Pengelolaan Perikanan Kembung (Genus: Rastrelliger) di Perairan Selat Sunda yang Didaratkan di PPP Labuan, Banten

PENGELOLAAN PERIKANAN KEMBUNG
(Genus: Rastrelliger) DI PERAIRAN SELAT SUNDA
YANG DIDARATKAN DI PPP LABUAN, BANTEN

VISKA DONITA PRAHADINA

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Pengelolaan Perikanan
Kembung (Genus: Rastrelliger) di Perairan Selat Sunda yang Didaratkan di PPP
Labuan, Banten adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing
dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, Juni 2014
Viska Donita Prahadina
NIM C252130446

RINGKASAN
VISKA DONITA PRAHADINA. Pengelolaan Perikanan Kembung (Genus:
Rastrelliger) di Perairan Selat Sunda yang Didaratkan di PPP Labuan, Banten.
Dibimbing oleh MENNOFATRIA BOER dan ACHMAD FAHRUDIN.
Ikan kembung merupakan salah satu ikan pelagis kecil yang memiliki nilai
ekonomis penting di Selat Sunda dan merupakan ikan tangkapan dominan yang
didaratkan di PPP Labuan. Alat tangkap utama yang digunakan untuk menangkap
ikan ini ialah pukat cincin. Pukat cincin dioperasikan menggunakan kapal motor
berukuran 12-15 GT. CPUE ikan kembung di PPP Labuan menurun pada kurun
waktu 2011-2013. Oleh sebab itu diduga ikan kembung di perairan Selat Sunda
telah mengalami eksploitasi berlebih. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui status stok sumberdaya ikan kembung, daerah tangkapan, pola musim
penangkapan serta mengidentifikasi alternatif pengelolaan yang lebih tepat bagi
ikan kembung yang didaratkan di PPP Labuan. Penelitian ini dilaksanakan pada

bulan Juni 2013 hingga Maret 2014. Data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah data primer termasuk hasil wawancara dengan nelayan dan data sekunder.
Analisis data meliputi hubungan panjang bobot, parameter pertumbuhan,
penentuan ukuran pertama kali matang gonad, mortalitas serta laju eksploitasi,
analisis spasial, analisis kelembagaan, standarisasi alat tangkap, analisis pola
musim penangkapan ikan, analisis CPUE dan RPUE, analisis model optimasi
statik dan dinamik serta analisis laju degradasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ikan kembung memiliki pola
pertumbuhan allometrik negatif atau pertambahan panjangnya lebih dominan
dibanding bobotnya. Laju eksploitasi ikan kembung di Selat Sunda sudah
melebihi 0.5 atau ikan kembung telah mengalami tangkap lebih. Ikan kembung
yang tertangkap dan didaratkan di PPP Labuan memiliki ukuran yang masih kecil.
Hal ini terlihat dari banyaknya TKG I dan II yang ditemukan. Selain itu ukuran
ikan kembung yang tertangkap kurang dari ukuran pertama kali matang gonad.
Alat tangkap pukat cincin merupakan alat tangkap yang lebih selektif untuk
menangkap ikan kembung. Berdasarkan nilai IMP, pola musim penangkapan ikan
kembung yang didaratkan di PPP Labuan terjadi pada bulan April hingga Agustus
sedangkan musim paceklik ikan kembung terjadi pada bulan Desember dan
Januari. Sebaran wilayah penangkapan ikan kembung berada di sekitar perairan
Selat Sunda seperti di P.Rakata, P.Rakata Kecil, P.Anak Rakata, P.Panaitan,

P.Papole, P.Sebesi, P.Sebuku, Jongor serta Tanjung Lesung. Status pemanfaatan
ikan kembung di Selat Sunda sudah mengalami tangkap lebih, baik secara biologi
maupun ekonomi. Hal ini disebabkan upaya pada kondisi aktual sudah melampaui
upaya pada kondisi MSY dan MEY. Pengelolaan ikan kembung yang didaratkan di
PPP Labuan dapat dilakukan dengan cara mengurangi upaya penangkapan,
memperbesar ukuran mata jaring, pengaturan musim penangkapan dan pengaturan
daerah penangkapan.
Kata kunci: Ikan kembung, pengelolaan, PPP Labuan, Selat Sunda, tangkap lebih

SUMMARY
VISKA DONITA PRAHADINA. Fishery Management of Indian Mackerel
(Genus: Rastrelliger) in the Sunda Strait which Landed on Coastal Fishing Port
of Labuan, Banten. Supervised by MENNOFATRIA BOER and ACHMAD
FAHRUDIN.
Indian mackerel is one of the small pelagic fish has an important economic
value in the Sunda Strait and the dominant fish catches landed in coastal fishing
port of Labuan. The main fishing gear used to catch these fish is purse seine.
Purse seine operated by motor boat measuring 12-15 GT. CPUE of indian
mackerel in coastal fishing port of Labuan decrease from 2011-2013. Therefore
indian mackerel resources in the Sunda Strait alleged have over-exploitated. The

aim of this research is to determine the status of indian mackerel, fishing ground,
the pattern of fishing season and identify more appropriate alternative for the
management of indian mackerel were landed in coastal fishing port of Labuan.
This research carried out on June 2013 until March 2014. The data used in this
study is primary and secondary data including the results of interviews with
fishermen. Analysis of the data includes the length weight relationship, growth
parameters, the first time the determination of the size of mature gonads, mortality
and the rate of exploitation, spatial analysis, stakeholder analysis, standardization
of fishing gear, fishing season pattern analysis, CPUE and RPUE analysis,
analysis of static and dynamic optimization models and analysis of the rate of
degradation.
The results show that indian mackerel has a negative allometric growth
patterns or increase length more dominant than weight. The rate of exploitation of
indian mackerel in coastal fishing port of Labuan has exceeded 0.5 or the indian
mackerel are already overfished. Indian mackerel are caught and landed in coastal
fishing port of Labuan is still small in size. This is evident from the number of
gonad maturity I and II were found. Purse seine is more selective fishing gear to
catch indian mackerel. Based on the value of pattern of fishing season index, the
pattern of the indian mackerel fishing season landed in coastal fishing port of
Labuan was in April to August while the indian mackerel was a bad season (low

catches) in December and January. Distribution of indian mackerel fishing
grounds are in the waters around the Sunda Strait such as Rakata Island, Rakata
Kecil Island, Anak Rakata island, Panaitan Island, Papole Island, Sebesi Island,
Sebuku Island, Jongor and Tanjung Lesung. Utilization status of indian mackerel
in the Sunda Strait were landed in coastal fishing port of Labuan already
overfished in biology and economic. The effort on actual condition is exceed
effort on MSY and MEY conditions. Management of indian mackerel were landed
in coastal fishing port of Labuan can be accomplished by reducing the fishing
effort, increase the mesh size, management fishing season and fishing areas.
Keywords: Indian mackerel, management, coastal fishing port of Labuan, Sunda
Strait, overfishing

Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini

dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

PENGELOLAAN PERIKANAN KEMBUNG
(Genus: Rastrelliger) DI PERAIRAN SELAT SUNDA
YANG DIDARATKAN DI PPP LABUAN, BANTEN

VISKA DONITA PRAHADINA

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Judul Tesis

Nama
NIM

: Pengelolaan Perikanan Kembung (Genus: Rastrelliger) di
Perairan Selat Sunda yang Didaratkan di PPP Labuan, Banten
: Viska Donita Prahadina
: C252130446

Disetujui oleh
Komisi Pembimbing

Prof Dr Ir Mennofatria Boer, DEA
Ketua

Dr Ir Achmad Fahrudin, MSi
Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi

Pengelolaan Sumberdaya
Pesisir dan Lautan

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr Ir Luky Adrianto, MSc

Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr

Tanggal Ujian: 26 Juni 2014

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Karya ilmiah ini berjudul
“Pengelolaan Perikanan Kembung (Genus: Rastrelliger) di Perairan Selat Sunda
yang Didaratkan di PPP Labuan, Banten”.
Penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. IPB yang telah memberikan kesempatan untuk melanjutkan studi S2 di
Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan, Departemen

Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.
2. Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan atas biaya penelitian melalui Biaya Operasional Perguruan
Tinggi Negeri (BOPTN), Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN), DIPA IPB Tahun Ajaran 2013, kode Mak: 2013.089.521219,
Penelitian Dasar untuk Bagian, Penelitian Unggulan Perguruan Tinggi,
Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, IPB dengan
judul “Dinamika Populasi dan Biologi Reproduksi Sumber daya Ikan
Ekologis dan Ekonomis Penting di Perairan Selat Sunda, Provinsi Banten”
yang dilaksanakan oleh Prof Dr Ir Mennofatria Boer, DEA (sebagai ketua
peneliti) dan Dr Ir Rahmat Kurnia, MSi (sebagai anggota peneliti).
3. Prof Dr Ir Mennofatria Boer, DEA sebagai ketua komisi pembimbing dan
Dr Ir Achmad Fahrudin, MSi sebagai anggota komisi pembimbing yang
telah banyak memberikan arahan dan masukan dalam penulisan karya
ilmiah ini.
4. Ir Kiagus Abdul Aziz, MSc selaku penguji luar komisi dan Dr Ir Luky
Adrianto, MSc sebagai Ketua Program Studi SPL serta Dr Yonvitner, SPi,
MSi yang telah memberikan arahan dan masukan selama studi.
5. Keluarga; Ayah Tenny Kurnia, Ibu Yuli Hastuti dan Adik Vina Rizky
Putri.

6. Sahabat; Rodearni, Gilang, Fauzia AW, Nisa, Ratih, Dewi, Ananda,
Janty, Anggia, Tyas, Eka, Nur Mar, Mas Gentha, Ka Aang serta teman
fast track (Selvia, Niken, Novita, Allsay, Made) dan seluruh teman MSP
angkatan 46 dan 47 serta SPL 2012 yang tidak dapat disebutkan satu
persatu, atas segala bentuk bantuan yang telah diberikan.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Juni 2014
Viska Donita Prahadina

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN


vi

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian

1
1
2
2
2
3

2 METODE
Waktu dan Tempat
Pengumpulan Data
Metode Analisis Data Primer
Hubungan Panjang dan Bobot
Identifikasi Kelompok Umur
Model von Bertalanffy
Penentuan Ukuran Pertama Kali Matang Gonad
Mortalitas dan Laju Eksploitasi
Analisis Spasial
Analisis Stakeholder
Metode Analisis Data Sekunder
Standarisasi Alat Tangkap
Analisis Pola Musim Penangkapan Ikan
Model Produksi Surplus
Analisis CPUE dan RPUE
Estimasi Parameter Biologi
Estimasi Biaya Input
Estimasi Harga Output
Analisis Model Optimasi Statik
Analisis Model Optimasi Dinamik
Analisis Laju Degradasi

4
4
4
6
6
6
7
8
8
9
9
9
9
10
10
12
12
13
13
14
15
16

3 HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Komposisi Hasil Tangkapan
Sebaran Frekuensi Panjang
Hubungan Panjang dan Bobot
Parameter Pertumbuhan
Tingkat Kematangan Gonad

17
17
17
19
20
22
25

Mortalitas dan Laju Eksploitasi
Pola Musim Penangkapan Ikan
Wilayah Sebaran Penangkapan
Laju Degradasi
Model Produksi Surplus
Estimasi Parameter Biologi
Estimasi Parameter Ekonomi
Analisis CPUE dan RPUE
Model Pengelolaan Ikan Kembung
Analisis Stakeholder
Pembahasan
Implikasi Kebijakan

28
29
29
31
32
33
33
35
35
37
38
42

4 KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Saran

45
45
45

DAFTAR PUSTAKA

46

LAMPIRAN

50

RIWAYAT HIDUP

71

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16

Rangkuman kebutuhan dan analisis data
Penentuan TKG secara morfologi
Rumus perhitungan pengelolaan model statis
Produksi dan effort ikan kembung tahun 2003-2013 yang didaratkan di
Kabupaten Pandeglang
Parameter pertumbuhan L ∞ , K dan t0 ikan kembung lelaki jantan dan
betina
Parameter pertumbuhan L ∞ , K dan t0 ikan kembung perempuan jantan
dan betina
Ukuran pertama kali matang gonad ikan kembung
Mortalitas dan laju eksploitasi ikan kembung lelaki jantan dan betina
Mortalitas dan laju eksploitasi ikan kembung perempuan jantan dan
betina
Hasil estimasi parameter biologi
Biaya riil input ikan kembung
Harga riil output ikan kembung
Hasil analisis optimasi statik pemanfaatan sumberdaya ikan kembung
Hasil analisis optimasi dinamik pemanfaatan sumberdaya ikan
kembung
Perbandingan pola pertumbuhan ikan kembung
Perbandingan parameter pertumbuhan ikan kembung

5
6
15
18
25
25
28
28
28
33
34
34
36
37
39
40

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18

Kerangka pemikiran penelitian
Lokasi penelitian
Hasil tangkapan per jenis ikan tahun 2013 di PPP Labuan
Ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta) (a) dan ikan kembung
perempuan (Rastrelliger brachysoma) (b)
Hasil tangkapan ikan kembung di PPP Labuan tahun 2013
Sebaran frekuensi panjang ikan kembung lelaki jantan dan betina
Sebaran frekuensi panjang ikan kembung perempuan jantan dan betina
Hubungan panjang dan bobot ikan kembung lelaki jantan
Hubungan panjang dan bobot ikan kembung lelaki betina
Hubungan panjang dan bobot ikan kembung perempuan jantan
Hubungan panjang dan bobot ikan kembung perempuan betina
Pergeseran modus frekuensi panjang ikan kembung lelaki
Pergeseran modus frekuensi panjang ikan kembung perempuan
Frekuensi TKG ikan kembung lelaki pada bulan Juni-Oktober 2013
Frekuensi TKG ikan kembung perempuan pada bulan Juli-Oktober
2013
Frekuensi TKG ikan kembung lelaki berdasarkan kelas panjang
Frekuensi TKG ikan kembung perempuan berdasarkan kelas panjang
Nilai indeks musim penangkapan ikan kembung

3
4
17
18
19
20
20
21
21
21
22
23
24
26
26
27
27
29

19
20
21
22
23
24

Produksi aktual dan lestari ikan kembung
Nilai koefisien degradasi ikan kembung
Grafik hubungan effort dengan ln CPUE
Keterkaitan antara CPUE dan RPUE
Kurva optimasi statik sumberdaya ikan kembung
Matriks kepentingan dan pengaruh antar stakeholder

31
32
33
35
36
37

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15

Sebaran frekuensi panjang
Hubungan panjang dan bobot (uji t)
Sebaran kelompok umur
Parameter pertumbuhan (Model Ford Walford)
Tingkat kematangan gonad
Ukuran pertama kali matang gonad
Proses penentuan laju mortalitas total (Z) melalui kurva yang di
linearkan berdasarkan data panjang
Mortalitas dan laju eksploitasi
Standarisasi upaya tangkap ikan kembung
Pola musim penangkapan ikan
Model produksi surplus
Laju degradasi
Model optimasi statik
Analisis stakeholder
Sebaran daerah penangkapan ikan kembung secara partisipatif

50
51
52
53
54
56
60
62
64
65
66
67
68
69
70

1 PENDAHULUAN

Latar Belakang
Selat Sunda merupakan salah satu perairan di Indonesia yang memiliki
potensi ikan pelagis yang cukup tinggi yaitu lebih dari 25 000 ton/tahun (Yulianie
2012). Salah satu kabupaten yang berada di perairan Selat Sunda adalah
Kabupaten Pandeglang memiliki satu PPP (Pelabuhan Perikanan Pantai), berada
di PPP Labuan dan tujuh TPI (Tempat Pendaratan Ikan), yaitu TPI Panimbang,
TPI Carita, TPI Citeureup, TPI Sidamuki, TPI Sumur, TPI Tamanjaya dan TPI
Pulu Merak (Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Banten 2006). Wilayah
Kabupaten Pandeglang memiliki panjang garis pantai 230 km yang terletak di
ujung barat Provinsi Banten. Batas administrasi wilayah ini sebelah utara adalah
Kabupaten Serang, sebelah selatan Samudera Hindia, sebelah barat Selat Sunda
dan sebelah timur Kabupaten Lebak. Kabupaten Pandeglang memiliki kemudahan
akses ke beberapa perairan seperti Laut Jawa dan Selat Sunda, serta Samudera
Hindia. Keadaan tersebut menunjukkan bahwa Kabupaten Pandeglang memiliki
peluang yang cukup besar dalam pengembangan usaha perikanan. Daerah yang
memiliki potensi besar di sektor perikanan salah satunya adalah Kecamatan
Labuan.
Secara geografis PPP Labuan berada di sebelah utara Kabupaten
Pandeglang dan terletak di Desa Teluk, Kecamatan Labuan. PPP Labuan berada
pada posisi koordinat 06°24’30’’LS dan 105°49’15’’BT. PPP Labuan terdiri atas
TPI 1 dan TPI 3 yang berada di muara Sungai Cipunteun, serta TPI 2 yang berada
di tepi pantai terbuka. PPP Labuan berada di sekitar wilayah perairan pesisir yang
cukup potensial menghasilkan sumberdaya ikan pelagis kecil yaitu ikan kembung.
Potensi ikan pelagis kecil di Kabupaten Pandeglang pada tahun 2013 adalah
7 062.31 ton dengan komposisi jenis seperti ikan kembung, tembang, selar, teri,
lemuru dan layang (DKP 2013). Ikan kembung yang didaratkan di PPP Labuan
terdiri dari dua spesies yaitu ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta atau
kembung banyar) dan ikan kembung perempuan (Rastrelliger brachysoma atau
kembung bentrong).
Ikan kembung merupakan salah satu ikan pelagis kecil yang sangat
potensial dan ditemukan hampir di seluruh perairan Indonesia. Sumberdaya ikan
pelagis kecil memiliki beberapa karakteristik antara lain membentuk gerombolan,
variasi rekruitmen cukup tinggi yang erat kaitannya dengan kondisi lingkungan
yang labil, selalu melakukan ruaya baik temporal maupun spasial dan aktivitas
gerak yang cukup tinggi yang ditunjukkan oleh bentuk badan yang menyerupai
cerutu atau torpedo (Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan Departemen
Pertanian 1994). Ikan kembung merupakan ikan yang memiliki nilai ekonomis
penting. Hal ini disebabkan ikan tersebut paling banyak ditangkap untuk
dikonsumsi oleh masyarakat Labuan dibandingkan jenis ikan pelagis lainnya.
Nilai ekonomi yang tinggi pada ikan kembung mengakibatkan nelayan Labuan
cenderung melakukan penangkapan secara berlebih tanpa memperhatikan aspek
biologi ikan tersebut. Pemanfaatan ikan yang tidak dikontrol akan mengancam
kelestarian atau kepunahan bagi sumberdaya ikan kembung di masa mendatang.
Untuk mengontrol tingkat eksploitasi sumberdaya ikan kembung di perairan Selat
Sunda perlu dilakukan kajian untuk mengetahui stok ikan tersebut serta analisis

2
bioekonomi ikan kembung yang didaratkan di PPP Labuan guna menentukan
alternatif pengelolaan sumberdaya ikan tersebut yang lebih tepat dan
berkelanjutan. Analisis bioekonomi ini akan menggambarkan bahwa secara
biologi ikan kembung dapat lestari dan secara ekonomi nelayan dapat tetap
memperoleh keuntungan dari pemanfaatan ikan kembung tersebut.
Perumusan Masalah
Menurut Widodo dan Suadi (2006) sumberdaya ikan laut di Indonesia
hampir 65% telah berada dalam kategori eksploitasi penuh. Kondisi tersebut
mampu menimbulkan pengaruh terhadap jumlah stok dan kelestariannya di
beberapa wilayah Indonesia. Selama ini pemanfaatan sumberdaya ikan masih
berorientasi pada jangka pendek yaitu ikan ditangkap sebanyak-banyaknya agar
memperoleh keuntungan yang besar tanpa memikirkan dampaknya dalam jangka
panjang. Tingginya aktivitas penangkapan mampu mempengaruhi keberadaan
ikan pada suatu daerah penangkapan.
Ikan kembung termasuk ikan pelagis kecil dan merupakan sumberdaya ikan
yang melimpah di perairan Indonesia, termasuk di Selat Sunda. Sebagian besar
ikan hasil tangkapan di perairan Selat Sunda didaratkan di Kabupaten Pandeglang
yaitu di PPP Labuan. Keberadaan sumberdaya ikan kembung di Selat Sunda
sangat penting baik secara ekologis maupun ekonomis. Namun pada tahun 20112013 terjadi penurunan CPUE dari 1.00 ton/trip menjadi 0.69 ton/trip sehingga
dikhawatirkan telah terjadi tangkap lebih pada sumberdaya ikan kembung (DKP
2013). Eksploitasi sumberdaya perikanan kembung di Perairan Selat Sunda, jika
pengelolaannya dilakukan dengan baik maka akan memberikan kontribusi yang
sangat penting bagi masyarakat lokal sehingga mendorong pertumbuhan ekonomi
dan laju investasi dalam bidang perikanan. Kelestarian sumberdaya ikan kembung
tidak dapat dipisahkan dengan peristiwa-peristiwa ekonomi karena terdapat
aktivitas dari pelaku bisnis atau industri perikanan baik domestik maupun
internasional. Hal ini disebabkan kelompok ikan pelagis kecil menjadi dominan
dan penting di Kabupaten Pandeglang karena hampir 60% produksi perikanan
berasal dari kelompok ikan pelagis kecil termasuk ikan kembung sehingga
kelompok ikan ini perlu mendapat perhatian khusus untuk dijaga kelestariannya.
Sumberdaya perikanan memiliki kemampuan untuk dapat memperbaiki diri,
namun apabila dimanfaatkan melebihi batas kelestariannya akan mengakibatkan
kepunahan.
Permasalahan yang sering dihadapi dalam melakukan penangkapan
sumberdaya ikan pelagis kecil adalah permasalahan biologi dan ekonomi (Priatna
dan Natsir 2008). Permasalahan biologi mencakup terancamnya kelestarian stok
sumberdaya ikan di perairan sedangkan jika dilihat dari permasalahan ekonomi
mencakup usaha penangkapan yang belum dapat meningkatkan kesejahteraan
nelayan. Berdasarkan hal tersebut, adapun perumusan masalah yang akan dikaji
dalam penelitian ini di antaranya yaitu:
1. Bagaimana status stok sumberdaya ikan kembung?
2. Bagaimana pola musim penangkapan yang terjadi pada sumberdaya ikan
kembung?
3. Bagaimana wilayah sebaran penangkapan sumberdaya ikan kembung?
4. Bagaimana tata kelola perikanan kembung (Genus: Rastrelliger) di
Kabupaten Pandeglang?

3
Tujuan Penelitian
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui status stok
sumberdaya ikan kembung, pola musim penangkapan, wilayah sebaran dan tata
kelola perikanan kembung di Kabupaten Pandeglang.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah mengenai
status stok sumberdaya ikan kembung, pola musim penangkapan dan wilayah
sebaran sehingga dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam
menentukan alternatif kebijakan pengelolaan sumberdaya ikan tersebut di perairan
sekitar Labuan khususnya agar keberadaan ikan kembung tetap lestari.
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini difokuskan pada pengelolaan sumberdaya perikanan kembung
di perairan Selat Sunda yang didaratkan di PPP Labuan meliputi aspek biologi,
ekonomi dan sosial dengan menggunakan beberapa analisis seperti kajian stok
sumberdaya ikan kembung, analisis bioekonomi, analisis laju degradasi dan
analisis kelembagaan (stakeholder). Aspek biologi mencakup aspek pertumbuhan
dan reproduksi, sedangkan untuk aspek ekonomi dengan menentukan estimasi
biaya dan harga, laju diskonto (discount rate), yang kemudian digunakan untuk
estimasi tingkat produksi lestari, analisis optimalisasi statis (MEY) serta analisis
optimasi dinamis dan untuk aspek sosial dilakukan wawancara terhadap nelayan
serta para pemangku kepentingan yang terkait dengan kegiatan penangkapan ikan
kembung. Alur lengkap kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 1.
Sumberdaya ikan kembung di perairan Selat Sunda
yang didaratkan di PPP Labuan, Banten

Penurunan nilai CPUE
Tingginya
permintaan pasar

Peningkatan aktivitas
penangkapan

Penurunan kualitas
habitat

Tangkap lebih

Kajian stok
sumberdaya
ikan kembung

Analisis
laju
degradasi

Analisis
bioekonomi

Analisis
stakeholder

Strategi pengelolaan
Perikanan berkelanjutan

Gambar 1 Kerangka pemikiran penelitian

4

2 METODE

Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilakukan di PPP Labuan terletak di Desa Teluk, Kecamatan
Labuan. Ikan kembung yang didaratkan di PPP Labuan merupakan ikan yang
pada umumnya ditangkap oleh para nelayan di perairan Selat Sunda dan
sekitarnya seperti ilustrasi pada Gambar 2. Jenis alat tangkap yang dominan
digunakan untuk menangkap ikan kembung adalah purse seine dengan ukuran
mata jaring 1.5 inchi menggunakan kapal motor berukuran 15-24 GT. Selain alat
tangkap purse seine, ikan kembung juga tertangkap oleh alat tangkap lainnya
seperti payang, dogol, pukat pantai, jaring hanyut, jaring tetap, bagan perahu,
bagan tancap dan serok. Waktu pengambilan contoh ikan kembung dilakukan
setiap ± 20 hari selama lima bulan yaitu dari bulan Juni-Oktober 2013 dan
wawancara dengan para pemangku kepentingan serta nelayan yang menangkap
ikan kembung di PPP Labuan dilakukan pada bulan Maret 2014.

Gambar 2 Lokasi penelitian
Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer termasuk hasil
wawancara dengan nelayan serta para pemangku kepentingan dan data sekunder.
Data primer diperoleh melalui pengukuran panjang total, penimbangan bobot
basah dan pengamatan jenis kelamin serta tingkat kematangan gonad ikan.
Sebelum dilakukan pengukuran panjang total dan penimbangan bobot basah serta
pengamatan jenis kelamin dan tingkat kematangan gonad, ikan contoh yang akan
diamati diambil secara acak berdasarkan jumlah kapal dan tumpukan ikan. Jumlah
ikan contoh yang diambil berkisar 70 sampai 100 ekor tiap pengambilan
contohnya. Selanjutnya ikan contoh yang diambil dari PPP labuan dimasukan ke
dalam cool box dan dibawa ke Laboratorium Biologi Perikanan, Bagian

5
Manajemen sumberdaya Perikanan, Manajemen sumberdaya Perairan, Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Kemudian ikan tersebut
diukur panjang total, penimbangan bobot basah dan ditentukan jenis kelamin serta
tingkat kematangan gonadnya, sedangkan data primer yang diperoleh dari
wawancara dengan para pemangku kepentingan dan nelayan yang menangkap
ikan kembung dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling yaitu
didasarkan atas pertimbangan peneliti bahwa unsur-unsur yang dikehendaki telah
ada di dalam contoh yang telah diambil. Tujuan dilakukan wawancara adalah
untuk mendapatkan informasi mengenai alat tangkap, ukuran mata jaring, ukuran
kapal, hasil tangkapan, biaya operasi dan pendapatan. Data sekunder seperti data
mengenai hasil tangkapan, upaya tangkap, harga ikan dan trip ikan kembung
diperoleh dari DKP Pandeglang dan kantor TPI Labuan tepatnya TPI 2 sebagai
tempat pendaratan ikan kembung. Rangkuman kebutuhan dan analisis data
disajikan pada (Tabel 1).
Tabel 1 Rangkuman kebutuhan dan analisis data
No
1.

Parameter
Biologi

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

2.

Ekonomi

1.
2.
3.

3.

Sosial

1.

4.

Pendukung

1.
2.
3.
4.

Analisis
Sebaran frekuensi
panjang
Hubungan panjang
dan bobot
TKG
Parameter
pertumbuhan
Ukuran pertama kali
matang gonad
Mortalitas dan laju
eksploitasi
Estimasi parameter
biologi
CPUE dan RPUE
Estimasi parameter
ekonomi
Analisis model
optimasi statik dan
dinamik
Stakeholder

Standarisasi alat
tangkap
Pola musim
penangkapan
Laju degradasi
Spasial berbasis
wawancara

Data
Panjang total ikan (P)
Bobot basah ikan (P)
Jenis kelamin (P)
Frekuensi matang
gonad (P)

Satuan
mm
gram
ekor

1.
2.

Discount rate (S)
IHK (Indeks Harga
Konsumen) (S)

%
-

1.

Informasi
mengenai
stakeholder yang
terkait (P)
Produksi (S)
Effort (S)
Peta daerah
penangkapan (P)

-

1.
2.
3.
4.

1.
2.
3.

kg
trip
-

Keterangan: P = Primer; S = Sekunder
Waktu pengambilan contoh ikan kembung di PPP Labuan dilakukan pada
pukul 05.30 hingga 07.00. Jumlah contoh yang diambil tergantung jumlah ikan
yang didaratkan dan harga ikan tersebut. Ikan yang sudah diukur panjang dan
ditimbang bobotnya selanjutnya dibedah dengan menggunakan alat bedah. Hal ini

6
bertujuan untuk mengamati tingkat kematangan gonad ikan baik jantan maupun
betina. Penentuan TKG menggunakan klasifikasi kematangan gonad yang telah
ditentukan. TKG ditentukan secara morfologi berdasarkan bentuk, warna, ukuran,
bobot gonad, serta perkembangan isi gonad. Penentuan tingkat kematangan gonad
mengacu kepada TKG ikan modifikasi dari Cassie (Tabel 2). Pengambilan contoh
ikan dilakukan secara acak. Contoh yang diperoleh merupakan contoh yang
diambil dengan metode Penarikan Contoh Acak Kelompok (PCAK) 2 tahap yaitu
dengan cara memilih secara acak kapal yang menangkap ikan kembung lelaki dan
perempuan kemudian memilih jenis ikan di setiap kapal. Setelah itu diambil ±
lima tumpukan pada setiap kapal lalu pada tiap-tiap tumpukan ikan dipilih secara
acak ikan kembung.
Tabel 2 Penentuan TKG secara morfologi
TKG
I

II
III

IV

V

Betina

Jantan

Ovari seperti benang, panjangnya
sampai ke depan rongga tubuh serta
permukaannya licin
Ukuran ovari lebih besar. Warna ovari
kekuning-kuningan dan telur belum
terlihat jelas
Ovari berwarna kuning dan secara
morfologi telur mulai terlihat
Ovari makin besar, telur berwarna
kuning, mudah dipisahkan. Butir
minyak tidak tampak, mengisi 1/2-2/3
rongga perut
Ovari berkerut, dinding tebal, butir
telur sisa terdapat di dekat pelepasan

Testes seperti benang, warna jernih, dan
ujungnya terlihat di rongga tubuh
Ukuran testes lebih besar,
seperti susu

pewarnaan

Permukaan testes tampak bergerigi, warna
makin putih, dan ukuran makin besar
Dalam keadaan diawetkan mudah putus,
testes semakin pejal
Testes bagian belakang kempis dan di
bagian dekat pelepasan masih berisi

Sumber: Effendie (2002) dan King (2007)
Metode Analisis Data Primer
Hubungan Panjang dan Bobot
Bobot dapat dianggap sebagai suatu fungsi dari panjang. Model yang
digunakan dalam menduga hubungan panjang dan bobot adalah sebagai berikut
(Effendie 2002):
W = aLb

(1)

W adalah bobot (gram), L adalah panjang (mm), � adalah intercept (perpotongan
kurva hubungan panjang-bobot dengan sumbu y) dan b penduga pola
pertumbuhan panjang-bobot. Nilai a dan b diduga dari bentuk linier persamaan di
atas, yaitu:
log W =log a + b log L
(2)
Identifikasi Kelompok Umur
Pendugaan kelompok umur dilakukan dengan menganalisis kelas-kelas
frekuensi panjang ikan dengan menggunakan Microsoft Excel, untuk menentukan
kurva sebaran normalnya. Menurut Boer (1996), jika fi adalah frekuensi ikan
dalam kelas panjang ke-i (i = 1, 2, …, N), μj adalah rata-rata panjang kelompok

7
umur ke-j, σj adalah simpangan baku panjang kelompok umur ke-j dan pj adalah
proporsi ikan dalam kelompok umur ke-j (j = 1, 2, …, G), fungsi objektif yang
digunakan untuk menduga {µ��, ���, �j
� } adalah fungsi kemungkinan maksimum
(maximum likelihood function):

��� =

1
�� √

G
L = ∑N
i=1 fi log ∑i=1 pj qij
−1 �� −�� 2
(
)
��

�2
2�

(3)

yang merupakan fungsi kepekatan sebaran normal dengan

nilai tengah µ j dan simpangan baku σj, xi merupakan titik tengah kelas panjang kei. Fungsi objektif L ditentukan dengan cara mencari turunan pertama L masingmasing terhadap μj, σj, pj sehingga diperoleh dugaan µ��, ���, �j
� yang akan
digunakan untuk menduga parameter pertumbuhan �∞ , K dan t0.
Model von Bertalanffy
Parameter pertumbuhan diduga dengan
Bertalanffy (Sparre dan Venema 1999) yaitu:

menggunakan

Model

von

Lt = L ∞ �1-e-K(t-t0) �

(4)

��+∆� = L ∞ [1-� −�(�+∆�−�0) ]

(5)

��+∆� - Lt= [L ∞ - Lt ][1 − � −�∆� ]

(6)

pendugaan nilai koefisien pertumbuhan K dan L ∞ dilakukan dengan
menggunakan metode Ford Walford yang diturunkan dari model von Bertalanffy
untuk t sama dengan t+1, sehingga persamaannya menjadi:

��+∆� adalah panjang ikan pada saat umur t+ ∆� (satuan waktu), L ∞ adalah
panjang maksimum secara teoritis (panjang asimptotik), K adalah koefisien
pertumbuhan dan t0 adalah umur teoritis pada saat panjang ikan sama dengan nol.
Jika kedua rumus diatas disubstitusikan diperoleh persamaan :

atau:

��+∆� = L ∞ [1 − � −�∆� ] + e−�∆� Lt

(7)

K= -ln(b1)

(8)

persamaan terakhir diatas diduga dengan persamaan regresi linier sederhana y= b0
+ b1x, dengan x=Lt sebagai absis diplotkan terhadap y= ��+∆� sebagai ordinat
sehingga terbentuk kemiringan (slope) sama dengan b1 = e-K dan titik potong
dengan absis sama dengan b0 = L ∞ [1 – e-K]. Dengan demikian, nilai K dan
L ∞ diperoleh melalui hubungan:
dan
L ∞=

�0

1−�1

(9)

8
dugaan untuk nilai t0 (umur teoritis ikan pada saat panjang sama dengan nol)
diperoleh melalui persamaan Pauly (1983) in Sparre dan Venema (1999):
log (-t0) = 3.3922 – 0.2752 (log L ∞ ) - 1.038 (logK)

(10)

Penentuan Ukuran Pertama Kali Matang Gonad
Metode yang digunakan untuk menduga ukuran rata-rata ikan kembung
mencapai matang gonad (M) untuk ikan yang memiliki TKG III, TKG IV dan
TKG V adalah Metode Spearman-Karber yang menyatakan bahwa logaritma
ukuran rata-rata mencapai matang gonad adalah (Udupa 1986):


m = xk + – x ∑pi

(11)

M = antilog m

(12)

2

sehingga:

dan selang kepercayaan 95% bagi log M dibatasi sebagai:
antilog [ m ± 1.96 � x2 ∑ (

pi qi
ni-1

)]

(13)

m adalah log panjang ikan rata-rata pada saat kematangan gonad, xk adalah log
nilai tengah kelas panjang yang terakhir ikan telah matang gonad, x adalah log
pertambahan panjang pada nilai tengah, pi adalah proporsi ikan matang gonad
pada kelas panjang ke-i dengan jumlah ikan pada selang panjang ke-i, ni adalah
jumlah ikan pada kelas panjang ke-i, qi adalah 1 – pi, dan M adalah panjang ikan
rata-rata mencapai matang gonad sebesar antilog m.
Mortalitas dan Laju Eksploitasi
Laju mortalitas total (Z) diduga dengan kurva tangkapan yang dilinearkan
berdasarkan data komposisi panjang sedemikian sehingga diperoleh hubungan:
ln

H (L1,L2)
∆t (L1,L2)

= h – Z (t

L1+L2
2

)

(14)

persamaan diatas diduga melalui persamaan regresi linear sederhana ŷi =b0 + b1 xi
�1+ �2
� (�1,�2)
sebagai ordinat, x=t(
) sebagai absis dan Z = -b1
dengan y= ln
∆� (�1,�2)

2

(Lampiran 7). Untuk laju mortalitas alami (M) diduga dengan menggunakan
rumus empiris Pauly (1980) in Sparre dan Venema (1999) sebagai berikut:
ln M = -0.0152 – 0.2700 ln L∞ + 0.6543 ln K + 0.4630 ln T

(15)

M adalah mortalitas alami, L ∞ adalah panjang asimptotik pada persamaan
pertumbuhan von Bertalanffy (mm), Κ adalah koefisien pertumbuhan pada
persamaan pertumbuhan von Bertalanffy, t0 adalah umur ikan pada saat panjang
sama dengan 0 dan T adalah rata-rata suhu permukaan air (℃).
Pauly (1980) in Sparre dan Venema (1999) menyarankan untuk
memperhitungkan jenis ikan yang memiliki kebiasaan menggerombol melalui

9
penggandaan dengan nilai 0.8 sehingga untuk spesies yang menggerombol seperti
ikan kembung nilai dugaan menjadi 20% lebih rendah, yakni:
M = 0.8 e-0.0152 – 0.270 ln L∞ + 0.6543 ln K + 0.4630 ln T

(16)

Laju mortalitas penangkapan (F) ditentukan dengan:
F=Z–M

(17)

dan laju eksploitasi (E) ditentukan dengan membandingkan laju mortalitas
penangkapan (F) dengan laju mortalitas total (Z) (Pauly 1984):
E=



�+�

=

F
Z

(18)

E adalah laju eksploitasi, M adalah laju mortalitas alami, F adalah laju mortalitas
penangkapan dan Z adalah laju mortalitas total.
Analisis Spasial
Analisis spasial merupakan analisis yang digunakan untuk mengetahui
sebaran daerah penangkapan ikan kembung yang didaratkan di PPP Labuan.
Langkah-langkah yang dilakukan untuk menentukan daerah sebaran penangkapan
ikan kembung adalah sebagai berikut:
1. Penentuan banyaknya jumlah responden (nelayan yang akan diwawancara
mengenai daerah penangkapan ikan kembung berdasakan alat tangkap yang
digunakan)
2. Pembuatan peta dasar dari lokasi penelitian
3. Pembuatan plot-plot lokasi penangkapan ikan kembung dalam bentuk spasial
ke peta dasar, berdasarkan data dari parcipatory approach
4. Formulasi peta daerah penangkapan
Analisis Stakeholder
Analisis stakeholder merupakan analisis yang dilakukan untuk
mengidentifikasi dan memetakan aktor (tingkat kepentingan dan pengaruhnya)
dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya di wilayah pesisir serta potensi
kerjasama dan konflik antar aktor. Aktor ini dapat dikategorikan sesuai dengan
banyak atau sedikitnya pengaruh dan kepentingan relatif terhadap keberhasilan
pengelolaan SDI. Langkah-langkah yang perlu diperhatikan dalam melakukan
analisis ini adalah identifikasi stakeholder, menentukan skoring, membuat label
dan menganalisis pengaruh dan kepentingan antar stakeholder.
Metode Analisis Data Sekunder
Standarisasi Alat Tangkap
Alat tangkap yang digunakan oleh nelayan untuk menangkap target sumber
daya perikanan beragam, sehingga sangat dimungkinkan satu spesies ikan
tertangkap oleh dua alat tangkap yang berbeda atau lebih. Oleh sebab itu, perlu
ada standarisasi alat tangkap. Alat tangkap yang dijadikan standar adalah alat
tangkap yang memiliki produktivitas tinggi (dominan) dalam menangkap sumber
daya perikanan yang menjadi objek penelitian atau memiliki nilai rata-rata CPUE

10
terbesar pada suatu periode waktu dan memiliki nilai faktor daya tangkap sama
dengan satu. Standarisasi dapat dilakukan melalui langkah-langkah sebagai
berikut (Gulland 1982 in Kekenusa 2008):
1. Upaya (f) dan hasil tangkapan (H) dihitung masing-masing hingga tahun ke-i,
dimana i= 1, 2, 3, ….., n
H
2. CPUE ( ) dihitung untuk masing-masing upaya
f
3. Total upaya yang terbesar dari beberapa jenis upaya dipilih sebagai standar
dalam menghitung Fishing Power Indeks (FPI)
4. Jika upaya yang diperoleh terbesar misalnya alat tangkap purse seine, maka
���� �����
, demikian pula
FPI purse seine adalah 1 dan FPI bagan adalah
5.

���� ����� �����

sebaliknya
Upaya standar dihitung melalui persamaan sebagai berikut:
Upaya standar = (Upaya purse seine tahun ke-i x FPI purse seine) + (Upaya
bagan tahun ke-i x FPI bagan) dan seterusnya

Analisis Pola Musim Penangkapan Ikan
Analisis pola musiman ikan kembung di sekitar perairan Selat Sunda
digunakan sebagai pertimbangan dalam melakukan operasi penangkapan ikan.
Indeks musim penangkapan dihitung dengan menggunakan data CPUE dari data
bulanan ikan kembung. Menurut Dajan (1986), rumus untuk mendapatkan nilai
indeks musim penangkapan adalah sebagai berikut:
1. Menyusun deret CPUEt bulan Januari 2003 sampai Desember 2013
2. Menyusun rata-rata bergerak CPUE selama 12 bulan (RG)
3. Menyusun rata-rata bergerak CPUE terpusat (RGP)
4. Menyusun nilai rata-rata dalam suatu matriks berukuran i x j yang disusun setiap
bulannya, dimulai dari bulan Juli (RRBi)
5. Menghitung nilai total rasio rata-rata tiap bulan dan menghitung total rasio ratarata secara keseluruhan (JRRB)
6. Menghitung faktor koreksi (FK = 1 200/∑JRRB)
7. Menghitung Indeks Musim Penangkapan (IMP) dengan rumus sebagai
berikut:
IMPi = RRBi x FK

(19)

IMPi adalah indeks musim penangkapan bulan ke-i, RRBi adalah rasio rata-rata
untuk bulanan ke-i, i adalah 1, 2, 3, ... , 12 dan FK adalah faktor koreksi.
Keterangan Indeks Musim Penangkapan (IMP) dimana IMP