4 Instalasi Boiller Steam
Air baku untuk menghasilkan uap panas adalah aqua demineralisata yang ditekan melalui pompa air masuk ke filter kemudian ditampung di dalam
tangki stainless steel untuk mensuplai steam. Air dipanaskan melalui boiler hingga menjadi uap. Alat ini bekerja secara semi otomatik dengan
alat-alat pengaman yang lengkap. Udara panas yang dihasilkan dialirkan melalui pipa ke ruang-ruang produksi yang membutuhkannya.
5 Instalasi Udara Bertekanan
Udara bertekanan diperoleh dengan menggunakan alat kompresor yang bekerja secara otomatis dengan alat pressure switch. Kompresor juga
dilengkapi dengan air dryer, main line filter, mist separator dan micro mist separator. Instalasi kompresor ini digunakan hanya pada peralatan
yang memerlukan udara bertekanan. 6
Sistem Tata Udara Air Handling System AHS Sistem tata udara merupakan suatu penanganan terpadu terhadap seluruh
ruangan yang membutuhkan spesifikasi tentang komponen–komponen yang mempengaruhi kualitas udara antara lain jumlah partikel, sistem
tekanan positif, jumlah cemaran biologi, kelembaban dan temperatur.
3.8 Penanganan Limbah
Limbah Lafi Ditkesad berasal dari proses produksi dan proses pengujian, yang terbagi atas limbah padat dan limbah cair.
Universitas Sumatera Utara
Pada produksi obat non betalaktam, pengolahan limbah padat dilakukan dengan menggunakan dust collector yaitu limbah debu disedot dari ruang
produksi dengan vakum kemudian dikumpulkan dalam kantong penampung dan dibakar. Khusus untuk limbah dari proses penyalutan tablet, terlebih dahulu
diolah dengan air washer. Sedangkan limbah cair produksi non betalaktam langsung dialirkan ke Instalasi Pengolahan Air Limbah.
Pada produksi betalaktam, pengolahan limbah terlebih dahulu diolah melalui air washer, dimana limbah padat debu-debu disedot oleh vakum dari ruangan
yang berdebu seperti ruangan strip, isi kapsul, cetak, coating, campur dan ruang isi sirup kering, kemudian disemprot dengan air bertekanan 4 bar sehingga debu
akan jatuh di bak penampungan. Air dialirkan ke bak destruksi yang dilengkapi dengan dozing pump dan pH meter. Cairan ini didestruksi untuk memecah cincin
betalaktam dengan menggunakan larutan NaOH 0,1 N yang diteteskan secara otomatis sampai diperoleh pH 9, kemudian dinetralkan dengan penambahan HCl.
Sedangkan limbah cair produksi obat betalaktam tidak melalui air washer. Selanjutnya, limbah hasil produksi betalaktam disalurkan ke IPAL untuk
dilakukan pengolahan lebih lanjut. Pengolahan limbah pada IPAL menggunakan prinsip fisika, kimia dan
mikrobiologi. Tahapan pengolahan air limbah di IPAL meliputi beberapa tahap proses sebagai berikut:
1 Bak sedimentasi Awal
Universitas Sumatera Utara
Air limbah yang masuk dari produksi betalaktam dari bak destruksi maupun non betalaktam dan laboratorium akan ditampung dan
pengotornya diendapkan dalam bak ini. Kemudian dialirkan ke bak pengendapan sedimentasi pertama.
2 Bak Sedimentasi Pertama
Disini terjadi proses pengendapan kembali dengan prinsip pengendapan dan juga berdasarkan tinggi rendahnya bak.
3 Bak Equalisasi
Bak ini dilengkapi dengan pompa untuk mengendalikan fluktuasi jumlah air kotor yang tidak merata, yaitu pada jam kerja dan di luar jam kerja.
Bak ini juga disertai dengan pengaduk untuk mengaduk bahan-bahan organik agar tidak mengendap.
4 Bak Aerasi
Air limbah masuk ke dalam bak ini dengan menggunakan pompa secara kontiniu. Di dalam bak ini terdapat bakteri aerobik yang berguna untuk
menghancurkan zat-zat organik. Bak ini dilengkapi dengan aerator untuk memasukkan oksigen ke dalam air limbah. Selain itu di dalam bak ini
terdapat pengaduk yang berfungsi untuk mengaduk air limbah sehingga bakteri menyebar merata dan menjaga agar keseluruhan air limbah
mengalami kontak langsung dengan udara. Untuk menjaga pertumbuhan bakteri ditambahkan pupuk urea NPK sebagai nutrisi untuk bakteri.
5 Bak Sedimentasi Kedua Clarifier
Universitas Sumatera Utara
Air limbah dari bak aerasi mengalir ke dalam bak sedimentasi kedua. Dalam bak ini hanya terjadi proses pengendapan. Bak berbentuk kerucut
di bagian bawah untuk menampung endapan. 6
Bak Koagulasi Cairan dari bak sedimentasi kedua masuk ke dalam bak koagulasi. Di
dalam bak ini ditambahkan koagulan PAC Poly Aluminium Chloride dengan menggunakan dozing pump yang disertai dengan pengaduk.
Konsentrasi PAC yang diteteskan dalam larutan yaitu 50 kg PAC dalam 1000 L air. Bak koagulasi berfungsi sebagai bak penampung koagulan.
7 Bak Flokulasi
Dari bak koagulasi cairan dialirkan ke bak flokulasi yang berfungsi untuk mengendapkan endapan yang masih terbawa. Di dalam bak ini
ditambahkan polimer anionik sebagai flokulan dengan konsentrasi 1 kg polianionik dalam 1000 L air sehingga terbentuk flok-flok yang kemudian
diendapkan. Dari bak flokulasi, cairan yang sudah jernih mengalir ke bak kontrol melalui bidang miring, sedangkan cairan yang masih mengandung
endapan dialirkan ke bak sedimentasi ketiga. 8
Bak Pengendapan akhir Bak Sedimentasi Ketiga a
Dari bak flokulasi, cairan yang masih mengandung endapan dialirkan ke dalam bak sedimentasi ketiga yang berbentuk kerucut di bagian
bawah bak. Pada bak ini diberi karung yang berfungsi sebagai penyaring untuk menampung endapan, sedangkan cairan yang lebih
jernih masuk ke dalam bak penampung cairan.
Universitas Sumatera Utara
b Bak Penampung Cairan
Dari bak ini cairan yang kemungkinan masih mengandung endapan dialirkan ke bak sedimentasi pertama untuk dilakukan pengolahan
kembali sampai limbah tersebut benar-benar bersih dari senyawa kimia yang berbahaya.
9 Bak Bidang Miring
Bak bidang miring berbentuk miring ke satu arah untuk menahan endapan dan partikel-partikel lain yang masih terdapat dalam air limbah dari bak
flokulasi. Melalui bak bidang miring ini, air dari bak flokulasi mengalir ke bak kontrol.
10 Bak Kontrol
Cairan yang sudah jernih dialirkan ke bak kontrol yang berisi ikan sebagai kontrol biologi untuk diperiksa kadar COD dan BOD, jumlah zat padat
total yang terlarut dan pH. Jika hasilnya memenuhi syarat air dapat dibuang ke saluran pembuangan akhir.
Parameter yang harus dipantau untuk limbah cair adalah : 1. pH
2. Suhu 3. Total Suspended Solid TSS
4. Total Dissolved Solid TDS 5. Biological Oxygen Demand BOD
6. Chemical Oxygen Demand COD
Universitas Sumatera Utara
BAB IV PEMBAHASAN
Penerapan manajemen mutu di Lafi Ditkesad berdasarkan pada sistem mutu yang terbentuk atas pola kerja yang baik dari struktur organisasi, prosedur kerja
di setiap instalasi, proses produksi serta personil yang terlibat dalam proses pembuatan suatu produk sehingga produk yang dihasilkan oleh Lafi Ditkesad
memenuhi persyaratan CPOB. Lafi Ditkesad memiliki personil yang terkualifikasi dan berpengalaman
dalam hal pengetahuan, keterampilan dan kemampuan sesuai yang disyaratkan dalam CPOB. Penerimaan personil dilaksanakan secara terpusat sehingga apabila
memerlukan tambahan personil memerlukan waktu yang agak lama sehingga terjadi keterbatasan personil di bagian produksi, mengakibatkan personil
melaksanakan tugas rangkap sehingga pekerjaan yang dilakukan kurang maksimal.
Pelatihan karyawan di lingkungan Lafi Ditkesad dilaksanakan minimal satu kali setahun, selain itu minggu terakhir disetiap bulannya pada minggu militer,
kadang-kadang digunakan untuk pelatihan CPOB. Pelatihan CPOB dilaksanakan dibawah bimbingan atasan yang bersangkutan, para praktisi dan professional di
bidang industri farmasi. Lokasi bangunan dan fasilitas Lafi Ditkesad cukup memenuhi persyaratan
CPOB yaitu transportasi yang mudah, memiliki fasilitas air, listrik, telepon,
Universitas Sumatera Utara