Efektivitas Penggunaan Biji Ketumbar (Coriandrum sativum Linn) Mentah dan Sangrai dalam Ransum Terhadap Profil Darah Ayam Broiler

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN BIJI KETUMBAR (Coriandrum
sativum Linn) MENTAH DAN SANGRAI DALAM RANSUM
TERHADAP PROFIL DARAH AYAM BROILER

ADITYA GUZWATUTOHIR RAHMAWANTO

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Efektivitas Penggunaan
Biji Ketumbar (Coriandrum sativum Linn) Mentah dan Sangrai dalam Ransum
Terhadap Profil Darah Ayam Broiler adalah benar karya saya dengan arahan dari
komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan
tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Maret 2015
Aditya Guzwatutohir R
NIM D24080243

ABSTRAK
ADITYA GUZWATUTOHIR RAHMAWANTO. Efektivitas Penggunaan Biji
Ketumbar (Coriandrum sativum Linn) Mentah dan Sangrai dalam Ransum Terhadap
Profil Darah Ayam Broiler. Dibimbing oleh RITA MUTIA dan WIDYA HERMANA.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pemberian ransum dengan
penambahan biji ketumbar mentah dan ketumbar sangrai terhadap profil darah ayam
broiler. Penelitian ini menggunakan 90 ekor ayam DOC (Cobb CP 707) yang
dipelihara selama 5 minggu. Perlakuan ransum yang digunakan pada penelitian ini
adalah ransum tanpa biji ketumbar (R0), ransum dengan penambahan 2% biji
ketumbar mentah (R1), dan ransum dengan penambahan 2% biji ketumbar sangrai
(R2). Ransum dan air minum diberikan ad libitum. Rancangan yang digunakan adalah
Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 3 perlakuan dan 3 ulangan, setiap ulangan
terdiri atas 10 ekor. Hasil penelitian menunjukkan penggunaan biji ketumbar mentah
(R1) dan biji ketumbar sangrai (R2) dengan taraf 2% dalam ransum tidak memberikan

pengaruh nyata terhadap persentase hematokrit, hemoglobin, eritrosit, dan leukosit
darah ayam broiler. Disimpulkan bahwa ransum tanpa penambahan biji ketumbar
mentah atau pun sangrai tidak memberikan hasil yang lebih baik dalam profil darah
yang diteliti.
Kata kunci : ayam broiler, biji ketumbar mentah, biji ketumbar sangrai, profil darah

ABSTRACT
ADITYA GUZWATUTOHIR RAHMAWANTO. Efectivity of Raw and Roasted
Coriander Seeds (Coriandrum sativum Linn) on Blood Parameters of Broiler.
Supervised by RITA MUTIA and WIDYA HERMANA.
This study aimed to analyzed coriander seeds and roasted coriander on blood
profiles of broilers. This study used 90 chickens DOC ( CP Cobb 707 ) were
maintained for 5 weeks. Treatment diet were used in this study is the diet without
coriander seeds ( R0 ), diet with the addition of 2% coriander seeds raw ( R1 ), and the
addition of 2% diet with toasted coriander seeds ( R2 ) . Diets and drinking water given
ad libitum. The experimental design used was completely randomized design ( CRD )
with 3 treatments and 3 replications, each replication consisted of 10 animals. The
results showed the use of raw coriander seeds ( R1 ) and roasted coriander seeds ( R2 )
with a level of 2% in the diet did not affect on the percentage of hematocrit,
hemoglobin, erythrocytes, and leukocytes in the blood of broiler chickens.

Keywords: blood profiles, broiler chickens, raw coriander seeds, toasted coriander
seeds

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN BIJI KETUMBAR (Coriandrum
sativum Linn) MENTAH DAN SANGRAI DALAM RANSUM
TERHADAP PROFIL DARAH AYAM BROILER

ADITYA GUZWATUTOHIR RAHMAWANTO

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Peternakan
pada
Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015


Judul Skripsi : Efektivitas Penggunaan Biji Ketumbar (Coriandrum sativum Linn)
Mentah dan Sangrai dalam Ransum Terhadap Profil Darah Ayam
Broiler
Nama
: Aditya Guzwatutohir Rahmawanto
NIM
: D24080243

Disetujui oleh

Dr Ir Rita Mutia, MAgr
Pembimbing I

Dr Ir Widya Hermana, MSi
Pembimbing II

Diketahui oleh

Prof Dr Ir Panca Dewi MHK, MSi

Ketua Departemen

Tanggal Lulus :

PRAKATA
Alhamdulillahirobil alamin, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat
Allah SWT atas berkat, rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan penelitian dan skripsi dengan judul “Efektivitas Penggunaan Biji
Ketumbar (Coriandrum sativum Linn) Mentah dan Sangrai dalam Ransum Terhadap
Profil Darah Ayam Broiler” dengan baik. Sholawat serta salam tak lupa semoga selalu
tercurah kepada Nabi Besar Muhammad SAW, keluarga, sahabat, dan para
pengikutnya hingga akhir zaman.
Penelitian dilakukan selama 3 bulan dari Agustus hingga Oktober tahun 2011. di
Kandang Unggas Laboratorium Lapang Ilmu Produksi Ternak Unggas, pengukuran
parameter dilakukan di Laboratorium Nutrisi Ternak Unggas (Fapet, IPB). Penelitian
ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pemberian biji ketumbar mentah dan biji
ketumbar sangrai dalam ransum terhadap profil darah ayam broiler sehingga dapat
ditemukan taraf suplementasi ketumbar yang optimum pada ransum ayam broiler.
Skripsi ini merupakan salah satu syarat kelulusan penulis dari program Sarjana
Peternakan, Mayor Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan di Fakultas Peternakan, Institut

Pertanian Bogor. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat sebagai sumber informasi.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah ikut berperan serta,
sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

Bogor, Maret 2015

Penulis

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
METODE
Ternak
Pakan Penelitian
Kandang dan Peralatan
Lokasi dan Waktu Penelitian
Prosedur
Rancangan dan Analisis Data
Analisis Data

Peubah yang Diamati
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hematokrit
Hemoglobin
Eritrosit
Leukosit
Deferensiasi Leukosit
Performa
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

vii
ix
1
2
2

2
3
3
3
6
6
6
6
7
7
7
8
8
8
11
11
11
11
13
14


DAFTAR TABEL
1 Komposisi pakan penelitian periode starter dan finisher
2 Kandungan nutrien pakan penelitian periode starter dan finisher
3 Hasil pengujian profil darah

2
2
7

DAFTAR LAMPIRAN
1 Sidik ragam hemoglobin selama penelitian
2 Sidik ragam eritrosit selama penelitian
3 Sidik ragam hematokrit selama penelitian
4 Sidik ragam leukosit selama penelitian
5 Sidik ragam rasio h/l selama penelitian
6 Sidik ragam heterofil selama penelitian
7 Sidik ragam limfosit selama penelitian

13

13
13
13
13
13
13

PENDAHULUAN
Usaha pengadaan sumber pangan hewani terus ditingkatkan guna
memenuhi kebutuhan protein hewani, khususnya yang berasal dari ternak. Ayam
broiler salah satu ternak yang digunakan untuk upaya memenuhi kebutuhan
protein hewani tersebut. Broiler merupakan ayam ras yang mampu tumbuh
dengan cepat, sehingga dapat menghasilkan daging dalam waktu relatif singkat
yaitu 35-40 hari, dan memiliki nilai gizi yang cukup tinggi. Produksi broiler yang
optimum tergantung pada kualitas dan kuantitas pakan, lingkungan, serta
manajemen pemeliharaan.
Pengembangan broiler di daerah tropis dengan sistem perkandangan
terbuka dihadapkan pada tingginya angka mortalitas dan rendahnya produktivitas,
karena secara alami akan terekspos oleh variasi stres lingkungan (kedinginan,
kepanasan, dan kecepatan angin/aliran udara). Indonesia yang merupakan daerah

tropis, secara umum suhu hariannya berfluktuasi antara 27.7-34.6 C dan
kelembaban 55.8%-86.6% (Badan Pusat Statistik. 2003). Suhu lingkungan harian
yang panas dan fluktuatif berdampak buruk terhadap kesehatan broiler, seperti
terjadi anemia disertai defisiensi nutrien tertentu, serta menekakan respon
kekabalan dalam memproduksi antibodi, yang meningkatkan kepekaan terhadap
penyakit. Hal ini bisa dilihat dari gambaran komponen sel-sel darah.
Pengamatan hematologi seperti perubahan jumlah leukosit dalam jangka
pendek menunjukkan resistensi terhadap infeksi mikroba patogen, dan dalam
jangka waktu lama terjadi pengecilan organ limfoid. Suhu lingkungan panas juga
menyebabkan stres oksidatif (kondisi aktivitas radikal bebas melebihi antioksidan).
Hal ini biasanya tercermin dari meningkatnya produk aktivitas radikal bebas
seperti malondealdehida dalam darah. Efek dari proses dan produk radikal bebas
dapat mengganggu keseimbangan fisiologis yang berujung pada rendahnya
kualitas kesehatan dan produksi.
Biji ketumbar (Coriandrum sativum L.) merupakan salah satu rempah biji
tanaman yang bernilai medis. Dalam dunia kuliner proses penyangraian biji
ketumbar bertujuan untuk mengeluarkan aroma dan rasa. Kadar minyak esensial
(atsiri) yang terkandung dalam biji ketumbar mampu menjadi antibakteri,
sehingga dapat meningkatkan daya tahan tubuh dari serangan penyakit. Minyak
esensial (atsiri) yang dikandung biji ketumbar juga berkhasiat sebagai stimulan,
penguat organ pencernaan, dan merangsang enzim pencernaan, sehingga dapat
meningkatkan nafsu makan.
Penelitian ini bertujuan menganalisis pengaruh pemberian biji ketumbar
mentah dan biji ketumbar sangrai dalam ransum terhadap profil darah ayam
broiler. Proses penyangraian biji ketumbar dilakukan sebelum dicampur ke dalam
pakan ternak. Hal ini bertujuan agar pakan dapat memberikan pengaruh yang
positif juga sehingga dapat meningkatkan selera makan terhadap ransum yang
diberikan dan kesehatan ternak. Penambahan biji ketumbar pada makanan dapat
menurunkan produk peroksida lipid dan kolesterol darah (Giiler et al. 2005).
Minyak atsiri pada biji ketumbar memiliki sifat antimikroba terhadap
spesies patogen seperti Salmonella (Isao et al. 2004), dapat merangsang enzim
pencernaan dan peningkatan fungsi hati (Hernandez et al. 2004). Perubahan akan
keadaan hematologi dalam jangka pendek menunjukkan resistensi terhadap infeksi
mikroba patogen dan dalam jangka waktu lama terjadi pengecilan organ limfoid.
Kandungan flavonoid pada biji ketumbar berperan sebagai antioksidan yang

2
mampu menetralisir radikal bebas dan berperan menurunkan kolesterol (Chithra
dan Leelamma. 1997) dan sebagai antioksidan (Wangensteen et al. 2004). Biji
ketumbar (Coriandrum sativum L.) juga bermanfaat sebagai antidiabetes (Giiler et
al. 2005) dan stimulus dalam proses pencernaan (Balai Penelitian Tanaman
Rempah dan Obat 2004). Penelitian ini bertujuan menganalisis pengaruh
pemberian biji ketumbar mentah dan biji ketumbar sangrai dalam ransum terhadap
profil darah ayam broiler.

METODE
Ternak
Penelitian ini menggunakan 90 ekor DOC strain CP 707 dari PT Charoen
Pokphand Indonesia. Waktu pemeliharaan selama 5 minggu. DOC dibagi ke
dalam 3 perlakuan dan 3 ulangan dan dalam setiap ulangan terdiri dari 10 ekor.
Pakan Penelitian
Pakan yang digunakan merupakan hasil formulasi berdasarkan Leeson dan
Summers (2005) dengan penambahan 2% biji ketumbar pada perlakuan R1 dan
R2. Pemberian pakan dibagi menjadi 2 periode sesuai dengan masa
pemeliharaannya, yaitu starter, umur 0-3 minggu dan ransum finisher, umur 4-5
minggu. Komposisi pakan penelitian dapat dilihat pada Tabel 1, dan Kandungan
nutrien pakan selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 1 Komposisi pakan penelitian periode starter dan finisher
Bahan
Pakan
(%)
Jagung
Dedak
Padi
B. kedelai
Tepung
ikan
CPO
Ketumbar
CaCO3
DCP
Premiks
Lysin
Methionin

Finisher

Starter
R0

R1

R2

R0

R1

R2

54.14

53.68

53.68

60.41

59.61

59.61

6

4.85

4.85

5.17

4.3

4,3

28

28

28

19.46

19.19

19.19

6.05

5.93

5.93

9.39

9.52

9.52

3.61
0
1
0.5
0.5
0.1
0.1

3.34
2
1
0.5
0.5
0.1
0.1

3.34
2
1
0.5
0.5
0.1
0.1

3.37
0
1
0.5
0.5
0.1
0.1

3.18
2
1
0.5
0.5
0.1
0.1

3.18
2
1
0.5
0.5
0.1
0.1

RO.= Ransum tanpa biji ketumbar, R1 = Ransum dengan penambahan 2% biji ketumbar,
R2 = Ransum dengan penambahan 2% biji ketumbar sangai, CPO = Crude Palm Oil

3
Tabel 2 Kandungan nutrien pakan penelitian periode starter dan finisher
Nutrien
-1

Energi Metabolis (Kkal kg )

Protein Kasar (%)
Lemak Kasar (%)
Serat Kasar (%)
Ca (%)
P avail (%)
Lysin (%)
Methionin (%)

R0
3050
22
6.19
2.97
0.96
0.53
1.44
0.54

Starter
R1
3050
22
6.08
3.45
0.97
0.53
1.43
0.53

R2
3051
22
6.18
3.45
0.98
0.52
1.43
0.53

R0
3100
20
6.17
2.81
1.16
0.62
1.35
0.55

Finisher
R1
3100
20
6.15
3.30
1.19
0.62
1.34
0.54

R2
3100
20
6.28
3.56
1.20
0.62
1.34
0.54

Komposisi nutrien bahan pakan berdasarkan perhitungan menurut Lesson.dan/Summers
(2005). RO.= Ransum tanpa biji ketumbar, R1 = Ransum dengan penambahan 2% biji
ketumbar, R2 = Ransum dengan penambahan 2% biji ketumbar sangai

Kandang dan Peralatan
Kandang yang digunakan adalah 3 kandang utama berukuran 5 m2. Setiap
kandang utama terdiri dari 3 kandang kecil berukuran 1 m2 yang dilengkapi
dengan tempat pakan dan air minum. Peralatan pendukung yang digunakan antara
lain lampu pijar 60 watt, termometer, tempat pakan, tempat minum, ember, selotip,
karung, alat tulis, pisau, tirai penutup kandang, pemanas buatan (brooder), kertas
koran, kompor gas, karbol, kapur sirih dan peralatan sanitasi.
Lokasi dan Waktu Penelitian
Pemeliharaan dilakukan selama 5 minggu pada bulan Agustus 2011.
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Lapang Ternak Unggas Fakultas
Peternakan IPB dan pengujian sampel darah dilakukan di Laboratorium Fisiologi
dan Farmakologi Fakultas Kedokteran Hewan IPB.
Prosedur
Penyiapan Tepung Biji Ketumbar
Biji ketumbar yang dipilih yaitu bulat dan berwarna kuning kecokelatan.
Biji ketumbar digiling dengan mesin giling hingga bertekstur mash (tepung). Biji
ketumbar yang sudah berbentuk mash kemudian disangrai selama 5 menit.
Pembuatan Ransum Penelitian
Bahan baku ransum diperoleh dari PT Indofeed Bogor. Penimbangan
bahan baku ransum sesuai formulasi. Bahan pertama yang dicampur adalah
jagung kuning dan CPO (Crude Palm Oil). Bahan kedua yang dicampur adalah
bungkil kedelai dan tepung ikan. Bahan ketiga yang dicampur adalah tepung biji
ketumbar, dedak padi, CaCO3 (calsium carbonate), DCP, premiks, L-lysin, dan
DL-methionin. Seluruh bahan selanjutnya diaduk hingga homogen dalam mesin
pencampur (mixer). Bahan yang telah homogen kemudian dibentuk menjadi pellet
di mesin pellet. Proses selanjutnya adalah ransum dibentuk menjadi crumble di

4
mesin crumble. Ransum yang telah jadi kemudian ditimbang dan dikemas sesuai
perlakuan.
Pemeliharaan Ayam Broiler
Pemeliharaan 0-3 minggu dengan ransum starter dan 4-6 minggu dengan
ransum finisher. Perlihan ransum starter ke finisher dilakukan selama 4 hari
dengan perbandingan starter : finisher hari pertama 75% : 25% hari ke-dua 50% :
50% hari ke-tiga 25% : 75% dan hari ke-empat 100% finisher.
Pengambilan Sampel
Sampel darah diambil saat umur ayam 35 hari. Waktu pengambilan pada
pagi hari pukul 08.30 WIB setelah dipuasakan 3 jam. Ayam yang diambil
berjumlah 12 ekor (setiap perlakuan diambil 4 ekor sebagai ulangan) yang
berbobot badan mendekati rata-rata bobot badan tiap ulangan. Bagian bawah
sayap diusap dengan cairan alkohol. Darah kemudian diambil melalui vena
pectoralis (pembuluh darah dibagian bawah sayap). Darah diambil sekali
menggunakan spoit sebanyak 2 ml dan dimasukkan dalam tabung berantikoagulan.
Analisis Persentase Hematokrit (%)
Analisis persentase hematokrit dilakukan dengan metode Mikrohematokrit.
Sampel darah dimasukkan ke dalam tabung kapiler sampai 4/5 volume tabung
berukuran panjang 75 mm dan berdiameter 1 mm. Mulut tabung ditutup dengan
dempul (clay). Proses berikutnya disentrifugasi selama 5 menit dengan kecepatan
12 000 rpm. Tinggi volume padatan yang terbentuk diukur dengan alat pembaca
hematokrit.
Analisis Kadar Hemoglobin (g 100ml-1)
Analisis kadar hemoglobin dilakukan dengan metode Sianmethemoglobin.
Larutan pereaksi 5 ml (berbahan kalium ferrosianida 200 mg + KCN 50 mg +
kalium hidrogen fosfat 140 mg + detergen 1 ml + aquadest 1.000 ml) dimasukkan
ke dalam tabung reaksi berukuran panjang 75 cm dan berdiameter 10 mm.
Sebanyak 0.02 ml sampel darah ditambahkan ke dalam 5 ml pereaksi dengan
menggunakan mikropipet (dihindari terbentuknya gelembung). Sampel yang telah
tercampur dibiarkan pada suhu kamar selama ± 5 menit, dan serapannya dibaca
dalam spektrofotometri pada panjang gelombang 540 nm, dengan larutan pereaksi
sebagai blangko.
Analisis Jumlah Eritrosit (106 butir mm-3)
Analisis jumlah eritrosit dilakukan dengan menggunakan metode Nuebauer.
Larutan pengencer yaitu larutan Hayem (natrium sulfat 2.5 g + natrium klorid
0.5 g + merkuri klorid 0.25 g + aquadest 100 ml) disiapkan. Sampel darah dari
tabung dihisap menggunakan pipet eritrosit sampai batas 0.5. Ujung pipet
dibersihkan dengan tisu, lalu larutan pengencer dihisap hingga tanda tera 101.
Pipet diangkat dari cairan dan ujung pipet ditutup dengan ujung jari, kemudian
dikocok selama 30 detik. Kamar hitung dan kaca penutup diletakkan mendatar di
atas meja. Cairan yang ada pada batang kapiler pipet dibuang 3 tetes. Mulut pipet
disentuhkan (± sudut 30 ) dengan menyinggung pinggir kaca penutup pada kamar
hitung, dan diteteskan cairan sampel. Kamar hitung akan terisi cairan perlahanlahan, dengan gaya kapilaritasnya sendiri. Kamar hitung yang sudah terisi cairan
dibiarkan selama 2 menit agar mengendap. Kamar hitung terbagi dalam 25 kotak

5
kecil-kecil. Sel eritrosit dihitung dalam 5 kotak, yaitu 1 kotak di tengah, 2 kotak
pojok atas dan 2 kotak pojok bawah. Perhitungan di bawah mikroskop dengan
lensa objektif besar (pembesaran 40 kali). Jumlah eritrosit dihitung dengan rumus :
= (E / [Jumlah kamar hitung x Volume kamar hitung (mm3)]) x Pengenceran (kali)
= (E / [5 x 0.2 x 0.2 x 0.1 ] ) x 100
= (E / 0.02 ) x 100
= E x 5 000
E = jumlah sel eritrosit yang terhitung

Analisis Jumlah Leukosit (103 butir mm-3)
Analisis jumlah leukosit dilakukan dengan menggunakan metode Nuebauer.
Larutan pengencer yaitu larutan Turk (larutan gentianviolet 1% dalam air 1 ml +
asam asetat glasial 1 ml + aquadest 100 ml) disiapkan. Sampel darah dari tabung
dihisap menggunakan pipet leukosit dengan bantuan alat penghisap aspirator pada
pipet sampai batas 0.5. Ujung pipet dibersihkan dengan tisu lalu hisap larutan
pengencer hingga tanda tera 11. Pipet diangkat dari cairan dan ujung pipet ditutup
dengan ujung jari kemudian dikocok selama 30 detik.
Kamar hitung dan kaca penutup diletakkan mendatar di atas meja. Cairan
yang ada pada batang kapiler pipet dibuang 3 tetes. Mulut pipet disentuhkan (±
sudut 30 ) dengan menyinggung pinggir kaca penutup kamar hitung, dan
diteteskan cairan sampel. Kamar hitung akan terisi cairan perlahan-lahan, dengan
gaya kapilaritasnya sendiri. Kamar hitung yang sudah terisi dibiarkan selama 2
menit agar cairan mengendap. Jumlah leukosit dilihat dengan bantuan mikroskop
pada 5 bidang pandang, yaitu 1 kotak di tengah (kotak eritrosit), 2 kotak pojok atas
dan 2 kotak pojok bawah. Perhitungan di bawah mikroskop dengan lensa objektif
kecil (10 kali). Jumlah leukosit dihitung dengan rumus :
= (L / [Jumlah kamar hitung x Volume kamar hitung (mm3)]) x Pengenceran(kali)
= (L / [5 x 1 x 1 x 0.1 ] ) x 100
= (L / 0.5 ) x 100
= L x 200
L = jumlah sel leukosit yang dihitung

Analisis Deferensiasi Leukosit: Persentase Limfosit (%) dan Persentase
Heterofil (%)
Deferensiasi jenis leukosit dilakukan dengan melihat granulosit yaitu
eosinofil, basofil, dan heterofil. Eosinofil dengan ciri granula berwarna merah dan
besar. Basofil dengan ciri granula berwarna biru tua dan besar-besar. Heterofil
dengan ciri granula netral dan bentuk halus. Jenis leukosit agranulosit yaitu
limfosit dan monosit. Limfosit dengan ciri inti bulat, berwarna biru tua, dan
sitoplasma lebih sedikit. Monosit dengan ciri inti berlekuk, berwarna biru tua, dan
sitoplasma lebih banyak. Deferensiasi leukosit dihitung dengan rumus:
Deferensiasi leukosit (%) = Jenis leukosit (106 butir mm-3) x 100%
Leukosit (106 butir mm-3)

6
Rancangan dan Analisis Data
Penelitian ini menggunakan 3 Perlakuan. Perlakuan yang diberikan adalah :
R0
R1
R2

= Pakan tanpa tepung biji ketumbar (kontrol)
= Pakan dengan tepung biji ketumbar 2%
= Pakan dengan tepung biji ketumbar sangrai 2%

Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 3 perlakuan 3 ulangan. Model
matematis yang digunakan menurut Mattjik dan Sumertajaya (2002) sebagai
berikut :
Yij = µ + +
Keterangan :
Yij : nilai pengamatan pada perlakuan ke-I dan ulangan ke-j
µ
: nilai rataan umum
i
: efek perlakuan ke-i
: galat perlakuan ke-i dan ulangan ke-j
Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis ragam (ANOVA) dan untuk melihat
perbedaan diantara perlakuan dilakukan dengan uji beda nyata terkecil atau Least
significant difference (LSD) (Mattjik dan Sumertajaya, 2000).
Peubah yang Diamati
Pengamatan profil darah dilakukan dengan mengamati persentase
hematokrit, kadar hemoglobin (g 100ml-1), jumlah eritrosit (106 butir mm-3), dan
jumlah leukosit (103 butir mm-3). Pengamatan deferensiasi leukosit dilakukan
dengan mengamati persentase limfosit (%) dan persentase heterofil (%).

HASIL DAN PEMBAHASAN
Nilai hematologi/profil darah hasil pengamatan, ditunjukkan pada Tabel 3.
Secara umum profil darah ayam broiler yang diberi tepung biji ketumbar sebanyak
2%, baik mentah maupun sangrai tidak berbeda dengan ayam yang tidak diberi
tepung ketumbar. Profil darah tersebut juga masih berada pada kisaran normal
dibandingkan dengan standar. Biji ketumbar dapat digunakan sebagai bahan pakan,
ransum dengan komposisi biji ketumbar mentah maupun sangrai sebanyak 2%
dapat diaplikasikan untuk mendapatkan tingkat kesehatan yang tinggi dan
menghasilkan peforma yang baik pada broiler yang dipelihara di lingkungan tropis.
Hasil perhitungan peforma broiler penelitian pada umur 5 minggu disajikan pada
Tabel 4.

7
Tabel 3 Hasil pengujian profil darah
Profil Darah
Hematokrit (%)
Hemoglobin (g 100 ml-1)
Eritrosit (106 butir mm-3)
Leukosit (103 butir mm-3)
Limfosit (%)
Heterofil (%)
Rasio H/L

R0
29.08±3.56
9.46±0.66
2.39±0.33
15.13±3.72
43.67±2.08
49.33±2.52
1.13±0.10

Perlakuan
R1
R2
25.25±1.98 24.50±2.29
8.15±0.57
8.76±1.09
2.31±0.36
2.47±0.38
15.00±3.99 14.07±6.52
51.67±2.31 52.00±6.00
43.33±3.51 38.00±8.89
0.84±0.11
0.75±0.25

Standar
24.0-43.0
7.3-10.9
2.0-3.2
16.0-40.0
24.0-84.0
9.0-56.0
-

R0 : Ransum kontrol, R1: Ransum biji ketumbar 2%, R2: Ransum biji ketumbar sangrai 2%.
Standar menurut Mangkoewidjojo dan smith (1988).

Hematokrit
Hematokrit dapat digunakan untuk mendiagnosis kondisi normal, anemia,
maupun polisetamia. Hematokrit adalah proporsi komponen darah dalam volume
darah, yang terdiri dari sel darah merah (Mangkoewidjojo dan Smith. 1988).
Adanya kondisi polisetamia ditandai dengan hematokrit dan jumlah eritrosit yang
tinggi. Anemia ditandai dengan hematokrit dan jumlah eritrosit yang rendah.
Hematokrit yang tinggi dengan jumlah eritrosit dan hemoglobin yang rendah,
menunjukkan anemia disertai ukuran atau volume eritrosit yang membesar.
Hematokrit dipengaruhi oleh jumlah dan ukuran eritrosit, serta faktor-faktor yang
mempengaruhi eritrosit (Guyton dan Hall, 2010). Hasil penelitian menunjukkan
penggunaan biji ketumbar mentah dan sangrai dengan taraf 2% dalam ransum
tidak memberikan pengaruh nyata terhadap persentase hematokrit broiler. Hasil
penelitian menunjukkan kadar hematokrit darah ayam sebesar R0 29.08%, R1
25.25% dan R2 24.50% (Tabel 3). Hasil ini berada dalam selang normal yang
dilaporkan Mangkoewidjojo dan Smith (1988) yaitu 24.0%-43.0% dan Sugito
(2007) yaitu 24.3%-30.1%.
Biji ketumbar tidak memperlihatkan hasil yang signifikan, karena faktor
penyebab anemia maupun polisetamia tidak dalam tingkat yang tinggi. Guyton
dan Hall (2010) menjelaskan, hematokrit dikatakan normal jika memiliki jumlah
eritrosit yang sesuai, bukan karena ukuran atau jumlahnya yang besar.
Hemoglobin
Hemoglobin merupakan petunjuk kecukupan oksigen. Hemoglobin
berfungsi sebagai distributor oksigen (O2) bagi jaringan, dan membawa karbon
dioksida (CO2) dari jaringan ke paru-paru (Guyton dan Hall. 2010). Hemoglobin
dipengaruhi oleh kadar oksigen dan jumlah eritrosit, sehingga ada kecenderungan
jika jumlah eritrosit rendah, maka kadar hemoglobin akan rendah, dan jika
oksigen (faktor ketinggian tempat) dalam darah rendah, maka tubuh terangsang
meningkatkan produksi hemoglobin dan eritrosit (Schalm. 2010). Hasil penelitian
menunjukkan penggunaan biji ketumbar mentah dan biji ketumbar sangrai dengan
taraf 2% dalam ransum tidak memberikan pengaruh nyata terhadap hemoglobin
broiler.
Hasil penelitian menunjukkan kadar hemoglobin darah ayam sebesar R0
9.46 g 100ml-1, R1 8.15 g 100ml-1 dan R2 8.76 g 100ml-1 (Tabel 3). Hasil
menunjukkan biji ketumbar memberi efek negatif pada hemoglobin broiler. Biji

8
ketumbar tidak memperlihatkan khasiatnya, karena faktor negatif terhadap
hemoglobin tidak dalam tingkat yang tinggi. Hasil ini menunjukkan oksigen
dalam darah untuk kebutuhan jaringan tercukupi, namun Jain (1993) menyatakan
bahwa hemoglobin akan melakukan fungsinya dengan baik, jika kosentrasi
hemoglobin sesuai jumlah eritrositnya dalam volume darah.
Eritrosit
Eritrosit berfungsi sebagai pengangkut hemoglobin yang selanjutnya
membawa oksigen (O2) dari paru-paru ke jaringan, nutrien yang disiapkan saluran
pencernaan, sisa-sisa hasil metabolisme yang diseksresikan ke ginjal, serta
kelancaran sirkulasi darah. Jumlah eritrosit rendah memberi gambaran kondisi
anemia, sedangkan jumlah eritrosit tinggi memberi gambaran kondisi polisetamia
(Guyton dan Hall 2010). Guyton dan Hall (2010) menambahkan, jumlah eritrosit
dipengaruhi oleh umur, aktivitas individu, nutrien, ketinggian tempat, dan suhu
lingkungan. Hasil penelitian menunjukkan perlakuan penggunaan biji ketumbar
mentah dan biji ketumbar sangrai dengan taraf 2% dalam ransum tidak
memberikan pengaruh nyata terhadap jumlah eritrosit.
Hasil penelitian menunjukkan kadar eritrosit darah ayam sebesar R0 2.39
106 butir mm-3, R1 2.31 106 butir mm-3 dan R2 2.47 106 butir mm3 (Tabel 3). Hasil
ini berada dalam selang normal yang dilaporkan Mangkoewidjojo dan Smith
(1988) yaitu 2.0-3.2 juta ml-1 dan Sugito (2007) yaitu 2.3-2.7 juta ml-1. Biji
ketumbar tidak memperlihatkan khasiatnya, karena faktor negatif terhadap
eritrosit tidak dalam tingkat yang tinggi. Hasil ini juga menunjukkan kadar
oksigen dalam darah, dan kebutuhan untuk melaksanakan fungsi eritrosit
tercukupi. Jain (1993) menyatakan eritrosit dapat menjalankan fungsinya dengan
baik dan nutrien untuk memproduksi eritrosit tercukupi, jika memiliki ukuran
yang normal.
Leukosit
Pemberian biji ketumbar mentah sebanyak 2% pada ransum dan pemberian
biji ketumbar sangrai sebanyak 2% pada ransum tidak memberikan pengaruh yang
nyata terhadap jumlah leukosit ayam broiler. Hasil penelitian menunjukkan kadar
leukosit darah ayam sebesar R0 15.13 106 butir mm-3, R1 15.00 106 butir mm-3
dan R2 14.07 106 butir mm-3 (Tabel 3).
Hasil penelitian ini lebih kecil dari pernataan Mangkoewidjojo dan Smith
(1988) bahwa kadar leukosit darah normal berkisar antara 16-40 106 butir mm-3.
Leukosit di dalam aliran darah bersifat non fungsional karena akan diproduksi
lebih banyak dan menuju jaringan ketika dibutuhkan. Indikasi lain dari rendahnya
jumlah leukosit adalah rendahnya bobot organ pembentuk leukosit, khususnya
limfoid (Frandson, 1992).
Deferensiasi Leukosit
Limfosit
Pemberian biji ketumbar mentah sebanyak 2% pada ransum dan pemberian
biji ketumbar sangrai sebanyak 2% pada ransum tidak memberikan pengaruh yang
nyata terhadap persentase limfosit ayam broiler (Tabel 3). Hasil penelitian
menunjukkan kadar limfosit darah ayam sebesar R0 43.69%, R1 51.67% dan R2
52.00% (Tabel 4).

9
Berdasarkan kadar leukosit ini, maka ayam yang dipelihara berada dalam
kondisi stres, seperti yang dilaporkan Khan et al. (2002) yaitu 42.55%-51.20%.
Persentase limfosit ketika memiliki nilai rendah dari heterofil saat leukosit di
bawah atau di atas normal, mengindikasikan broiler terkena stres, rendahnya
bobot organ limfoid, dan bisa penurunan tingkat kesehatan jika berlangsung lama
(Sturkie, 2000). Limfosit diberi predikat sebagai sel pertahanan paling utama,
karena menunjukkan tingkat kesehatan ternak (Day dan Schultz, 2010).
Hasil menunjukkan adanya penggunaan biji ketumbar mentah dan biji
ketumbar sangrai dengan taraf 2% dalam ransum memberikan efek positif
terhadap broiler. Efek positif ini karena biji ketumbar memiliki minyak esensial
yang bekhasiat sebagai antimikroba (Isao et al. 2004), sehingga limfosit tidak
banyak berkurang untuk aktivitas melawan agen penyakit. Kondisi ini juga
menunjukkan terjadi penurunan tingkat stres, karena meningkatnya persentase
limfosit. Khasiat lain dari minyak esensial adalah meningkatkan konsumsi ransum.
Peningkatan ini meningkatkan konsumsi nutrien seperti energi, protein (asam
amino), mineral, dan vitamin. Semua nutrien tersebut memiliki peranan terhadap
aktivitas kerja sel, perkembangan, serta pemeliharaan jaringan limfoid dalam
mengontrol produksi dan persentase limfosit dalam darah (Fauci et al.2008).
Heterofil
Pemberian biji ketumbar mentah sebanyak 2% pada ransum dan pemberian
biji ketumbar sangrai sebanyak 2% pada ransum tidak mempengaruhi kadar
heterofil darah ayam (Tabel 3). Hasil penelitian menunjukkan kadar heterofil
darah ayam sebesar R0 49.33%, R1 43.33% dan R2 38.00%. Hasil ini
mengindikasikan bahwa ayam berada dalam kondisi stress, seperti yang
dilaporkan Khan et al. (2002) yaitu 31.95% - 41.30%.
Persentase heterofil yang tinggi karena dalam aliran darah terjadi
peningkatan produksi heterofil atau penurunan jumlah limfosit. Kondisi ini
mengindikasikan broiler terkena stres atau rendahnya organ pembentuk limfosit.
Heterofil merespon, diproduksi, serta bekerja sangat cepat akibat gangguan
internal maupun eksternal fisiologis (penyebab stres). Heterofil dikenal sebagai
garis pertahanan tubuh pertama (Day dan Schultz. 2010).
Rasio Heterofil/Limfosit (HL-1)
Pemberian biji ketumbar mentah sebanyak 2% pada ransum dan pemberian
biji ketumbar sangrai sebanyak 2% pada ransum tidak mempengaruhi rasio H/L
darah ayam (Tabel 3). Hasil penelitian menunjukkan rasio H/L darah ayam
sebesar R0 1.13, R1 0.84 dan R2 0.75
Penggunaan biji ketumbar mentah dan biji ketumbar sangrai dengan taraf
2% dalam ransum memberikan efek positif terhadap broiler. Efek positif ini
karena biji ketumbar memiliki minyak esensial yang berkhasiat sebagai
antibakteri (Isao et al. 2003), sehingga heterofil tidak banyak diproduksi untuk
aktivitas melawan agen penyakit. Kondisi ini juga menunjukkan terjadi penurunan
tingkat stres, karena menurunnya persentase heterofil. Khasiat lain dari minyak
esensial adalah meningkatkan konsumsi ransum, sehingga meningkatkan
konsumsi nutrien seperti energi, protein (asam amino), mineral, dan vitamin.
Semua nutrien ini memiliki peranan terhadap level sel, aktivitas kerja sel,
perkembangan, serta pemeliharaan jaringan penghasil heterofil dalam mengontrol
produksi dan persentase heterofil dalam darah (Fauci et al. 2008).

10
Performa Ayam Broiler
Hasil perhitungan peforma broiler penelitian pada umur 5 minggu
disajikan pada Tabel 4. Adanya perkembangan broiler di daerah tropis dihadapkan
pada tingginya angka mortalitas dan rendahnya produktifitas, karena pengaruh
tingginya tingkat stres akibat suhu lingkungan panas pada siang hari (Austic.
2000), yaitu bisa mencapai 34.6 C (Badan Pusat Statistik. 2003). Suhu
lingkungan yang direkomendasikan untuk pertumbuhan optimum broiler yang
memasuki umur tiga minggu adalah dibawah 25 C (Charoen Pokphand. 2005).
Stres secara kasat mata (peforma) dalam jangka waktu lama dapat dicerminkan
dengan produktivitas yang tidak optimal, seperti bobot badan rendah (di bawah
standar), keseragaman rendah, mortalitas cenderung tinggi (infeksi penyakit), dan
feed conversion ratio (FCR) mengalami peningkatan, dan pertambahan bobot
badan yang rendah.
Tabel 4 Performa ayam broiler penelitian pada umur 5 minggu
Perlakuan
Peubah
R0
R1
-1
Bobot Badan (g ekor )
1217 ± 34
1215 ± 16
PBB (g ekor-1)
1175 ± 34
1173 ± 16
-1
Konsumsi starter (g ekor )
816 ± 14ab
692 ± 41a
Konsumsi finisher (g ekor-1)
1383 ± 88
1338 ± 92
Konversi Pakan
1.87 ± 0.13
1.73 ± 0.06
Keseragaman (%)
21.7 ± 2.8
51.8 ± 22.6
Mortalitas starter (ekor)
0.00
0.00
Mortalitas finisher (ekor)
2.00
3.00
-1
Panting (kali menit )
124 ± 5.13
124 ± 1.35

R2
1256 ± 84
1214 ± 83
836 ± 79b
1388 ± 127
1.84 ± 0.09
54.4 ± 21.2
0.00
2.00
132 ± 5.20

R0 : (ransum tanpa biji ketumbar/kontrol); R1 (ransum dengan biji ketumbar mentah 2%); R2
(ransum dengan biji ketumbar sangrai 2%). PBB (Pertambahan Bobot Badan), Keseragaman =
Bobot Badan ± 10% Bobot Badan, g/ekor (gram/ekor), panting diukur saat suhu maksimum
pemeliharaan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa performa ayam broiler seluruh
perlakuan mengalami kondisi stres, seperti akibat suhu lingkungan. Dapat dilihat
hasil dari peubah keseragaman yang rendah (di bawah 90%), konversi pakan yang
tinggi (di atas 1.64) dan mortilitas terjadi pada periode finisher (Austic. 2000;
Charoen Pokphand. 2005). Taraf penggunaan biji ketumbar 2% dalam ransum,
mampu memberikan efek positif terhadap peningkatan konsumsi ransum starter.
Hal ini sangat diperlukan dalam mengurangi penurunan konsumsi yang
merupakan dampak dari faktor penyebab stres.
Menurut Isao et al. (2004) minyak esensial yang terkandung dalam biji
ketumbar meningkatkan tambahan (aditif) dalam ransum, serta dengan proporsi
yang sesuai berkhasiat terhadap palatabilitas makanan, sehingga meningkatkan
nafsu makan. Mortalitas terjadi pada priode finisher, artinya terjadi setelah broiler
memasuki umur 3 minggu. Broiler akan meningkatkan intensitas panting ketika
panas tubuh tidak mampu lagi dikeluarkan karena suhu lingkungan yang tinggi,
karena suhu lingkungan merupakan faktor penyeimbang produksi panas tubuh
(heat production/HP) dan yang dihilangkan ke lingkungan (heat lost/HL).

11

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Hasil penelitian menunjukkan penggunaan biji ketumbar mentah (R1) dan
biji ketumbar sangrai (R2) dengan taraf 2% dalam ransum tidak berpengaruh
terhadap persentase hematokrit, hemoglobin, eritrosit, dan leukosit darah ayam
broiler.
Saran
Sebaiknya perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang pemberian
ketumbar dalam bentuk ekstrak minyak biji ketumbar untuk mengetahui khasiat
langsung dari minyak atsiri pada biji ketumbar terhadap profil darah.

DAFTAR PUSTAKA
Austic RE. 2000. Feeding Poultry in Hot and Cold Climates. In: Yousef MK,
editor. Stress Physiology in Livestock. 3rd Ed. Florida (USA) : Poultry CRC
Press.
Badan Pusat Statistik. 2003. Suhu dan Kelembaban Harian. Jakarta (ID) : Badan
Pusat Statistik RI.
Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat. 2004. Tanaman Obat: Ketumbar
(Coriandrum sativum L.). Jakarta (ID) : Departemen Keshatan RI.
Charoen Pokphand Indonesia. 2004. Feed and Nutrition In Broiler Management.
Stadium General Charoen Pokphand, Fakultas Peternakan. Bogor (ID) :
Institut Pertanian.
Chithra V, Leelamma S. 1997. Hypolipidermic effect of coriander seeds
(Coriandrum sativum). Antioxidant enzyme in experimental animals. Int. J.
Biochem. Biophys. 36: 59-61.
Day MJ, Schultz RD. 2010. Veterinary Immunology: Principles and Practice.
London (UK) : Manson Publishing.
Fauci B, Hauser K, Jameson. 2008. Princiciples of Internal Medicine. 17th Ed.
New York (USA) : McGraw Hill Companies.
Frandson RD. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. 4th Ed. Terjemahan B.
Srigandono, Koen Praseno. Yogyakarta (ID) : GMU Press.
Giiler T, Ertas ON, Ciftci M, Dalkhe B. 2005. The effect of coriander seed
(Coriandrum sativum L.) as diet ingredient on the performance of Japanese
quail. J Anim Sci. 35: 260-266.
Guyton AC, Hall JE. 2010. Textbook of Medical Physiology. 12th Ed. W. B.
Philadelphia (USA) : Saunders Company.
Hernandez FJ, Madrid V, Garcia J, Orengo, Megias MD. 2004. Influence of two
plant extract on broiler performance, digestibility and digestive organ size.
Poult Sci. 83: 169-174.
Isao K, Ken-Ichi F, Aya K, Ken-Ichi N, Tetsuya A. 2004. Antimicrobial activity
of coriander volatile compound against Salmonella choleraesuits. J Agric
Food Chem. 52: 3329-3332.

12
Jain NC. 1993. Essentials of Veterinary Haematology. Philadelphia (USA) : Lea
and Fabiger,.
Khan WA, Khan A, Anjum AD, Rehman ZU. 2002. Effects of induced heat stress
on haematological values in broiler chicks. Int J Agri Bio 4 (1): 1560 –8530.
Leeson S, Summers J. 2005. Commercial Poultry Nutrition. 3rd Ed. Ontario (CA) :
Ontario Company.
Mangkoewidjojo S, Smith JB. 1988. Pemeliharaan, Pembiakan dan Penggunaan
Hewan Percobaan di Daerah Tropis. Jakarta (ID) : UI Press.
Mattjik AA, Sumertajaya IM. 2002. Perancangan dan Percobaan dengan Aplikasi
SAS dan Minitab. Ed ke-2. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Schalm. 2010. Schalm’s Veterinary Hematology. 6th Ed. Editor: Douglas J. Weiss
K. Jane W. London (UK) : Blackwell Publishing Ltd
Sturkie PD. 2000. Avian Physiology. 15th Ed. New York (USA) : Spinger-Verlag.
Sugito. 2007. Kajian penggunaan kulit jaloh sebagai anti stress pada ayam broiler
yang diberi cekaman panas. [disertasi]. Bogor (ID): Program Pasca Sarjana
Institut Pertanian Bogor.
Wangensteen H, Samuelsen AB, Malterud KE. 2004. Antioksidan activity in
extracts from coriander. Food Chem. 88:293-297.

13
Lampiran 1 Sidik ragam hemoglobin selama penelitian
Sumber Keragaman
Perlakuan
Galat
Total

db
3
8
11

JK
2.58
3.92
6.50

KT
0.86
0.49

FHIT
1.75

F0.05
4.07

F0.01
7.59

FHIT
0.14

F0.05
4.07

F0.01
7.59

Lampiran 2 Sidik ragam eritrosit selama penelitian
Sumber Keragaman
Perlakuan
Galat
Total

db
3
8
11

JK
0.04
0.76
0.80

KT
0.01
0.09

Lampiran 3 Sidik ragam hematokrit selama penelitian
Sumber Keragaman
db JK
KT
FHIT
Perlakuan
3
36.26
12.09
2.21
Galat
8
43.67
5.46
Total
11 79.93

F0.05
4.07

F0.01
7.59

Lampiran 4 Sidik ragam leukosit selama penelitian
Sumber Keragaman
db JK
KT
Perlakuan
3
2.03
0.68
Galat
8
144.53
18.07
Total
11 146.56

F0.05
4.07

F0.01
7.59

FHIT
0.04

Lampiran 5 Sidik ragam ratio H/L selama penelitian.
Sumber Keragaman
db
JK
KT
FHIT
Perlakuan
3
0.24
0.08 3.83
Galat
8
0.17
0.02
Total
11
0.41
Lampiran 6 Sidik ragam heterofil selama penelitian.
Sumber Keragaman
db
JK
KT
FHIT
Perlakuan
3
192.89
64.30
2.63
Galat
8
195.33
24.42
Total
11 388.22
Lampiran 7 Sidik ragam limfosit selama penelitian.
Sumber Keragaman
db
JK
KT
Perlakuan
3
133.56 44.52
Galat
8
91.33
11.42
Total
11
224.89

FHIT
3.90

F0.05
4.07

F0.01
7.59

F0.05
4.07

F0.01
7.59

F0.05
4.07

F0.01
7.59

14
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 1 September 1989 di Semarang, Provinsi
Jawa Tengah. Penulis adalah anak kedua dari dua bersaudara dari pasangan Bapak
Suyoto dan Ibu Marmaningsih.
Penulis mengawali pendidikan dasar di SD Negeri
Jaten 04 pada tahun 1996 hingga tahun 2002 kemudian
melanjutkan pendidikan lanjutan tingkat pertama di SMP
Negeri 01 Solo pada tahun 2002 hingga 2005 dan
melanjutkan pendidikan tingkat menengah di SMA Negeri
01 Solo pada tahun 2005 hingga 2008. Pada tahun 2008
penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur
USMI dan diterima sebagai mahasiswa Ilmu Nutrisi dan
Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan pada tahun 2009.
Penulis aktif mengikuti kegiatan Mahasiswa (UKM) Bulu tangkis sebagai
anggota periode 2008-2010. Selama perkuliahan penulis pernah mengikuti
kegiatan magang di Balai Inseminasi Buatan di Lembang. Penulis juga aktif dalam
organisasi Himpunan Mahasiswa Nutrisi dan Makanan Ternak (HIMASITER)
sebagai anggota periode 2010-2011.

UCAPAN TERIMA KASIH
Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah
SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya. Salawat serta salam
semoga tercurah kepada Nabi Besar Muhammad SAW, keluarga, sahabat dan para
pengikutnya hingga akhir zaman. Kesempatan kali ini penulis mengucapkan
terima kasih kepada :
1. Ayahanda H.M. Suyoto S.Pd. dan Ibunda tercinta Hj. Marmaningsih S.Pd.,
kakak Imas Rizki Nurul Hida Hakim yang memberi dukungan serta do’a
kepada penulis selama berkuliah.
2. Dr Ir Rita Mutia. MAgr selaku pembimbing akademik dan pembimbing
skripsi, Dr Ir Widya Hermana, MSi selaku pembimbing skripsi. Beliau
telah menyediakan waktu dan sabar untuk membimbing dan mengarahkan
penulis selama penelitian dan penulisan skripsi.
3. Dr Ir Rudi Afnan, S.Pt., M.Sc.Agr selaku dosen penguji sidang pertama
pada tanggal 19 Agustus 2014 dan kepada Dr Sri Suharti, SPt MSi sebagai
dosen penguji sidang kedua pada tanggal 3 Maret 2015 yang telah
memberikan masukkan untuk skripsi ini.
4. Dr Ir Lilis Khotijah, MSi sebagai dosen pembahas seminar pada tanggal 9
Agustus 2013.
5. Agis, Fenni, Sherly, Riadhi, Umam, Rifki, dan Handi teman satu grup
penelitian yang memberikan dukungan materil dan kerjasama selama
penelitian.
6. Teman-teman GENETIK 45 (INTP 2008), Ibu Lanjarsih, Mas Mul, Pak
Idris Indofeed, dan satpam kandang yang memberikan dukungan kerja
selama penelitian.