19
BAB II PERENCANAAN STRATEGIS
2.1. Penetapan Indikator Kinerja Utama
Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Laporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah mewajibkan setiap organisasi pemrintahan, baik di
pusat maupun di daerah menyusun laporan keuangan berbasis kinerja. Dalam menyusun laporan keuangan berbasis kinerja diperlukan satuan dan ukuran yang
disebut dengan Indikator Kinerja. Perkembangan Indikator kinerja diawali sejak terbitnya Inpres Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah hingga terbitnya Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintah Daerah.
Dalam mengukur keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan pemerintahan, perlu memperhatikan Indikator Kinerja Utama IKU. Indikator Kinerja Utama
IKU yang sering pula disebut Key Performance Indicator. Dalam ketentuan umum Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor
PER09M.PAN52007 tanggal 31 Mei 2007 tentang Pedoman Umum Penetapan Indikator Kinerja Utama disebutkan Kinerja Instansi Pemerintah adalah gambaran
mengenai tingkat pencapaian sasaran atau tujuan instansi pemerintah yang mengindikasikan tingkat keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan kegiatan sesuai
dengan program dan kebijakan yang ditetapkan. Sesuai dengan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor PER09M.PAN52007 setiap
unit kerja mandiri wajib menyusun Indikator kinerja utama. IKU ditetapkan, dan merupakan acuan ukuran kinerja yang dipergunakan
oleh Pemerintah Kota dan masing-masing Satuan Kerja Perangkat Daerah SKPD di lingkungan Pemerintah Daerah. IKU digunakan dasar untuk menetapkan
Rencana Kinerja Tahunan, menyusun Rencana Kerja dan Anggaran, menyusun dokumen Penetapan Kinerja, menyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi
20 Pemerintah LAKIP serta melakukan evaluasi penyampaian kinerja sesuai
dengan dokumen Rencana Pembangunan. Pemilihan Indikator kinerja pada pemerintah Kotakota menggunakan
indikator kinerja pada tinggkat outcome dan menggambarkan keberhasilan instansi pemerintah secara keseluruhan organisasi. Keberhasilan instansi
pemerintah merupakan keberhasilan bersama dari beberapa unit kerja yang ada di lingkungan instansi pemerintah tersebut, dengan kata lain, pemilihan indikator
kinerja pada pemerintah daerah bukan sekedar gabungan dari berbagai indikator kinerja pada unit kerja pendukungnya.
Tabel 3. Sasaran dan Indikator Kinerja Utama
SASARAN IKU
SATUAN
Meningkatnya Keterampilan petani dalam kewirausahaan pertanian dan
tanaman pangan dari 65 Pada tahun 2014 menjadi 80 Pada tahun 2018
Persentase petani yang terampil dalam
kewirausahaan pertanian dan tanaman pengan
Meningkatnya kemampuan kelompok tani dalam produksi
pertanianperkebunan dari 70 Pada tahun 2014 menjadi 85 Pada tahun
2018 Persentase kelompok tani
yang memiliki kemampuan produksi
pertanianperkebuanan sesuai dengan ketentuan
Meningkatnya kemampuan kelompok pengguna air dalam produksi
pertanianperkebunan dar 45 Pada tahun 2014 menjadi 65 . Pada tahun
2018 Persentase kelompok P3A
yang memiliki kemampuan dalam mengelola air
Meningkatnya ketersediaan saprodi untuk padiberas organic terhadap
kebutuhan dari 75 Pada tahun 2014 menjadi 90 Pada tahun 2018
Persentasi ketersediaan saprodi untuk padiberas
organik
Meningkatnya ketersediaan saprodi untuk tanaman hias terhadap kebutuhan
dari 45 Pada tahun 2014 menjadi 65 Pada tahun 2018
Persentasi ketersediaan saprodi tanaman hias
Meningkatnya ketersediaan saprodi untuk rumah kompos terhadap
kebutuhan dari 4 unit Pada tahun 2014 menjadi 8 unit Pada tahun 2018
Jumlah unit ketersediaan saprodi kompos
Unit Meningkatnya ketersidaan saprodi untuk
kentang terhadap kebutuhan dari 70 Pada tahun 2014 menjadi 85 Pada
tahun 2018 Persentasi ketersediaan
saprodi kentang
21
Meningkatnya intensifikasi tanaman padi dan palawija dari 85. Pada tahun 2014
menjadi 95 Pada tahun 2018 Persentase peningkatan
intensifikasi tanaman padi dan palawija
Meningkatnya ketersediaan jumlah bibit pangan Durian dari 120 Batang Pada
tahun 2014 menjadi 200 Batang Pada tahun 2018
Jumlah bibit Durian yang tersedia
Batang Meningkatnya ketersediaan jumlah bibit
pangan Mangga dari 120 Batang Pada tahun 2014 menjadi 200 Batang Pada
tahun 2018 Jumlah bibit Mangga yang
tersedia Batang
Meningkatnya ketersediaan jumlah bibit pangan Sawo dari 60 Batang Pada
tahun 2014 menjadi 100 Batang Pada tahun 2018.
Jumlah bibit Sawo yang tersedia
Batang Meningkatnya ketersediaan jumlah bibit
pangan Salak dari 60 ribu ribu Batang Pada tahun 2014 menjadi 75 ribu Batang
Pada tahun 2018 Jumlah bibit Salak yang
tersedia Batang
Meningkatnya luas areal sawah dari 3500 ha pada tahun 2014 menjadi 4000
ha pada tahun 2018 Jumlah sawah yang
tersedia Ha
Meningkatnya ketersediaan bibit unggul pertanianperkebunan dari 75 Pada
tahun 2014 menjadi 90 Pada tahun 2018
Persentase ketersediaan bibit unggul
pertanianperkebunan
Meningkatnya produk, produktivitas dan mutu produk pertanianperkebunan dari
30 orang Pada tahun 2014 menjadi 45 orang Pada tahun 2018
Jumlah petani yang menguasai peningkatan
produk dan produktivitas pertaniaperkebunan
Orang Meningkatnya ketersediaan jenis pangan
olahan dari 5 jenis Pada tahun 2014 menjadi 10 jenis Pada tahun 2018
Jumlah jenis olahan pangan yang tersedia
jenis Ketersediaannya alat pasca panen
kentang dan rak dari 3 paket Pada tahun 2014 menjadi 5 paket Pada tahun 2018
Jumlah paket alat pasca panen yang tersedia
Paket Ketersediaannya
pembenihanpembibitan dari 1 paket. Pada tahun 2014 menjadi 2 paket Pada
tahun 2018 Jumlah paket pembenihan
yang tersedia paket
Meningkatnya ketersediaan benih jagung dari 25 Kwintal Pada tahun 2014 menjadi
35 Kwintal Pada tahun 2018 Jumlah benih jagung yang
tersedia Kwintal
Meningkatnya ketersediaan bibit tanaman hias dari 60 Pada tahun 2014
menjadi 85 Pada tahun 2018 Jumlah paket bibit tanaman
hias yang tersedia Meningkatnya jumlah jaringan irigasi dari
6 Paket Pada tahun 2014 menjadi 10 paket Pada tahun 2018
Jumlah jaringan irigasi yang tersedia
Paket
22
Terlaksannya Besemah Expo Frekuensi Besemah Expo
Kali Terlaksananya Pekan Flori dan Flora
Nasional Frekuensi Pekan Flori dan
Flora kali
Meningkatnya ketersediaan jalan usaha tani dari 3 Km Pada tahun 2014 menjadi
7 Km Pada tahun 2018 Panjang jalan usaha tani
Km
Perencanaan Strategik Renstra merupakan suatu proses yang berorientasi pada hasil yang ingin dicapai selama kurun waktu satu sampai lima tahun secara
sistematis dan berkesinambungan dengan memperhitungkan potensi, peluang dan kendala yang ada atau yang mungkin tumbuh. Renstra memuat visi misi, tujuan
sasaran dan cara mencapai tujuan dan sasaran yang hendak dicapai. Secara ringkas Rencana Strategik Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura dapat dilihat
pada Lampiran 1.
2.2. Visi