Perilaku Komunikasi Orang Tua dan Guru Dengan Anak Tunagrahita (Studi Kasus Tentang Perilaku Komunikasi Orang Tua dan Guru Dalam Memotivasi Anak Tunagrahita di SLB C Merpati)

(1)

(Studi Kasus Tentang Perilaku Komunikasi Orang Tua dan Guru

Dalam Memotivasi Anak Tunagrahita Di SLB Bagian C

Merpati Jakarta Pusat )

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S1) pada Program Studi Ilmu Komunikasi konsentrasi Humas

Oleh :

RIZKY APRIANSYAH RAMADHAN NIM. 41810004

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI KONSENTRASI HUMAS FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA B A N D U N G


(2)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A.DATA PRIBADI

Nama Lengkap : Rizky Apriansyah Ramadhan Nama Panggilan : Rizky

Tempat/Tgl. Lahir : Jakarta, 30 April 1989 Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Kewarganegaraan : Indonesia Pekerjaan : Mahasiswa Status Pernikahan : Belum Menikah No. Telepon : 08568890050 Nama Ayah : Ujang Suratman

Pekerjaan : Pegawai Negeri Sipil (PNS) Nama Ibu : Atikah

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Alamat : Jalan Pramuka Sari III rt. 004 rw 08 kelurahan Rawasari Kecamatan Cempaka Putih Jakarta Pusat


(3)

Email : rizky_apriansyahramadhan@yahoo.com

B.PENDIDIKAN FORMAL

No. Tahun Uraian Keterangan

1. 1993-1994 TK Fatahillah Berijazah

2. 1994-2000 SDN Rawasari 03 Berijazah

3. 2000-2003 SLTPN 77 Jakarta Berijazah

4. 2003-2006 SMAN 30 Jakarta Berijazah

5.

2010-sekarang

Mahasiswa Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM) Program Studi Ilmu Komunikasi Konsentrasi Humas

C. PENDIDIKAN NON FORMAL

No. Tahun Uraian Keterangan

1. 2002-2003

Bimbingan Belajar Bahasa Inggris di LIA

2. 2005-2006 Bimbingan Belajar di STIAMI

D.PENGALAMAN ORGANISASI

No. Tahun Uraian Keterangan

1. 2004-2005 OSIS SMAN 30


(4)

E.PENGALAMAN KERJA

No. Tahun Uraian Keterangan

1. 2008-2010

Bekerja di PT. Kawasaki Motor Indonesia Bagian Engine

2. 2013

Golden Flower Hotel Bandung Bagian Admin Sales Marketing

F. SEMINAR ATAU KEGIATAN YANG PERNAH DIIKUTI

No. Tahun Uraian Keterangan

1. 2014

Kuliah Umum. Elan Vital: “Wawasan Kebangsaan dan Enterpreneurship

Pemuda”

Bersertifikat

2. 2013

Mengikuti Seminar Spirit Of Communication Sciene Student

“Opportunities and Challenges in Broadcasting and Mass Media”

Bersertifikat

3. 2012 Mengikuti Kegiatan “Study Tour Mass

Media Tahun Akademik 2012” Bersertifikat

4. 2012 Menjadi Peserta Dalam Workshop

Sinematografi “CommuniAction” Bersertifikat

5. 2011 Mengikuti Seminar Dengan Tema

“Islam dan Moralitas Pembangunan” Bersertifikat

6. 2012

Mengikuti Seminar Dengan Tema “One Day Workshop Great Managing Event

(Event Management)”


(5)

7. 2012

Mengikuti Seminar Dengan Tema “One

Day Workshop Great managing Event

(Master Of Ceremony)”

Bersertifikat

8. 2011

Mengikuti Seminar Dengan Tema “One

Day Workshop MC & Radio

Announcer”

Bersertifikat

9. 2011

Mengikuti Table Manner Course

Golden Flower Hotel Bandung Bersertifikat

G.KEMAMPUAN

No. Uraian

1.

Kemampuan Oprasionalisasi Microsoft Office (Ms. Word, Ms. Excel, Ms. Power Point, Ms. Access, Ms. Publisher)

2. Menghibur

3. Berwirausaha

4. Menggunakan Internet


(6)

x

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN ... i

LEMBAR PERNYATAAN ... ii

LEMBAR PERSEMBAHAN ... iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 11

1.2.1 Rumusan Masalah Makro ... 11

1.2.2 Rumusan Masalah Mikro ... 11

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian ... 12

1.3.2 Tujuan Penelitian ... 13 1.4 Kegunaan Penelitian


(7)

xi

1.4.1 Kegunaan Teoritis... 13

1.4.2 Kegunaan Praktis ... 14

1.4.2.1 Kegunaan Bagi Peneliti ... 14

1.4.2.2 Kegunaan Bagi Universitas ... 14

1.4.2.3 Kegunaan Bagi Universitas ... 14

1.4.2.4 Kegunaan Bagi Masyarakat ... 15

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Kajian Penelitian Terdahulu ... 16

2.1.2 Tinjauan Komunikasi ... 20

2.1.2.1 Definisi Komunikasi ... 20

2.1.2.2 Komponen-komponen Komunikasi ... 22

2.1.2.3 Fungsi Komunikasi ... 23

2.1.2.4 Tujuan Komunikasi ... 24

2.1.3 Tinjauan Tentang Komunikasi Antarpribadi ... 24

2.1.3.1 Ciri-ciri Komunikasi Antar Pribadi ... 26

2.1.3.2 Tujuan Komunikasi Antar Pribadi ... 28

2.1.4 Tinjauan Tentang Perilaku Komunikasi ... 30

2.1.5 Tinjauan Tentang Komunikasi Verbal ... 31

2.1.6 Tinjauan Tentang Komunikasi Nonverbal ... 32

2.1.6.1 Definisi Komunikasi Nonverbal ... 32


(8)

xii

2.1.7 Tinjauan Tentang Orang Tua ... 35

2.1.7.1 Peran Orang Tua ... 36

2.1.8 Tinjauan Tentang Guru ... 37

2.1.8.1 Tugas dan Peran Guru ... 38

2.1.9 Tinjauan Tentang Motivasi ... 41

2.1.10 Tinjauan Tentang Anak Tunagrahita ... 43

2.1.10.1 Definisi Anak Tunagrahita ... 43

2.1.10.2 Klasifikasi Anak Tunagrahita ... 45

2.1.10.3 Penyebab Anak Tunagrahita ... 48

2.1.10.4 Dampak Anak Tunagrahita ... 50

2.2 Kerangka Pemikiran ... 51

2.2.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ... 51

2.2.2 Kerangka Alur Pikir ... 53

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian ... 57

3.1.1 Sejarah SLB C Merpati ... 57

3.1.2 Struktur Organisasi Yayasasan Widjoyo SLB C Merpati ... 60

3.1.3 Tujuan Pendidikan Tingkat Satuan Pendidikan ... 61

3.1.4 Profil Sekolah Luar Biasa Bagian C Merpati ... 61

3.1.4.1 Identitas SLB C Merpati ... 61

3.1.4.2 Sumber Daya SLB C Merpati ... 61


(9)

xiii 3.2 Metode Penelitian

3.2.1 Desain Penelitian ... 65

3.2.2 Teknik Pengumpulan Data ... 69

3.2.2.1 Studi Pustaka ... 69

3.2.2.2 Studi Lapangan ... 71

3.2.3 Teknik Uji Keabsahan Data ... 74

3.2.4 Teknik Analisa Data ... 76

3.2.5 Teknik Penentuan Informan ... 78

3.2.6 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.6.1 Lokasi Penelitian ... 81

3.2.6.2 Waktu Penelitian ... 82

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Identitas Informan ... 87

4.1.1 Identitas Informan Penelitian ... 87

4.1.2 Data Dan Identitas Informan Kunci ... 92

4.2 Hasil Penelitian ... 94

4.2.1 Komunikasi Verbal yang dilakukan Orang Tua dan Guru Dalam Memotivasi Anak Tunagrahita ... 95

4.2.2 Komunikasi Non Verbal yang dilakukan Orang Tua dan Guru Dalam Memotivasi Anak Tunagrahita ... 104

4.2.3 Hambatan Komunikasi Orang Tua dan Guru Dalam Memotivasi Anak Tunagrahita ... 110


(10)

xiv

4.3 Pembahasan ... 113

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 124

5.2 Saran ... 126

DAFTAR PUSTAKA ... 127

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 130


(11)

xv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu... 17

Tabel 3.1 Informan Penelitian ... 81

Tabel 3.2 Informan Kunci ... 81

Tabel 3.3 Waktu Penelitian ... 83


(12)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual... 56

Gambar 3.1 Struktur Organisasi Yayasan Widjoyo SLB C Merpati ... 60

Gambar 4.1 Ibu Evvy ... 88

Gambar 4.2 Ibu Siti Sukarsih ... 89

Gambar 4.3 Bapak Suwiji ... 90

Gambar 4.4 Ibu Sukarni ... 91

Gambar 4.5 Anan Abila ... 93


(13)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Surat Persetujuan Menjadi Pembimbing ... 131

Lampiran 2 Surat Permohonan Persetujuan Judul dan Pembimbing ... 132

Lampiran 3 Surat Izin Melakukan Penelitian (Research) ... 133

Lampiran 4 Berita Acara Bimbingan ... 134

Lampiran 5 Surat Rekomendasi Pembimbing Untuk Mengikuti Seminar Usulan Penelitian ... 135

Lampiran 6 Pengajuan Pendaftaran Seminar Usulan Penelitian Skripsi ... 136

Lampiran 7 Lembar Revisi Usulan Penelitian ... 137

Lampiran 8 Pedoman Observasi ... 138

Lampiran 9 Pedoman Wawancara ... 141

Lampiran 10 Identitas Informan Penelitian ... 145

Lampiran 11 Transkip Wawancara 1 ... 151

Lampiran 12 Transkip Wawancara 2 ... 154

Lampiran 13 Transkip Wawancara 3 ... 157

Lampiran 14 Transkip Wawancara 4 ... 163

Lampiran 15 Transkip Wawancara 5 ... 167

Lampiran 16 Transkip Wawancara 6 ... 181

Lampiran 17 Surat Rekomendasi Pembimbing Untuk Mengikuti Sidang Sarjana ... 184


(14)

xviii

Lampiran 19 Lembar Revisi Skripsi ... 186 Lampiran 20 Dokumentasi ... 187


(15)

DAFTAR PUSTAKA Sumber buku:

Budyatna M, Dr, Mutmainah, Nina Dra. 2004. Komunikasi Antar Pribadi. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka.

Cangara, Hafield. 2011. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Devito, Joseph A. 2011. Komunikasi Antar Manusia (Edisi 5). Kharisma Publishing.

_______________1984. The Interpersonal Communication Book.

Effendy, Onong Uchjana. 2002. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya

Gunarsa & Gunarsa. 1995. Psikologi Praktis : anak, remaja, dan keluarga. Jakarta: Gunung Mulia.

Gunawan, Imam, Metode Penelitian Kualitatif : Teori dan Praktik, Jakarta: Bumi Aksara, 2013.

Hasibuan, S.P,Malayu. 2010. Organisasi dan Motivasi. Jakarta: Bumi Aksara.

Hovland,C.I.,Janis,I.L.,dan Kelley.1953.Communication and persuation.New Haven:

Yale University Press

Liliweri, Alo. 1997. Komunikasi Antarpribadi. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.

Mulyana, Deddy. 2007. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

_______________2010. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Muhammad, Arni. 2004. Komunikasi Organisasi. Bumi Aksara, Jakarta

Ruslan, Rosady. 2008. Kampanye Public Relations. Edisi Revisi, Jakarta : Raja Grafindo Persada.


(16)

Rakhmat, Jalaluddin. 1994. Psikologi Komunikasi. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Sugiono 2012. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta

Slameto, 2002. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta : Reneka Cipta

Suranto, 2010. Komunikasi Sosial Budaya. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Somantri, Sutjihati. Psikologi Anak Luar Biasa, Bandung : PT. Reflika Aditama

Uno, B. Hamzah. 2012. Teori Motivasi dan Pengukurannya. Jakarta: Bumi Aksara

Sumber lain:

Arsip Sekolah Luar Biasa bagian C Merpati Jakarta Pusat

Annisa Saputri (41809136). 2013. Perilaku komunikasi mahasiswa tipe kepribadian sanguinis di kota Bandung. UNIKOM

Ria Dwi Mutiara (41809084). 2013. Perilaku Komunikasi Sales Promotion Girl Provider XL Axiata. UNIKOM

Rizaldy Indra Permana (210110060167). 2011. Perilaku Komunikasi Antarpribadi Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) Dengan Keluarga Inti. UNPAD

Internet searching:

http://eprints.uny.ac.id/9906/2/bab%202%20-%2008103247020.pdf (Senin, 24 Febuari 2014 pukul 22.15 wib)

http://pipsaputra.wordpress.com/2012/02/23/mengenal-anak-berkebutuhan-khusus/ (senin, 24 Febuari 2014 pukul 23.56 wib)


(17)

http://www.anakluarbiasa.com/ArtikelAnakLuarBiasa/4/tunagrahita.html

http://majalahdiffa.com/index.php/kasus/pindai/209-ayo-peduli-slb-sekolah-luar-biasa?showall=1&limitstart= (Rabu, 26 Febuari 2014 pukul 14.05 wib)

http://illaundaitti.blogspot.com/2013/10/pengertian-komunikasi-antar-pribadi.html (Jumat, 7 Maret 2014 pukul 19.26 wib)

http://dittanisa.blogspot.com/2012/07/ciri-dan-tujuan-komunikasi-antar-pribadi.html (Jumat, 7 Maret 2014 pukul 19.55 wib)

http://sumsel.kemenag.go.id/file/file/BANYUASIN/pfyl1341188835.pdf (Jumat, 7 Maret 2014 pukul 22.27 wib)

http://eprints.uny.ac.id/8404/3/BAB%202-07201241005.pdf (Sabtu, 8 Maret 2014 pukul 9.27 wib)

http://ptkcontoh.blogspot.com/2013/09/contoh-kajian-pustaka-pengertian-guru.html (Sabtu, 8 Maret 2014 pukul 9.32 wib)

http://www.psychologymania.com/2013/04/peran-dan-tugas-guru.html (Sabtu, 8 Maret 2014 pukul 10.26 wib)

http://www.scribd.com/doc/37574938/8/Pengertian-Anak-Tuna-Grahita (Minggu, 9 Maret 2014 pukul 15.02 wib)

http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/03/perilaku_komunimasi_sadar_pangan_dan_gizi.pdf (Minggu, 9 Maret 2014 pukul 16.47 wib)

http://slbputraidhata.wordpress.com/2013/09/24/perilaku-sosial-anak-tunagrahita-di-lingkungan-keluarga/ (Selasa, 22 April 2014 pukul 00.29)


(18)

vi

Dengan mengucapkan Alhamdulillah Puji syukur peneliti panjatkan atas kehadirat Allah SWT dengan segala rahmat dan karunia – Nya pada akhirnya Peneliti dapat membuat dan menyelesaikan usulan penelitian dengan lancar. Ada pun tujuan dari Penyusunan skripsi ini adalah sebagai bukti bahwa peneliti telah melaksanakan penelitian sebagai syarat menempuh ujian sarjana pada program studi ilmu komunikasi konsentrasi humas.

Dalam Penyusunan skripsi ini peneliti berharap semoga penelitian yang akan dilakukan bisa menjadi tambahan pengetahuan bagi banyak peneliti khususnya dan terutama bagi para pembaca. Dalam kesempatan ini peneliti ingin menyampaikan rasa terimakasih yang tak terhingga kepada Mama dan Papa serta keluarga besar peneliti. Peneliti juga memberikan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang sudah membantu peneliti dalam penyusunan skripsi ini. Dengan segala kerendahan hati, saya sebagai peneliti ingin mengucapkan terimakasih kepada:

1. Yth. Bapak Prof. Dr. Samugyo Ibnu Redjo, Drs., M.A, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM) yang telah mengizinkan peneliti untuk melakukan penelitian ini dan memberikan pengesahan penelitian ini sehingga dapat digunakan sebagai literatur bagi yang membutuhkan.


(19)

vii

motivasi dan mencurahkan waktu-waktu luangnya untuk membimbing peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini dan telah banyak membantu peneliti saat melakukan kegiatan perkuliahan maupun saat mengurus berbagai perizinan. Selain itu terimakasih juga atas segala nasehat dan dorongan yang membuat peneliti tidak henti-hentinya berjuang dan terus semangat untuk kelancaran peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini dengan maksimal.

3. Yth. Melly Maulin P, S.Sos., M.Si, selaku Sekretaris Program Studi Ilmu

Komunikasi, yang telah memberikan ilmunya, nasehat, motivasi, arahan, semangat hingga proses penelitian selesai.

4. Yth. Inggar Prayoga, S.I.Kom selaku dosen wali yang telah membantu peneliti dalam setiap menemukan jalan keluar dalam masalah perkuliahan, memberikan masukan-masukan yang sangat membantu.

5. Yth. Ibu dan Bapak Dosen Program Studi Ilmu Komunikasi: Desayu Eka

Surya S.Sos., M.Si., Rismawaty, S.Sos., M.Si., Sangra Juliano P.,

M.I.Kom., Inggar Prayoga, S.I.Kom., Adiyana Slamet, S.I.P., M.Si., Ari Prasetyo, S.Sos., M.Si., Tine Agustin Wulandari, S.I.Kom., Yadi Supriadi, S.Sos., M. Phil, Olih Solihin, S. Sos., M.Si, Ali Syamsudin.,

DR. Drs serta seluruh dosen-dosen yang telah memberikan ilmunya


(20)

viii

Komunikasi FISIP UNIKOM, yang telah membantu kelancaran proses administrasi skripsi penulis dari pra hingga pasca skripsi.

7. Kepala sekolah, guru, dan orang tua dari anak Sekolah Luar Biasa

(SLB) bagian C Merpati Jakarta Pusat yang memberikan izin kepada

peneliti serta infromasi-informasi berharga berkaitan dengan penulisan skripsi ini.

8. Keluarga Tercinta yang sudah memberikan dorongan baik itu materil

maupun immateril. Terima Kasih tak terhingga teruntuk Mama dan Papa, selaku orang tua peneliti yang sudah banyak memberikan dukungannya, doanya sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini. Juga adik-adik peneliti yang telah membantu, memberikan semangat dan kebersamaan yang indah didalam keluarga peneliti.

9. Teman-teman Seperjuangan IK-1 2010 dan IK Humas 1 2010 terutama

Gilang Rahadi, Erwin Wijaya, Reza Budi M, Fitriana, Tia Afrianty, dan Annisa Avy terima kasih telah bersedia menjadi teman peneliti dan telah menghabiskan pahit dan manis perkuliahan bersama selama 4 tahun belakangan ini. Terima kasih telah memberikan masukan, nasihat, dorongan serta candaan Semoga kita bisa menjadi orang sukses semua. Amin.


(21)

ix

Terima kasih atas kebersamaanya yang pasti akan sulit terulang kembali. Peneliti pasti akan sangat merindukan kebersamaan itu suatu saat nanti. Dan ketika kita bertemu kembali semoga kita semua sudah menjadi orang yang sukses yang dapat membahagiakan dan membanggakan kedua orang

tua kita. Amin ya robbal ‘alamin.

11.Fajar Pratiwi kekasihku yang telah setia menemani dan membantu

peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih pula untuk setiap kritik, saran, diskusi, canda tawa, masukan, motivasi, dorongan yang sangat bernilai untuk menjadikan peneliti manusia yang lebih baik.

Akhir kata, peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini. Jerih payah yang tak ternilai ini akan peneliti jadikan sebagai motivasi di masa yang akan datang. Semoga Allah SWT membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu peneliti dalam pembuatan skripsi ini. Peneliti berharap semoga usulan penelitian ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca sekalian umumnya.

Bandung, Juli 2014

Rizky Apriansyah Ramadhan NIM. 41810004


(22)

1 1.1 Latar Belakang

Dalam kehidupan ini kita tidak bisa memilih ingin dilahirkan seperti apa dan bagaimana. Semua itu adalah takdir dari Tuhan. Semua orang ingin terlahir normal, begitu juga dengan orang tua. Setiap orang tua juga menginginkan mereka melahirkan anak-anak yang normal dan tanpa kekurangan. Tetapi terkadang kehendak Tuhan berbeda, ada beberapa orang tua yang yang melahirkan anak dengan berkebutuhan khusus dan luar biasa yaitu anak tunagrahita.

Anak tunagrahita termasuk kedalam golongan anak luar biasa. Adapun yang termasuk kedalam anak-anak luar biasa yaitu Tunanetra (Penyandang Hambatan Penglihatan), Tunarungu (Penyandang Hambatan Pendengaran), Tunagrahita (Penyandang Gangguan Perkembangan Intelegensi), Tunadaksa (Penyandang Hambatan Fisik dan Gerak), Tunalaras (berperilaku aneh), Anak Berbakat dan Anak Berkesulitan Belajar.

“Anak tunagrahita adalah anak yang mengalami taraf kecerdasan yang rendah sehingga untuk meniti tugas perkembangan ia sangat membutuhkan layanan pendidikan dan bimbingan secara khusus

(Effendy 2005:110)”.

Anak tunagrahita memiliki kelainan yang meliputi fungsi intelektual umum dibawah rata-rata (sub-average), yaitu Intelligence Quotient (IQ) 84 ke


(23)

bawah. Anak tunagrahita tidak seperti anak normal umumnya. Mereka sangat memerlukan bantuan dari orang sekitarnya. Baik dalam mengurus dirinya sendiri maupun dalam kehidupan sosial. Tetapi semua itu bergantung dari seberapa parahnya tingkat itelegensi yang di derita anak tunagrahita.

Berdasarkan American Association on Mental Deficiency (AAMD) Adapun klasifikasi anak tunagrahita berdasarkan rentang IQ yaitu sebagai berikut :

1. Tunagrahita Ringan

Anak pada kelompok ini adalah anak yang memiliki rentang IQ yaitu 68-52 pada Skala Binet dan pada skala Wechsler yaitu 69-59. Anak dengan tunagrahita ringan ini mengalami keterbelakangan dalam hal belajar. Anak dengan tunagrahita ringan seperti anak normal pada umumnya, memiliki kemampuan berbicara, bisa diwawancarai dan sebagainya. Secara fisik, mereka juga memiliki fisik sama dengan anak normal pada umumnya.

2. Tunagrahita Sedang

Anak pada kelompok ini memiliki rentang IQ yaitu 51-36 pada skala Binet dan 54-40 pada skala Weschler. Anak dengan tunagrahita sedang hanya bisa menghitung sampai dengan angka 10, dan juga lambat dalam mengembangkan pemahaman dan penggunaan bahasa. Jika dilakukan pelatihan, pengawasan dan juga pendidikan secara terus-menerus maka anak tunagrahita ini bisa melakukan pekerjaan sederhana oleh sendiri.


(24)

3. Tunagrahita Berat

Anak pada kelompok ini memiliki rentang IQ yaitu 32-20 pada skala Binet. Sedangkan untuk skala Weschler rentang IQ nya yaitu 39-25. Anak dengan tunagrahita berat memiliki prestasi yang sangat rendah. Mengalami kesulitan dalam motorik halus dan motorik kasar. Anak tunagrahita berat juga sering disebut idiot.

4. Tunagrahita Sangat Berat

Anak pada kelompok ini memiliki IQ dibawah 19 pada skala Binet dan berada dibawah 25 pada skala Weschler. Anak dengan penyandang tunagrahita sangat berat perlu perawatan dan pengobatan dari dokter. Anak dengan penyandang tunagrahita sangat berat memiliki karakter fisik yaitu tipe muka mongoloid, mata sipit, hidung pesek dan sebagainya.

Anak adalah karunia terbesar yang diberikan Tuhan Sang Maha Pencipta kepada kita umat manusia. Tuhan mempunyai rahasia tersendiri sehingga ada

anak yang di lahirkan normal dan ada pula yang di lahirkan “istimewa” salah

satunya adalah anak tunagrahita. Menghadapi kenyataan memiliki anak sebagai penyandang gangguan Intelegensi atau anak tunagrahita tidaklah mudah bagi orang tua, terutama jika dihadapi oleh orang tua yang kurang pemahamannya terhadap semua permasalahan ketunaan tersebut, baik itu tentang apa dan bagaimana ketunagrahitaan itu, serta penanganan yang harus dilakukan guna mencapai keberhasilan pada tugas perkembangan anak.


(25)

Anak tunagrahita tidak seperti anak normal, mereka sulit berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain. Hanya orang-orang terdekatnya yang lebih mengerti dan memahami apa yang dikomunikasikan oleh anak tunagrahita. Sulitnya anak tunagrahita dalam berkomunikasi dan berinteraksi tidak terlepas dari faktor gangguan bicara dan bahasa pada anak tunagrahita. Dan untuk membantu perkembangan komunikasi dan interaksinya salah satu caranya adalah dengan memberikan mereka pendidikan yang dikhususkan bagi anak berkebutuhan khusus (ABK) yaitu Sekolah Luar Biasa (SLB).

Sekolah Luar Biasa (SLB) merupakan sekolah yang di rancang khusus untuk anak-anak berkebutuhan khusus dari satu jenis kelainan. Dengan beragamnya kebutuhan bagi penyandang anak berkebutuhan khusus (ABK), maka SLB di Indonesia terdiri dari berbagai jenis yaitu:

 SLB bagian A untuk tunanetra dimana mereka membutuhkan modifikasi tertentu untuk membaca yaitu huruf Braille.

 SLB bagian B untuk tunarungu yang menggunakan bahasa isyarat untuk berkomunikasi.

 SLB bagian C untuk tunagrahita yaitu individu yang memiliki intelegensi yang signifikan dibawah rata-rata disertai dengan ketidakmampuan adaptasi perilaku yang muncul dalam masa perkembangan. Pembelajaran untuk tunagrahita ditujukan pada kemampuan bina diri dan sosialisasi.

 SLB bagian D untuk tunadaksa yaitu orang dengan kelainan neuromuskular oleh karena kongnital (bawaan), penyakit ( cerebral palsy, polio, dll), kecelakaan, amputasi.

 SLB bagian E untuk tunalaras yaitu orang dengan gangguan kontrol emosi sedangkan SLB bagian F untuk cacat ganda1.

1. http://pipsaputra.wordpress.com/2012/02/23/mengenal-anak-berkebutuhan-khusus/ (senin, 24 Febuari 2014 pukul 23.56)


(26)

Berdasarkan jenis SLB di atas anak tunagrahita masuk ke dalam jenis SLB bagian C. Di dalam SLB C ini anak tunagrahita akan mendapatkan pendidikan yang sudah disesuaikan dan mendapatkan bina diri. Guru-guru yang mengajar sama seperti guru-guru sekolah formal lainnya hanya saja guru-guru yang mengajar di SLB bagian C ini meggunakan metode pengajaran dan komunikasi yang berbeda untuk menyampaikan pesannya kepada para anak didik tunagrahita nya.

Peneliti memilih SLB C Merpati sebagai tempat peneliti melakukan penelitian dikarenakan latar belakang berdirinya SLB C ini yang berangkat dari kepedulian Sembilan saudara kandung untuk mendirikan lembaga pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus yang ada disekitarnya dan bertujuan untuk mencerdaskan dan mensejahterahkan bangsa Indonesia dalam bidang pendidikan.

SLB C Merpati terletak di Jalan Johar Baru III/2 Kec. Johar Baru Jakarta Pusat 10560 Telp. 021-4207806. SLB ini merupakan salah satu SLB yang dikelola swasta (yayasan) dan masih bertahan diantara ratusan SLB yang ada di Indonesia. SLB ini didirikan oleh yayasan Widjojo.

Dalam kehidupan sosial manusia tidak terlepas dari komunikasi dan interaksi dengan lingkungan. Begitu juga interaksi orang tua dan guru dalam berkomunikasi dengan anak tunagrahita yang ditentukan juga oleh faktor perilaku komunikasinya. Dalam berkomunikasi dengan anak tunagrahita orang tua dan guru memiliki cara yang berbeda. Mereka menggunakan


(27)

simbol-simbol yang tidak digunakan oleh orang tua dan guru yang memiliki dan mengajar anak normal.

Menurut teoritisi interaksi simbolik kehidupan sosial pada dasarnya adalah interaksi manusia dengan menggunakan simbol-simbol. Mereka tertarik pada cara manusia menggunakan simbol-simbol yang mempresentasikan apa yang mereka maksudkan untuk berkomunikasi dengan sesamanya dan juga pengaruh yang ditimbulkan penafsiran atas simbol-simbol ini terhadap perilaku pihak-pihak yang terlibat dalam interaksi sosial. Perilaku manusia pada dasarnya adalah produk dari interpretasi mereka atas dunia sekeliling mereka, jadi tidak mengetahui bahwa perilaku itu dipelajari atau ditentukan. (Deddy Mulyana, 2010: 71). Dapat disimpulkan bahwa simbol-simbol merupakan bagian dari perilaku komunikasi yang dilakukan manusia dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Dalam hal ini perilaku komunikasi orang tua dan guru terhadap anak tunagrahita di SLB C Merpati Jakarta Pusat.

Peneliti memilih perilaku komunikasi orang tua dan guru sebagai penelitian karena orang tua dan guru adalah orang-orang yang waktu bertemunya lebih lama dengan anak tunagrahita. Sehingga merekalah orang-orang yang paling sering berkomunikasi dan memahami perilaku komunikasi anak tungrahita. Pengetahuan mereka akan perilaku anak tunagrahita dalam kehidupan sehari-hari akan memudahkan mereka mengetahui bagaimana cara yang tepat dalam memberikan motivasi kepada anak tunagrahita.


(28)

Menurut Carl L Hovland dalam buku ilmu komunikasi (Deddy Mulyana, 2005: 62) pengertian komunikasi sebagai berikut:

“Komunikasi adalah proses yang memungkinkan seseorang (komunikator) menyampaikan rangsangan untuk mengubah perilaku orang lain.”

Pengertian komunikasi dalam hal ini meliputi pertukaran informasi yang melibatkan dua individu atau lebih, dengan menggunakan cara-cara berkomunikasi yang dilakukan baik secara verbal (lisan dan tulisan) maupun non verbal (sinyal-sinyal atau bahasa isyarat).

Peneliti ingin meneliti bagaimana perilaku komunikasi orang tua dan guru dalam memotivasi anak tunagrahita yang didalamnya termasuk bahasa verbal dan non verbal dari orang tua dan guru. Perilaku komunikasi orang tua dan guru dapat dilihat ketika mereka berkomunikasi dan berinteraksi dengan anak tunagrahita dalam memberikan motivasi.

Komunikasi verbal adalah komunikasi yang menggunakan bahasa (baik lisan maupun tulisan) sebagai media dalam berkomunikasi. Bahasa dapat dibayangkan sebagai kode, atau sistem simbol, yang kita gunakan untuk membentuk pesan-pesan verbal kita. Joseph A. Devito (1997: 119) mendefinisikan bahasa sebagai sisem produktif yang dapat dialihkan dan terdiri atas simbol-simbol yang cepat lenyap (rapidly fading), bermakna bebas (arbitrary), serta dipancarkan secara kultural.


(29)

Dalam berkomunikasi tidak hanya menggunakan komunikasi verbalnya saja, tetapi dengan komunikasi non verbal pun ikut serta dalam keseharian kita dalam berkomunikasi. Dengan komunikasi non verbal pun kita dapat mengetahui perilaku atau tindakan seseorang melalui apa yang digambarakan oleh perilakunya. Selain itu melalui komunikasi non verbal kita juga dapat melihat langsung gerakan atau isyarat tanda yang dilakukan oleh orang yang bertindak sebagai komunikator kepada orang lain sebagai komunikan, dengan maksud-maksud tertentu tanpa menggunakan komunikasi secara verbal. Setiap manusia pasti pernah melakukan komunikasi non verbal baik itu disadari ataupun tidak sebagai pengganti atau pelengkap, penggambaran komunikasi verbalnya.

Secara sederhana, pesan nonverbal adalah semua isyarat yang bukan kata-kata. Menurut Larry A. Samovar dan Richard E. Porter:

“Komunikasi nonverbal mencakup semua rangsangan (kecuali rangsangan verbal) dalam suatu setting komunikasi, yang dihasilkan oleh individu dan penggunaan lingkungan oleh individu, yang mempunyai nilai pesan potensial bagi pengirim atau

penerima”.(Mulyana 2007:343).”

Dalam kehidupan sehari-hari jelas kita tidak dapat terlepas dari penggunaan komunikasi verbal dan non verbal, begitu juga dengan orang tua dan guru, mereka menggunakan bahasa verbal maupun non verbal dalam perilaku komunikasinya untuk memotivasi anak tunagrahita di SLB bagian C Merpati.


(30)

Peran keluarga sangat penting dalam membantu komunikasi dan interaksi anak tunagrahita. Terutama peran dari orang tua. Karena orang tua memiliki tanggung jawab untuk mendidik dan merawat terhadap anak-anaknya termasuk anak yang mengalami tunagrahita, seperti pendapat yang dikemukakan oleh Thamrin Nasution bahwa:

“Orang tua adalah setiap orang yang bertanggung jawab dalam suatu

keluarga atau tugas rumah tangga yang dalam kehidupan sehari hari disebut sebagai bapak dan ibu (Nasution: 1986: 1).”

Untuk itu orang tua memiliki tanggung jawab untuk mendidik dan mengarahkan anak-anaknya agar menjadi anak yang baik. Begitu juga dengan anak tunagrahita, mereka juga pantas menerima hal itu seperti anak normal pada umumnya.

Peran guru di sini menjadi sangat penting seperti halnya peran orang tua, karena guru juga bertanggung jawab atas apa yang sudah di sampaikan kepada anak tunagrahita. Guru harus memahami karakter masing-masing dari anak tunagrahita sehingga guru tahu bagaimana cara penyampaian komunikasi yang tepat kepada masing-masing anak tunagrahita.

Guru atau pendidik menurut Ahmadi (1977: 109) adalah:

“Sebagai peran pembimbing dalam melaksanakan proses belajar mengajar. Menyediakan kondisi-kondisi yang memungkinkan siswa merasa aman dan berkeyakinan bahwa kecakapan dan prestasi yang dicapai mendapat penghargaan dan perhatian sehingga dapat meningkatkan motivasi


(31)

Berdasarkan pengertian diatas guru selain sebagai pembimbing mereka juga sebagai motivator untuk meningkatkan prestasi bagi para anak didiknya. Sama halnya juga dengan guru-guru SLB bagian C untuk anak tunagrahita, selain sebagai pendidik, guru juga bertugas memberikan motivasi kepada anak tunagrahita agar terus menjadi lebih baik dan berprestasi.

“Motivasi adalah suatu proses untuk menggiatkan motif-motif menjadi perbuatan / tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan / keadaan dan kesiapan dalam diri individu yang mendorong tingkah lakunya untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan. (Drs. Moh. Uzer Usman : 2000).”

Motivasi sangatlah diperlukan oleh anak tunagrahita untuk membuatnya terus bersemangat dalam melakukan segala aktivitas dan kehidupan sosialnya. Motivasi yang terus menerus diberikan akan meningkatkan psikologis anak tunagrahita. Tetapi memang tidak mudah untuk memberikan motivasi kepada anak tunagrahita ini, diperlukan usaha yang lebih, karena menghadapi anak tunagrahita bukanlah seperti menghadapi anak normal pada umumnya. Orang tua dan guru harus memiliki strategi khusus agar motivasi yang diberikan bisa tersampaikan.

Dalam melakukan penelitian ini peneliti mengunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus dimana perbedaan studi kasus dengan metode pendekatan kualitatif lainnya adalah terletak pada kedalaman analisisnya pada kasus yang lebih spesifik (baik kejadian maupun fenomena tertentu). Dalam hal ini peneliti ingin meneliti lebih mendalam mengenai kasus perilaku komunikasi orang tua dan guru dalam memotivasi anak tunagrahita.


(32)

“Studi kasus adalah suatu pendekatan untuk mempelajari, menerangkan, atau menginterpretasikan suatu kasus dalam konteksnya secara natural

tanpa adanya intervensi pihak luar” (Gunawan, 2013:116).

Digunakan studi kasus, karena kasus ini sesuai dan tepat dengan salah satu karakteristik penelitian studi kasus yaitu melakukan pengamatan dan berinteraksi dengan subjek penelitian untuk berusaha memahami bahasa dan tafsiran mereka atas dunianya.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka peneliti merumuskan masalah dan membaginya menjadi rumusan masalah makro dan mikro.

1.2.1 Rumusan Masalah Makro

Peneliti merumuskan masalah makro dari penelitian ini yaitu: Bagaimana Perilaku Komunikasi Orang Tua dan Guru Dalam Memotivasi Anak Tunagrahita di SLB Bagian C Merpati Jakarta Pusat?

1.2.2 Rumusan Masalah Mikro

Peneliti merumuskan masalah mikro dari penelitian ini yaitu:

1. Bagaimana Komunikasi Verbal Orang Tua dan Guru Dalam Memotivasi Anak Tunagrahita di SLB Bagian C Merpati Jakarta Pusat?


(33)

2. Bagaimana Komunikasi Non Verbal Orang Tua dan Guru Dalam Memotivasi Anak Tunagrahita di SLB Bagian C Merpati Jakarta Pusat?

3. Bagaimana Hambatan Komunikasi Orang Tua dan Guru Dalam Memotivasi Anak Tunagrahita di SLB Bagian C Merpati Jakarta Pusat?

1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian

Adapun maksud dan tujuan penelitian yang telah dirumuskan oleh peneliti mengenai Perilaku Komunikasi Orang Tua dan Guru Dalam Memotivasi Anak Tunagrahita di SLB Bagian C Merpati Jakarta Pusat adalah sebagai berikut :

1.3.1. Maksud Penelitian

Maksud dari penelitian yang dilakukan adalah untuk menjelaskan, menjawab, dan menguraikan tentang perilaku komunikasi Orang Tua dan Guru Dalam Memotivasi Anak Tunagrahita di SLB Bagian C Merpati Jakarta Pusat secara umum dan secara khusus tentang komunikasi verbal, komunikasi nonverbal dan hambatan komunikasi, Orang Tua dan Guru Dalam Memotivasi Anak Tunagrahita di SLB Bagian C Merpati Jakarta Pusat.


(34)

1.3.2. Tujuan Penelitian

Dan tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk Mengetahui Komunikasi Verbal Orang Tua dan Guru Dalam Memotivasi Anak Tunagrahita di SLB Bagian C Merpati Jakarta Pusat.

2. Untuk Mengetahui Komunikasi Non Verbal Orang Tua dan Guru Dalam Memotivasi Anak Tunagrahita di SLB Bagian C Merpati Jakarta Pusat.

3. Untuk Mengetahui Hambatan Komunikasi Orang Tua dan Guru Dalam Memotivasi Anak Tunagrahita di SLB Bagian C Merpati Jakarta Pusat.

1.4. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian yang telah dirumuskan oleh peneliti mengenai Perilaku Komunikasi Orang Tua dan Guru Dalam Memotivasi Anak Tunagrahita di SLB Bagian C Merpati Jakarta Pusat adalah sebagai berikut:

1.4.1. Kegunaan Teoritis

Kegunaan teoritis penelitian adalah untuk pengembangan Ilmu Komunikasi secara umum dan kegunaan teoritis secara khusus yaitu tentang komunikasi antarpribadi.


(35)

1.4.2. Kegunaan Praktis

Penelitian ini dilakukan dengan harapan memiliki kegunaan untuk semua pihak. Kegunaan praktis yang telah peneliti rumuskan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1.4.2.1 Untuk Peneliti

Sebagai pengalaman, pengetahuan dan suatu pembelajaran mengenai Perilaku Komunikasi Orang Tua dan Guru Dalam Memotivasi Anak Tunagrahita di SLB Bagian C Merpati Jakarta Pusat. Sehingga dapat lebih mengetahui tentang perilaku komunikasi.

1.4.2.2 Untuk Universitas

Penelitian ini diharapkan berguna bagi program studi Ilmu Komunikasi maupun Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM) secara keseluruhan, serta diharapkan dapat menjadi bahan pengembangan dan penerapan Ilmu Komunikasi juga sebagai bahan perbandingan pengembangan bagi penelitian sejenis lainnya untuk masa yang akan datang. Terutama tentang perilaku komunikasi.

1.4.2.3 Untuk SLB C Merpati

Penelitian ini sebagai data tambahan sekolah terkait dengan komunikasi antar pribadi antara guru dan orang tua dengan anak tunagrahita.


(36)

1.4.2.4 Untuk Masyarakat

Untuk masyarakat sebagai informasi, evaluasi, dan rekomendasi terkait tentang Perilaku Komunikasi Orang Tua dan Guru Dalam Memotivasi Anak Tunagrahita di SLB Bagian C Merpati Jakarta Pusat agar masyarakat lebih mengetahui tentang anak tunagrahita dan komunikasi antar pribadi orang tua dan guru dengan anak tunagrahita.


(37)

16 2.1 Tinjauan Pustaka

Dalam bab ini akan menjelaskan tentang teori atau bentuk komunikasi terkait dalam penelitian ini serta akan menggunakan study literature yang relevan yang digunakan sebagai pedoman dalam menyusun penelitian ini.

2.1.1 Tinjauan Penelitian terdahulu

Peneliti mengawali tinjauan pustaka dengan menelaah penelitian terdahulu yang berkaitan dan relevan dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti. Tujuannya adalah agar peneliti mendapatkan rujukan pendukung, pelengkap, pembanding dan memberi gambaran awal mengenai kajian terkait permasalahan dalam penelitian ini.

Berikut ini peneliti temukan beberapa hasil penelitian terdahulu mengenai perilaku komunikasi:


(38)

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No Judul

Penelitian Nama Peneliti Asal Perguruan Tinggi Metode Yang Digunakan Hasil Penelitian Perbedaan Dengan Penelitian ini 1. Perilaku

Komunikasi Antar pribadi Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) Dengan Keluarga Inti (Studi Fenomenolo gi Mengenai Perilaku Komunikasi Antar pribadi Orang Dengan Human Imunno Deficiency Virus (HIV)/Acqu ired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS) Dengan Keluarga Inti Rizaldy Indra Permana NIM: 2101100601 67 Universitas Padjajaran (2011) Penelitian ini menggunak an pendekatan kualitatif, dan desain penelitian yang digunakan adalah studi Fenomenolo gi Hasil penelitian ditemukan bahwa perilaku komunikasi antarpribadi dimulai dari proses penyesuaian

diri ODHA dalam keluarga inti yang tidak

berlangsung secara mudah. Hal ini karena

kurangnya informasi mengenai HIV/AIDS

yang akhirnya menimbulkan stigma

dan diskriminasi. Sebuah keluarga juga dimaknai beragam oleh

ODHA. Kebiasaan yang berlaku dalam keluarga pun berubah

mengikuti identitas sesuai dengan konsep

diri ODHA. Proses perubahan kebiasaan tersebut berubah secara

perlahan-lahan. Penelitian milik Rizaldy Indra Permana menggunakan metode penelitian Fenomenologi sedangkan penelitian ini menggunakan metode penelitian Studi kasus. Selain

itu indikator yang di Gunakan Rizaldy Indra Permana yaitu perilaku komunikasi ODHA dengan keluarga inti dan perilaku komunikasi ODHA dalam menyesuaikan diri dengan keluarga inti, Sedangkan penelitian ini menggunakan tiga indikator yaitu komunikasi verbal, komunikasi nonverbal dan hambatan.

2. Komunikasi Antar Pribadi Tunagrahita (Studi Devita Futriana NIM. 41808014 Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM) (2012) Penelitian ini menggunak an pendekatan

Hasil dari penelitian ini adalah proses komunikasi akan berjalan dengan baik

jika dipersiapkan Pada penelitian milik Devita Futriana metode atau desain penelitian


(39)

Etnografi Kegiatan Belajar Mengajar Komunikasi Tunagrahita di (SLB)-C Lanud Sulaiman) kualitatif, dan desain penelitian yang digunakan adalah Etnografi Komunikasi

terlebih dahulu dan dikonsepkan secara matang, guru berkomunikasi dan memberikan dan mengarahkan komunikasi secara positif. Sehingga komunikasi yang dilakukan oleh anak tunagrahita berjalan dengan yang diharapkan. menggunakan etnografi komunikasi sedangkan penelitian ini menggunakan metode atau desain

studi kasus. Selain itu penelitian milik

Devita Futriana menjelaskan komunikasi antara

guru dan siswa SLB sedangkan

penelitian ini menerangkan tentang komunikasi

antara orang tua dan guru dengan anak tunagrahita. Dan indikatornya pun berbeda. Jika penelitian milik Devita Futriana menggunakan indikator peristiwa komunikasi, komponen komunikasi dan hubungan komponen komunikasi. 3. Perilaku

komunikasi mahasiswa tipe kepribadian sanguinis di kota Bandung (Studi Deskriptif tentang Perilaku Komunikasi mahasiswa Annisa Saputri NIM: 41809136 Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM) (2013) Penelitian ini menggunak an pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, komunikasi ver

bal yang dilakukan mahasiswa sanguinis lebih banyak berbicara

dan menggunakan berbagai bahasa untuk

berinteraksi dengan orang

lain. Komunikasi non verbal yang dilakukan

oleh mahasiswa sanguinis dalam Penelitian milik Annisa Saputri menggunakan metode deskriptif sedangkan penelitian ini menggunakan metode penelitian Studi kasus. Selain

itu indikator yang di Gunakan Annisa

Saputri hanya dua yaitu komunikasi


(40)

tipe kepribadian sanguinis dalam interaksi non formal sehari-hari) interaksinya dengan memberikan bentuk perhatian kepada orang

yang sedang berkomunikasi dengan mereka, seperti kontak mata, ekspresi wajah, sentuhan, pelukan dan

dalam penggunaan ruang (jarak) tidak ada

yang memisahkan antara komunikan dan

komunikator. Perilaku komunikasi pa da mahasiswa sanguinis

hampir setiap harinya mereka menampilkan

keceriaannya di hadapan orang lain. Kesimpulan penelitian adalah perilaku komuni kasi pada mahasiswa

sanguinis bahwa mereka selalu tampil ceria dihadapan orang lain. Dalam berinteraksi

nonformal sehari menggunakan bahasa verbal yang eksentrik sehingga dapat menarik

perhatian orang lain. Bahasa nonverbal yang

ditunjukkan Saran penelitian, sebaiknya mahasiswa sanguinis lebih bersimpati dan

empati kepada lingkungan sekitar agar

terhindar dari kesalah pahaman terhadap orang lain. kmomunikasi nonverbal. Sedangkan penelitian ini menggunakan tiga indikator yaitu komunikasi verbal, komunikasi nonverbal dan hambatan.


(41)

2.1.2 Tinjauan Tentang Komunikasi 2.1.2.1 Definisi Komunikasi

Hingga saat ini, definisi komunikasi sudah banyak dikemukakan oleh beberapa ahli. Dan dari semua penjelasan yang dikemukakan oleh ahli-ahli tersebut tidak ada yang sangat benar atau sangat salah. Istilah komunikasi atau dalam bahasa inggris communication berasal dari bahasa latin atau

communicatio dan bersumber dari kata communis yang berarti sama. Sama disini maksudnya adalah satu makna. Jadi, jika dua orang terlibat dalam komunikasi maka komunikasi akan terjadi atau berlangsung selama ada kesamaan makna mengenai apa yang di komunikasikan, yakni baik si penerima maupun si pengirim sepaham dari suatu pesan tertentu (Effendy, 2002: 9).

Menurut Bernard Berelson dan Gary A. Steiner (Rosady Ruslan, 2008:17) definisi komunikasi adalah:

“Komunikasi adalah penyampaian informasi, gagasan, dan sebagainya dengan menggunakan lambang-lambang atau kata-kata, gambar, bilangan, grafik, dan lain-lain. Kegiatan atau proses penyampaiannya biasanya dinamakan komunikasi.”

Pengertian komunikasi bila ditinjau dari tujuan manusia berkomunikasi adalah untuk menyampaikan maksud hingga dapat mengubah perilaku orang yang dituju, menurut Carl I. Hovland dalam buku Deddy Mulyana sebagai berikut:


(42)

“Komunikasi adalah proses yang memungkinkan seseorang

(komunikator) menyampaikan rangsangan (biasanya lambang-lambang verbal) untuk mengubah perilaku orang lain (khalayak) (Mulyana, 2005:62).”

Menurut Carl I. Hovland, ilmu komunikasi adalah upaya yang sistematis untuk merumuskan secara tegas asas-asas penyampaian informasi serta pembentukan pendapat dan sikap.

Definisi Hovland di atas menunjukkan bahwa yang dijadikan objek studi ilmu komunikasi bukan saja penyampaian informasi, melainkan juga pembentukan pendapat umum (public opinion) dan sikap publik (public attitude) yang dalam kehidupan sosial dan kehidupan politik memainkan peranan yang amat penting. Bahkan dalam definisinya secara khusus mengenai pengertian komunikasinya sendiri, Hovland mengatakan bahwa komunikasi adalah proses mengubah perilaku orang lain. (Effendy, 2002 :10).

Definisi-definisi sebagaimana dikemukakan diatas, tentu belum mewakili semua definisi yang telah dibuat oleh para ahli. Namun paling tidak kita telah memperoleh gambaran tentang apa yang dimaksud komunikasi, walaupun masing-masing definisi memiliki pengertian yang luas dan beragam satu sama lainnya. Dari definisi diatas juga ditekankan bahwa kegiatan komunikasi yang dilakukan tersebut mempunyai tujuan yakni


(43)

mengubah atau membentuk perilaku orang-orang lainnya yang menjadi sasaran komunikasi.

Seseorang akan benar-benar dapat mengubah sikap, pendapat, atau perilaku orang lain apabila komunikasinya itu memang komunikatif seperti diuraikan di atas. Dalam prosesnya, komunikasi tak luput dari komponen-komponen didalamya yang melakukan serta hal-hal yang mendukung proses tersebut.

2.1.2.2Komponen-komponen Komunikasi

Para peminat komunikasi sering mengutip paradigma yang dikemukakan oleh Harold Laswell dalam karyanya The Structure and Function of Communication in Society, yang menjelaskan teori komunikasi dengan menjawab pertanyaan:

who says what in which channel to whom with what effect?”.

Paradigma ini menunjukkan unsur komunikasi (Effendi, 2000: 10), dengan kata lain dalam setiap peristiwa komunikasi terdapat komponen-komponen sebagai berikut:

a. Komunikator (communicator, source, sender) b. Pesan (message)

c. Media (channel, media)

d. Komunikan (communicant, communicatee, receiver, recipient)


(44)

e. Efek (effect, impact, influence) 2.1.2.3 Fungsi Komunikasi

Fungsi komunikasi menurut Deddy Mulyana dalam buku

yang berjudul “Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar” yaitu : 1. Komunikasi Sosial

2. Komunikasi Ekspresif 3. Komunikasi Ritual

4. Komunikasi Instrumental, (Mulyana, 2005 : 5).

Berbeda menurut Onong Uchajana Effendy dalam buku yang

berjudul “Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi”, fungsi

komunikasi adalah :

1. Menginformasikan (To inform)

Adalah memberikan informasi kepada masyarakat, memberitahukan kepada masyarakat mengenai peristiwa yang terjadi, ide atau pikiran dan tingkah laku orang lain, serta segala sesuatu yang disampaikan orang lain.

2. Mendidik (To educate)

Adalah komunikasi merupakan sarana pendidikan, dengan komunikasi manusia dapat menyampaikan ide dan pikirannya kepada orang lain sehingga orang lain mendapatkan informasi dan ilmu pengetahuan.

3. Menghibur (To entertain)

Adalah komunikasi selain berguna untuk menyampaikan komunikasi, pendidikan, mempengaruhi juga berfungsi untuk menyampaikan hiburan atau menghibur orang lain.

4. Mempengaruhi (To influence)

Adalah fungsi mempengaruhi setiap individu yang berkomunikasi, tentunya berusaha paling mempengaruhi jalan pikiran komunikan dan lebih jauh lagi berusaha merubah sikap dan tingkah laku komunikan sesuai dengan apa yang diharapkan. ( Effendy, 2003 : 55).


(45)

2.1.2.4 Tujuan Komunikasi

Begitu pentingnya komunikasi dalam hidup manusia, sehingga komunikasi itu sendiri memiliki tujuan-tujuan dalam kehidupan manusia. Tujuan Komunikasi adalah untuk membangun atau menciptakan pemahaman atau pengertian bersama. Dalam bukunya Daryanto, mengemukakan bahwa tujuan komunikasi antara lain :

a. Perubahan Sikap (Attitude Change), seorang komunikan

setelah menerima pesan, kemudian sikapnya berubah, baik positif maupun negatif. Dalam berbagai situasi, kita berusaha memengaruhi sikap orang lain dan berusaha agar orang lain bersikap positif sesuai keinginan kita.

b. Perubahan Pendapat (Opinion Change), dalam komunikasi

berusaha menciptakan pemahaman. Pemahaman ialah kemampuan memahami pesan secara cermat sebagaimana dimaksudkan oleh komunikator. Setelah memahami arti komunikator maka akan tercipta pendapat yang berbeda-beda bagi komunikan.

c. Perubahan Perilaku (Behavior Change ), komunikasi

bertujuan untuk mengubah perilaku ataupun tindakan seseorang.

d. Perubahan Sosial (Social Change), membangun dan

memelihara ikatan hubungan dengan orang lain sehingga menjadi hubungan yang semakin baik. Dalam proses komunikasi yang efektif secara tidak sengaja meningkatkan kadar hubungan interpersonal. (Daryanto, 2011:148-149)

2.1.3 Tinjauan Tentang Komunikasi Antar Pribadi

Dalam kehidupan sosial manusia tidak terlepas dari komunikasi, termasuk komunikasi antara pribadinya dengan orang lain. Komunikasi antarpribadi atau disebut juga interpersonal communication adalah komunikasi antara orang-orang secara tatap muka, yang memungkinkan


(46)

setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung baik secara verbal maupun nonverbal. (Mulyana, 2000:73).

Menurut Joseph A. Devito dalam bukunya “The Interpersonal Communication Book” (Devito, 1989:4) komunikasi antarpribadi adalah:

“The process of sending and receiving message beetwen two

person, or among a small group of person, with some effect and some immediate feedback (proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan antara dua orang, atau diantara kelompok kecil orang-orang, dengan beberapa efek dan beberapa umpan balik dalam

berkomunikasi secara seketika)”. (Effendy, 2000:60).

Pada dasarnya komunikasi antarpribadi yang dilakukan oleh komunikator mempunyai tujuan untuk mengubah sikap, pendapat, dan perilaku komunikan dengan cara mengirimkan pesan dan prosesnya yang dialogis.

Seperti yang telah dikemukakan oleh Onong Uchjana Effendy bahwa:

“Dibandingkan dengan bentuk-bentuk komunikasi lainnya, komunikasi antarpribadi dinilai paling ampuh dalam kegiatan mengubah sikap, kepercayan, opini, dan perilaku komunikan. Alasannya adalah karena komunikasi antarpribadi umumnya berlangsung secara tatap muka (face to face). Antara komunikator dan komunikan saling bertatap muka, maka terjadilah kontak pribadi (personal contact). Ketika komunikator menyampaikan pesan kepada komunikan, umpan balik berlangsung seketika dan komunikator mengetahui pada saat itu tanggapan komunikan terhadap pesan yang dilontarkan”. (Effendy, 1993:61)

Pentingnya komunikasi antarpribadi adalah karena prosesnya memungkinkan berlangsung secara dialogis. Komunikasi berlangsung


(47)

secara dialogis selalu lebih baik daripada secara monologis. Karena monologis menunjukan suatu bentuk komunikasi dimana seseorang berbicara yang lain mendengarkan, jadi tidak terdapat interaksi dan yang berperan aktif hanya komunikatornya saja, sementara komunikan bersifat pasif. Dialogis adalah bentuk komunikasi antarpribadi yang menunjukan terjadinya interaksi, semua yang terlibat dalam komunikasi bentuk dialog ini berfungsi ganda masing-masing menjadi pembicara dan pendengar secara bergantian. Proses komunikasi dialogis nampak adanya upaya dari pelaku komunikasi untuk terjadinya pengertian bersama (mutual understanding) dan empati.

Lebih lanjut, Lunandi (1992) menjelaskan bahwa yang dimaksud komunikasi antarpribadi yang baik adalah komunikasi yang mempunyai sifat keterbukaan, kepekaan, dan bersifat umpan balik. Individu merasa puas dalam berkomunikasi antarpribadi bila ia dapat mengerti orang lain dan merasa bahwa orang lain juga memahami dirinya.1

2.1.3.1Ciri- Ciri Komunikasi AntarPribadi

Komunikasi antarpribadi yaitu interaksi orang ke orang, dua arah, verbal dan nonverbal. Saling berbagi informasi dan perasaan antara individu dengan individu atau antar individu di dalam kelompok kecil (Febrina, 2008), yang memiliki ciri-ciri berikut ini :

2. http://illaundaitti.blogspot.com/2013/10/pengertian-komunikasi-antar-pribadi.html (Jumat, 7 Maret 2014 pukul 19.26 wib)


(48)

1. Dilakukan oleh 2 orang

2. Bermaksud menjadikan hubungan yang impersonal menjadi intimate. Impersonal adalah hubungan antar pribadi yang masih masing-masing, hanya sekedar tau orang, kenal namun hubungan tidak begitu dalam.

Intimate adalah hubungan antar pribadi yang sudah memiliki kedekatan, hubungan yang dalam, dan keterbukaan yang lebih. (sepasang kekasih, sahabat, keluarga, suami-istri)

3. Dilakukan face to face. Untuk mendapatkan sense dalam hubungan yang dekat diperlukan pertemuan. Jika tidak ada pertemuan, maka komunikasi tidak bisa dikatakan diadik/interpersonal

4. Berkaitan dengan kualitas interaksi

5. Pesan yang dipertukarkan merupakan hal-hal yang pribadi sehingga menimbulkan kedalaman hubungan diantara keduanya.2

Menurut Everet M. Rogers (Liliweri 1991: 46) ada beberapa ciri komunikasi yang menggunakan saluran antarpribadi, yaitu :

1. Arus pesan yang cenderung dua arah 2. Konteks komunikasinya tatap muka

3. http://dittanisa.blogspot.com/2012/07/ciri-dan-tujuan-komunikasi-antar-pribadi.html (Jumat, 7 Maret 2014 pukul 19.55 wib)


(49)

3. Tingkat umpan balik yang terjadi tinggi

4. Kemampuan mengatasi tingkat selektifitas (terutama

selectivitas exposure”) yang tinggi

5. Kecepatan jangkauan terhadap audiens yang besar relatif lambat

6. Efek yang mungkin terjadi ialah perubahan sikap.

2.1.3.2Tujuan Komunikasi Antar Pribadi

Tujuan komunikasi antarpribadi menurut Muhammad (2004, p. 165-168) yaitu:

a. Menemukan Diri Sendiri

Salah satu tujuan komunikasi interpersonal adalah menemukan personal atau pribadi. Bila kita terlibat dalam pertemuan interpersonal dengan orang lain kita belajar banyak sekali tentang diri kita maupun orang lain. Komunikasi interpersonal memberikan kesempatan kepada kita untuk berbicara tentang apa yang kita sukai, atau mengenai diri kita. Sangat menarik dan mengasyikkan bila berdiskusi mengenai perasaan, pikiran, dan tingkah laku kita sendiri. Dengan membicarakan diri kita dengan orang lain, kita memberikan sumber balikan yang luar biasa pada perasaan, pikiran, dan tingkah laku kita.


(50)

b. Menemukan Dunia Luar

Hanya komunikasi interpersonal menjadikan kita dapat memahami lebih banyak tentang diri kita dan orang lain yang berkomunikasi dengan kita. Banyak informasi yang kita ketahui datang dari komunikasi interpersonal, meskipun banyak jumlah informasi yang datang kepada kita dari media massa hal itu seringkali didiskusikan dan akhirnya dipelajari atau didalami melalui interaksi interpersonal. c. Membentuk Dan Menjaga Hubungan Yang Penuh Arti

Salah satu keinginan orang yang paling besar adalah membentuk dan memelihara hubungan dengan orang lain. Banyak dari waktu kita pergunakan dalam komunikasi interpersonal diabadikan untuk membentuk dan menjaga hubungan sosial dengan orang lain.

d. Berubah Sikap Dan Tingkah Laku

Banyak waktu kita pergunakan untuk mengubah sikap dan tingkah laku orang lain dengan pertemuan interpersonal. Kita boleh menginginkan mereka memilih cara tertentu, misalnya mencoba diet yang baru, membeli barang tertentu, melihat film, menulis membaca buku, memasuki bidang tertentu dan percaya bahwa sesuatu itu benar atau salah. Kita banyak menggunakan waktu yang terlibat dalam posisi interpersonal.


(51)

e. Untuk Bermain Dan Kesenangan

Bermain mencakup semua aktivitas yang mempunyai tujuan utama adalah mencari kesenangan. Berbicara dengan teman mengenai aktivitas kita pada waktu akhir pekan, berdiskusi mengenai olahraga, menceritakan cerita-cerita lucu pada umumnya hal itu adalah merupakan pembicaraan yang menghabiskan waktu. Dengan melakukan komunikasi interpersonal semacam itu dapat memberikan keseimbangan yang penting dalam pikiran yang memerlukan rileks dari semua keseriusan di lingkungan kita.

f. Untuk Membantu Pengarahan

Ahli-ahli kejiwaan, ahli psikologi klinis dan terapi menggunakkan komunikasi interpersonal dalam kegiatan profesional mereka untuk mengarahkan kliennya. Kita semua juga berfungsi membantu orang lain dalam interaksi interpersonal kita sehari-hari. Kita berkonsultasi dengan seorang teman yang putus cinta, berkonsultasi dengan mahasiswa tentang mata kuliah yang sebaiknya diambil dan lain sebagainya.

2.1.4 Tinjauan Tentang Perilaku Komunikasi

Dalam pengertian yang sangat umum, perilaku menunjukan tindakan atau respon dari sesuatu atau sistem apapun dalam hubungan dengan lingkungan atau situasi. (Gould and Kolb, 1984: 245). Perilaku


(52)

pada dasarnya berorientasi pada tujuan yaitu perilaku atau kebiasaaan seseorang umumnya dimotivasi oleh keinginan untuk mendapatkan sesuatu dan untuk memperoleh tujuan tertentu.

Berdasarkan dari definisi yang telah diungkapkan sebelumnya, perilaku komunikasi diartikan sebagai tindakan atau respon dalam lingkungan dan situasi komunikasi yang ada. Atau dengan kata lain, perilaku komunikasi adalah cara-cara berfikir, berpengetahuan dan berwawasan, berperasaan dan bertindak atau melakukan tindakan yang dianut seseorang, keluarga, atau masyarakat dalam mencari dan menyebarkan informasi. Perilaku komunikasi juga berarti tindakan responden dalam mencari dan menyampaikan informasi melalui berbagai saluran yang ada didalam jaringan komunikasi masyarakat.

Jika mengikuti pengertian komunikasi dari model-model linier, maka perilaku komunikasi berarti tindakan atau respon terhadap sumber dan pesan. Sedangkan jika mengikuti model-model transaksional, maka komunikasi berarti tindakan seseorang sebagai pelaku komunikasi (komunikan), karena disini komunikasi diartikan sebagai saling berbagi pengalaman. (Tubs and Silvya, 1993: 342)

2.1.5 Tinjauan Tentang Komunikasi Verbal

Komunikasi verbal adalah komunikasi yang menggunakan simbol-simbol verbal baik secara lisan maupun tertulis. Simbol atau pesan verbal adalah semua jenis simbol yang menggunakan satu kata atau


(53)

lebih. Hampir semua rangsangan wicara yang kita sadari termasuk kedalam kategori pesan verbal disengaja, yaitu usaha-usaha yang dilakukan secara sadar untuk berhubungan dengan orang lain secara lisan (Devito, 2011:51).

Dalam berkomunikasi verbal pesan yang disampaikan berupa pesan verbal yang terdiri atas kode-kode verbal. Dalam penggunaannya kode-kode verbal ini yaitu berupa bahasa. Bahasa didefinisikan sebagai seperangkat simbol, dengan aturan untuk mengkombinasikan simbol-simbol tersebut, yang digunakan dan dipahami suatu komunitas.

”Bahasa secara fungsional dan formal. Secara fungsional, bahasa

diartikan sebagai alat yang dimiliki bersama untuk mengungkapkan gagasan. Menekankan dimiliki bersama, karena bahasa hanya dapat dipahami bila ada kesepakatan di antara anggota-anggota kelompok

sosial untuk menggunakannya.” (Rakhmat, 1994:127).

Secara formal, bahasa diartikan sebagai semua kalimat yang terbayangkan, yang dapat dibuat menurut peraturan tatabahasa. Setiap bahasa mempunyai peraturan bagaimana kata-kata harus disusun dan dirangkaikan supaya memberi arti.

2.1.6 Tinjauan Tentang Komunikasi Non Verbal 2.1.6.1 Definisi Komunikasi Non Verbal

Dalam kehidupan sehari-hari yang tidak terlepas dari komunikasi dengan orang lain kita tidak hanya menggunakan komunikasi verbalnya saja, tetapi komunikasi nonverbal pun ikut serta dalam keseharian kita dalam berkomunikasi. Komunikasi nonverbal bisa berisi pesan yang tidak berupa


(54)

kata-kata, tulisan, atau lisan tetapi lebih mengarah kepada isyarat, gerakan tubuh, simbol atau lambang-lambang yang menggambarkan isi pesan dari komunikasi tersebut.

Sebagaimana yang diungkapkan Arni Muhammad (2002:130) memberikan definisi komunikasi nonverbal sebagai berikut :

“Komunikasi nonverbal adalah penciptaan dan pertukaran pesan dengan tidak menggunakan kata-kata, melainkan menggunakan bahasa isyarat seperti gerakan tubuh, sikap tubuh, vokal yang bukan berupa kata-kata, kontak mata,

ekspresi muka, kedekatan jarak, sentuhan, dan sebagainya”.

(Suranto, 2010:146).

Sedangkan menurut Larry A. Samovar dan Richard E. Porter komunikasi nonverbal yaitu:

“Komunikasi nonverbal mencakup semua rangsangan (kecuali rangsangan verbal) dalam suatu setting

komunikasi, yang dihasilkan oleh individu dan penggunaan lingkungan oleh individu, yang mempunyai nilai pesan

potensial bagi pengirim atau penerima”.(Mulyana

2007:343)

Dengan komunikasi nonverbal kita dapat mengetahui perilaku atau tindakan seseorang melalui apa yang digambarakan oleh perilakunya. Selain itu melalui komunikasi nonverbal kita juga dapat melihat langsung gerakan atau isyarat tanda yang dilakukan oleh orang yang bertindak sebagai komunikator kepada orang lain sebagai komunikan, dengan maksud-maksud tertentu tanpa menggunakan komunikasi secara verbal. Setiap manusia pasti pernah melakukan komunikasi non


(55)

verbal baik itu disadari ataupun tidak sebagai penganti atau pelengkap, penggambaran komunikasi verbalnya.

2.1.6.2 Fungsi Komunikasi Non Verbal

Komunikasi nonverbal bisa dikatakan hanya menggunakan isyarat atau tidak menggunakan kata-kata yang lisan, tapi tetap saja memiliki fungsi dalam penggunaannya.

Menurut Mark Knapp (1978) menyebutkan bahwa penggunaannya komunikasi nonverbal memiliki fungsi untuk :

1. Meyakinkan apa yang diucapkannya (repletion)

2. Menunjukan perasaan dan emosi yang tidak bisa diutarakan dengan kata-kata (substitution)

3. Menunjukan jati diri sehingga orang lain bisa mengenalnya (identity)

4. Menambah atau melengkapi ucapan-ucapan yang dirasakan belum sempat. (Cangara, 2011:106)

Fungsi dari komunikasi nonverbal dapat menjelaskan maksud dari penyampain pesan itu sendiri. Menurut Mark L. Knapp fungsi-fungsi tersebut yaitu:

1. Repetisi

Mengulang kembali gagasan yang sebelumnya sudah disajikan secara verbal.

2. Subtitusi

Menggantikan lambang-lambang verbal. 3. Kontradiski

Menolak pesan verbal atau memberi makna yang lain terhadap pesan verbal.

4. Komplemen

Melengkapi dan memperkaya makna pesan non verbal. 5. Aksentuasi

Menegaskan pesan verbal atau menggaris bawahinya (Suranto, 2010:173)


(56)

2.1.7 Tinjauan Tentang Orang Tua

Membicarakan orang tua tentu tidak terlepas dari kata ayah dan ibu, mama dan papa, abah dan ummi, atau sebutan lainnya. pengertian

orang tua dalam kamus besar bahasa Indonesia disebutkan “Orang tua

artinya ayah dan ibu.” (Poerwadarmita, 1987: 688).

Banyak dari kalangan para ahli yang mengemukakan pendapatnya tentang pengertian orang tua, diantaranya yaitu menurut Miami yang dikutip oleh Kartini Kartono, dikemukakan “Orang tua adalah pria dan wanita yang terikat dalam perkawinan dan siap sedia untuk memikul tanggung jawab sebagai ayah dan ibu dari anak-anak yang

dilahirkannya.” (Kartono, 1982 : 27).

Seorang ahli psikologi Ny. Singgih D Gunarsa dalam bukunya psikologi untuk keluarga mengatakan bahwa:

“Orang tua adalah dua individu yang berbeda memasuki hidup

bersama dengan membawa pandangan, pendapat dan kebiasaan- kebiasaan sehari-hari.“ (Gunarsa, 1976 : 27).

Dalam hidup berumah tanggga tentunya ada perbedaan antara suami dan istri, perbedaan dari pola pikir, perbedaan dari gaya dan kebiasaan, perbedaan dari sifat dan tabiat, perbedaan dari tingkatan ekonomi dan pendidikan, serta banyak lagi perbedaan-perbedaan lainya. Perbedaan-perbedaan inilah yang dapat mempengaruhi gaya hidup anak-anaknya, sehingga akan memberikan warna tersendiri dalam


(57)

keluarga. Perpaduan dari kedua perbedaan yang terdapat pada kedua orang tua ini akan mempengaruhi kepada anak-anak yang dilahirkan dalam keluarga tersebut.

Sedangkan pendapat yang dikemukakan oleh Thamrin Nasution yaitu:

“Orang tua adalah setiap orang yang bertanggung jawab dalam

suatu keluarga atau tugas rumah tangga yang dalam kehidupan sehari-hari disebut sebagai bapak dan ibu.” (Nasution:1986 : 1).3 2.1.7.1 Peran Orang Tua

Menurut Gunarsa dalam keluarga yang ideal (lengkap) maka ada dua individu yang memainkan peranan penting yaitu peran ayah dan peran ibu, secara umum peran kedua individu tersebut adalah :

A. Peran ibu adalah Memenuhi kebutuhan biologis dan fisik Merawat dan mengurus keluarga dengan sabar, mesra dan konsisten. Mendidik, mengatur dan mengendalikan anak. Menjadi contoh dan teladan bagi anak.

B. Peran ayah adalah Ayah sebagai pencari nafkah. Ayah sebagai suami yang penuh pengertian dan memberi rasa

4. http://sumsel.kemenag.go.id/file/file/BANYUASIN/pfyl1341188835.pdf (Jumat, 7 Maret 2014 pukul 22.27)


(58)

aman. Ayah berpartisipasi dalam pendidikan anak. Dan ayah sebagai pelindung atau tokoh yang tegas, bijaksana, mengasihi keluarga. (Gunarsa, 1995 : 31 – 38)

2.1.8 Tinjauan Tentang Guru

Dalam proses pembelajaran, guru adalah salah satu faktor penting dalam proses kegiatan belajar mengajar. Menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) guru adalah adalah orang yang pekerjaannya (mata pencahariannya, profesinya) mengajar. Pengertian guru menurut KBBI di atas, masih sangat umum dan belum bisa menggambarkan sosok guru yang sebenarnya, sehingga untuk memperjelas gambaran tentang seorang guru diperlukan definisi-definisi lain.

Salah satunya definisi menurut Suparlan dalam bukunya yang berjudul “Menjadi Guru Efektif”, mengungkapkan hal yang berbeda tentang pengertian guru. Menurut Suparlan (2008: 12), guru dapat diartikan sebagai orang yang tugasnya terkait dengan upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dalam semua aspeknya, baik spiritual dan emosional, intelektual, fisikal, maupun aspek lainnya.

Sedangkan menurut Ahmadi (1977: 109) pendidik atau guru adalah sebagai peran pembimbing dalam melaksanakan proses belajar mengajar. Menyediakan kondisi-kondisi yang memungkinkan siswa merasa aman dan berkeyakinan bahwa kecakapan dan prestasi yang


(59)

dicapai mendapat penghargaan dan perhatian sehingga dapat meningkatkan motivasi berprestasi siswa.4

Dalam proses belajar mengajar, guru mempunyai tugas untuk mendorong, membimbing, dan memberi fasilitas belajar bagi siswa untuk mencapai tujuan. Guru mempunyai tanggung jawab untuk melihat segala sesuatu yang terjadi dalam kelas untuk membantu proses perkembangan siswa. Penyampaian materi pelajaran hanyalah merupakan salah satu dari berbagai kegiatan dalam belajar sebagai suatu proses yang dinamis dalam segala fase dan proses perkembangan siswa.

2.1.8.1 Tugas dan Peran Guru

Seperti profesi lainnya yang memiliki tugas dalam melakukan pekerjaannya, begitu juga seorang guru yang memiliki tugas yang berpusat pada:

1. Mendidik dengan titik berat memberikan arah dan motivasi pencapaian tujuan baik jangka pendek maupun jangka panjang.

2. Memberi fasilitas pencapaian tujuan melalui pengalaman belajar yang memadai.

5. http://ptkcontoh.blogspot.com/2013/09/contoh-kajian-pustaka-pengertian-guru.html (Sabtu, 8 Maret 2014 pukul 9.32 wib)


(60)

3. Membantu perkembangan aspek – aspek pribadi seperti sikap, nilai-nilai, dan penyusuaian diri. Dalam proses belajar mengajar guru tidak terbatas sebagai penyampai ilmu pengetahuan akan tetapi lebih dari itu, ia bertanggung jawab akan keseluruhan perkembangan kepribadian siswa ia harus mampu menciptakan proses belajar yang sedemikian rupa sehingga dapat merangsang siswa muntuk belajar aktif dan dinamis dalam memenuhi kebutuhan dan menciptakan tujuan (Slameto, 2002).

Begitu pentingya peranan guru dalam keberhasilan peserta didik maka hendaknya guru mampu beradaptasi dengan berbagai perkembangan yang ada dan meningkatkan kompetensinya sebab guru pada saat ini bukan saja sebagai pengajar tetapi juga sebagai pengelola proses belajar mengajar. Sebagai orang yang mengelola proses belajar mengajar tentunya harus mampu meningkatkan kemampuan dalam membuat perencanaan pelajaran, pelaksanaan dan pengelolaan pengajaran yang efektif, penilain hasil belajar yang objektif, sekaligus memberikan motivasi pada peserta didik dan juga membimbing peserta didik terutama ketika peserta didik sedang mengalami kesulitan belajar.


(61)

Salah satu tugas yang dilaksanakan guru disekolah adalah memberikan pelayanan kepada siswa agar mereka menjadi peserta didik yang selaras dengan tujuan sekolah. Guru mempengaruhi berbagai aspek kehidupan baik sosial, budaya maupun ekonomi. Dalam keseluruhan proses pendidikan, guru merupakan faktor utama yang bertugas sebagai pendidik. Guru harus bertanggung jawab atas hasil kegiatan belajar anak melalui interaksi belajar mengajar. Guru merupakan faktor yang mempengaruhi berhasil tidaknya proses belajar dan karenya guru harus menguasai prinsip-prinsip belajar di samping menguasai materi yang disampaikan dengan kata lain guru harus menciptakan suatu konidisi belajar yang sebaik-baiknya bagi peserta didik, inilah yang tergolong kategori peran guru sebagai pengajar.

Disamping peran sebagai pengajar, guru juga berperan sebagai pembimbing artinya memberikan bantuan kepada setiap individu untuk mencapai pemahaman dan pengarahan diri yang dibutuhkan untuk melakukan penyesuan diri secara maksimal terhadap sekolah. Hal ini sesuai dengan pendapat Oemar H (2002) yang mengatakan bimbingan adalah proses pemberian bantuan terhadap individu untuk mencapai pemahaman diri dan pengarahan diri yang dibutuhkan untuk melakukan penyesuaian


(1)

Karena penggunaan bahasa Indonesia yang merupakan bahasa kesehariannya dianggap bahasa yang paling mudah dimengerti oleh anak tunagrahita.

Mengenai kata-kata yang sering diucapkan orang tua dan guru dalam memotivasi anak tunagrahita. Untuk kata-kata yang sering digunakan orang tua dalam memotivasi anak tunagrahita yaitu kata-kata yang dapat meningkatkan semangat mereka. Misalnya “ayo kamu jangan putus asa ya nak”, “de ayo belajar, abang aja pinter” atau “aduh pinter, aduh bagus itu baru anak Ibu” contoh tersebut adalah kata-kata yang sering orang tua dan guru ucapkan untuk memotivasi anak tunagrahitanya.

Pada dasarnya kata-kata yang sering digunakan baik oleh orang tua dan guru adalah kata-kata yang tidak asing bagi anak normal umumnya. Hanya saja dalam penggunaan kata-kata tersebut baik orang tua dan guru mereka menambahkan sedikit pujian kepada anak tunagrahita, tujuannya adalah agar mereka merasa senang dan bergairah dalam belajar. Pujian juga sangat penting untuk memotivasi anak tunagrahita, karena dengan pujian mereka merasa apa yang sudah mereka kerjakan dihargai dan diperhatikan. Oleh karena itu baik orang tua dan guru ketika mereka memberikan perintah kemudian dikerjakan oleh anak tunagrahita, maka mereka akan memberikan pujian. Walaupun hasil dari pekerjaan anak tunagrahita tidak sesuai harapan.

Sedangkan untuk komunikasi verbal lainnya yaitu tulisan, orang tua dan guru tidak ada yang menggunakan tulisan dalam memotivasi anak tunagrahita. Alasannya adalah bahwa banyak anak tunagrahita yang tidak bisa menulis, dan banyak juga anak tunagrahita yang kesulitan dalam membaca. Untuk urusan menulis anak tunagrahita melakukannya sesuka hati mereka. Maksudnya adalah jika mereka merasa sudah lelah dalam menulis yang sudah diperintahkan oleh gurunya maka mereka akan bilang secara jujur bahwa mereka lelah untuk menulis. Dan dalam kondisi tersebut guru tidak dapat memaksakan mereka untuk melanjutkannya.

Berbeda dengan menulis, dalam membaca anak tunagrahita yang masuk dalam klasifikasi ringan atau sedang mereka dapat membaca dengan benar tetapi ada juga dengan kondisi fisik yang tidak sempurna mereka sulit untuk menyebutkannya. Dalam membaca mereka hanya benar-benar “membaca”. Maksudnya adalah bahwa apa yang mereka baca tidak sampai mereka resapi sampai kepikiran mereka. Sebagai contoh ketika mereka diberikan soal oleh guru mengenai soal matematika dengan format soal cerita, mereka membaca dengan benar disoal itu, tetapi mereka tidak paham apa maksud dari soal tersebut.

Jadi dengan situasi yang seperti itu sulit rasanya baik bagi orang tua ataupun guru dalam menyampaikan motivasi lewat tulisan. Orang tua dan guru merasa lebih efektif jika mereka menyampaikan motivasi dengan bahasa dan kata-kata


(2)

dibanding dengan menggunakan tulisan dalam menyampaikan motivasi kepada anak tunagrahita.

Setelah membahas mengenai komunikasi verbal yang digunakan orang tua dan guru dalam memotivasi anak tunagrahita, selanjutnya peneliti akan membahas mengenai komunikasi nonverbal yang digunakan orang tua dan guru dalam memotivasi anak tunagrahita.

Dalam memotivasi anak tunagrahita, untuk orang tua mereka tidak menggunakan komunikasi nonverbal. Karena orang tua menganggap bahwa jika banyak menggunakan komunikasi nonverbal akan membuat mereka malas berbicara dan menjadi tidak aktif untuk berkomunikasi. Hanya saja dalam memberikan motivasi orang tua menggunakan ekspresi wajah yang senang untuk membantu komunikasi verbal. Misalnya orang tua memberikan motivasi dengan kata-kata kemudian diiringin dengan ekspresi wajah yang senang dan gembira. Tujuannya adalah agar anak tunagrahita merasa senang dan nyaman. Berbanding terbalik jika orang tua memberikan motivasi tetapi dengan wajah yang galak dan melotot, maka anak tunagrahita akan marah. Karena mereka akan menganggap orang tuanya sedang memarahinya dan mereka tidak senang dengan hal tersebut. Untuk guru, mereka menggunakan komunikasi nonverbal dalam memotivasi sebagai bentuk pendekatan kepada anak tunagrahita agar mereka merasa nyaman ketika diberikan motivasi. Dan ketika anak tunagrahita tersebut merasa nyaman dengan keadaan yang diciptakan guru tersebut, maka mereka akan lebih mudah dalam mencerna pesan motivasi yang disampaikan oleh guru.

Pada dasarnya untuk penggunaan komunikasi nonverbal dalam memotivasi anak tunagrahita kembali lagi kepada situasi dan kondisi anak tunagrahita tersebut. Artinya adalah bahwa tidak semua anak tunagrahita lebih mengerti dengan penggunaan komunikasi verbal saja, tetapi ada suatu kondisi dan situasi dimana komunikasi nonverbal lebih berjalan efektif dibandingkan dengan komunikasi verbal dalam memotivasi anak tunagrahita tersebut. Jadi kembali lagi pada keadaan diri masing-masing anak tunagrahita Kecuali anak tersebut mengalami cacad ganda maka guru akan lebih banyak menggunakan komunikasi nonverbal ketika menghadapi anak tersebut. Cacad ganda yaitu sulit untuk berbicara dan tidak dapat mendengar sehingga dibutuhkan alat bantu dengar untuk mempermudah pendengarannya. Dan di SLB C Merpati ada satu anak yang mengalami hal tersebut.

Dalam memotivasi anak tunagrahita komunikasi nonverbal juga digunakan sebagai pelengkap komunikasi verbal oleh guru. Misalnya dalam memotivasi guru memberikan kata-kata motivasi “ayo nak kamu harus bisa” kemudian guru tersebut diwaktu yang bersamaan juga mengempalkan tangannya didekat anak


(3)

tunagrahita tersebut. Tujuannya adalah untuk memperkuat komunikasi verbal yang sudah diberikan oleh guru tersebut.

Mengenai komunikasi nonverbal yang satu ini yaitu sentuhan, bagi guru hal ini adalah hal yang penting. Karena dengan sentuhan anak tunagrahita akan merasakan kedekatan yang guru berikan lewat sentuhan tersebut. Bahwa sentuhan yang guru berikan adalah bentuk perhatian dan kasih sayang kepada anak tunagrahita, sehingga mereka akan lebih mudah menuruti semua perintah yang sudah guru instruksikan. Dalam memberikan motivasi terhadap anak tunagrahita, penciptaan suasana yang nyaman juga mempengaruhi berhasil atau tidaknya motivasi yang sudah disampaikan oleh orang tua ataupun guru.

Untuk membuktikan bahwa mereka senang dengan motivasi yang diberikan, dapat dilihat efeknya dari ekspresi wajah mereka sebelum dan sesudah diberikan motivasi. Jika sebelum diberikan motivasi ekspresi wajah mereka datar atau biasa saja tetapi setelah diberikan motivasi oleh guru ekspresi wajah anak tunagrahita mengalami perubahan yaitu dengan senyum dan wajah senang.

Sedangkan untuk komunikasi nonverbal lainnya seperti gerakan, baik orang tua dan guru mereka menyatakan tidak ada gerakan khusus yang digunakan dalam memotivasi anak tunagrahita. Mereka menyatakan bahwa untuk gerakan sama halnya dengan anak normal umumnya yang biasa digunakan. Misalnya ketika mereka menyatakan “tidak” maka mereka akan menggelengkan kepalanya atau melayangkan tangannya ke kiri dan ke kanan dan menyatakan “iya” dengan menganggukan kepalanya.

Masuk kedalam sub bab terakhir pembahasan yaitu mengenai hambatan komunikasi yang dihadapai oleh orang tua dan guru dalam memotivasi anak tunagrahita. Dalam memotivasi anak tunagrahita hambatan yang biasa ditemui adalah hambatan psikologi. Dimana psikologi anak tunagrahita dengan anak normal umumnya tentu berbeda sehingga diperlukan perlakuan yang lebih untuk memahami psikologi mereka. Perbedaan psikologi ini terjadi karena IQ mereka yang dibawah rata-rata sehingga pemikiran mereka sulit untuk ditebak.

Orang tua menganggap hambatan psikologi ini bukanlah suatu hambatan yang besar. Karena orang tua sudah terbiasa bersama anak tunagrahitanya, sehingga sangat memahami apa yang ingin mereka sampaikan. tetapi orang tua menemui hambatan ketika motivasi yang sudah disampaikannya tetapi tidak direspon oleh anak tunagrahita. Hambatan itulah yang dihadapi orang tua. Sehingga orang tua harus lebih bersabar dalam menghadapi anak tunagrahitanya. Dan jika hal tersebut terjadi maka hal yang dilakukan orang tua adalah membuat mereka merasa senang terlebih dahulu dengan hal-hal yang anak tunagrahitanya sukai. Ketika hal tersebut sudah dilakukan dan berhasil membuat anak tunagrahitanya senang maka memberikan motivasi kembali dapat dilakukan.


(4)

Hambatan lain yang ditemui ketika orang tua memberikan motivasi kepada anak tunagrahita adalah pesan motivasi yang disampaikan oleh orang tua tidak dapat dicerna dengan baik oleh anak tunagrahita sehingga terjadi miss interpretative dan perbedaan persepsi. Misalnya orang tua memberikan pesan atau kata-kata motivasi namun tanggapan dari anak tunagrahita adalah sebuah pembicaraan biasa, sehingga terjadi perbedaan persepsi antara orang tua dan anak tunagrahita. Oleh karena itu orang tua harus memahami betul situasi yang tepat dan penggunaan bahasa atau kata-kata yang tepat untuk anak tunagrahita sehingga apa yang orang tua sampaikan kepada anak tunagrahita dapat dicerna dengan baik dan menghasilkan efek sesuai yang orang tua harapkan.

Untuk orang tua yang memiliki anak tunagrahita dengan klasifikasi ringan, mereka hampir tidak menemui hambatan dalam memotivasi anak tunagrahitanya. Karena anak dengan tunagrahita ringan hanya mengalami hambatan psikologi yang sedikit dan mereka juga sempurna secara fisik sehingga hampir tidak menemui kesulitan dalam berkomunikasi. Dan juga anak tunagrahita ringan lebih mudah untuk diatur atau menurut dengan orang tuanya.

Berbeda dengan orang tua yang memiliki anak tunagrahita sedang atau berat dan mengalami cacad fisik sehingga untuk berbicara dan mendengarpun mereka agak kurang jelas. Didalam situasi seperti ini tentu orang tua mengalami hambatan dalam memberikan motivasi kepada anak tunagrahitanya. Apa yang orang tua katakana kepada anak tunagrahita belum tentu mereka mendengarnya dengan baik. Hal inilah yang membuat orang tua harus memastikan apa yang disampaikannya benar-benar dapat diterima baik oleh anak tunagrahita.

Bagi guru hambatan psikologi banyak ditemui ketika memotivasi anak tunagrahita. Karena anak tunagrahita yang suka bertindak semau mereka. Dan jika dilarang mereka justru akan semakin melawan, untuk itu guru harus melakukan pendekatan yang selembut dan sehalus mungkin agar mereka mau mengikuti apa yang sudah guru perintahkan. Tetapi semua itu kembali lagi kepada kondisi dari masing-masing anak tunagrahita. Ada anak tunagrahita yang hambatan psikologinya sedikit sehingga bagi guru itu adalah hal yang lebih mudah dilakukan dalam memotivasi anak tunagrahita. Berbeda dengan anak tunagrahita yang mengalami banyak hambatan psikologi seperti anak tunagrahita yang temperamental dan bersifat Hyperaktif. Anak tunagrahita yang mengalami hal tersebut lebih sulit untuk diberikan motivasi. Jangankan untuk diberikan motivasi untuk mengikuti perintah guru yang mudah saja mereka belum tentu akan melakukannya. Untuk itu guru juga harus dapat menyesuaikan, misalnya menyesuaikan waktu. Mana waktu yang tepat dan tidak tepat dalam memberikan motivasi kepada anak tunagrahita.


(5)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Komunikasi Verbal yang dilakukan oleh orang tua dan guru dalam memotivasi anak tunagrahita yang diantaranya terdapat bahasa, dan kata-kata. Untuk bahasa yang digunakan oleh orang tua dan guru dalam memotivasi anak tunagrahita adalah bahasa Indonesia. Untuk kata-kata yang digunakan dalam memotivasi anak tunagrahita adalah “ayo kamu jangan putus asa, kamu pasti bisa” dan diiringi dengan pujian-pujian seperti “aduh pinter, aduh bagus”. Komunikasi verbal merupakan komunikasi yang lebih banyak digunakan bagi guru dan orang tua dalam memotivasi anak tunagrahita.

2. Komunikasi Nonverbal yang dilakukan oleh orang tua dan guru dalam memotivasi anak tunagrahita yang diantaranya terdapat gerakan, ekspresi wajah dan sentuhan. Untuk gerakan, tidak ada gerakan khusus yang dilakukan baik oleh orang tua dan guru dalam memotivasi anak tunagrahita. Sedangkan untuk ekspresi wajah, orang tua dan guru memasang ekspresi wajah senang dalam memotivasi anak tunagrahita dan efek ekspresi wajah yang dihasilkan jika motivasi yang disampaikan orang tua dan guru dapat diterima oleh anak tunagrahita adalah ekspresi wajah ceria dan senyuman. Untuk sentuhan diberikan oleh orang tua dan guru dalam memotivasi anak tunagrahita yang bertujuan agar anak tunagrahita merasa diperhatikan dan juga sebagai bentuk kasih sayang. Dengan sentuhan mereka akan merasa senang dan bergairah untuk belajar. Komunikasi nonverbal yang dilakukan oleh orang tua dan guru dalam memotivasi anak tunagrahita bukan sebagai komunikasi utama melainkan komunikasi nonverbal yang dilakukan oleh orang tua dan guru adalah sebagai penguat dan pelengkap komunikasi verbal.

3. Hambatan Komunikasi utama yang dihadapi oleh orang tua dan guru dalam memotivasi anak tunagrahita adalah hambatan psikologis. Psikologis anak tunagrahita yang temperamental dan bersifat Hyperaktif membuat mereka sulit untuk dikontrol. Sehingga menyulitkan bagi orang tua dan guru dalam memberikan motivasi. Selain itu hambatan fisik juga mempengaruhi orang tua dan guru terhadap anak tunagrahita yang mengalami sulit bicara dan mendengar. Perbedaan persepsipun menjadi suatu hambatan yang dijumpai ketika motivasi yang disampaikan orang tua dan guru tidak dapat dipahami sebagai motivasi oleh anak tunagrahita sehingga terjadi perbedaan persepsi. 5.2 Saran

Dari hasil penelitian yang dilakukan ini, peneliti harus mampu memberikan suatu masukan berupa saran-saran yang bermanfaat bagi semua pihak yang berkaitan dengan penelitian ini. Saran peneliti yaitu sebagai berikut:


(6)

1. Orang tua dan guru diharapkan memiliki strategi khusus dengan cara memberikan hal-hal yang disukai dan disenangi oleh anak tunagrahita, dengan hal tersebut anak tunagrahita akan lebih mudah mencerna motivasi yang diberikan orang tua dan guru.

2. Orang tua dan guru meningkatkan intensitas waktu dalam memberikan motivasi kepada anak tunagrahita.

3. Orang tua dan guru diharapkan menggunakan intonasi suara dan nada yang lemah lembut dalam menyampaikan motivasi kepada anak tunagrahita. b. Saran Bagi Peneliti Selanjutnya

1. Mahasiswa disarankan untuk lebih aktif saat berada dilapangan, karena informasi yang diperoleh dapat memudahkan peneliti dalam menyusun hasil dan pembahasan penelitian.

2. Mahasiswa disarankan melakukan persiapan yang matang sebelum terjun ke lapangan agar segala sesuatu yang sudah direncanakan dapat berjalan dengan baik.

3. Mahasiswa disarankan memiliki pemahaman lebih tentang penelitian yang dilakukannya agar tidak terjadi kesalahpahaman dan kebingungan saat menggali informasi saat terjun di lapangan.


Dokumen yang terkait

Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Terhadap Perilaku Anak Autis di Yayasan Tali Kasih Medan

27 195 126

Peran Komunikasi Antar Pribadi Orang Tua Terhadap Anak Dalam Membentuk Perilaku Positif (Studi Kasus Peran Komunikasi Orang Tua Terhadap Anak dalam Membentuk Perilaku Positif di Kelurahan Karang Berombak, Medan Barat)

3 84 217

DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA DALAM MEMBENTUK PERILAKU PERSONAL HIGIENE ANAK TUNAGRAHITA YANG SUDAH MENGALAMI MENSTRUASI (STUDI KUALITATIF DI SLB-C TPA JEMBER)

17 75 105

Komunikasi Interaksi Orang Tua Dan Guru Pada Anak Dalam Pembentukan Kepribadian Anak

0 31 256

Komunikasi Interaksi Orang Tua Dan Guru Pada Anak Dalam Pembentukan Kepribadian Anak

3 44 256

PERILAKU KOMUNIKASI ORANG TUA DAN KONSEP DIRI ANAK Perilaku Komunikasi Orang Tua Dan Konsep Diri Anak (Studi Deskriptif Kualitatif Perilaku Komunikasi Orang Tua dalam pembentuk Konsep Diri Anak Berkebutuhan Khusus di Desa Suruhkalang Rt 03 Rw 06 Jaten Ka

1 3 12

PERILAKU KOMUNIKASI ORANG TUA DAN KONSEP DIRI ANAK Perilaku Komunikasi Orang Tua Dan Konsep Diri Anak (Studi Deskriptif Kualitatif Perilaku Komunikasi Orang Tua dalam pembentuk Konsep Diri Anak Berkebutuhan Khusus di Desa Suruhkalang Rt 03 Rw 06 Jaten Ka

1 13 14

Persepsi orang tua dan guru mengenai perilaku seksual anak.

0 0 176

POLA KOMUNIKASI ANTARA ORANG TUA ASUH DENGAN ANAK TUNAGRAHITA (Studi Kualitatif Tentang Pola Komunikasi Orang Tua Asuh Dengan Anak Tunagrahita Di Unit Pelaksana Teknis Dinas Pondok Sosial Kalijudan Surabaya) SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi sebagai persyar

0 0 24

PERSEPSI ORANG TUA DAN GURU MENGENAI PERILAKU SEKSUAL ANAK

0 4 174