Karakteristik Habitat Populasi Dan Penyebaran Rekrekan (Presbytis Fredericae Sody, 1930) Di Resort Semuncar Taman Nasional Gunung Merbabu

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Karakteristik habitat,
populasi dan penyebaran rekrekan (Presbytis fredericae Sody, 1930) di Resort
Semuncar Taman Nasional Gunung Merbabu adalah benar karya saya dengan
arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, September 2015

Dinda Rahayu Istiqomah
NIM E34110095

ABSTRAK
DINDA RAHAYU ISTIQOMAH. Karakteristik Habitat Populasi dan Penyebaran
Rekrekan (Presbytis fredericae Sody, 1930) di Resort Semuncar Taman Nasional
Gunung Merbabu. Dibimbing oleh ABDUL HARIS MUSTARI

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui karakteristik
habitat, populasi dan penyebaran rekrekan (Presbytis fredericae Sody, 1930).
Vegetasi pada habitat rekrekan diketahui dengan metode analisis vegetasi. Metode
transek garis digunakan untuk mendeteksi keberadaan satwaliar, predator dan
keberadaan populasi rekrekan. Populasi rekrekan yang ditemukan selanjutnya
disensus dengan metode terkonsentrasi. Hasil penelitian menunjukan, rekrekan
ditemukan pada ketinggian 2 150 - 2 420 m dpl dengan suhu 19 C - 21 C dan
kelembaban udara sebesar 89% - 94%. Intensitas cahaya di habitat rekrekan
berkisar antara 8 260 lx - 120 831 lx. Vegetasi pada habitat rekrekan didominasi
oleh jenis kesowo (Engelhardia serrate). Populasi rekrekan ditemukan sebanyak 2
kelompok dengan total populasi sebanyak 15 individu dan kepadatan populasi
sebesar 0,395 individu/km2. Penyebaran rekrekan yaitu pada bukit Bundas, Ndeles,
Dok Malang, Dok Cilik, Tulangan dan Pandean.
Kata kunci: habitat, rekrekan, resort Semuncar .

ABSTRACT
DINDA RAHAYU ISTIQOMAH. Habitat Characteristics, Population and
Dispersal of Rekrekan (Presbytis fredericae Sody, 1930) in Semuncar Resort
Gunung Merbabu National Park. Supervised by ABDUL HARIS MUSTARI
This study aimed to reveal habitat characteristics, population and

distribution of javan fuscous leaf monkey (Presbytis fredericae Sody, 1930)
Vegetation in javan fuscous leaf monkey habitat was discovered with analysis of
vegetation method. Line transect method was used to observe the present of
wildlife, prey, and javan fuscous leaf monkey population. Population of the javan
fuscous leaf monkey was estimated using concentration count method. Javan
fuscous leaf monkey were found at altitude of 2 150 - 2 420 m asl, with a
temperature of 19 ˚C - 21 ˚C and humidity of 89% - 94%. The light intensity in
the habitat of javan fuscous leaf monkey ranged from 8 260 lx to 120 831 lx.
Habitat of this species is dominated by Engelhardia serrate. Two groups of javan
fuscous leaf monkey consisting 15 individuals were recorded in the study area and
population density was 0.395 individuals/km2. Distribution of the javan fuscous
leaf monkey covered the hills of Bundas, Ndeles, Dok Malang, Dok Cilik,
Tulangan and Pandean.
Keywords: habitat, javan fuscous leaf monkey, Semuncar resort.

KARAKTERISTIK HABITAT, POPULASI DAN PENYEBARAN
REKREKAN (Presbytis fredericae Sody, 1930) DI RESORT
SEMUNCAR TAMAN NASIONAL GUNUNG MERBABU

DINDA RAHAYU ISTIQOMAH


Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2015 ini ialah
habitat satwaliar, dengan judul Karakteristik Habitat, Populasi dan Penyebaran
Rekrekan (Presbytis fredericae Sody, 1930) di Resort Semuncar Taman Nasional
Gunung Merbabu. Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Abdul Haris

Mustari, MScF selaku pembimbing, serta pengelola Taman Nasional Gunung
Merbabu yang telah banyak membantu dalam penelitian ini. Di samping itu,
penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Jupri, serta teman-teman Tim
Praktek Kerja Lapang Profesi (PKLP) TNGMb 2015 yang telah membantu dalam
pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu,
serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya. Semoga karya ilmiah
ini bermanfaat.

Bogor, September 2015

Dinda Rahayu Istiqomah

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vii

DAFTAR GAMBAR

vii


DAFTAR LAMPIRAN

vii

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Tujuan Penelitian

2

METODE

2


Lokasi dan Waktu

2

Alat

2

Metode Pengumpulan

3

Analisis Data

6

HASIL DAN PEMBAHASAN

8


Kondisi Umum Lokasi Penelitian

8

Komponen Fisik Habitat

8

Komponen Biotik Habitat

13

Populasi

18

Penyebaran

21


Potensi Ancaman

22

SIMPULAN DAN SARAN

22

Simpulan

22

Saran

23

DAFTAR PUSTAKA

24


LAMPIRAN

26

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6

Parameter, metode pengumpulan data komponen fisik habitat
Parameter, metode pengumpulan data komponen biotik habitat
Ciri-ciri fisik rekrekan pada setiap kelas umur
Besaran lux cahaya matahari
Indeks Nilai Penting (INP) terbesar pada habitat rekrekan
Jumlah populasi rekrekan di Resort Semuncar


3
3
5
13
15
18

DAFTAR GAMBAR

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

12
13
14
15

Peta Taman Nasional Gunung Merbabu
Desain plot contoh dalam analisis vegetasi
Desain plot pengamatan satwaliar lain dan predator
Frekuensi perjumpaan rekrekan pada setiap ketinggian tempat
Frekuensi perjumpaan rekrekan pada setiap ukuran suhu
Frekuensi kelembaban udara saat rekrekan ditemukan
Lapisan tanah pada habitat rekrekan
Peta lokasi sumber air pada Resort Semuncar
Persentase bagian tumbuhan yang dimakan oleh rekrekan
Sepah gunung di bukit Dok Malang (a) monyet ekor panjang di bukit
Dok Cilik (b)
Feses macan tutul di bukit Ndeles (a) jejak kaki macan tutul di bukit
Dok Malang (b)
Populasi rekrekan pada pohon kesowo di bukit Ndeles
Morfologi Individu betina (a), morfologi individu jantan (b)
Gambar piramida struktur umur Kelompok A, Kelompok B dan
Kelompok A+B
Peta penyebaran rekrekan di Resort Semuncar

2
4
4
9
10
10
11
12
16
17
17
19
20
20
21

DAFTAR LAMPIRAN

1
2
3
4
5
6
7
8

Indeks Nilai Penting (INP pada tingkat pohon
Indeks Nilai Penting (INP) pada tingkatt pancang
Indeks Nilai Penting (INP) pada tingkat tiang
Indeks Nilai Penting (INP) pada tingkat semai
Indeks Nilai Penting (INP) pada tingkat tumbuhan bawah
Jenis primata lain di Resort Semuncar
Jenis burung di Resort Semuncar
Bagian tumbuhan yang dimakan oleh rekrekan

26
26
26
27
27
28
28
28

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Rekrekan (Presbytis fredericae Sody, 1930) merupakan primata endemik
Jawa Tengah dengan status endangered berdasarkan IUCN redlist. Hingga saat ini
masih terjadi perdebatan di antara primatolog dan ahli taxonomi mengenai
perbedaan antara species dan subspecies Presbytis fredericae Sody, 1930 dengan
Presbytis comata di Jawa Barat. Eudey (2000) menyatakan bahwa rekrekan
memiliki klasifikasi jenis sendiri. Menurut Supriatna dan Wahyono (2000),
rekrekan ditemukan di wilayah Gunung Slamet dan pegunungan di sekitarnya
seperti Gunung Cupu, Perkebunan Kaligua, Gunung Sumbing, Gunung Sindoro,
dan Gunung Merbabu. Di pegunungan rekrekan juga pernah ditemukan pada
ketinggian 2 565 m dpl (Nijman dan Sozer 1995).
Berdasarkan survei Nijman dan Van Balen (1998), di Pegunungan Dieng
diperoleh kepadatan populasi rekrekan sebesar 28 individu/km2. Menurut
Setiawan (2006), di lereng selatan Gunung Slamet diperoleh kepadatan 5.60
individu/km2 dengan kepadatan kelompok sebesar 2.50 kelompok/km2. Menurut
survei ke dua Setiawan (2008), di lereng selatan dan timur Gunung Slamet serta
beberapa tempat di Jawa Tengah di temukan 44 individu dalam 12 kelompok
dengan nilai kepadatan 8 - 19 individu/km2 dan nilai kepadatan kelompok sebesar
3 - 5 kelompok/km2.
Taman Nasional Gunung Merbabu (TNGMb) adalah salah satu kawasan
konservasi yang berada di Provinsi Jawa Tengah dan merupakan salah satu habitat
alami rekrekan. Kawasan TNGMb memiliki tipe ekosistem hutan hujan tropis.
Penelitian Reny (2009) menyatakan bahwa kepadatan populasi rekrekan di
TNGMb pada tahun 2009 adalah sebesar 0.128 individu/km2. Menurut monitoring
populasi rekrekan yang dilakukan oleh pengelolah TNGMb, pada tahun 2013
terdapat lebih dari 15 individu rekrekan di Resort Semuncar TNGMb, namun
nisbah kelamin serta struktur umur dalam kelompok rekrekan belum
terindentifikasi.
Rekrekan merupakan salah satu primata yang sangat selektif dalam
memilih habitat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Sumber pakan merupakan
faktor yang penting dalam pemilihan habitat tersebut (Bismark 1991). Rekrekan
banyak diburu untuk diperdagangkan karena keunikannya. Selain perburuan,
kebakaran hutan yang sering terjadi di Gunung Merbabu juga turut menjadi
ancaman bagi kelestarian jenis ini. Upaya yang dapat dilakukan untuk menjaga
kelestarian rekrekan di TNGMb ialah dengan melakukan penelitian terhadap
komponen utama penyusun habitat rekrekan seperti komponen fisik habitat dan
komponen biotik habitat. Populasi dan penyebaran rekrekan juga perlu diketahui
sebagai pertimbangan dan saran bagi pihak Taman Nasional dalam pengelolaan
populasi rekrekan di Resort Semuncar.

2
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Mengidentifikasi karakteristik habitat rekrekan di Resort Semuncar
TNGMb
2. Menghitung jumlah populasi dan memetakan penyebaran rekrekan di
Resort Semuncar TNGMb

METODE

Lokasi dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di Resort Semuncar TNGMb pada bulan Maret
hingga bulan April 2015. Penelitian dilakukan dengan pengamatan pagi hingga
siang hari pada pukul 07.00 - 12.00 WIB dan pengamatan sore pada pukul 15.00 17.00 WIB.

Gambar 1 Peta Taman Nasional Gunung Merbabu
Alat
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu GPS, Kamera, Tally
sheet, Field guide, Kompas, Meteran, Termometer Dry-wet, Alat tulis, Kalkulator,
Lux Meter serta software ArcMap GIS 10.3 untuk pemetaan penyebaran rekrekan
dan beberapa komponen habitat lainnya.

3
Metode Pengumpulan Data
Komponen fisik habitat
Pengambilan data komponen fisik habitat rekrekan dilakukan melalui
pengukuran terhadap beberapa parameter seperti ketinggian tempat, suhu dan
kelembaban udara, tanah, lokasi sumber air dan intensitas cahaya. Pengukuran
tersebut dilakukan dengan cara seperti dijelaskan pada Tabel 1.
Tabel 1 Parameter, metode pengumpulan data komponen fisik habitat
Parameter
Metode Pengumpulan Data
Ketinggian tempat
Ditandai dengan GPS. Frekuensi perjumpaan
rekrekan pada setiap ketinggian tempat diamati
dengan interval waktu pengulangan 10 menit.
Suhu dan kelembaban udara
Diukur dengan termometer dry-wet. Frekuensi
perjumpaan rekrekan pada setiap ukuran suhu dan
kelembaban udara diamati dengan interval waktu
pengulangan 10 menit.
Tanah
Dilakukan pengambilan sampel tanah pada habitat
rekrekan. Sampel tanah yang diambil selanjutnya
diidentifikasi di Laboratorium Kimia dan
Kesuburan Tanah, Departemen Ilmu Tanah dan
Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut
Pertanian Bogor.
Lokasi sumber Air
Ditandai dengan GPS.
Intensitas Cahaya
Diukur dengan Lux Meter.
Komponen biotik habitat
Pengumpulan data komponen biotik habitat dilakukan pada beberapa
parameter seperti vegetasi, sumber pakan dan satwaliar serta predator di lokasi
penelitian. Data tersebut dikumpulkan dengan cara seperti dijelaskan pada Tabel 2.
Tabel 2 Parameter, metode pengumpulan data komponen biotik habitat
Parameter
Metode Pengumpulan Data
Vegetasi
Analisis vegetasi dengan petak berukuran 20 m
x 20 m. Data yang dikumpulkan meliputi nama
spesies, jumlah individu dan pada pohon dicatat
tinggi serta diameter batang. Desain plot analisis
vegetasi tersaji pada Gambar 2.
Diamati aktivitas makan rekrekan, jenis
Sumber Pakan
tumbuhan yang dimakan, bagian tumbuhan yang
dimakan serta frekuensi bagian tumbuhan
dimakan oleh rekrekan.
Satwaliar dan predator
Diamati dengan metode transek garis. Desain
plot pengamatan disajikan pada Gambar 3.

4

Gambar 2 Desain plot contoh dalam analisis vegetasi
Tumbuhan dikategorikan sebagai semai apabila tinggi < 1.5 m dan diameter
< 3 cm dengan petak ukur 2 m x 2 m (a), tingkat pancang tinggi > 1.5 m dan
diameter < 10 cm diukur dengan petak ukur berukuran 5 m x 5 m (b), tingkat
tiang memiliki diameter 10 cm sampai < 20 cm diukur dengan petakukur
berukuran 10 m x 10 m (c), dan tingkat pohon memiliki diameter ≥ 20 cm diukur
dengan petak ukur berukuran 20 m x 20 m (d)

Gambar 3 Desain plot pengamatan satwaliar lain dan predator
Populasi
Pengambilan data populasi menggunakan metode transek garis dan metode
titik terkonsentrasi. Metode transek garis digunakan untuk mendeteksi keberadaan
rekrekan dan selanjutnya menggunakan metode titik terkonsentrasi untuk
mensensus populasi rekrekan. Adapun parameter yang digunakan untuk
melakukan sensus populasi adalah:
Jumlah individu
Penghitungan data jumlah populasi dilakukan dengan mengambil nilai
populasi terbesar dalam pengamatan.
Kepadatan populasi
Penghitungan data kepadatan populasi dilakukan dengan membagi
jumlah individu rekrekan dengan luas areal pengamatan.
Nisbah kelamin
Penghitungan nisbah kelamin dilakukan dengan melihat perbandingan
jumlah jantan dan betina pada tiap kelompok rekrekan yang ditemukan.

5
Struktur umur
Tabel 3 Ciri-ciri fisik rekrekan pada setiap kelas umur
Kelas Umur
Ciri-ciri Fisik
Dewasa

Warna rambut kelabu kecoklatan, sedangkan bagian
ventral mulai dagu, bagian dalam tangan, kaki sampai
ekor berwarna putih keabu-abuan serta jambul tumbuh
tegak berwarna hitam. Panjang tubuh dari kepala
hingga tungging antara 45 - 48 cm dengan panjang ekor
antara 43 - 68 cm. Berat tubuh rekrekan dewasa
berkisar antara 5 - 7 kg. Individu dewasa dapat
diidentifikasi jenis kelaminnya.

Muda
Warna rambut kelabu kecoklatan, sedangkan bagian
ventral mulai dagu, bagian dalam tangan, kaki sampai
ekor berwarna putih keabu-abuan serta jambul tumbuh
tegak berwarna hitam. Panjang tubuh dari kepala
hingga tungging lebih kecil dari ukuran tubuh rekrekan
dewasa dan ekor lebih pendek dari panjang ekor
rekrekan dewasa.
Anak
Warna rambut kelabu kecoklatan, sedangkan bagian
ventral mulai dagu, bagian dalam tangan, kaki sampai
ekor berwarna putih keabu-abuan, namun jambul belum
terlihat. Ukuran tubuh lebih kecil dibanding ukuran
tubuh rekrekan dewasa dan muda.
Bayi
Warna rambut putih keabuan pada seluruh tubuh mulai
dari kepala sampai ekor. Ukuran tubuh paling kecil.

(sumber foto: national.news.c.id)

(Sumber: Supriatna dan Wahyono 2000)

Pengambilan data struktur umur dilakukan dengan pengamatan pada
setiap individu, kemudian diklasifikasikan menjadi individu dewasa, individu
muda, anak dan bayi dengan ciri-ciri tubuh seperti terlihat pada Tabel 3.
Penyebaran
Data sebaran geografis rekrekan diperoleh dengan menandai titik
koordinat tempat ditemukannya rekrekan menggunakan GPS.

6
Analisis Data

Komponen fisik habitat
Analisis data untuk komponen fisik habitat rekrekan terdiri dari suhu dan
kelembaban udara, ketinggian tempat, lokasi sumber air, jenis tanah, serta
intensitas cahaya. Komponen tersebut dianalisis secara deskriptif dari hasil
pengukuran di lapangan. Lokasi sumber air akan disajikan dalam bentuk peta
yang diolah menggunakan software ArcMap GIS 10.3.
Komponen biotik habitat
Analisis data untuk komponen biotik habitat rekrekan terdiri dari
vegetasi, sumber pakan, satwaliar dan predator. Analisis tersebut dilakukan secara
deskriptif dan kualitatif. Analisis kualitatif dilakukan untuk mengolah data
vegetasi, frekuensi bagian tumbuhan dimakan dan populasi rekrekan
menggunakan rumus sebagai berikut:
Vegetasi
Menurut Soerianegara dan Indrawan (1998) untuk mengetahui struktur
dan komposisi vegetasi, maka pada masing-masing petak ukur dilakukan analisis
kerapatan, frekuensi, dan dominansi untuk setiap jenis tumbuhan. Nilai INP
(Indeks Nilai Penting) merupakan parameter kuantitatif yang dapat dipakai untuk
menyatakan tingkat dominansi/tingkat penguasaan (Soerianegara dan Indrawan
1998). Perhitungan dilakukan dengan menggunakan rumus-rumus sebagai
berikut :
Kerapatan =



ind/ha
x 100 %

Kerapatan Relatif =

Frekuensi =

Frekuensi Relatif



=



x 100 %

Dominansi =

Dominansi Relatif =

x 100 %

Indeks Nilai Penting = KR + FR + DR

Sumber pakan
Analisis deskriptif terhadap jenis tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai
sumber pakan serta bagian tumbuhan yang dimakan. Perhitungan persentase
frekuensi bagian tumbuhan dimakan dihitung dengan cara :
Frekuensi bagian tumbuhan dimakan =

x 100 %

7
Satwa liar dan predator
Jenis satwaliar dan predator yang ditemukan diidentifikasi menurut ciri-ciri
fisik tubuh dan pengamatan tidak langsung seperti mengamati sisa-sisa feses
predator rekrekan. Analisis terhadap satwaliar dan predator ini dilakukan secara
deskriptif untuk menjelaskan jenis-jenis yang ditemukan dan jenis yang paling
banyak ditemukan dalam plot pengamatan.
Populasi
Jumlah populasi yaitu nilai individu terbanyak pada seluruh pengulangan
pengamatan. Perhitungan jumlah individu didapat dengan rumus :
terbesar ,
P=∑

Keterangan:
Pi
=
Ukuran populasi pada lokasi konsentrasi ke‐i (individu)
P
=
Total populasi pada seluruh areal penelitian
Xi =
Jumlah individu yang dijumpai pada pengamatan ke-i
Kepadatan populasi didapatkan dengan membagi jumlah individu yang
ditemukan dengan luas areal pengamatan. Kepadatan populasi menunjukkan
jumlah populasi per hektar pada suatu areal. Kepadatan dihitung dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
D=
Keterangan:
D
=
Pi
=
A
=



Kepadatan populasi (ind/ha)
Ukuran populasi pada lokasi konsentrasi ke-i (individu)
Luas areal pengamatan (ha)

Nisbah kelamin diketahui dengan membandingkan jumlah individu jantan
dewasa dengan jumlah individu betina dewasa. Pengolahan data nisbah kelamin
tersebut menggunakan rumus sebagai berikut:
S=
Keterangan:
S
=
J
=
B
=

Seks ratio
Jumlah jantan dewasa
Jumlah betina dewasa

Penyebaran
Titik koordinat rekrekan ditemukan yang telah ditandai dengan GPS,
selanjutnya dianalisis dengan menggunakan software ArcMap GIS 10.3. Titik
penyebaran rekrekan akan disajikan dalam bentuk peta serta akan dijelaskan
secara deskriptif .

8

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum Lokasi Penelitian
Resort Semuncar Taman Nasional Gunung Merbabu terletak di Provinsi Jawa
Tengah Kabupaten Boyolali, Kecamatan Selo. Luas wilayah Resort Semuncar
adalah 2 415 ha dengan zona inti kawasan pada puncak Gunung Merbabu.
Gunung Merbabu tidak mempunyai kawah yang aktif karena tergolong gunung
api tua yang sudah lama tidak aktif lagi, dan pada puncaknya membentuk dataran
tinggi yang lebar dengan beberapa puncaknya tersebar secara terpisah. Topografi
kawasan TNGMb sebagian besar merupakan daerah pegunungan mulai dari
berbukit-bukit hingga bergunung-gunung, terdapat jurang dan tebing yang curam
dengan tingkat kemiringan mulai dari 30% sampai dengan 80%.

Komponen Fisik Habitat
Ketinggian tempat
Puncak Gunung Merbabu berada pada ketinggian 3 142 m dpl dengan
kemiringan lereng lebih dari 40º. Penelitian dilakukan di hutan pegunungan
sekitar jalur pendakian Selo TNGMb sampai pada Pos 2 yang memiliki ketinggian
sekitar 2 500 m dpl. Berdasarkan pengamatan rekrekan ditemukan pada
ketinggian 2 150 - 2 420 m dpl, seperti dalam penelitian yang dilakukan oleh
Nijman dan Sozer (1995), di Pegunungan Dieng rekrekan pernah ditemukan pada
ketinggian 2 565 m dpl. Ketinggian tempat ini berbeda dengan penelitian
Supriatna dan Wahyono (2000) yang menyatakan bahwa rekrekan hidup di hutan
hujan tropis di kawasan tropika dengan ketinggian antara 350 - 1 500 m dpl.
Perbedaan ketinggian ini dapat disebabkan karena habitat yang
menyediakan daun-daun muda dan buah sebagai pakan rekrekan di Resort
Semuncar berada pada ketinggian 2 100 - 2 420 m dpl, sedangkan di ketinggian 1
969 m dpl - 2 099 m dpl didominasi oleh tegakan pinus dan tegakan puspa yang
berasal dari sisa hutan tanaman Perum Perhutani Unit 1 maupun unit II yang
sebelumnya memiliki izin pengelolaan TNGMb. Kondisi habitat pada ketinggian
di atas 2 500 m dpl mulai didominasi oleh tiang dan pancang, selanjutnya pada
ketinggian 2 700 m dpl vegetasi berupa hamparan sabana yang didominasi
tumbuhan bawah dan sedikit pancang kemlandingan gunung. Menurut penelitian
Clutton-Brock (1977), primata sangat selektif dalam memilih habitat yang sesuai
dengan potensi sumber pakan yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Sumber
pakan merupakan faktor yang paling penting dalam pemilihan habitat tersebut,
sehingga di TNGMb rekrekan menempati habitat yang memenuhi kebutuhannya
pada ketinggian 2 150 - 2 420 m dpl.
Rekrekan ditemukan berpindah-pindah dari satu bukit ke bukit yang lainnya
dengan cara melompat melalui tajuk-tajuk pohon. Pada perjumpaan pertama
rekrekan ditemukan di bukit Ndeles pada ketinggian 2 150 m dpl, selanjutnya
rekrekan ditemukan di bukit Bundas pada ketinggian 2 167 m dpl, ditemukan di
bukit Nguweng pada ketinggian 2 186 m dpl, di bukit Dok Malang pada
ketinggian 2 194 m dpl, di bukit Dok Cilik pada ketinggian 2 274 m dpl, di bukit

9
Tulangan pada ketinggian 2 296 m dpl, di bukit Nglorok pada ketinggian 2 319 m
dpl. Lokasi tertinggi ditemukannya rekrekan adalah di bukit Pandean yaitu pada
ketinggian 2 420 m dpl. Berdasarkan frekuensi perjumpaan pada setiap ketinggian
tempat, rekrekan paling sering dijumpai pada bukit Dok Malang di ketinggian 2
194 m dpl. Ketersediaan sumber pakan diduga menjadi penyebab seringnya
rekrekan melakukan aktivitas pada ketinggian 2 194 m dpl. Frekuensi perjumpaan
rekrekan pada setiap ketinggian tempat disajikan dalam grafik pada Gambar 4.
100
90
80

Frekuensi

70
60
50
40
30
20
10
0
2150

2157

2155

2194

2274

2296

2319

2420

Ketinggian tempat (m dpl)

Gambar 4 Frekuensi perjumpaan rekrekan pada setiap ketinggian tempat
Suhu dan kelembaban udara
Penelitian dilaksanakan pada Bulan Februari sampai Maret 2015.
Berdasarkan klasifikasi iklim Schmidt dan Ferguson, kawasan Gunung Merbabu
memiliki iklim tipe B dengan nilai Q = 31,42%, dengan curah hujan berkisar
antara 2 000 - 3 000 mm per tahun. Suhu sepanjang tahun berkisar antara 17 C 30 C. Keadaaan cuaca selama penelitian dilaksanakan yaitu sering terjadi kabut
yang disertai angin kencang dengan kisaran suhu harian antara 18 C - 22 ˚C dan
kelembaban udara antara 89% - 94%. Kelembaban udara tertinggi terjadi saat
hujan turun pada siang hari yang disertai kabut, hujan tersebut terjadi sampai sore
hari, sehingga kelembaban mencapai 94%. Kelembaban terendah yaitu sebesar
89% yang terjadi di saat siang hari saat cuaca berkabut.
Berdasarkan hasil pengamatan, rekrekan paling sering melakukan aktivitas
bergerak, sosial dan mencari makan pada suhu 19 ˚C yaitu pada pagi dan sore
hari. Siang hari pada suhu 20 ˚C dan 21˚C rekrekan lebih banyak melakukan
proses mencerna makanan dan terlihat beristirahat di tajuk pohon, hal ini
berkaitan dengan proses pencernaan rekrekan.
Kay dan Davies (1994)
menyatakan bahwa sub famili Colobinae memiliki lambung yang kompleks dan
proses pencernaan yang dibantu bakteri mikroflora sehingga sub famili ini dapat
mengkonsumsi makanan yang mengandung serat tinggi. Proses pencernaan seperti
ini menyebabkan rekrekan terus melakukan aktivitas mencerna makanan dalam
keadaan istirahat di siang hari pada suhu udara sekitar 20 ˚C - 21 ˚C. Berikut

10
grafik frekuensi perjumpaan rekrekan pada setiap ukuran suhu dan kelembaban
udara disajikan pada Gambar 5.
140
120

Frekuensi

100
80
60
40
20
0
˚C

˚C

˚C

˚C

˚C

Suhu Udara

Gambar 5 Frekuensi perjumpaan rekrekan pada setiap ukuran suhu udara
Hasil pengukuran kelembaban udara selama pengamatan menunjukan
rekrekan paling sering dijumpai pada kelembaban udara sebesar 91%. Frekuensi
perjumpaan rekrekan pada setiap kelembaban udara disajikan pada grafik dalam
Gambar 6. Pada kelembaban udara 91%, keadaan udara hujan dan berkabut.
120
100

Frekuensi

80
60
40
20
0
89%

90%

91%

93%

94%

Kelembaban Udara (nisbi)

Gambar 6 Frekuensi perjumpaan rekrekan pada setiap kelembaban udara

11
Tanah
Gunung Merbabu terbentuk oleh proses yang berasal dari aktivitas gunung
api (vulkanik), yang memiliki material bekas lelehan lava (lava flow). Bentuk
permukaannya bergelombang dan banyak ditemui singkapan batuan. Pada daerah
ini, proses erosi bersifat sedang dan ditandai oleh bentuk igir-igirnya tidak terlalu
tajam dan pola alirannya tidak begitu rapat. Hal ini disebabkan karena material
endapan lelehan lava lebih resisten daripada material endapan piroklastik
(Dahlgren et al. 1993). Gambar lapisan tanah pada habitat rekrekan disajikan pada
Gambar 7.

Gambar 7 Lapisan tanah pada habitat rekrekan
Berdasarkan analisis tanah yang dilakukan pada sampel tanah yang diambil
dari lokasi penelitian, diketahui bahwa jenis tanah pada habitat rekrekan adalah
Andisol. Jenis tanah Andisol merupakan tanah yang memiliki sifat tanah andik,
yaitu kadar bahan organik kurang dari 25% dan kandungan bahan amorf (alofan,
imogolit, ferrihidrit atau senyawa kompleks al-humus). Tanah Andisol
mempunyai karakter fisik yaitu, tanah ini sangat porous, struktur granular atau
remah, mengandung bahan organik 8% - 30%, pH berkisar antara 4,5 – 6,5.
Kandungan Basa (KB) dan Kapasitas Tukar Kation (KTK) yang cukup tinggi,
warna tanah gelap pada bagian atas dan coklat kemerahan pada lapisan tengah dan
bawah (Rachim dan Suwardi 1999).
Andisol di Indonesia berkembang dan tersebar pada daerah dengan curah
hujan tahunan rata-rata 2 000 mm sampai 7 000 mm dengan variasi temperatur
antara 18 C - 22 C. Tanah Andisol terbentuk dari bahan volkanik, seperti abu
volkan, lava atau bahan volkan klastik. Jenis tanah ini cocok untuk pertumbuhan
tanaman perkebunan dan cocok untuk pohon pinus serta jenis pohon yang tumbuh
di Gunung Merbabu seperti sengiran, akasisa dekuren, kemlandingan gunung dan
beberapa jenis pohon pakan rekrekan lainnya, sehingga menyebabkan pohon
pakan rekrekan dapat tumbuh dengan baik di tempat ini.

12
Lokasi sumber air
Sumber air terbesar di habitat rekrekan pada Resort Semuncar adalah
sungai. Jarak sungai dengan titik rekrekan ditemukan dibatasi oleh jurang dan
bukit, namun selama pengamatan dilakukan pengamat belum pernah menjumpai
rekrekan memanfaatkan sungai untuk memenuhi kebutuhan airnya. Rekrekan
diduga memanfaatkan kandungan air yang terdapat pada pakannya, seperti buah
dan daun muda serta dari air hujan yang menempel pada bagian tumbuhan.

Gambar 8 Lokasi sumber air pada Resort Semuncar
Terkait dengan pemenuhan kebutuhan air, di habitat alaminya primata
jarang melakukan aktivitas minum. Persentase aktivitas minum pada primata
hanya sedikit, karena sudah dicukupi dari makanan yang dikonsumsi
(Wirdateti dan Dahruddin 2011). Penelitian pada spesies dengan genus yang
sama menunjukkan bahwa kebutuhan air pada primata 60% diperoleh dari
makanan dan 40% didapat dari aktivitas minum (Kullik 2010).
Intensitas cahaya
Intensitas cahaya didefinisikan sebagai banyaknya fluks cahaya yang
memancar per sudut ruang (Kristiyan 2013). Cahaya dibutuhkan oleh tumbuhan
untuk proses fotosintesis. Hasil fotosintesis ini akan berupa karbohidrat dan
oksigen. Karbohidrat digunakan sebagai sumber energi dan bahan untuk membuat
senyawa lain yang dibutuhkan tumbuhan. Senyawa-senyawa organik ini selain
dimanfaatkan oleh tumbuhan juga dimanfaatkan oleh hewan herbivora sebagai
bahan makanan. Selama pengamatan, terlihat bahwa jenis pakan rekrekan berasal
dari bagian-bagian tumbuhan yaitu daun muda, buah, bunga dan biji. Saat bagian
tumbuhan tersebut dimakan oleh rekrekan maka akan terjadi perpindahan energi
dari energi matahari menjadi energi kimia dalam tumbuhan kemudian berpindah
ke tubuh rekrekan.

13
Tabel 4 Besaran lux cahaya matahari
Besaran lux
Keadaan Cahaya
120 000 lux
Sinar matahari sangat cerah
11 000 lux
Sinar matahari cerah
20 000 lux
Naungan diterangi oleh seluruh langit biru
10 000 – 25 000 lux
Hari mendung khas tengah hari