil mill Berangir of PTPN IV (Persero), Labuhan Batu
Northern District and analyze sensitivity to several conditions. The method of this
reaserch are collecting data and data processing. Palm Oil Mill Berangir of PTPN
IV (Persero) breakeven point is 52 447 552.45 kg FFB/year. Analysis of the
feasibility represents NPV is Rp. 269 716 581 186, IRR is 67.04%, and BC Ratio
is 4.67. It means, Palm Oil Mill Berangir of PTPN IV (Persero) was feasible. The
sensitivity analysis indicates that changes will occur if the level of eligibility if

FFB price increases by 20%, CPO prices decline by 15%, increase in variable
costs by 20%, decrease the amount of processed FFB per year by 50%, or FFB
price increases of 15% and a decrease in the amount of FFB processed per year by
8%.
Keywords: Palm Oil Mill Berangir of PTPN IV (Persero), cost and feasibility
analysis, sensitivity analysis

ANALISIS BIAYA DAN KELAYAKAN
PABRIK KELAPA SAWIT BERANGIR PTPN IV (PERSERO)
DI KABUPATEN LABUHAN BATU UTARA

INDRA YUDHIKA ZULMI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknologi Pertanian
pada
Departemen Teknik Mesin dan Biosistem

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Judul Skripsi : Analisis Biaya dan Kelayakan Pabrik Kelapa Sawit Berangir PTPN
IV (Persero) di Kabupaten Labuhan Batu Utara
Nama
: Indra Yudhika Zulmi
NIM
: F14080002

Disetujui oleh

Prof Dr Ir Bambang Pramudya, MEng
Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Desrial, MEng

Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Januari 2014 ini ialah
Analisis Biaya dan Kelayakan Pabrik Kelapa Sawit Berangir PTPN IV (Persero)
di Kabupaten Labuhan Batu Utara.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ir Brata Wahyu Rizal
selaku Manajer Unit Berangir PTPN IV (Persero) beserta seluruh staf dan
karyawan Pabrik Kelapa Sawit Berangir PTPN IV (Persero). Ungkapan terima
kasih juga disampaikan kepada Bapak Prof Ir Dr Ir Bambang Pramudya, MEng
selaku pembimbing, seluruh dosen dan staf Departemen Teknik Mesin dan
Biosistem atas didikan yang diperoleh penulis semasa kuliah.
Secara khusus penulis mengucapkan terima kasih yang mendalam kepada
kedua orang tua, adik-adik, dan seluruh keluarga atas dukungan moril dan materi
yang diberikan selama penulisan karya ilmiah ini. Penulis juga mengucapkan
terima kasih kepada semua sahabat yang memberikan dukungan dan masukan

untuk karya ilmiah ini.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, November 2014
Indra Yudhika Zulmi

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

ix

DAFTAR GAMBAR

ix

DAFTAR LAMPIRAN

x

PENDAHULUAN


1

Latar Belakang

1

Perumusan Masalah

2

Tujuan Penelitian

2

Manfaat Penelitian

2

Ruang Lingkup Penelitian


3

TINJAUAN PUSTAKA

3

Pengolahan Kelapa Sawit

3

Mesin-Mesin Pengolahan Kelapa Sawit

4

Analisis Biaya

4

Titik Impas


5

Analisis Kelayakan Finansial

6

Analisis Sensitivitas

7

METODE

7

Alat

8

Prosedur Analisis Data


8

Pengumpulan Data

8

Analisis Data

9

HASIL DAN PEMBAHASAN

11

Latar Belakang Perusahaan

11

Alat dan Mesin Pengolahan Kelapa Sawit


13

Biaya Tetap

13

Biaya Tidak Tetap

15

Biaya Investasi

16

Kapasitas Pabrik

17

Jumlah Rata-Rata TBS yang Diolah per Hari dan Jam Kerja per Hari

19

Biaya Total

19

Biaya Pokok

20

Penerimaan Pabrik

20

Analisis Titik Impas

20

Analisis Kelayakan Finansial

22

Analisis Sensitivitas

24

SIMPULAN DAN SARAN

34

Simpulan

34

Saran

34

DAFTAR PUSTAKA

35

LAMPIRAN

36

RIWAYAT HIDUP

41

DAFTAR TABEL
1 Produksi minyak kelapa sawit dan biji kelapa sawit (ribu ton) tahun
2007-2011
2 Biaya tetap pengolahan kelapa sawit di Pabrik Kelapa Sawit Berangir
PTPN IV (Persero)
3 Biaya tidak tetap pengolahan kelapa sawit di Pabrik Kelapa Sawit
Berangir PTPN IV (Persero)
4 Biaya pembelian TBS Pabrik Kelapa Sawit Berangir
PTPN IV (Persero)
5 Biaya investasi Pabrik Kelapa Sawit Berangir PTPN IV (Persero)
6 Kapasitas Pabrik Kelapa Sawit Berangir PTPN IV (Persero)
7 Kapasitas Pabrik Kelapa Sawit Berangir PTPN IV (Persero)
tahun 2012
8 Rata-rata TBS yang diolah per hari dan jam kerja per hari
9 Biaya total Pabrik Kelapa Sawit Berangir PTPN IV (Persero)
10 Biaya pokok Pabrik Kelapa Sawit Berangir PTPN IV (Persero)
11 Penerimaan Pabrik Kelapa Sawit Berangir PTPN IV (Persero)
12 Hasil perhitungan NPV Pabrik Kelapa Sawit Berangir
PTPN IV (Persero)
13 Perkembangan harga TBS
14 Analisis sensitivitas terhadap kenaikan harga TBS
15 Perkembangan harga CPO dan KP
16 Analisis sensitivitas terhadap penurunan harga CPO
17 Analisis sensitivitas terhadap penurunan harga KP
18 Analisis sensitivitas terhadap kenaikan biaya tetap
19 Analisis sensitivitas terhadap kenaikan biaya tidak tetap
20 Analisis sensitivitas serhadap penurunan jumlah TBS yang diolah per
tahun
21 Analisis sensitivitas terhadap kenaikan harga TBS dan penurunan
jumlah TBS yang diolah per tahun

1
14
15
16
17
17
18
19
19
20
20
23
25
25
27
27
28
29
30
31
32

DAFTAR GAMBAR
1 Struktur organisasi Pabrik Kelapa Sawit Berangir PTPN IV (Persero)
2 Grafik titik impas Pabrik Kelapa Sawit Berangir PTPN IV (Persero)
3 Grafik analisis NPV terhadap kenaikan harga TBS (a) dan grafik
analisis IRR dan BC Ratio terhadap kenaikan harga TBS (b)
4 Grafik analisis NPV terhadap penurunan harga CPO (a) dan grafik
analisis IRR dan BC Ratio terhadap penurunan harga CPO (b)
5 Grafik analisis NPV terhadap kenaikan biaya tidak tetap (a) dan grafik
analisis IRR dan BC Ratio terhadap kenaikan biaya tidak tetap (b)
6 Grafik analisis NPV terhadap penurunan jumlah TBS yang diolah per
tahun (a) dan grafik analisis IRR dan BC Ratio terhadap penurunan
jumlah TBS yang diolah per tahun (b)

12
21
26
28
30

31

7 Grafik analisis NPV terhadap kenaikan harga TBS dan penurunan
jumlah TBS yang diolah per tahun (a) dan grafik analisis IRR dan
BC Ratio terhadap kenaikan harga TBS dan penurunan jumlah TBS
yang diolah per tahun (b)

33

DAFTAR LAMPIRAN
1 Bagan proses pengolahan kelapa sawit di Pabrik Kelapa Sawit
Berangir PTPN IV (Persero)
2 Material balance pengolahan sawit di Pabrik Kelapa Sawit
Berangir PTPN IV (Persero)
3 Diagram alir analisis biaya dan kelayakan Pabrik Kelapa Sawit
Berangir PTPN IV (Persero) di Kabupaten Labuhan Batu Utara
4 Spesifikasi alat dan mesin pengolahan kelapa sawit di Pabrik Kelapa
Sawit Berangir PTPN IV (Persero)
5 Cash flow Pabrik Kelapa Sawit Berangir PTPN IV (Persero) dengan
umur proyek 30 tahun

35
36
37
38
39

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sektor pertanian memiliki beberapa subsektor, salah satunya adalah
subsektor perkebunan. Perkebunan memiliki peranan strategis dalam penyediaan
pangan, seperti minyak goreng sawit dan gula yang merupakan salah satu pilar
stabilitas ketahanan pangan di Indonesia. Selain itu, perkebunan juga berperan
dalam penyerapan tenaga kerja. Peran ini relatif konsisten, baik ketika Indonesia
mengalami krisis maupun keadaan normal.
Pengolahan hasil perkebunan didefinisikan sebagai proses yang dilakukan
untuk mendapatkan hasil yang lebih baik dari bahan mentah dengan meningkatkan
jumlah panen, jumlah hasil yang diproduksi, atau keduanya untuk meningkatkan
nilai ekonomis dari produk tersebut dengan meningkatkan kualitas dari hasi
penanaman atau dengan menurunkan biaya produksi. Oleh karena itu, industri
pengolahan kelapa sawit merupakan keharusan karena buah kelapa sawit memiliki
nilai ekonomi rendah jika tidak diolah menjadi CPO (Crude Palm oil) dan KPO
(Kernel Palm Oil). CPO dikenal sebagai minyak sawit kasar yang berwarna merah
yang berasal dari biji kelapa sawit. PKO tidak berwarna dan berasal dari biji
kelapa sawit. Pada Tabel 1, disajikan produksi minyak sawit dan biji sawit tahun
2009 secara berurut adalah 13 872 600.00 ton dan 3 145 500.00 ton dan pada
tahun 2010 meningkat menjadi 14 038 100.00 ton dan 3 183 100.00 ton (BPS
2013). Berdasarkan data tersebut, diperoleh peningkatan sebesar 1.19 % untuk
kedua komoditas tersebut.
Tabel 1 Produksi minyak kelapa sawit dan biji kelapa
sawit (ribu ton) tahun 2007 – 2011a
Tahun
2007
2008
2009
2010
2011b
a

Minyak sawit
11 437.90
12 477.70
13 872.60
14 038.10
14 632.40

Biji sawit
2 593.20
2 829.20
3 145.50
3 183.10
3 317.80

Sumber: BPS (2013).
Data sementara.

b

Berkembangnya industri hilir (downstream industry), dan cerahnya prospek
komoditi minyak kelapa sawit dalam perdagangan minyak nabati dunia
mendorong pemerintah Indonesia untuk mengembangkan industri kelapa saiwt
secara terintegrasi (agroindustri). Pengembangan industri kelapa sawit secara
terintegrasi dengan cara mensinergikan berbagai potensi yang ada dilakukan untuk
dapat menciptakan added value bagi produk-produk yang berbasiskan kelapa
sawit. Selain itu, pengembangan industri kelapa sawit secara terintegrasi akan
mendorong pertumbuhan ekonomi, terciptanya lapangan pekerjaan, penurunan
angka pengangguran dan kemiskinan.
Industri hilir kelapa sawit memiliki karakteristik padat teknologi dan padat
modal. Industri hilir kelapa sawit Indonesia dapat dikelompokkan menjadi tiga

2
kelompok besar yaitu industri ekstraksi minyak sawit dari buat sawit (pabrik
pengolahan kelapa sawit), industri pengolahan minyak sawit, dan industri
pemanfaatan limbah kelapa sawit.
Industri hilir yang paling banyak diusahakan di Indonesia ialah industri
ekstraksi sawit dari buah sawit berupa pabrik kelapa sawit. Industri ini tersebar di
seluruh Indonesia dan berperan penting dalam peningkatan nilai produk kelapa
sawit dan pembangunan ekonomi nasional (penyerapan tenaga kerja dan
pertumbuhan ekonomi). Akan tetapi, keberlangsungan pabrik-pabrik kelapa sawit
senantiasa mengalami pasang surut akibat faktor internal maupun faktor eksternal.
Pendirian pabrik kelapa sawit perlu didahului oleh analisis untuk menilai
tingkat kebutuhan optimumnya sehingga layak untuk beroperasi dan
menguntungkan pada kondisi internal dan eksternal yang sangat dinamis. Pada
tahap perencanaan, biaya pengolahan perlu dihitung untuk mengetahui kelayakan
proyek tersebut sedangkan pada tahap pelaksanaan biaya pengolahan akan dipakai
sebagai pantokan penjualan hasil produksi.
Analisis biaya dan kelayakan yang tepat terhadap suatu proyek pabrik
kelapa sawit diharapkan dapat digunakan oleh pengusaha sebagai penunjang
pengambilan keputusan dalam penentuan kapasitas produksi, komponen biaya
yang dikeluarkan, dan perubahan-perubahan internal yang harus dilakukan untuk
menghadapi perubahan eksternal yang terjadi. Hal ini dilakukan agar pabrik dapat
terus beroperasi, memberikan keuntungan bagi pengusaha, menyediakan lapangan
kerja, dan berperan dalam pertumbuhan ekonomi.

Perumusan Masalah
Pabrik Kelapa Sawit Berangir PTPN IV (Persero) merupakan salah satu
pabrik pengolahan kelapa sawit yang dimiliki PTPN IV (Persero). Kapasitas
terpasang pabrik ini ialah 30 ton TBS/jam. Keberlangsungan usaha pabrik kelapa
sawit sangat dipengaruhi oleh kondisi internal dan eksternal yang sangat cepat
berubah. Oleh karena itu, sangat penting untuk menganalisis biaya, kelayakan, dan
sensitivitas usaha terhadap perubahan-perubahan yang mungkin terjadi di Pabrik
Kelapa Sawit PTPN IV (Persero).

Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini ialah menganalisis biaya dan kelayakan usaha
Pabrik Kelapa Sawit Berangir PTPN IV (Persero), Kabupaten Labuhan Batu Utara
dan menganalisis sensivitas biaya terhadap beberapa kondisi sebagai langkah
antisipasi terhadap perubahan internal dan eksternal.

Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai referensi penentuan kelayakan
usaha pabrik kelapa sawit bagi pelaku usaha. Penelitian ini juga dapat bermanfaat
sebagai referensi studi ekonomi teknik bagi inovator alat dan mesin pengolahan
kelapa sawit.

3
Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup dalam penelitian ini ialah komponen biaya pada proses
pengolahan kelapa sawit hingga menjadi CPO (Crude Palm Oil) dan KP (Kernel
Palm) di Pabrik Kelapa Sawit Berangir PTPN IV (Persero).
Pengamatan/observasi dilakukan sejak kelapa sawit masuk pabrik hingga menjadi
CPO dan KP.

TINJAUAN PUSTAKA
Pengolahan Kelapa Sawit
Tanaman kelapa sawit baru dapat berproduksi setelah berumur sekitar 30
bulan setelah ditanam dilapangan. Buah yang dihasilkan disebut TBS (tandan
buah segar) atau FFB (fresh fruit bunch). Produktivitas kelapa sawit meningkat
mulai umur 3 sampai 14 tahun dan akan menurun kembali setelah 15 sampai 25
tahun. Setiap pohon sawit dapat menghasilkan 10 sampai 15 TBS per tahun
dengan berat 3 sampai 40 kg per tandan, bergantung umur tanaman. Dalam satu
tandan, terdapat 1 000 sampai 3 000 brondolan dengan berat rata-rata berondolan
berkisar 10 sampai 20 gram (Pahan 2006).
Menurut Pahan (2006), pada proses pengolahan kelapa sawit, stasiun
pengolahan TBS menjadi CPO dan KP umumnya terdiri dari stasiun utama dan
stasiun pendukung. Stasiun utama berfungsi sebagai penerimaan buah (fruit
reception), rebusan (sterilizer), pemipilan (thresher), pencacahan (digester) dan
pengempaan (presser), pemurnian (clarifier), dan pemisahan biji dan inti (kernel).
Stasiun pendukung berfungsi sebagai pembangkit tenaga (power), laboraturium
(laboratory), pengolahan air (water treatment), penimbunan produk (bulking), dan
bengkel (workshop).
Penanganan bahan baku TBS meliputi penimbangan TBS di jembatan
timbang, sortasi, dan pemasukan TBS ke Loading Ramp. Pengolahan selanjutnya
meliputi perebusan di Sterilizer, penebahan di Thresher, peremasan di Digester,
pengempaan di Screw Press, pengutipan dan pemurnian minyak, dan pengolahan
biji. Pengutipan dan pemurnian minyak meliputi Sand Trap Cyclone, Vibro
Screen, Crude Oil Tank, Reception Oil Tank, diteruskan ke Oil Purifier, Vacuum
Dryer, dan minyak produksi ditampung di Oil Storage Tank, kemudian diteruskan
ke Sludge Separator, sludge yang masih mengandung minyak akan kembali ke
Vibro Screen, sedangkan sludge pada Bak Fat Pit yang masih mengandung
minyak akan dialirkan lagi kembali CST (Continuous Settling Tank). Gumpalan
biji yang berasal dari proses pengepresan akan dipecah-pecah oleh CBC (Cake
Breaker Conveyor), kemudan dilakukan pemisahan serabut dan biji oleh
Depercarper, dan masuk ke dalam Polishing Drum, Nut Silo Dryer, LTDS (Light
Tenera Dust Separator), Kernel Silo Dryer, Kernel Winnowing, dan kemudian
diperoleh inti sawit.
Proses pengolahan kelapa sawit di PKS Berangir PTPN IV (Persero) tidak
jauh berbeda dibanding PKS lainnya. Proses pengolahan kelapa sawit di PKS
Berangir PTPN IV (Persero) disajikan pada Lampiran 1 dan Material balance
pada Lampiran 2.

4
Mesin-Mesin Pengolahan Kelapa Sawit
Mesin-mesin yang digunakan oleh pabrik kelapa sawit untuk mengolah
kelapa sawit hingga menjadi CPO adalah Sterilizer, Thresher, Digester, Screw
Presser, Vibrating Screen, Crude Oil Tank, Clarifier Tank, Sludge Tank, Pure Oil
Tank, Oil Purifier, Vacuum Drier, Sludge Separator/Decanter, dan Effluent
Boiler. Sedangkan mesin-mesin yang digunakan pabrik kelapa sawit untuk
mengolah gumpalan biji hingga menjadi KP adalah Deparicarper, Polishing
Drum, Nut Silo, Nut Cracker, Pneumatic Separating Column, Clay Bath, dan
Kernel Silo (Pahan 2006).

Analisis Biaya
Metode pendekatan dalam analisis biaya adalah salah satu metode penting
dalam ranah ilmu ekonomi teknik (engineering economy). Analisis biaya
digunakan untuk mengukur pengeluaran yang digunakan dalam evaluasi
alternatifyang akan diambil dalam suatu investasi. Menurut Young (1993)
alternatif yang dapat dievaluasi adalah alternatif investasi proyek, penggunaan
teknologi maupun kebijakan perusahaan akan suatu proses tertentu. Menurut
DeGarmo et al. (1984) pengambilan keputusan atas beberapa alternatif harus
didasarkan pada jumlah investasi modal terendah dan menghasilkan hasil yang
optimum. Menurut Young (1993), konsep dasar ekonomi teknik dalam evaluasi
alternatif adalah nilai uang terhadap waktu, analisis biaya, bunga, dan manfaat.
Biaya
Biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang
yang telah terjadi untuk mencapai tujuan tertentu (Mulyadi 1986). Guna
mengidentifikasi biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk suatu proyek
dalam proses produksi, maka biaya dapat dikelompokkan berdasarkan fungsifungsi pokok yang ada dalam perusahaan.
Biaya investasi adalah biaya modal yang dikeluarkan untuk membiayai
pengadaan barang modal. Biaya investasi umumnya dikeluarkan di awal usaha
dan cukup besar, misalnya, properti, mesin dan alat, dan peralatan kantor.
Biaya tetap adalah biaya yang jumlahnya tidak terpengaruh oleh
perkembangan jumlah produksi atau penjualan dalam periode waktu tertentu.
Contoh biaya tetap adalah gaji, premi asuransi, bunga pinjaman, perawatan alat
dan mesin.
Biaya tidak tetap adalah biaya yang jumlahnya selaras dengan
perkembangan produksi atau penjualan setiap periode waktu. Contoh biaya tidak
tetap adalah biaya bahan baku, sarana investasi, bahan pembantu (BBM, sparepart mesin), dan upah tenaga kerja langsung.
Biaya setengah berubah adalah biaya yang jumlahnya berubah seiring
perkembangan produksi tetapi jumlahnya tidak proporsional dengan volume
produksi, misalnya perubahan volume melewati kapasitas fasilitas yang ada
sehingga diperlukan penambahan kapasitas mesin, biaya perbaikan mesin, dan
sebagainya (Giatman 2011). Biaya semi tidak tetap sebaiknya dimasukkan ke
dalam biaya tidak tetap.

5
Menurut Pramudya dan Dewi (1992), biaya total merupakan biaya
keseluruhan untuk mengoperasikan suatu mesin pertanian. Biaya total terdiri dari
jumlah biaya tetap dan biaya tidak tetap.
Biaya pokok adalah biaya yang diperlukan suatu mesin pertanian untuk
setiap unit produk. Untuk menghitung biaya pokok suatu mesin pertanian
diperlukan data kapasitas mesin yang bersangkutan (Pramudya dan Dewi 1992).
Manfaat
Manfaat merupakan sesuatu yang menimbulkan kontribusi terhadap tujuan
suatu bisnis. Manfaat bisa berupa manfaat langsung maupun tidak langsung.
Manfaat langsung adalah manfaat yang secara nyata dan langsung dapat dirasakan
sebagai akibat bisnis seperti penjualan, peningkatan produksi, penurunan biaya.
Manfaat tidak langsung adalah manfaat yang secara tidak langsung ditimbulkan
karena adanya suatu bisnis seperti peningkatan kondisi ekonomi, terbukanya
infrastruktur baru, dan dukungan kebijakan pemerintah.
Bunga
Menurut Pramudya dan Dewi (1992), apabila penggunaan uang atau modal
dari suatu usaha berasal dari suatu pinjaman, maka harus diberikan imbalan dari
penggunaan modal tersebut dan biasa disebut bunga. Bunga modal sederhana
adalah bunga yang dibayarkan merupakan perbandingan lurus antara modal
pokok, tingkat bunga modal yang berlaku dalam suatu periode, dan jumlah
periode. Bunga modal majemuk adalah bunga yang dibayarkan untuk setiap
periode waktu dihitung berdasarkan pada jumlah modal pada awal periode
ditambah bunga modal pada periode tersebut.
Nilai Uang Terhadap Waktu
Nilai uang terhadap waktu adalah konsep yang menjelaskan kecenderungan
penurunan nilai uang seiring dengan berjalannya waktu. Konsep nilai uang
terhadap waktu digunakan untuk memperkirakan nilai uang di masa mendatang
yang dianalisis pada masa sekarang maupun sebaliknya (Umar 2007).
Blank dan Tarquin (2002) menjelaskan bahwa interest rate atau suku bunga
adalah menifestasi dari nilai uang terhadap waktu. Bunga adalah penambahan
nominal uang karena aktivitas investasi yang dilakukan, sedangkan suku bunga
adalah persentase nilai uang yang bertambah akibat aktivitas investasi.

Titik Impas
Menurut Pramudya dan dewi (1992), titik impas adalah titik dimana terjadi
kesetimbangan antara dua alternatif yang berbeda. Jika berada di luar titik
tersebut, kondisi alternatif berbeda sehingga akan mempengaruhi pengambilan
keputusan. Suatu pengambilan keputusan yang tepat akan memberikan
keuntungan, dan sebaliknya akan menimbulkan kerugian. Analisis titik impas
dapat digunakan dalam berbagai hal yang menyangkut dua pemilihan alternatif,
diantaranya penentuan volume produksi, pemilihan dua alat atau mesin yang
sejenis, dan pemilihan sistem sewa atau beli suatu alat atau mesin.

6
Analisis Kelayakan Finansial
Menurut Pramudya (2010), untuk menilai kelayakan suatu proyek atau
membuat peringkat (ranking) beberapa proyek yang harus dipilih dapat digunakan
beberapa kriteria. Kriteria yang umum digunakan ialah Net Present Value (NPV),
Internal Rate of Return (IRR), dan Benefit Cost Ratio (BC Ratio).
Net Present Value (NPV)
Menurut Pramudya (2010), NPV merupakan perbedaan antara nilai sekarang
(present value) dari manfaat dan biaya. NPV dapat dihitung dengan persamaan
berikut:

Dimana:
NPV = Net Present Value (Rp)
B
= Penerimaan (Rp)
C
= Biaya (Rp)
n
= umur proyek (tahun)
t
= tahun ke-t
Dari hasil perhitungan NPV yang diperoleh dapat diambil keputusan sebagai
berikut:
Jika NPV > 0, maka proyek layak untuk dilaksanakan.
Jika NPV < 0, maka proyek tidak layak untuk dilaksanakan.
Jika NPV = 0, maka proyek akan mengalami titik impas.
Internal Rate of Return (IRR)
Menurut Pramudya (2010), IRR merupakan suatu tingkat pengembalian
modal yang digunakan dalam suatu proyek, yang nilainya dinyatakan dalam % per
tahun. Nilai IRR adalah merupakan nilai tingkat bunga, dimana NPV-nya sama
dengan nol. Dalam persamaan dapat dinyatakan sebagai berikut:

Persamaan diatas dapat juga dinyatakan dalam bentuk-bentuk persamaan berikut:
PV manfaat – PV biaya = 0

7
Dari hasil perhitungan IRR yang diperoleh dapat diambil keputusan sebagai
berikut:
Jika IRR ≥ discount rate, maka proyek layak untuk dilaksanakan.
Jika IRR < discount rate, maka proyek tidak layak dilaksanakan.
Benefit Cost Ratio (BC Ratio).
Menurut Pramudya (2010), BC Ratio dapat ditentukan dengan dua cara
yaitu Net Benefit Cost Ratio (Net BC) dan Gross Benefit Cost Ratio (Gross BC).
Dalam penggunaan, cara pertama lebih banyak digunakan dibandingkan cara
kedua. Persamaan Net Benefit Cost Ratio (Net BC) tersebut dinyatakan sebagai
berikut:

Dari hasil perhitungan BC Ratio, pengambilan keputusan dapat dilakukan
berdasarkan kriteria berikut:
Jika BC Ratio > 1, maka proyek layak untuk dilaksanakan
Jika BC Ratio < 1, maka proyek tidak layak untuk dilaksanakan

Analisis Sensitivitas
Menurut Gittinger (1986), analisis sensitivitas adalah meneliti kembali suatu
analisa untuk dapat melihat pengaruh-pengaruh yang akan terjadi akibat keadaan
yang berubah-ubah. Menurut Kadariah (1978), yang dimaksud dengan analisis
kepekaan atau sensitivitas adalah suatu tehnik analisis untuk menguji secara
sistematis apa yang terjadi pada kapasitas penerimaan suatu proyek apabila terjadi
kejadian-kejadian yang berbeda dengan perkiraan yang dibuat dalam perencanaan.
Gittinger (1986) menambahkan proyeksi selalu menghadapi ketidakpastian
yang dapat saja terjadi pada keadaan yang telah diperkirakan. Pada bidang
pertanian terdapat empat masalah utama yang sensitif yaitu harga, keterlambatan
pelaksanaan, kenaikan biaya, dan hasil. Analisis sensitivitas dapat dilakukan
dengan nilai pengganti (switching value), dilakukan secara coba-coba terhadap
perubahan-perubahan yang terjadi sehingga dapat diketahui kenaikan ataupun
penurunan maksimum yang boleh terjadi agar NPV sama dengan nol.

METODE
Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengkaji dan menganalisis
biaya dan kelayakan pabrik kelapa sawit, bagaimana usaha tersebut berjalan tepat
agar tidak mengalami kerugian. Diagram alir analisis biaya dan kelayakan Pabrik
Kelapa Sawit Berangir PTPN IV (Persero) disajikan pada Lampiran 3.
Sumber data adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh
dari observasi terhadap proses pengolahan kelapa sawit di Pabrik Kelapa Sawit

8
Berangir PTPN IV (Persero), Kabupaten Labuhan Batu Utara. Penelitian
dilakukan pada Bulan Januari 2014 sampai April 2014.
Penelitian ini menggunakan beberapa asumsi dan pendekatan sebagai dasar
dalam melakukan perhitungan dan analisis. Asumsi dan pendekatan yang
digunakan terdiri dari:
1. Umur ekonomis mesin dan alat pada pengolahan sawit adalah 15 tahun dan
nilai akhir mesin 10% dari harga awal.
2. Umur fasilitas bangunan dan gudang adalah 30 tahun dan nilai akhir 10% dari
biaya awal pembangunan.
3. Umur ekonomis fasilitas penunjang seperti timbangan dan lain-lain
diasumsikan sesuai kondisi di lapangan.
4. Harga yang digunakan dalam perhitungan adalah harga yang berlaku pada saat
berlangsungnya penelitian dan sebelum terjadi perubahan harga selama
penelitian.
5. Pendapatan dan pengeluaran dianggap tetap sepanjang umur ekonomis alat.
6. Tingkat suku bunga (discount rate) adalah tingkat bunga yang diperkirakan
dan dipakai untuk mendiskon pembayaran dan penerimaan dalam satu periode.
Besarnya tingkat suku bunga adalah 13.5 % (Bank Mandiri 2014).

Alat
Peralatan yang digunakan ialah komputer jinjing, kalkulator, kamera digital,
stop watch, timbangan, dan Software Microsoft Excel.

Prosedur Analisis Data
Penelitian ini dilakukan dua tahap. Tahap pertama adalah pengumpulan data
dan tahap kedua adalah pengolahan/analisis data.
Pengumpulan Data
Data yang diperlukan adalah data yang berhubungan dengan biaya dan data
operasional usaha mesin pengolahan sawit, antara lain jenis pengolahan dan
komponen-komponennya, biaya-biaya yang dikeluarkan (biaya tetap dan biaya
tidak tetap), kapasitas mesin per jam, rata-rata jam kerja per hari, rata-rata
pemakaian bahan bakar per jam, rata-rata jumlah TBS yang diolah per hari dan
sebagainya.
Data Biaya Tetap
Data biaya tetap merupakan biaya yang harus dikeluarkan pabrik tanpa
dipengaruhi jumlah output produksi pabrik. Biaya tersebut ialah gaji karyawan
pimpinan dan pelaksana, biaya peralatan kantor dan inventarisasi, biaya
pemeliharaan bangunan pabrik, biaya pemeliharaan mesin dan instalasi pabrik,
premi asuransi pabrik.

9
Data Biaya Tidak Tetap
Data biaya tidak tetap merupakan biaya yang dikeluarkan pabrik mengikuti
perubahan output produksi pabrik. Biaya tersebut ialah biaya pembelian TBS,
biaya bahan kimia dan pelengkap, biaya listrik, biaya air, biaya langsir, biaya
angkat sampah dan tankos, biaya pengepakan, biaya transportas hasil produksi,
dan biaya penyusutan (mesin pengolahan dan fasilitas bangunan).
Data Biaya Investasi
Biaya investasi adalah biaya modal yang dikeluarkan untuk membiayai
pengadaan barang modal. Biaya tersebut ialah biaya pembelian mesin dan
instalasi, biaya bangunan rumah, biaya bangunan perusahaan, biaya jalan,
jembatan, dan saluran air, serta biaya alat-alat pengangkutan dan kendaraan.
Data Kapasitas Pabrik
Kapasitas pabrik diperolah dengan menghitung jumlah CPO yang
dihasilkan per jam dan jumlah TBS yang diolah per jam. Pada penelitian ini data
kapasitas pabrik menggunakan perhitungan jumlah TBS yang diolah per jam.
Data Jumlah Rata-Rata TBS yang Diolah per Hari dan Jam Kerja per Hari
Untuk data rata-rata jumlah TBS yang di olah per hari dan jam kerja ratarata per hari diperoleh dengan pengambilan data harian, kemudian dibandingkan
dengan rata-rata jumlah TBS per tahun dan jam kerja per hari dalam setahun
melalui data sekunder. Dari data-data tersebut dapat diperkirakan jumlah TBS
yang diolah per hari dan jam kerja rata-rata per hari.
Data Penerimaan Pabrik
Data penerimaan pabrik merupakan data hasil penjualan produk olahan
pabrik dan penerimaan pabrik melalui titip olah kebun seinduk. Produk olahan
tersebut ialah CPO dan KP.

Analisis Data
Biaya Tetap
Biaya tetap adalah jenis-jenis yang selama satu periode akan tetap
jumlahnya. Biaya tetap sering juga disebut biaya kepemilikan (owning cost).
Biaya ini tidak tergantung pada produk yang dihasilkan dan bekerja atau tidaknya
mesin serta besarnya relatif tetap. Biaya-biaya yang termasuk dalam biaya tetap
antara lain biaya penyusutan, biaya bunga modal, asuransi, pajak, dan biaya
bangunan.
Biaya penyusutan adalah biaya yang dikeluarkan akibat penurunan nilai
dari suatu alat atau mesin akibat dari pertambahan umur pemakaian. Hal-hal yang
menyebabkan nilai suatu mesin/alat berkurang antara lain adanya bagian-bagian
yang rusak atau aus, peningkatan biaya operasi dari sejumlah unit output yang
sama jika dibandingkan dengan mesin baru dan sebagainya. Fasilitas yang
terdapat pada penggilingan yang akan dicari biaya penyusutan antara lain adalah
bangunan, gudang, mesin pengolahan, timbangan, dan fasilitas lain yang dimiliki

10
pabrik kelapa sawit. Persamaan biaya penyusutan dengan menggunakan metode
garis lurus dengan memperhitungkan bunga modal.
Bunga modal sebenarnya berupa biaya semu karena tidak benar-benar
dikeluarkan oleh pabrik kelapa sawit. Nilai biaya ini diperhitungkan karena pabrik
kelapa sawit telah melakukan investasi sejumlah uang untuk membeli mesin dan
fasilitas lain. Karena telah diinvestasikan, uang tersebut tidak lagi dapat
berkembang jika halnya uang tersebut disimpan di bank.
Pajak yang digunakan dalam perhitungan adalah Pajak Bumi dan Bangunan
(PBB). Hal ini dikarenakan pajak lainnya yang dikeluarkan perusahaan bersifat
rahasia. Biaya bangunan adalah biaya yang digunakan untuk membangun
bangunan pabrik kelapa sawit.
Biaya Tidak Tetap
Biaya tidak tetap atau biaya variabel adalah biaya-biaya yang dikeluarkan
pada saat alat dan mesin beroperasi dan jumlahnya bergantung pada jam
pemakaiannya (Pramudya dan Dewi 1992). Apabila jumlah satuan produk yang
diproduksi pada masa tertentu naik, maka jumlah biaya tidak tetap juga naik.
Perhitungan biaya tidak tetap dilakukan dalam satuan Rp/jam. Contoh biaya yang
termasuk biaya tidak tetap dalam pabrik kelapa sawit antara lain biaya bahan
bakar dan pelumas, biaya pemeliharaan dan perbaikan dan upah operator.
Biaya bahan bakar dan pelumas akan dikeluarkan jika mesin dioperasikan.
Semakin lama dioperasikan maka makin banyak bahan bakar yang dikonsumsi
dan semakin sering dilakukang penggantian pelumas. Selama mesin pengolahan
sawit pasti ada terdapat bagian-bagian yang aus dan perlu diganti. Pramudya dan
Dewi (1992) menyebutkan bahwa biaya perbaikan meliputi biaya penggantian
barang yang aus, upah tenaga kerja terampil untuk perbaikan khusus, pengecatan,
pembersihan, dan perbaikan karena faktor yang tidak terduga.
Biaya Total
Perhitungan biaya total diperlukan adanya nilai perkiraan jam kerja mesin
per tahun. Jam kerja ini bisa didapatkan dari perkiraan jumlah gabah yang digiling
per tahun.
Biaya Pokok
Biaya pokok adalah jumlah biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi
suatu barang, sehingga barang tersebut dapat digunakan (Pramudya dan Dewi
1992). Pada pabrik kelapa sawit, biaya pokok merupakan biaya diperlukan untuk
mengolah satu kilogram TBS.
Analisis Titik Impas
Analisis titik impas dapat digunakan untuk mengetahui jumlah produksi
dan penjualan minimal agar perusahaan tidak mengalami kerugian. Titik impas
terjadi jika penerimaan sama dengan jumlah biaya yang dikeluarkan atau suatu
nilai jumlah produksi dimana keuntungan yang diperoleh sama dengan nol.
Analisis Kelayakan Finansial
Analisis kelayakan finansial dilakukan untuk kepentingan individu atau
lembaga yang menanamkan modalnya dalam proyek tersebut. Penilaian kelayakan

11
suatu proyek dapat digunakan sebagai alat ukur yang disebut kriteria investasi.
Untuk menentukan kriteria investasi, pada tahap awal perlu melakukan
penyusunan arus kas masuk dan keluar untuk setiap periode selama umur proyek.
Dari arus kas tersebut nilai sekarang (present value) dapat dihitung dengan
menggunakan discount factor. Beberapa kriteria untuk menilai kelayakan
investasi yang sering digunakan yaitu Net Present Value (NPV), Internal Rate of
Return (IRR), dan BC Ratio.
Analisis Sensitivitas
Pengulangan perhitungan perlu dilakukan karena dalam analisis proyek
umumnya didasarkan pada proyeksi-proyeksi yang mengandung banyak unsur
ketidakpastian tentang apa yang akan terjadi di masa yang akan datang.
Ketidakpastian tersebut misalnya terjadi suatu kesalahan pendugaan suatu nilai
biaya atau manfaat dan kemungkinan terjadi perubahan suatu unsur harga pada
saat proyek/penelitian dilaksanakan, perubahan unsur harga dalam suatu pabrik
kelapa sawit, misalnya perubahan terhadap harga bahan bakar, kenaikan upah, dan
penurunan jumlah pengolahan tahunan.
Analisis sensitivitas dilakukan untuk melihat sampai berapa persen
peningkatan dan penurunan faktor-faktor tersebut dapat mengakibatkan perubahan
dalam kriteria investasi yaitu dari layak menjadi tidak layak (Gittinger 1986).

HASIL DAN PEMBAHASAN
Latar Belakang Perusahaan
Profil perusahaan
Unit Usaha Berangir merupakan salah satu unit dari PT. Perkebunan
Nusantara IV (Persero) Medan Sumatera Utara yang bergerak dalam usaha
perkebunan kelapa sawit. Produk yang dihasilkan adalah minyak sawit dan inti
sawit.
Pada awalnya areal Unit Usaha Berangir merupakan kebun karet yang
dikelola oleh PT. Wongso Rubber Coy dan PT. Indah Putra. Pada tahun 1974
kebun tersebut diambil alih dengan ganti rugi oleh PT. Perkebunan Nusantara IV
(Persero) sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri tanggal 13
Nopember 1974 Nomor: SK/32/HGU/DA/1974 yang tercatat dalam kantor Sub
Agraria TK. II Labuhan Batu No. II dan terdaftar tanggal 26 Juni 1975 dengan
Nomor: 505/1975.
Kebun Berangir terletak di Kecamatan NA IX–X Aek Kota Batu Kabupaten
Labuhan Batu Utara. Jarak dari Kota Medan 264 km dan 17 km dari Kota Rantau
Prapat.

12
Saat ini Unit Usaha Berangir didukung sumberdaya manusia sebanyak 634
orang, terdiri dari 15 orang karyawan pimpinan, 1 orang papam, dan 618
karyawan pelaksana. Pada Gambar 1 disajikan struktur organisasi Pabrik Kelapa
Sawit Berangir PTPN IV (Persero).

Gambar 1 Struktur organisasi Pabrik Kelapa Sawit Berangir
PTPN IV (Persero)
Visi perusahaan
Menjadi pusat keunggulan perusahaan agroindustri kelapa sawit dengan tata
kelola perusahaan yang baik serta berwawasan lingkungan.
Misi perusahaan
1. Menjamin keberlanjutan usaha yang kompetitif.
2. Meningkatkan daya saing produk secara berkesinambungan dengan sistem,
cara, dan lingkungan kerja yang mendorong munculnya kreativitas dan
inovasi untuk meningkatkan produktivitas dan efisien.
3. Meningkatkan laba secara berkesinambungan.
4. Mengelola usaha secara profesional untuk meningkatkan nilai perusahaan
yang memedomani etika bisnis dan good corporate governance.
5. Meningkatkan tanggung jawab sosial dan lingkungan.
6. Melaksanakan dan menunjang kebijakan serta program pemerintah
pusat/daerah.

13
Alat dan Mesin Pengolahan Kelapa Sawit
Pengolahan kelapa sawit di Pabrik Kelapa Sawit Berangir PTPN IV
(Persero) merupakan proses pengolahan kelapa sawit untuk menghasilkan produk
CPO dan KPO. Proses pengolahan tersebut melalui beberapa stasiun pengolahan,
yaitu Stasiun Jembatan Timbang, Stasiun Perebusan (Sterilizer), Stasiun Penebah
TBS, MonoPress, Hooper Tandan Kosong, Stasiun Kempa, Stasiun Pemurnian
Minyak, Stasiun Pabrik Biji, Storage Minyak Sawit, Storage Inti Sawit.
Spesifikasi alat dan mesin pengolahan kelapa sawit pada stasiun tersebut disajikan
pada Lampiran 4.

Biaya Tetap
Biaya tetap adalah jenis-jenis biaya yang selama satu periode akan tetap
jumlahnya. Biaya tetap sering juga disebut biaya kepemilikan (owning cost).
Biaya tetap pengolahan kelapa sawit di Pabrik Kelapa Sawit Berangir PTPN IV
(Persero) ialah gaji, Tunjangan, dan biaya sosial karyawan pimpinan teknik, gaji,
upah, dan biaya sosial karyawan pelaksana, premi asuransi, biaya pemeliharaan
pabrik, biaya pemeliharaan perlengkapan dan inventaris, gaji dan biaya sosial
seleksi, gaji dan biaya sosial analisa/sampling, biaya pemeliharaan mesin dan
perlengkapan pabrik, biaya pemeliharaan jalan, jembatan, dan saluran air, biaya
pemeliharaan bangunan rumah, biaya pemeliharaan bangunan rumah, biaya
pemeliharaan bangunan perusahaan, biaya keamanan, biaya pemakaian dan
pemeliharaan sistem komputer, biaya manajemen mutu dan keselamatan kerja,
biaya pajak dan sewa tanah, biaya alat-alat dan perkakas, biaya sosial non
produksi, biaya beban imbalan kerja, biaya penutupan buku dan penyusunan
rencana kerja, biaya honorarium, biaya perjalanan dan penginapan, serta biaya
lain-lain. Rincian biaya tetap pengolahan kelapa sawit di Pabrik Kelapa Sawit
Berangir PTPN IV (Persero) disajikan pada Tabel 2.

14
Tabel 2 Biaya tetap pengolahan kelapa sawit di Pabrik Kelapa Sawit
Berangir PTPN IV (Persero)a
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
a

Uraian
Gaji, tunjangan, dan biaya sosial karyawan
pimpinan teknik
Gaji, upah, dan biaya sosial karyawan
pelaksana
Premi asuransi
Biaya pemeliharaan pabrik
Biaya pemeliharaan perlengkapan dan
inventaris
Gaji dan biaya sosial seleksi
Gaji dan biaya sosial analisa/sampling
Biaya pemeliharaan mesin dan perlengkapan
pabrik
Biaya pemeliharaan jalan, jembatan, dan
saluran air
Biaya pemeliharaan bangunan rumah
Biaya pemeliharaan bangunan perusahaan
Biaya keamanan
Biaya pemakaian dan pemeliharaan sistem
komputer
Biaya manajemen mutu dan keselamatan kerja
biaya pajak dan sewa tanah
Biaya alat-alat dan perkakas
Biaya sosial non produksi
Biaya beban imbalan kerja
Biaya penutupan buku dan penyusunan rencana
kerja
Biaya Honorarium
Biaya perjalanan dan penginapan
Biaya lain-lain
Total

Total (Rp/tahun)
863 344 000
2 788 343 489
153 575 378
7 596 251 409
12 733 000
563 829 360
208 843 731
7 348 478 433
343 541 149
192 719 936
255 552 750
2 490 375 378
323 018 676
72 632 057
2 747 851 062
494 500
400 964 228
5 958 967 307
30 000 000
13 301 600
2 064 066 932
160 372 873
34 589 257 248

Sumber: Diolah dari Unit Berangir PTPN IV (Persero) (2012).

Pada Tabel 2 disajikan data biaya tetap pada tahun 2012 untuk melakukan
kegiatan produksi di Pabrik Kelapa Sawit Berangir PTPN IV tanpa dipengaruhi
oleh jumlah output produksi. Total biaya tetap sangat besar yaitu Rp. 34 589 257
248 angka ini dipengaruhi oleh tingginya komponen biaya pemeliharaan yaitu Rp.
16 072 295 353.
Pabrik Kelapa Sawit Berangir PTPN IV (Persero) merupakan salah satu
bagian dari Badan Usaha Milik Negara (BUMN), sebagaimana BUMN pada
umumnya tolok ukur keberhasilan perusahaan selain berdasarkan capaian
keuntungan juga diukur berdasarkan jumlah aset yang dimiliki. Oleh karena itu,

15
Pabrik Kelapa Sawit Berangir PTPN IV (Persero) mengeluarkan biaya
pemeliharaan yang sangat tinggi untuk menjaga nilai asetnya dari berbagai
penurunan. Selain itu, biaya pemeliharaan yang tinggi diharapkan dapat
mendukung kegiatan produksi seoptimal mungkin.

Biaya Tidak Tetap
Biaya tidak tetap merupakan komponen biaya yang dipengaruhi oleh output
produksi Pabrik Kelapa Sawit Berangir PTPN IV (Persero). Komponen biaya
tidak tetap tersebut yaitu biaya pembelian TBS, biaya pembelian bahan kimia dan
pelengkap, biaya pembelian minyak solar, biaya pembelian minyak premium,
biaya pembelian pelumas, biaya listrik, biaya air, biaya langsir, biaya
pengangkutan limbah cair, biaya pengangkutan limbah padat, biaya pengepakan,
premi pengolahan, biaya pengiriman ke industri hilir, serta biaya penggunaan alat
pengangkutan. Pada Tabel 3 disajikan rincian biaya tidak tetap pengolahan kelapa
sawit di Pabrik Kelapa Sawit Berangir PTPN IV (Persero).
Tabel 3 Biaya tidak tetap pengolahan kelapa sawit di Pabrik Kelapa Sawit
Berangir PTPN IV (Persero)a
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
a

Uraian
Pembelian TBS
Pembelian bahan kimia dan pelengkap
Pembelian minyak solar
Pembelian minyak premium
Pembelian pelumas
Biaya listrik
Biaya air
Biaya langsir
Biaya pengangkutan limbah cair
Biaya pengangkutan limbah padat
Biaya pengepakan
Biaya premi pengolahan
Biaya pengiriman ke industri hilir
Biaya penggunaan alat pengangkutan
Total

Total (Rp/tahun)
228 929 687 083
441 793 453
3 990 888
5 440 500
174 191 566
3 127 958 903
716 285 315
554 331 455
156 257 400
190 689 637
206 924 986
1 442 946 474
908 141 360
179 099 190
237 037 738 210

Sumber: Diolah dari Unit Berangir PTPN IV (Persero) (2012).

Penelitian ini dibatasi pada ruang lingkup pengolahan kelapa sawit di Pabrik
Kelapa Sawit Berangir PTPN IV (Persero). Oleh karena itu, meskipun Unit
Berangir PTPN IV (Persero) memiliki kebun kelapa sawit yang memproduksi
TBS yang terintegrasi dengan pabrik pengolahan, TBS tersebut tetap dianggap
membeli.
Sumber TBS yang diperoleh Pabrik Kelapa Sawit Berangir PTPN IV
(Persero) ialah bersumber dari kebun sendiri, kebun seinduk, dan pihak ketiga.

16
Ketiga sumber tersebut memiliki mekanisme dan perjanjian jual beli yang
berbeda. Untuk TBS yang bersumber dari kebun sendiri dan pihak ketiga, harga
dihitung dari total TBS yang dibeli dikalikan harga rata-rata TBS pada tahun
2012. Sedangkan untuk TBS dari kebun seinduk tidak dibeli, melainkan melalui
mekanisme titip olah, yaitu Kebun Berangir memperoleh pendapatan berupa biaya
pengolahan TBS tersebut. Pada Tabel 4 disajikan rincian biaya pembelian TBS
oleh Pabrik Kelapa Sawit Berangir PTPN IV (Persero).
Tabel 4 Biaya pembelian TBS Pabrik Kelapa Sawit Berangir PTPN IV
(Persero)a
No Uraian
1
2

Kebun sendiri
Pembelian pihak
ketiga
Total

Jumlah (kg)
101 429 720
54 975 120
156 404 840

Harga
(Rp/kg)
1 464b

Total (Rp)
148 462 631 083
80 467 056 000
228 929 687 083

a

Sumber: Diolah dari Unit Berangir PTPN IV (Persero) (2012).
b
Harga TBS/kg merupakan harga rata-rata TBS pada tahun 2012 (Smart Tbk 2014).

Komponen biaya premi pengolahan (Tabel 3) merupakan biaya yang
dikeluarkan pabrik terhadap karyawan pelaksana yang berhasil melakukan
pekerjaan melebihi target yang ditetapkan perusahaan. Oleh karena itu, biaya
premi merupakan komponen biaya tidak tetap yaitu dipengaruhi oleh jumlah
output produksi.

Biaya Investasi
Biaya investasi merupakan biaya yang dikeluarkan untuk pembelian barang
modal. Biaya investasi yang dikeluarkan oleh Pabrik Kelapa Sawit Berangir
PTPN IV (Persero) yaitu investasi mesin dan instalasi, investasi bangunan rumah,
investasi bangunan perusahaan, investasi jalan, jembatan, dan saluran air, serta
investasi alat-alat pengangkutan dan kendaraan. Pada Tabel 5 disajikan rincian
biaya investasi Pabrik Kelapa Sawit Berangir PTPN IV (Persero).

17
Tabel 5 Biaya investasi Pabrik Kelapa Sawit Berangir PTPN IV (Persero)a
No
1
2
3
4
5

a

Uraian
Mesin dan instalasi
Bangunan rumah
Bangunan perusahaan
Jalan, jembatan, dan saluran air
Alat-alat pengangkutan dan
kendaraan
Total

Umur teknis
(tahun)
15
30
30
30
15

Nilai
68 570 528 289
3 205 670 865
2 161 931 208
5 720 298 649
2 599 003 198
82 257 432 209

Sumber: Diolah dari Unit Berangir PTPN IV (Persero) (2012).

Penentuan umur teknis seperti yang telah diasumsikan dalam metode adalah
melalui pengamatan di lapangan dan studi literatur. Selain itu, umur teknis
disesuaikan dengan umur proyek sehingga penggunaannya dapat efektif.

Kapasitas Pabrik
Pabrik Kelapa Sawit Berangir PTPN IV (Persero) memiliki kapasitas
terpasang 30 ton TBS/jam. Pada kenyataannya, kapasitas terpasang itu sulit
tercapai karena beberapa faktor, yaitu ketersediaan pasokan TBS, kondisi
alat/mesin pengolahan, dan kemampuan pekerja. Pada saat penelitian (31 Januari
sampai 7 Februari 2014) diperoleh data kapasitas pabrik seperti yang disajikan
pada Tabel 6.
Tabel 6 Kapasitas Pabrik Kelapa Sawit Berangir PTPN IV
(Persero)
Hari
ke1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14

Input TBS (kg)
264 180.00
276 150.00
0.00
255 630.00
229 290.00
202 700.00
222 500.00
226 300.00
285 100.00
0.00
248 100.00
227 100.00
228 100.00
265 400.00
Rata-rata

Jam
kerja/hari
10
10
0
10
10
10
10
10
10
0
10
10
10
10

Kapasitas pabrik
(kg TBS/jam)
26 418.00
27 615.00
0.00
25 563.00
22 929.00
20 270.00
22 250.00
22 630.00
28 510.00
0.00
24 810.00
22 710.00
22 810.00
26 540.00
24 421.00

18
Menurut Laporan Manajemen Bulanan PTPN IV (Persero) Unit Usaha
Berangir (2012), total input TBS pada tahun 2012 adalah 160 201 620 kg, jam
kerja pada tahun tersebut adalah 5 478 jam/tahun, sehingga kapasitas pabrik pada
tahun tersebut 29 244.55 kg/jam. Perbedaan antara data yang diambil saat
penelitian dan data sekunder terutama dikarenakan fluktuasi pasokan TBS. Pada
saat pasokan TBS sedang tinggi maka jam kerja/hari dapat meningkat menjadi 20
jam kerja/hari (2 shift kerja), sebaliknya jika pasokan TBS tidak tinggi maka jam
kerja menjadi 10 jam/hari (1 shift kerja), bahkan pabrik bisa tidak beroperasi sama
sekali jika pasokan TBS sangat rendah/tidak ada pasokan. Pada Tabel 7 disajikan
kapasitas TBS pada tahun 2012.
Tabel 7 Kapasitas Pabrik Kelapa Sawit Berangir tahun 2012a
Uraian
Kebun sendiri
Kebun seinduk pane jaya
Kebun seinduk meranti
paham
Pembelian pihak ketiga
Total
a

Jumlah (kg
TBS/tahun)
101 429 720.00
822 380.00
2 974 400.00
54 975 120.00
160 201 620.00

Jam kerja
(jam/tahun)

Kapasitas (kg
TBS/jam)

5 478.00

29 244.55

Sumber: Diolah dari Unit Berangir PTPN IV (Persero) (2012).

Pada perhitungan analisis selanjutnya kapasitas pabrik yang digunakan ialah
kapasitas pabrik pada tahun 2012 (Tabel 7). Hal ini dikarenakan komponenkomponen biaya yang digunakan dalam perhitungan analisis menggunakan
komponen biaya pada tahun 2012.

19
Jumlah Rata-Rata TBS yang Diolah per Hari dan Jam Kerja per Hari
Pada saat penelitian (31 Januari sampai 7 Februari 2014), jumlah rata-rata
TBS yang diaolah per hari adalah 244 212.50 kg dan jam kerja per hari 10 jam (1
shift kerja). Menurut Laporan Manajemen Bulanan PTPN IV (Persero) Unit Usaha
Berangir (2012), Jumlah rata-rata TBS yang diolah per hari adalah 438 908.55 kg
dan jam kerja per hari rata-rata adalah 15.01 jam/hari. Perbedaan ini terutama
disebabkan oleh fluktuasi pasokan TBS, sehingga berpengaruh terhadap jumlah
rata-rata TBS yang diolah perhari dan jam kerja per hari. Pada Tabel 8 disajikan
jumlah rata-rata TBS yang diolah per hari dan jam kerja per hari tahun 2012 di
Pabrik Kelapa Sawit Berangir PTPN IV (Persero).
Tabel 8 Rata-rata TBS yang diolah per hari dan jam kerja per haria

a

Uraian

Jumlah (kg
TBS/tahun)

Kebun sendiri
Kebun seinduk pane jaya
Kebun seinduk meranti
paham
Pembelian pihak ketiga
Total

101 429 720
822 380
2 974 400

Rata-rata TBS
yang diolah
per hari (kg)

Rata-rata
jam kerja
per hari
(jam)

438 908.55

15.01

54 975 120
160 201 620

Sumber: Diolah dari Unit Berangir PTPN IV (Persero) (2012).

Biaya Total
Biaya total merupakan biaya keseluruhan yang diperlukan untuk
mengoperasikan suatu mesin pertanian. Biaya ini merupakan penjumlahan biaya
tetap dan biaya tidak tetap dan dinyatakan dalam satuan Rp/jam. Pada Tabel 9
disajikan biaya total Pabrik Kelapa Sawit Berangir PTPN IV (Persero)
Tabel 9 Biaya total Pabrik Kelapa Sawit Berangir PTPN IV
(Persero)a
Uraian
Biaya Tetap (Rp/tahun)
Biaya Tidak Tetap (Rp/tahun)
Jam Kerja per Tahun (jam/tahun)
Biaya Total (Rp/jam)
a

Jumlah
34 589 257 248
237 037 738 210
5 478
49 585 067

Sumber: Diolah dari Unit Berangir PTPN IV (Persero) (2012).

20
Biaya Pokok
Biaya pokok merupakan biaya yang diperlukan pabrik untuk mengolah tiap
kilogram TBS. Oleh karena itu, Biaya Pokok Pabrik Kelapa sawit Berangir PTPN
IV (Persero) dinyatakan dengan Rp/kg. Pada Tabel 10 disajikan biaya pokok
Pabrik Kelapa Sawit Berangir PTPN IV (Persero).
Tabel 10 Biaya pokok Pabrik Kelapa Sawit Berangir
PTPN IV (Persero)a
Uraian

Jumlah

Biaya Total (Rp/jam)
Kapasitas pabrik (kg TBS/jam)
Biaya Pokok (Rp/kg)
a

49 585 067
29 244.55
1695

Sumber: Diolah dari Unit Berangir PTPN IV (Persero) (2012).

Penerimaan Pabrik
Penerimaan Pabrik Kelapa Sawit Berangir PTPN IV (Persero) bersumber
dari penjualan hasil pengolahan kelapa sawit, yaitu berupa Crude Palm Oil
(CPO) dan Kernel Palm (KP). Pada Tabel 11 disajikan data penerimaan Pabrik
Kelapa Sawit Berangir Tahun 2012.
Tabel 11 Penerimaan Pabrik Kelapa Sawit Berangir PTPN IV (Persero)a
Uraian
Penjualan produk
 CPO
 KP
Pendapatan dari titip
olah kebun seinduk

Jumlah
(kg/tahun)

Harga
(Rp/kg)

Nilai (Rp/kg)

35 943 346.00
6 576 413.00

8 183b
4 197c

294 110 022 980
27 599 890 078

3 79