Analisis Adopsi Sri (System Of Rice Intensification) Dan Dampaknya Terhadap Efisiensi Usahatani Padi Di Kabupaten Solok Selatan.

ANALISIS ADOPSI SRI (SYSTEM OF RICE
INTENSIFICATION) DAN DAMPAKNYA TERHADAP
EFISIENSI USAHATANI PADI DI KABUPATEN SOLOK
SELATAN

JOKO ADRIANTO

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul Analisis Adopsi SRI
(System of Rice Intensification) dan Dampaknya Terhadap Efisiensi Usahatani Padi di
Kabupaten Solok Selatan adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan
tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain pada tesis ini telah disebutkan
dalam teks dan dicantumkan pada daftar pustaka di bagian akhir tesis.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Februari 2016

Joko Adrianto
NIM H453130181

RINGKASAN
JOKO ADRIANTO. Analisis Adopsi SRI (System of Rice Intensification) dan
Dampaknya Terhadap Efisiensi Usahatani Padi di Kabupaten Solok Selatan.
(HARIANTO sebagai ketua, M PARULIAN HUTAGAOL sebagai Anggota
Komisi Pembimbing).
Sektor pertanian tanaman pangan khususnya padi di Kabupaten Solok
Selatan mempunyai peranan yang sangat penting dan menjadi sumber pendapatan
masyarakat dan melalui penerapan teknologi SRI (System of Rice Intensification)
pada usahatani padi diharapkan dapat meningkatkan produksi dan pendapatan
petani padi. Program sekolah lapang SRI rutin dilakukan, namun penerapan
program SRI masih sangat rendah dan terbatas sehingga berdampak pada tingkat
produksi dan pendapatan usahatani yang tidak sesuai dengan target yang ingin
dicapai. Implikasinya produktivitas padi tidak banyak mengalami peningkatan.

Oleh sebab itu perlu diketahui mengenai faktor-faktor sosial ekonomi yang
mempengaruhi produktivitas, pendapatan dan efisiensi usahatani padi di
Kabupaten Solok Selatan.
Penelitian ini bertujuan untuk : (1) mengindentifikasi faktor-faktor yang
mempengaruhi adopsi teknologi SRI pada usahatani padi di Kabupaten Solok
Selatan, (2) menganalisis pengaruh penerapan SRI terhadap produksi usahatani
padi di Kabupeten Solok Selatan, (3) menganalisis pengaruh penerapan SRI
terhadap efisiensi dan menentukan faktor yang mempengaruhi inefisiensi
usahatani padi, dan (4) menganalisis pengaruh penerapan SRI terhadap
pendapatan petani padi di Kabupaten Solok Selatan. Penelitian ini dilakukan di
sentra produksi padi Kabupaten Solok Selatan yaitu Kecamatan Sungai Pagu.
Jumlah petani respoden yang diambil sebanyak 90 orang yang terbagi menjadi
Petani yang menerapkan SRI sebanyak 60 orang dan petani yang tidak
menerapkan SRI sebanyak 30 orang. Pendekatan yang digunakan adalah fungsi
regresi probit, analisis usahatani dan fungsi stochastic frontier dengan metode
Maximum Likelihood Estimation (MLE).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi
adopsi teknologi SRI adalah luas lahan, lama menjadi anggota kelompok tani dan
frekuensi penyuluhan. Sementara faktor-faktor yang mempengaruhi produksi padi
SRI dan non SRI di Kabupaten Solok Selatan adalah lahan, pupuk ponska, pupuk

urea, pupuk organik dan tenaga kerja. Variabel yang memiliki elastisitas tertinggi
adalah luas lahan, artinya bahwa produksi padi sangat responsif terhadap
penggunaan lahan. Usahatani padi SRI dan non SRI di Kabupaten Solok Selatan
efisien secara teknis namun belum efisiensi secara alokatif dan ekonomi dengan
rata-rata nilai efisiensinya masing-masing adalah 0.88, 0.41, 0.36 pada petani padi
SRI dan 0.89, 0.42, 0.37 pada petani padi non SRI. Faktor sosial ekonomi yang
berpengaruh terhadap inefisiensi teknis padi SRI adalah jumlah anggota keluarga
dan pada usahatani non SRI adalah jumlah anggota keluarga, status lahan dan
status usahatani. Nilai R/C rasio pada usahatani padi SRI lebih tinggi dari pada
usahatani padi non SRI dengan nilainya masing-masing sebesar 3.53 dan 2.05.
Kata Kunci : Adopsi, efisiensi, padi, stochastic frontier, system of rice
intensification (SRI)

SUMMARY
JOKO ADRIANTO. Analysis of Adoption SRI (System of Rice Intensification)
and Its Impact on Rice Farming Efficiency in South Solok District.. (HARIANTO
as Chairman, M PARULIAN HUTAGAOL as member of advisory commission).
The agricultural sector, especially rice crops in South Solok District has a
very important role in generating income, and through the application of
technology SRI (System of Rice Intensification) in rice farming is expected to

increase production and income of rice farmers. Field school program of SRI
routinely performed, but the application of the SRI program is still very low and
limited so the impact on the level of production and farm income that is not in
accordance with the target to be achieved. The implication rice productivity is not
much increased. Therefore it is necessary to know about the socio-economic
factors that affect productivity, revenue and efficiency of rice farming in South
Solok.
This study aims to: (1) identify the factors that influence technology
adoption SRI on rice farming in South Solok, (2) analyze the effect of the
application of SRI on the production of rice farming in South Solok, (3) analyze
the effect of the application of SRI on efficiency and determine the factors that
influence the inefficiency of rice farming, and (4) analyze the effect of the
application of SRI on the income of rice farmers in South Solok. This research
was conducted in rice production centers in South Solok namely Sungai Pagu.
Number of farmer respondents taken as many as 90 people were divided into
Farmers who apply SRI as many as 60 people and farmers who do not apply SRI
as many as 30 people. The approach used is a function of probit regression,
analysis of farming and stochastic frontier function with Maximum Likelihood
Estimation (MLE).
The results showed that the factors that affect the adoption of SRI

technology is land, long a member of farmer groups and frequency extension.
While the factors that affect rice production SRI and without SRI in South Solok
is land, ponska, urea, organic fertilizer and labor. The variables that have the
highest elasticity is land, meaning that rice production is very responsive to the
use of land. Rice farming SRI and without SRI in South Solok technically
efficient but not efficiency allocative and economy with an average value of
efficiency of each is 0.88, 0.41, 0.36 on rice farmers SRI and 0.89, 0.42, 0.37 in
the rice farmers of without SRI, Socio-economic factors affecting technical
inefficiency SRI rice is the number of family members and the without SRI
farming is the number of family members, the status of the land and farming
status. R/C ratio at SRI rice farming is higher than the without SRI rice farming
with its value respectively 3.53 and 2.05.
Keywords : Adoption, efficiency, rice, stochastic frontier, system of rice
intensification (SRI)

© Hak Cipta Milik Institut Pertanian Bogor, Tahun 2016
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau
menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau

tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

ANALISIS ADOPSI SRI (SYSTEM OF RICE
INTENSIFICATION) DAN DAMPAKNYA TERHADAP
EFISIENSI USAHATANI PADI DI KABUPATEN SOLOK
SELATAN

JOKO ADRIANTO

Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR

2016

Penguji Luar Komisi Pada Ujian Tesis

: Dr Alla Asmara, SPt MSi

PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya
sehingga Tesis ini dapat diselesaikan. Tema yang dipilih pada penelitian adalah
tentang efisiensi usahatani dengan judul Analisis Adopsi SRI (System of Rice
Intensification) dan Dampaknya Terhadap Efisiensi Usahatani Padi di Kabupaten
Solok Selatan. Tesis ini disusun sebagai tugas akhir dari tugas belajar pada
Program Magister Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
Terima kasih penulis ucapkan kepada berbagai pihak atas bantuan dan
dukungan sehingga tesis ini dapat terselesaikan yaitu kepada:
1. Dr Ir Harianto, MS sebagai Ketua Komisi Pembimbing dan Prof Dr M.
Parulian Hutagaol, MS sebagai Anggota Pembimbing yang selalu meluangkan
waktunya untuk memberikan koreksi dan telah membimbing dengan baik
serta memberikan banyak masukan demi kesempurnaan tesis ini.
2. Dr Alla Asmara, SPt, M.Si selaku penguji luar komisi dan Dr Ir Harianto, MS

selaku penguji wakil komisi Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian atas
semua pertanyaan, masukan dan saran untuk perbaikan yang diberikan kepada
penulis.
3. Prof Dr Ir Sri Hartoyo, MS selaku ketua Program Studi Ilmu Ekonomi
Pertanian yang telah banyak memberikan bantuan selama penulis menempuh
pendidikan.
4. Seluruh Dosen Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian Institut Pertanian
Bogor atas segala ilmu yang diberikan selama proses perkuliahan dan Insya
Allah ilmu yang telah diberikan akan menjadi bekal dan diamalkan oleh
penulis. Begitu juga kepada Kepala Tata Usaha Program Studi Ilmu Ekonomi
Pertanian beserta staff atas pelayanan akademik dan kemahasiswaan.
5. Dirjen Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia atas kesempatan dan dukungan beasiswa BPPDN pendidikan
Program Magister di IPB.
6. Penghargaan yang tinggi penulis sampaikan kepada keluarga yaitu orang tua
penulis Bapak Jumpriadi Datuk Rajo Bandaro dan Ibu Erni Yanthi, dan adikku
Jesi Afrianti, S.Pd dan Athree Vadel J atas doa, semangat dan kasih sayang
yang tak terhingga.
7. Sahabatku Ahmad Zainudin, Ahmad Fanani, Gita Vinanda, Moh. Ibrahim,
Nuni Anggraini, Rini Desfaryani, Stevana Astra Jaya, Pebriani Komba yang

sudah menjadi sahabat, memberikan dukungan serta semangat dan menjadi
keluarga di Bogor.
8. Teman-teman Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian (EPN) khususnya S2
angkatan 2013 dan juga kepada teman-teman S3 EPN 2013 yang telah berbagi
ilmu, berdiskusi dan belajar bersama selama mengikuti kuliah.
Semoga tesis ini bermanfaat dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi terutama menjadi referensi bagi peneliti selanjutnya dan yang
memerlukannya untuk kepentingan yang lebih baik.
Bogor, Februari 2016
Joko Adrianto

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
1

2

3


4

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Ruang Lingkup dan Keterbatasan penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Usahatani
Budidaya Padi SRI
Metode SRI (System of Rice Intensification)
Teknik Budidaya Usahatani Padi Metode SRI
Persiapan Benih
Pengolahan Tanah
Pemupukan
Pemeliharaan
Penelitian Terdahulu
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penerapan Teknologi

pada Usahatani
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Efisiensi Pada
Usahatani
KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS
Analisis Probit
Produksi dan Fungsi Produksi
Konsep Pengukuran Efisiensi
Efisiensi Produksi
Efisiensi Teknis (TE)
Efisiensi Alokatif (AE)
Efisiensi Ekonomi (EE)
Konsep Frontier Parametrik Stokastik
Peningkatan Teknologi Dalam Usahatani
Konsep Pendapatan
Kerangka Pemikiran Konseptual
Hipotesis Penelitian
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Jenis dan Sumber data
Metode Penentuan Sampel
Metode Analisis Data
Penentuan Faktor yang Mempengaruhi Penerapan

xiii
xvi
xvi

1
3
5
5
6

6
7
8
9
9
9
9
9
10
10
10

13
14
14
17
17
18
18
19
19
22
23
25

26
26
26
27

Program SRI (System of Rice Intensification)
Analisis Pendapatan Petani Padi
Penentuan Faktor-Faktor yang Berpengaruh dalam
Fungsi Produksi Usahatani
Penentuan Tingkat Efisiensi dan Faktor-Faktor yang
Berpengaruh Terhadap Efisiensi dan Inefisiensi
Usahatani Padi
Analisis Efisiensi Teknis
Analisis Efek Inefisiensi Teknis
Analisis Efisiensi Ekonomi
Analisis Efisiensi Alokatif
5

DESKRIPSI PETANI DAN USAHATANI PADI
Deskripsi Petani Responden
Penerapan SRI Pada Usahatani Padi
Penggunaan Input dan Produksi Usahatani Padi
Pendapatan Usahatani Padi

6 ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI USAHATANI
PADI
Analisis Fungsi Produksi Stochastic Frontier Usahatani Padi
Efisiensi Teknis, Alokatif dan Ekonomi Petani Padi
Efisiensi Teknis Usahatani Padi
Efisiensi Alokatif Usahatani Padi
Efisiensi Ekonomi Usahatani Padi
Inefisiensi Teknis Petani Padi
7

ADOPSI DAN KEPUTUSAN PETANI DALAM PENERAPAN
SRI (SYSTEM OF RICE INTENSIFICATION)
Faktor Penentu Adopsi SRI (System of Rice Intensification)
Keputusan Petani dalam penerapan SRI (System of Rice
Intensification)
Dampak Penerapan SRI (System of Rice Intensification)
Terhadap Usahatani Padi
Memacu Adopsi SRI (System of Rice Intensification) untuk
Peningkatan Produksi Padi

27
27
28

29
29
29
30
32

33
37
40
42

46
48
48
50
50
51

55
58
60
62

8 SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran

64
64

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

66
70
87

DAFTAR TABEL

1
2
3
4
5
6
7

8
9

10
11
12
13

14

Sebaran petani responden berdasarkan umur di Kabupaten Solok
Selatan
Sebaran petani responden berdasarkan pendidikan di Kabupaten
Solok Selatan
Sebaran petani responden berdasarkan pengalaman di Kabupaten
Solok Selatan
Sebaran petani responden berdasarkan jumlah tanggungan
keluarga di Kabupaten Solok Selatan
Sebaran petani responden berdasarkan jumlah penguasaan lahan
di Kabupaten Solok Selatan
Keanggotaan petani responden dalam kelompok tani di
Kabupaten Solok Selatan
Rata-rata penggunaan input dan produktivitas rata-rata usahatani
padi dengan penerapan SRI dan non SRI di Kabupaten Solok
Selatan
Rata-rata penerimaan, biaya, dan pendapatan usahatani padi di
Kabupaten Solok Selatan
Hasil Pendugaan fungsi produksi stochastic frontier usahatani
padi dengan penerapan SRI dan non SRI menggunakan metode
MLE di Kabupaten Solok Selatan
Sebaran efisiensi teknis usahatani padi berbasis SRI dan non SRI
di Kabupaten Solok Selatan
Sebaran Efisiensi alokatif usahatani padi berbasis SRI dan non
SRI di Kabupaten Solok Selatan
Sebaran efisiensi ekonomi usahatani padi berbasis SRI dan non
SRI di Kabupaten Solok Selatan
Hasil Pendugaan faktor-faktor yang mempengaruhi inefisiensi
teknis pada usahatani padi berbasis SRI dan non SRI di
Kabupaten Solok Selatan
Hasil Pendugaan model regresi probit faktor-faktor yang
menentukan keputusan petani untuk mengikuti program SRI di
Kabupaten Solok Selatan

33
34
35
35
36
37

40
43

46
49
50
51

52

55

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5

Efisiensi Teknis dan Alokatif dengan Orientasi Input
Efisiensi Teknis dan Alokatif dengan Orientasi Output
Fungsi Produksi Frontier Stochastic
Perubahan Teknis Antara Dua Periode
Kerangka Pemikiran

15
16
20
21
24

DAFTAR LAMPIRAN
1

2
3
4
5
6

7

Hasil pendugaan model regresi probit faktor-faktor yang
menentukan keputusan petani untuk mengikuti program SRI di
Kabupaten Solok Selatan
Hasil Pendugaan fungsi produksi usahatani padi berbasis SRI
dengan metode OLS
Hasil pendugaan fungsi produksi usahatani padi non SRI dengan
metode OLS
Hasil pendugaan fungsi produksi usahatani padi berbasis SRI
dengan metode MLE
Hasil Pendugaan fungsi produksi usahatani padi non SRI dengan
metode MLE
Perhitungan nilai efisiensi alokatif dan ekonomi usahatani padi
berbasis SRI dengan menggunakan fungsi dual frontier di
Kabupaten Solok Selatan
Perhitungan nilai efisiensi alokatif dan ekonomi usahatani padi non
SRI dengan menggunakan fungsi dual frontier di Kabupaten Solok
Selatan

71
72
73
74
79

84

86

1

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sektor pertanian merupakan salah satu leading sector dalam perekonomian
Indonesia. Hal ini ditunjukkan dengan cukup tingginya kontribusi sektor pertanian
terhadap pendapatan domestik bruto (PDB) Indonesia yang mencapai 14.43
persen, satu tingkat dibawah sektor industri pengolahan yakni sebesar 23.69
persen pada tahun 2013. Selain dalam pembentukan PDB, sektor pertanian juga
berperan penerimaan devisa, penyerapan tenaga kerja, penyedia bahan baku
industri dan penyedia pangan (BPS 2014a).
Salah satu strategi pembangunan yang dipandang efektif untuk memecahkan
masalah kemiskinan di negara-negara berkembang ialah pembangunan pertanian
(agriculture development). Secara teoritis telah teruji bahwa pentingnya
pembangunan pertanian dalam tataran kebijakan, namun sering terjadi kesalahan
implementasi kebijakan pada negara-negara berkembang sehingga sektor
pertanian terabaikan dan mengalami jebakan kemiskinan (WDR 2008).
Pembangunan pertanian dihadapkan pada permasalahan pokok yang terkait
dengan pertumbuhan permintaan pangan yang lebih cepat dari pertumbuhan
produksinya. Disisi lain, Permintaan pangan sejalan dengan pertumbuhan
penduduk, pertumbuhan industri pangan, daya beli masyarakat dan perubahan
selera menyebabkan kebutuhan pangan nasional meningkat.
Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk Indonesia dengan laju
pertumbuhan 1.49 persen per tahun dan di iringi dengan besarnya konsumsi beras
per kapita sebesar 135.01Kg/kapita/tahun maka kebutuhan bahan pangan beras di
Indonesia dimasa akan datang semakin meningkat (Direktorat Pangan dan
Pertanian 2013). Untuk mengimbangi peningkatan kebutuhan beras tersebut,
maka harus di imbangi dengan peningkatan produksi beras secara nasional. Pada
tahun 2013 produksi padi nasional mengalami peningkatan produksi sebesar 3.22
persen, namun pada tahun 2014 produksi padi diperkirakan turun menjadi 1.98
persen (BPS 2014b).
Menurut Irawan (2005), melambatnya laju pertumbuhan produksi padi
nasional disebabkan oleh adanya kompetisi dalam penggunaan lahan, perubahan
iklim yang ekstrim, degradasi sumberdaya pertanian, terbatasnya dukungan
infrastruktur pertanian serta tidak adanya terobosan teknologi padi secara
signifikan. Arifin (2004) juga mengemukakan bahwa setelah terjadinya
swasembada beras pada tahun 1984, perkembangan produksi padi menjadi lambat
dan lebih banyak ditentukan oleh luas panen, karena relatif tidak adanya terobosan
teknologi baru dibidang produksi.
Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah melalui kebijakan yang
dikeluarkan dari tahun 1950-an hingga saat ini untuk memenuhi permintaan akan
kebutuhan beras dalam rangka mencapai swasembada pangan khususnya beras.
Pada tahun 1960-an Indonesia menerapkan sistem revolusi hijau, konsep revolusi
hijau mampu mengatasi permasalahan permintaan dan ketersediaan beras yang
diakibatkan oleh pertambahan penduduk. Gerakan revolusi hijau menghantarkan
Indonesia menjadi sebuah negara yang berswasembada pangan, tetapi hanya
mampu dalam waktu lima tahun, yakni antara tahun 1984 - 1989. Revolusi hijau
mendasarkan diri pada empat pilar penting : penyediaan air melalui sistem irigasi,

2

pemakaian pupuk kimia secara optimal, penerapan pestisida sesuai dengan tingkat
serangan organisme pengganggu, dan penggunaan varietas unggul sebagai bahan
tanam berkualitas. Melalui penerapan teknologi ini terjadi peningkatan hasil
tanaman pangan berlipat ganda sehingga akan meningkatkan produksi padi
nasional. Namun revolusi hijau mendapat kritikan sejalan dengan meningkatnya
kesadaran akan kelestarian lingkungan karena mengakibatkan kerusakan
lingkungan yang parah sebagai akibat dari peningkatan penggunaan bahan baku
kimia. Revolusi hijau dianggap gagal dalam memenuhi kebutuhan pangan secara
terlanjutkan dan ramah terhadap lingkungan. Kondisi tersebut melahirkan inovasi
melalui intensifikasi pertanian ramah lingkungan untuk meningkatkan produksi
padi.
Pengalaman selama ini peningkatan produksi padi merupakan faktor utama
bagi peningkatan produksi beras nasional. Upaya untuk meningkatkan produksi
padi, petani padi dihadapkan pada dinamika lingkungan dan berbagai kebijakan
pemerintah seperti pembangunan dan pengembangan jaringan irigasi, subsidi
pupuk dan bibit serta kebijakan alih fungsi lahan, dan juga petani padi dihadapkan
pada tingkat efisiensi yang dicapai oleh petani, sebagaimana variasi antar daerah
sangat diperlukan sebagai tolak ukur dalam penyusunan perencanaan program
peningkatan efisiensi usahatani padi tersebut.
Upaya lanjut yang dilakukan pemerintah untuk pencapaian swasembada
beras nasional dan dalam rangka untuk mengatasi lambatnya laju pertumbuhan
produksi padi nasional yaitu melalui program revitalisasi pertanian. Revitalisasi
pertanian yang dicanangkan pemerintah pada tahun 2005 antara lain bertujuan
untuk meningkatkan produksi padi menuju swasembada beras dalam upaya
mendukung ketahanan pangan nasional. Program peningkatan produksi padi terus
dilakukan melalui kebijakan pemerintah yang tentunya harus didukung oleh
teknologi inovasi yang dapat mendongkrak produksi padi yang diharapkan
mampu memperbaiki stabilitas serta meningkatkan produksi padi nasional. Dua
dari tiga kebijakan utama pemerintah dalam penerapan program tersebut adalah
intensifikasi pertanian dan penerapan teknologi usahatani (termasuk program
pemuliaan tanaman) serta ekstensifikasi pertanian (pembukaan lahan baru). Upaya
peningkatan produksi padi dapat dilakukan salah satunya melalui upaya
intensifikasi untuk menghasilkan produksi yang optimal. Intensifikasi dilakukan
dengan memperbaiki teknologi anjuran untuk meningkatkan produktivitas lahan,
sehingga akan mendukung dihasillkannya produksi yang tinggi. Saat ini, upaya
intensifikasi telah mengalami perkembangan yang sangat berarti, melalui teknik
intensifikasi (The System of Rice Intensification / SRI) dapat meningkatkan
produktivitas lahan serta produksi padi.
Konsep SRI (System of Rice Intensification) merupakan salah satu solusi
dalam rangka meningkatkan produksi beras Indonesia dengan tetap
memperhatikan keseimbangan lingkungan. Apabila lahan usahatani padi sistem
konvensional dikonversi menjadi lahan pertanian dengan sistem usahatani padi
SRI, potensi produksi beras Indonesia akan mengalami peningkatan karena
meningkatnya produktivitas padi nasional. Metode SRI merupakan teknologi
budidaya alternatif yang berpeluang besar untuk dapat meningkatkan
produktivitas padi sawah di Indonesia, dimana metode ini terdapat perubahan
dalam manajemen tanaman, tanah, air dan hara. Hal ini mengindikasikan bahwa
potensi peningkatan produktivitas padi untuk mencapai swasembada beras masih

3

berpeluang besar. Metode SRI mulai di uji dan diterapkan pada kawasan asia,
pada tahun 1991 termasuk di Indonesia. Metode SRI diarahkan untuk
memperbaiki kembali keadaan kesuburan tanah dan produktivitas padi akibat
kejenuhan penggunaan pupuk dan pestisida kimia, hal ini terbukti dengan hasil
yang cukup positif yaitu padi yang dihasilkan sekitar delapan ton per hektar, lebih
tinggi jika dibandingkan dengan hasil rata-rata nasional (Pirngadi 2009). Metode
SRI dikenal efisien karena prinsip penerapannya, yaitu tanam tunggal dan
pengairan yang relatif sedikit sehingga meminimalisir biaya pengadaan input
usahatani.
Penerapan metode SRI diharapkan mampu menciptakan kondisi sinergi
yang dinamis yakni penambahan suatu faktor berperan bagi perbaikan faktor lain,
dan faktor kedua juga berperan bagi faktor utama. Dalam hal tanaman padi, akar
yang tumbuh dengan baik akan dapat menyokong pertumbuhan anakan dan daun
lebih banyak, sehingga akan memberikan produksi gabah yang lebih tinggi.
Kontinuitas ketersediaan gabah erat kaitannya dengan usaha pencapaian
swasembada beras. Salah satu upaya peningkatan ketersediaan gabah secara
kontinuitas adalah dengan penerapan metode SRI pada padi sawah, sehingga perlu
dilakukan penelitian penerapan metode SRI diberbagai daerah di Indonesia
khususnya di Kabupaten Solok Selatan.

Perumusan Masalah
Peningkatan produksi padi bisa dilakukan melalui peningkatan produktivitas
dan perluasan areal. Namun demikian peningkatan luas areal sudah sulit
dilakukan karena ketersediaan sumberdaya lahan yang tidak elastis dan
memerlukan pengorbanan yang sangat besar. Sehingga salah satu strategi
pemerintah dalam rangka pencapaian swasembada beras dapat dicapai dengan
menerapkan program teknologi SRI pada budidaya usahatani padi. Penerapan
program teknologi SRI diharapkan dapat mempercepat upaya peningkatan
produksi menuju swasembada. Penerapan SRI pada usahatani padi telah banyak
dilakukan di wilayah Indonesia. Uji coba teknik SRI pertama kali dilaksanakan
oleh Lembaga Penelitian dan Pengembangan Pertanian di Sukamandi Jawa Barat
menghasilkan padi rata-rata 8.2 ton/ha (Uphoff 2002). Hasil penelitian Pusat
Penelitian Pertanian di Puyung NTB, metode SRI memberikan hasil rata-rata 9
ton/ha (Sato 2007). Produktivitas usahatani padi berbasis SRI mencapai 8 ton/ha
di Kabupaten Lima Puluh Kota (Djinis et al. 2008), 10.8 ton/ha di Kota Padang
(Anwar et al. 2009), 9.6 ton/ha di Kabupaten Sleman (Darmadji 2011), dan di
kawasan Indonesia timur mencapai 7.4 ton/ha (Sato 2007). Penerapan SRI pada
usahatani padi juga telah dilakukan di Kabupaten Solok Selatan.
Menurut Wardana et al. (2005), teknologi SRI bisa menjadi pilihan
teknologi yang menarik dalam usahatani padi karena ada efisiensi penggunaan
input benih dan penghematan air serta mendorong penggunaan pupuk organik.
Dengan demikian bisa menjaga kesuburan tanah dan mengurangi ketergantungan
pada pupuk anorganik. Dalam penerapan SRI ada beberapa komponen penting
yaitu: (1) bibit dipindah lapangan lebih awal, yakni pada saat bibit berumur 8-15
hari, (2) bibit ditanam satu bibit per lobang tanam, (3) jarak tanam yang lebar,
yakni mencapai 25 cm x 25 cm bahkan lebih, (4) kondisi tanah tetap lembab tapi

4

tidak berair, dan (5) menggunakan bahan organik sehingga akan memperbaiki
struktur tanah.
Kabupaten Solok Selatan merupakan salah satu kabupaten di Provinsi
Sumatera Barat yang turut berkontribusi dalam mengusahakan budidaya padi
berbasis SRI. Penerapan teknologi SRI di Kabupaten Solok Selatan didasari
bahwa daerah ini merupakan lumbung pangan di Provinsi Sumatera Barat.
Usahatani padi merupakan sumber pendapatan utama sebagian besar petani di
Kabupaten Solok Selatan. Menurut data BPS (2014c), Kabupaten Solok Selatan
memiliki areal luas panen sebesar 28 788 Ha, jumlah produksi gabah 121 939 ton
dan produktivitas sebesar 4.23 ton/ha gabah kering panen (GKP). Produktivitas ini
masih tergolong rendah apabila dibandingkan dengan hasil penelitian-penelitian
yang telah dilakukan. Rendahnya produktivitas padi di Kabupaten Solok Selatan
dapat dilihat dari bagaimana petani dalam menggunakan input-input produksi
yang digunakan dalam usahataninya. Produktivitas yang rendah dapat disebabkan
oleh beberapa faktor antara lain belum tercapainya efisiensi teknis dan inefisiensi
teknis dalam mengalokasikan input-input produksi yang digunakan dalam
usahataninya serta tidak ada terobosan teknologi produksi yang berpengaruh
terhadap produksi padi. Untuk meningkatkan produktivitas padi pemerintah
Kabupaten Solok Selatan mendukung penuh upaya pengembangan usahatani padi
berbasis SRI sebagai program peningkatan produksi padi melalui penerapan
teknologi.
Usahatani padi berbasis SRI sangat ideal dilakukan pada kondisi lingkungan
yang sangat mendukung terhadap komponen-komponen input inovasi yang
dipersyaratkan dalam metode SRI seperti penggunaan bibit dari varietas unggul,
bermutu dan bersetifikat, pemupukan yang sesuai dengan rekomendasi, dan
manajemen budidaya yang baik dari persiapan lahan sampai pasca panen sehingga
pada akhirnya akan memberikan output yang maksimal. Namun perlu dilakukan
kajian mengenai penerapan SRI pada usahatani padi, apakah dengan menerapkan
program SRI pada usahatani padi akan meningkatkan produktivitas, efisiensi dan
pendapatan sehingga akan mendorong petani untuk menerapkan program ini pada
usahatani padi. Selain itu kajian tersebut sangat penting dilakukan mengingat
dengan kebijakan pemerintah untuk peningkatan produksi padi sehingga program
swasembada beras nasional pada tahun 2015 dapat tercapai dengan adanya
teknologi SRI ini.
Produktivitas sebenarnya adalah mengkaji masalah efisiensi teknis karena
ukuran produktivitas pada hakekatnya menunjukkan seberapa besar keluaran
(output) dapat dihasilkan per unit input tertentu (Tajerin dan Noor 2005).
Efisiensi usahatani padi dipengaruhi oleh kemampuan manajerial petani dalam
memutuskan besaran input atau faktor-faktor produksi dalam penerapan
komponen SRI. Selain itu, efisiensi usahatani padi juga dipengaruhi oleh faktor
sosial ekonomi petani dan faktor yang berada diluar kendali petani seperti
iklim/cuaca, ketersediaan air, kelembagaan usahatani dan lainnya. Interaksi
faktor-faktor ini akan menentukan tingkat produktivitas dan efisiensi usahatani
yang akan dicapai. Pertanyaannya adalah apakah petani padi di Kabupaten Solok
Selatan mampu mengalokasikan input produksi secara efisien yang sesuai dengan
rekomendasi dari komponen-komponen SRI yang disyaratkan. Maka dari itu perlu
dilakukan kajian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi usahatani
padi berbasis SRI di Kabupaten Solok Selatan.

5

Perubahan teknologi pada usahatani padi akan berpengaruh terhadap
perubahan produktivitas padi. Dengan adanya perubahan teknologi usahatani
maka secara langsung akan menggeser kurva produksi keatas sehingga berdampak
kepada peningkatan produktivitas. Di Kabupaten Solok Selatan telah
diperkenalkan teknologi usahatani padi berbasis SRI. Penerapan usahatani padi
berbasis SRI di Kabupaten Solok Selatan dilaksanakan melalui berbagai program
diantaranya diberikan melalui sekolah lapang dan demontrasi teknologi pertanian
(Demplot) sehingga teknologi SRI sangat efektif untuk diadopsi oleh petani.
Program sekolah lapang rutin dilakukan yang dimulai dari tahun 2009 sampai
2014. Setiap tahun program SRI diterapkan pada luasan 20 ha per kelompok tani
yang tersebar di seluruh kecamatan yang merupakan sentra produksi padi. Namun
penerapan program SRI oleh petani di Kabupaten Solok Selatan masih sangat
rendah dan terbatas sampai tahun 2014 sehingga akan berdampak pada tingkat
produksi dan pendapatan usahatani yang tidak sesuai dengan harapan dan target
yang ingin dicapai. Program SRI masih diperlukan penyesuaian-penyesuaian yang
secara tidak langsung merupakan proses pembelajaran petani dalam mengadopsi
SRI sehingga pemerintah harus berupaya untuk melakukan evaluasi dalam
penerapan SRI pada petani di Kabupaten Solok Selatan. Berangkat dari
permasalahan diatas maka perlu dilakukan kajian mengenai faktor-faktor
pendorong petani yang mempengaruhi penerapan atau adopsi SRI oleh petani padi
di Kabupaten Solok Selatan, sehingga dapat dijadikan sebagai salah satu upaya
dalam menyusun kebijakan bagi pemerintah untuk menarik perhatian petani agar
beralih ke program padi berbasis SRI.
Dari uraian diatas dapat ditelaah bahwa dukungan pemerintah agar kinerja
usahatani padi menjadi semakin efisien dengan adanya teknologi SRI, sehingga
keberlanjutan usahatani padi dapat membawa Indonesia berhasil mencapai
program swasembada beras nasional pada tahun 2015. Maka penelitian ini ingin
menjawab pertanyaan umum mengapa produksi dan produktivitas padi ditingkat
petani tidak banyak meningkat padahal teknologi SRI sudah digunakan oleh
petani padi di Kabupaten Solok Selatan. Untuk menjawab permasalahan umum
tersebut, secara spesifik pertanyaan penelitian adalah :
1. Bagaimana biaya dan pendapatan usahatani padi yang mengadopsi teknologi
SRI pada budidaya usahatani padi.
2. Bagaimana komposisi faktor produksi dan tingkat efisiensi serta faktor apa
yang mempengaruhinya.
3. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi adopsi teknologi SRI.

Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah diatas maka tujuan
penelitian ini adalah:
1. Menganalisis pengaruh adopsi SRI terhadap pendapatan petani padi di
Kabupaten Solok Selatan.
2. Menganalisis pengaruh adopsi SRI terhadap produksi usahatani padi di
Kabupaten Solok Selatan.

6

3. Menganalisis pengaruh adopsi SRI terhadap efisiensi dan menentukan faktor
yang mempengaruhi inefisiensi usahatani padi berbasis SRI di Kabupaten
Solok Selatan.
4. Mengindentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi adopsi teknologi SRI
pada usahatani padi di Kabupaten Solok Selatan.

Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut:
1. Penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai salah satu bahan pertimbangan
dalam manajemen usahatani padi berbasis SRI di Kabupaten Solok Selatan.
2. Bagi petani produsen diharapkan bermanfaat untuk meningkatkan produksi
melalui peningkatan efisiensi teknis serta perbaikan faktor-faktor yang
mempengaruhinya.
3. Penelitian ini diharapkan berguna bagi pengambil keputusan dalam
merumuskan strategi kebijakan dengan sasaran meningkatkan efisiensi dan
produksi padi SRI.
4. Penelitian ini diharapkan akan menjadi salah satu bahan referensi terkait
dengan efisiensi dengan pendekatan stokastik frontir.

Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini menggunakan data cross section dilaksanakan pada salah satu
wilayah sentra produksi padi di wilayah Kabupaten Solok Selatan yaitu
Kecamatan Sungai Pagu. Penelitian ini difokuskan pada usahatani padi dengan
responden petani yang berbasis SRI (System of Rice Intensification) dan petani
yang tidak berbasis SRI atau petani konvensional di Kecamatan Sungai Pagu.
Faktor adopsi teknologi, tingkat input, tingkat output dan pendapatan usahatani
padi dihitung dalam jangka waktu satu kali musim tanam.

7

2 TINJAUAN PUSTAKA
Usahatani
Menurut Soekartawi (2006), ilmu usahatani biasanya diartikan sebagai ilmu
yang mempelajari bagaimana seseorang mengalokasikan sumberdaya yang ada
secara efektif dan efisien untuk tujuan memperoleh keuntungan yang tinggi pada
waktu tertentu. Dikatakan efektif apabila petani atau produsen dapat
mengalokasikan sumberdaya yang mereka miliki sebaik-baiknya, dan dikatakan
efisien apabila pemanfaatan sumberdaya tersebut menghasilkan keluaran (output)
yang melebihi masukan (input).
Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi suatu usahatani adalah lahan,
tenaga kerja, modal, dan manajemen. Adapun empat faktor produksi tersebut
adalah sebagai berikut:
1. Lahan. Lahan pertanian merupakan penentu dari pengaruh faktor produksi
komoditas pertanian. Secara umum dikatakan, semakin luas lahan (yang
digarap), semakin besar jumlah produksi yang dihasilkan oleh lahan tersebut.
Ukuran lahan pertanian dapat dinyatakan dengan hektar (ha) atau are.
2. Tenaga Kerja. Tenaga kerja dalam hal ini petani merupakan faktor penting dan
perlu diperhitungkan dalam proses produksi komoditas pertanian. Tenaga kerja
harus mempunyai kualitas berfikir maju, seperti petani yang mampu
mengadopsi inovasi-inovasi baru terutama dalam menggunakan teknologi
untuk pencapaian komoditas yang bagus sehingga nilai jualnya tinggi.
Penggunaan tenaga kerja dapat dinyatakan sebagai curahan tenaga kerja, yaitu
besarnya tenaga kerja efektif yang dipakai. Ukuran tenaga kerja dapat
dinyatakan dalam hari orang kerja (HOK).
3. Modal. Kegiatan proses produksi pertanian membutuhkan modal. Modal dapat
dibagi menjadi dua bagian, yaitu modal tetap (fixed cost) dan moal tidak tetap
(variable cost). Modal tetap berdiri diatas tanah, bangunan, mesin dan
peralatan pertanian dimana biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi
tidak habis dalam sekali produksi. Sedangkan modal tidak tetap terdiri dari
benih, pupuk, pestisida, dan upah yang dibayarkan kepada tenaga kerja.
4. Manajemen. Dalam usahatani, peranan manajemen menjadi sangat penting
dalam mengelola produksi komoditas pertanian, mulai dari perencanaan
(planning), pengorganisasian (organizing), pengendalian (controlling), dan
evaluasi (evaluation).

Budidaya Padi SRI
SRI (System of Rice Intensification) pertama kali dikembangkan pada awal
tahun 1980 oleh French Priest dan Fr. Henri de Laulanie, S.J di Madagaskar. SRI
mulai dikenal oleh beberapa negara di dunia termasuk Indonesia pada tahun 1991
yang diperkenalkan oleh seorang yang ahli yaitu Norman Uphoff dan pada tahun
1999 dilakukan percobaan SRI untuk pertama kalinya di luar Madagaskar.
Pada dasarnya teknologi SRI memperlakukan tanaman padi tidak seperti
tanaman air yang membutuhkan air lebih banyak, karena jika penggenangan air
yang cukup banyak maka akan berdampak tidak baik yaitu akan hancurnya
bahkan matinya jaringan kompleks pada akar tanaman padi, hal ini akan

8

berpengaruh kepada aktivitas akar dalam mengambil nutrisi di dalam tanah lebih
sedikit, sehingga pertumbuhan dan perkembangan tanaman akan terhambat dan
mengakibatkan kemampuan kapasitas produksi akan lebih rendah.
Akibat yang ditimbulkan dari penggenangan air maka budidaya padi SRI
dapat diartikan sebagai upaya budidaya tanaman padi yang memperhatikan semua
komponen yang ada di ekosistem baik itu tanah, tanaman, mikro organisme,
makro organisme, udara, sinar matahari, dan air sehingga memberikan
produktivitas yang tinggi serta menghindari berbagai pengaruh negatif bagi
kehidupan komponen tersebut dan memperkuat dukungan untuk terjadinya aliran
energi dan siklus nutrisi secara lengkap (Mutakin 2007)

Metode SRI (System of Rice Intensification)
System of Rice Intensification (SRI) adalah teknik budidaya padi yang
mampu meningkatkan produktivitas padi dengan cara mengubah pengelolaan
tanaman, tanah, air dan unsur hara, terbukti telah berhasil meningkatkan
produktivitas padi sebesar 50 persen, bahkan dibeberapa tempat mencapai lebih
dari 100 persen. Adapun prinsip-prinsip dalam budidaya padi organik metode SRI
adalah sebagai berikut: 1) Tanaman bibit muda berusia kurang dari 12 hari setelah
semai (hss) ketika bibit masih berdaun dua helai; 2) bibit tanaman satu pohon
perlubang dengan jarak 30 x 30, 35 x 35, atau lebih jarang; 3) pindah tanam harus
sesegera mungkin (kurang dari 30 menit) dan harus hati-hati agar akar tidak putus
dan ditanam dangkal; 4) pemberian air maksimal 2 cm (macak-macak) dan
periode tertentu dikeringkan sampai pecah (irigasi berselang); 5) penyiangan sejak
awal sekitar 10 hari dan diulang 2-3 kali dengan interval 10 hari; 6) sedapat
mungkin menggunakan pupuk organik (kompos atau pupuk hijau) (Mutakin 2007)
Menurut Mutakin (2007), metode SRI memiliki beberapa keunggulan, yaitu
:
1. Tanaman hemat air, selama pertumbuhan dari mulai tanam sampai panen
memberikan air maksimal 2 cm, paling baik macak-macak sekitar 5 mm dan
ada periode pengeringan sampa tanah retak (irigasi terputus).
2. Hemat biaya, hanya butuh benih 5 kg/ha. Tidak memerlukan biaya pencabutan
bibit, tidak memerlukan biaya pemindahan bibit, tenaga tanam kurang dan
lainnya.
3. Hemat waktu, ditanam bibit muda 5-12 hss, dan waktu panen akan lebih awal.
4. Produksi meningkat, dibeberapa tempat mencapai 11 ton/ha.
5. Ramah lingkungan, tidak menggunakan bahan kimia dan digantikan dengan
menggunakan pupuk organik (kompos, kandang, mikro organisme lokal)
begitu juga penggunaan pestisida.
Sehingga secara umum manfaat dari budidaya padi organik dengan metode
SRI adalah 1) hemat air, dimana kebutuhan air hanya 20-30 persen dari kebutuhan
air dengan cara konvensional, 2) memulihkan kesehatan dan kesuburan tanah,
serta mewujudkan keseimbangan ekologi tanah, 3) membentuk petani mandiri
yang mampu meneliti dan menjadi ahli dilahannya sendiri, 4) membuka lapangan
kerja di pedesaan, mengurangi pengangguran dan meningkatkan pendapatan
petani, 5) menghasilkan produksi beras yang sehata rendemen tinggi, dan 6)
mewariskan tanah yang sehat untuk generasi mendatang (Mutakin 2007).

9

Teknik Budidaya Usahatani Padi Metode SRI
Pertanian padi metode SRI pada dasarnya tidak berbeda dengan padi
konvensional. Usahatani padi metode SRI diberi masukan bahan organik baik
pupuk dan pestisida. Usahatani padi konvensional masukannya berupa bahan
kimia sintetik. Namun dari pola tanam padi SRI sedikit berbeda dengan padi
konvensional, yaitu pada teknik persemaian, pengolahan tanah, penanaman,
pengaturan air (Mutakin 2007).
Persiapan Benih
Benih sebelum disemai di uji dalam larutan air garam. Larutan air garam
yang cukup untuk menguji benih adalah larutan yang apabila dimasukkan telur,
maka telur akan terapung. Benih yang baik dijadikan benih adalah benih yang
tenggelam dalam larutan tersebut. Kemudian benih yang telah di uji direndam
dalam air biasa selama 24 jam kemudian ditiriskan dan diperam 2 hari, kemudian
disemai pada media tanah dan pupuk organik (1:1) didalam wadah segi empat
ukuran 20 x 20 cm (nampan) selama 7 hari. Setelah umur 7-10 hari benih padi
sudah siap ditanam.
Pengolahan Tanah
Pengolahan tanah untuk tanaman padi metode SRI tidak berbeda dengan
cara pengolahan tanah untuk tanam padi cara konvensional yaitu dilakukan untuk
mendapatkan struktur tanah yang lebih baik bagi tanaman, terhindar dari gulma.
Pengolahan dilakukan dua minggu sebelum tanam dengan menggunakan traktor
tangan, sampai terbentuk struktur lumpur. Pemupukan tanah diratakan untuk
mempermudah mengontrol dan mengendalikan air.
Pemupukan
Pemberian pupuk pada padi SRI diarahkan kepada perbaikan kesehatan
tanah dan penambahan unsur hara yang berkurang setelah dilakukan pemaneman.
Kebutuhan pupuk organik pertama setelah menggunakan sistem konvensional
adalah 10 ton per hektar dan dapat diberikan sampai dua musim tanam. Setelah
kondisi tanah membaik maka pupuk organik bisa berkurang disesuaikan dengan
kebutuhan. Pemberian pupuk organik dilakukan pada tahap pengolahan tanah
kedua agar pupuk bisa menyatu dengan tanah.
Pemeliharaan
Sistem tanam metode SRI tidak membutuhkan genangan air yang terus
menerus, cukup dengan kondisi tanah yang basah. Pengenangan dilakukan hanya
untuk mempermudah pemeliharaan. Pada prakteknya pengelolaan air pada sistem
padi SRI dapat dilakukan sebagai berikut: padi umur 1-10 hari tanaman padi
digenangi dengan ketinggian air rata-rata 1 cm, kemudian pada umur 10 hari
dilakukan penyiangan. Setelah dilakukan penyiangan tanaman tidak digenangi air.
Untuk perlakuan yang masih membutuhkan penyiangan berikutnya, maka dua hari
menjelang penyiangan tanaman digenangi air. Pada saat tanaman berbunga,
tanaman digenangi air dan setelah padi matang susu tanaman tidak digengangi air
kembali sampai panen. Untuk mencegah hama dan penyakit pada SRI tidak
digunakan bahan kimia, tetapi dilakukan pencegahan dan apabila terjadi gangguan

10

hama atau penyakit digunakan pestisida nabati dan atau digunakan pengendalian
fisik dan mekanik.

Penelitian Terdahulu
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penerapan Teknologi Pada Usahatani
Ada beberapa penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi
penerapan teknologi dengan menggunakan model regresi logistik. Ishak dan
Afrizon (2011) melalukan penelitian tentang tingkat adopsi petani terhadap
penerapan SRI (System of Rice Intensification) di Kabupaten Seluma
mengemukakan bahwa tingkat adopsi petani terhadap teknologi SRI tidak
dipengaruhi secara nyata oleh umur, tingkat pendidikan, luas penguasaan lahan
dan tingkat pendapatan petani, sehingga diperlukan peningkatan intensitas
penyuluhan kepada petani pelaksana program SRI untuk mempercepat proses
adopsi teknologi.
Penelitian yang sama dilakukan oleh Simanhuluk et al. (2011) didaerah
Kabupaten Seluma mengemukakan bahwa adopsi petani terhadap SRI di
Kecamatan Sukaraja Kabupaten Seluma tidak dipengaruhi secara nyata oleh
variabel umur, tingkat pendidikan formal petani, luas penguasaan lahan dan
pendapatan petani.
Penelitian yang dilakukan oleh Kariyasa dan Dewi (2013) mengenai faktorfaktor yang mempengaruhi penerapan teknologi pada usahatani padi dilahan rawa
sangat berbeda jauh dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Ishak dan Afrizon
(2011), Simanhuluk et al. (2011) bahwa yang mempengaruhi penerapan teknologi
pada usahatani padi adalah umur, pendidikan, tingkat produktivitas, jarak ke
sumber informasi teknologi pertanian dan jarak ke tempat pertemuan. Sedangkan
faktor pengalaman, jumlah anggota keluarga, luas kepemilikan lahan, partisipasi
pada kelompok tani, biaya produksi, jarak kepasar input, dan jarak kepasar output
tidak berpengaruh.
Menurut Fachrista et al. (2013), faktor-faktor yang mempengaruhi
keputusan petani dalam menerapkan teknologi pada usahatani padi sawah adalah
pendidikan, luas lahan, jarak pemukiman ke usahatani padi, jarak pemukiman ke
jalan raya, jarak pemukiman ke pasar input, jarak pemukiman ke sumber
teknologi dan tingkat produktivitas. Sedangkan yang tidak mempengaruhi
penerapan teknologi pada usahatani padi sawah adalah umur, tanggungan
keluarga, pengalaman bertani, jarak pemukiman ke pasar output dan jarak ke
sumber permodalan tidak berpengaruh.
Beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat penerapan inovasi teknologi
pada usahatani, yaitu daya dukung agroekosistem, motivasi sikap tindakan
konsisten dan pengalaman berusahatani, ketersediaan modal, ketersediaan input
produksi dan intensitas pertemuan kelompok tani (Wasito et al. 2010).

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Efisiensi Pada Usahatani
Banyak penelitian mengenai efisiensi teknis pada berbagai komoditas
pertanian menggunakan pendekatan model stochastic frontier. Kusnadi et al.
(2011) melakukan penelitian analisis efisiensi usahatani padi di beberapa sentra

11

produksi padi di Indonesia sampel sebanyak 802 responden dan menggunakan
fungsi produksi Cobb Douglass dengan rata-rata nilai efisiensi teknis petani
sebesar 91.86 persen. Faktor-faktor yang mempengaruhi inefisiensi teknis yaitu
umur petani, pendidikan petani, dummy musim, dummy kelompok tani, dummy
status kepemilikan lahan, dummy lokasi.
Penelitian efisiensi padi juga pernah dilakukan oleh Narala dan Zala (2010)
di India, stochastic frontier analysis yang digunakan menghasilkan nilai efisiensi
teknis sebesar 72.78 persen. Faktor-faktor yang signifikan dan positif terhadap
efisiensi teknis yaitu umur, pengalaman, pendidikkan, luas dan kepemilikan lahan
sedangkan jumlah anggota keluarga berpengaruh negatif terhadap tingkat efisiensi
teknisnya.
Penelitian efisiensi padi lainnya dilakukan oleh Muslim (2008) di dareh
Kediri dan Nganjuk dengan menggunakan metode Maximum Likelihood
menghasilkan nilai efisiensi teknis rata-rata sebesar 74 persen. Pencapaian
efisiensi teknis sangat erat hubungannya masalah manajerial dalam pengelolaan
usahatani yang mana kapabilitas manajerial merupakan faktor yang sangat
menentukan produktivitas padi di daerah penelitian.
Penelitian Khotimah (2010) mengenai analisis efisiensi teknis dan
pendapatan usahatani ubi jalar di Kecamatan Cilimus Kabupaten Kuningan Jawa
Barat dengan menggunakan pendekatan stochastic frontier mendapatkan estimasi
dari parameter maximum likelihood untuk fungsi produksi Cobb Douglass
Stochastic frontier menunjukkan bahwa variabel yang berpengaruh nyata terhadap
produksi ubi jalar adalah variabel lahan, benih, tenaga kerja, pupuk P dan pupuk
K sedangkan pupuk N tidak berpengaruh nyata terhadap ubi jalar. Tingkat
efisiensi rata-rata usahatani ubi jalar adalah 75 persen. Faktor-faktor yang
berpengaruh nyata dan positif terhadap efek inefisiensi teknis adalah variabel
umur, pendidikan, dan pendapatan diluar usahatani berpenagruh negatif dan nyata
terhadap inefisiensi teknis ubi jalar, sedangkan variabel penyuluhan berdampak
negatif dan tidak nyata terhadap inefisiensi teknis usahatani ubi jalar.
Penelitian Mariyono (2011) mengenai analisis efisiensi teknis dan skala
pengembalian usahatani sapi perah di Kabupaten Sleman melaporkan bahwa
produktivitas usaha sapi perah secara signifikan dipengaruhi oleh variasi efisiensi
teknis, dengan rata-rata 69 persen, ini berarti masih ada kemungkinan untuk
meningkatkan produktivitas usaha sapi perah melalui peningkatan efisiensi teknis
dengan cara meningkatkan jumlah sapi perah atau skala usahani.
Penelitian senada dilakukan oleh Aisyah (2012) menyatakan bahwa rata-rata
tingkat efisiensi teknis usaha ternak sapi perah di Kecamatan Getasan Kabupaten
Semarang adalah 86.66 persen. Hal ini menunjukkan bahwa usaha ternak sapi
perah rakyat sudah mendekati efisien secara teknis dan masih terdapat peluang
sebesar 13 persen untuk meningkatkan produksi susu. Efisiensi alokatif (harga)
bernilai 34.05 persen menunjukkan bahwa penggunaan input produksi tidak
efisien secara harga, sedangkan efisiensi ekonomi bernilai 29.50 persen
menunjukkan bahwa usaha ternak sapi perah didaerah penelitian tidak efisien
secara ekonomi.
Bahari (2012) menganalisis komoditas usaha ternak ayam ras pedaging di
Kota Kendari Sulawesi Tenggara dengan menggunakan Stochastic Frontier
Analysis fungsi persamaan Cobb Douglass dengan hasil rata-rata efisiensi 92.3
persen. Faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi teknis secara positif pada

12

penelitian ini yaitu umur, pengalaman beternak, umur panen rata-rata dan dummy
pola usaha ternak sedangkan tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga dan
dummy status usaha ternak berpengaruh negatif terhadap efisiensi teknis.

13

3 KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS
Analisis Probit
Analisis probit merupakan analisis regresi yang digunakan untuk melihat
pengaruh antar peubah tak bebas dengan peubah bebas. Apabila peubah yang
digunakan merupakan peubah kategori, maka metode regresi yang sesuai yaitu
metode regresi logistik. Model regresi probit merupakan pengembangan dari
model regresi logistik dengan menggunakan fungsi normal kumulatif, sedangkan
pada regresi logistik menggunakan fungsi kumulatif. Istilah probit berasal dari
singkatan probability unit yang dikenalkan oleh Chester Bliss (1930an). Model
probit merupakan model non-linear yang digunakan untuk menganalisis hubungan
antara peubah tak bebas dengan peubah bebas.
Model probit dikembangkan oleh McFadden (1973). Regresi probit
merupakan modifikasi regresi logistik dengan menetapkan persamaan regresi logit
mengikuti distribusi normal. Dengan menggunakan regresi probit maka
dilihat sebagai skor standar Z yang mengikuti distribusi
normal, peluang Y=1 (peluang untuk mendapat skor 1) dinotasikan dengan ,
maka didapatkan :
............................................................(3.1)
Fungsi transformasi dalam model probit adalah fungsi sebaran kumulatif
(CDF) yang memetakan fungsi linear
pada selang [0;1] adalah sebagai
berikut:
...........................................................................(3.2)
Persamaan ini didasari pada distribusi normal () dibawah ini sehingga
regresi probit ditunjukkan dengan 
. Simbol () menunjukkan berlakunya
fungsi invers distribusi n

Dokumen yang terkait

Analisis Komparasi Pendapatan Petani Sistem Tanam SRI (System of Rice Intensification) Dengan Petani Sistem Tanaman Legowo (Studi Kasus: Desa Pematang Setrak, Kecamatan Teluk Mengkudu Kabupaten Serdang Bedagai)

2 84 123

Analisis Pendapatan Usahatani Padi Metode System Of Rice Intensification (SRI) dan Padi Konvensional di Desa Kebonpedes, Sukabumi

0 5 87

Tingkat Persepsi dan Adopsi Petani Padi terhadap Penerapan System of Rice Intensification (SRI) di Desa Simarasok, Sumatera Barat

3 18 71

Analisis Dampak Adopsi Metode System of Rice Intensification (SRI) terhadap Pendapatan Petani Padi Sawah di Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang

0 5 120

ANALISIS KOMPARASI USAHATANI PADI SAWAH METODE SRI (System of Rice Intensification) DAN KONVENSIONAL DI KECAMATAN GERIH KABUPATEN NGAWI.

0 4 142

Analisis Dampak Adopsi Metode System of Rice Intensification (SRI) terhadap Pendapatan Petani Padi Sawah di Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang

0 0 12

Analisis Dampak Adopsi Metode System of Rice Intensification (SRI) terhadap Pendapatan Petani Padi Sawah di Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang

0 0 1

Analisis Dampak Adopsi Metode System of Rice Intensification (SRI) terhadap Pendapatan Petani Padi Sawah di Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang

0 0 7

Tingkat Adopsi Teknologi SRI (System of Rice Intensification) dan Analisis Usahatani Padi di Kecamatan Nagrak Kabupaten Sukabumi I.Solihah

0 0 9

ANALISIS KOMPARASI USAHATANI PADI SAWAH METODE SRI (System of Rice Intensification) DAN KONVENSIONAL DI KECAMATAN GERIH KABUPATEN NGAWI

0 0 20