Gambaran klinis Histopatologi Diagnosis Penatalaksanaan

Masa inkubasi dari inokulasi hingga menimbulkan veruka bervariasi dari 1-6 bulan atau lebih. 12,14

2.1.5 Gambaran klinis

Gambaran klinis veruka vulgaris berupa papul, nodul berbentuk kubah sewarna dengan kulit dengan permukaan kasar, berbatas tegas, dapat tunggal ataupun berkelompok. Predileksi terutama di daerah tangan, siku, lutut, kaki dan jari-jari. 4,5,12,13 Biasanya asimtomatik, tetapi dapat mengganggu secara kosmetik. 14

2.1.6 Histopatologi

Veruka vulgaris memberikan gambaran histopatologi berupa epidermal akantosis dengan papilomatosis, hiperkeratosis dan parakeratosis. Terdapat pemanjangan rete ridge pada bagian tengah veruka. Pembuluh darah kapiler dermis menonjol dan dapat terjadi trombosis.

2.1.7 Diagnosis

5,14 Diagnosis veruka vulgaris dapat ditegakkan berdasarkan gambaran klinis dan anamnesis. 5 Lesi veruka vulgaris yang khas jarang membutuhkan pemeriksaan histopatologi. Pemeriksaan ini hanya dilakukan pada kasus-kasus yang memerlukan konfirmasi. 1 Selain histopatologi, jika diagnosis veruka vulgaris meragukan, dapat dilakukan pemotongan sedikit permukaan lesi veruka vulgaris dengan mata pisau bedah nomor 15 dan dilihat karakteristik berupa bintik hitam yang merupakan gambaran dari trombosis kapiler. 12

2.1.8 Penatalaksanaan

Tujuan dari penatalaksanaan veruka vulgaris adalah untuk mengobati ketidaknyamanan pasien baik fisik maupun psikologis dan untuk mencegah Universitas Sumatera Utara penyebaran infeksi. 4 Hal ini dilakukan dengan menghilangkan lesi pada kulit dengan kerusakan seminimal mungkin pada kulit sehat. 16 Veruka vulgaris dapat mengalami resolusi spontan dalam 2-3 tahun. 2 Satu penelitian pada tahun 1963 mengatakan hanya sekitar 40 pasien dengan veruka vulgaris yang dapat mengalami resolusi spontan setelah 2 tahun. Pemilihan pengobatan dilakukan berdasarkan lokasi, ukuran dan jumlah lesi veruka vulgaris; usia, kerjasama pasien dan keinginan pasien; serta pengalaman dokter. 17 16 Nyeri, ketidaknyamanan, resiko terjadi parut dan untung- rugi bagi pasien harus dipertimbangkan. 5 Indikasi dilakukannya pengobatan pada veruka berdasarkan The American Academy of Dermatology Committe and Guidelines of Care adalah keinginan pasien untuk diobati, terdapat gejala berupa nyeri, berdarah, gatal atau rasa terbakar, lesi yang mengganggu secara kosmetik maupun fungsi, lesi banyak atau besar, pasien ingin mencegah penularan veruka kepada dirinya sendiri atau orang lain dan keadaan pasien imunosupresif. Pengobatan yang ideal sebaiknya dapat mengeliminasi lesi veruka tanpa rasa nyeri, terapi dapat diselesaikan dalam 1-3 kali pengobatan, tidak menimbulkan parut, dapat mencegah timbulnya kekambuhan dan dapat diaplikasikan pada seluruh pasien. 17 17 Kebanyakan pengobatan veruka vulgaris secara dekstruksi fisik sel yang terinfeksi. Ada beberapa modalitas pengobatan veruka di kulit yang dapat dipilih, mulai dari terapi topikal, terapi bedah, terapi sistemik, hipnoterapi dan terapi dengan agen imunosupresif Tabel 2.1. 18 Universitas Sumatera Utara Tabel 2.1 Pilihan Pengobatan pada Veruka di Kulit Pengobatan Modaliti Tipe veruka secara klinis Tingkat bukti Terapi lini pertama Asam salisilat Argentum nitrat Glutaraldehid Formaldehid Tretinoin Terapi lini kedua Krioterapi Terapi lini ketiga Bleomisin Fluorourasil Levamisol Terapi fotodinamik Kuretase, cauterisasi, pembedahan Laser Imunoterapi kontak Simetidin Interferon Imunoterapi dengan antigen mumps atau kandida Hipnoterapi Terapi panas terlokalisir Imikuimod Topikal Topikal Topikal Topikal Topikal Destruktif Intralesional Topikal Sistemik Destruktif Destruktif Destruktif Topikal Sistemik Intralesional Intralesional Lainnya Lainnya Topikal Vulgarisperiungualsubungualplantaris Vulgaris Plantaris Plantaris Flat Vulgarisfiliformis Vulgarisplantaris Vulgarisplantaris Vulgaris multipelflatplantaris Vulgaris Vulgarisplantaris Vulgaris multipelplantaris Vulgaris multipel Vulgaris Vulgaris Vulgaris Vulgaris Vulgarisperiungualsubungualflat Vulgaris UAT UAT UAT UKT UAT UAT UAT UAT UAT UAT UAT UAT UAT UAT UAT UKT UAT UAT UKT UKT = uji klinis terbuka ; UAT = uji acak terkontrol Dikutip dengan perubahan dari kepustakaan no. 18 2.2 Larutan Fenol 80 Fenol dikenal juga dengan berbagai nama seperti asam karbolik, benzenol, hidroksi benzen, mohidroksibenzen, monofenol, asam fenik, asam fenilik, fenilik alkohol, fenil hidroksida, fenil hidrat dan oksibenzen adalah molekul dengan rumus kimia C 6 H 6 O. Molekul ini memiliki berat molekul 94,11 gmol, berat jenis 1,065, titik leleh pada 43°C dan titik didih pada 181,8°C. 10,19,20 Bentuk fenol berupa kristal putih higroskopis dengan bau yang sedikit aromatis. 10,19,20 Penyimpanannya harus dalam wadah tertutup rapat dan terlindung dari cahaya. Pada tahun 1834 seorang ahli kimia berkebangsaan Jerman bernama Friedlieb Runge menemukan asam karbolik yang diperolehnya dengan mengisolasi dari tar batubara. 10 21,22 Kemudian senyawa ini diperkenalkan dengan Universitas Sumatera Utara nama fenol oleh Charles Frederick Gerhardt seorang ahli kimia berkebangsaan Perancis di tahun 1841. Senyawa ini dan turunannya banyak digunakan dalam kehidupan sehari- hari, di rumah tangga, industri dan pengobatan. 23 19 Dalam bidang pengobatan fenol pertama sekali digunakan sebagai antiseptik untuk luka pada manusia oleh Lemaire di Perancis pada tahun 1864 kemudian Lister di Skotlandia pada tahun 1867. 22 Lima tahun kemudian Lister merekomendasikan penggunaaan larutan fenol konsentrasi 1:40 sebagai antiseptik untuk tindakan operasi dengan khasiat bakterisidal dan fungisidal dengan mekanisme kerja denaturasi sel bakteri dan jamur. 8,9,22 Fenol dalam konsentrasi rendah 2-3 dapat menyebabkan rasa terbakar dan kemerahan pada kulit, sedangkan dalam konsentrasi tinggi 80-90 merupakan agen kautik, menimbulkan krusta putih pada permukaan kulit dan dapat berpenetrasi ke jaringan. Fenol telah lama digunakan sebagai pengobatan dalam bidang dermatologi. 8,11 23 Sekitar 100 tahun yang lalu kepala Departemen Dermatologi dan Sifilislogi New York, Goerge Miller McKee telah menggunakan fenol untuk pengelupasan kimia dan bersama dengan koleganya Florentine L Karp telah mempublikasikan pengalaman mereka selama 10 tahun menggunakan pengelupasan fenol untuk skar akne. Penggunaan fenol sebagai terapi untuk berbagai kelainan dalam bidang dermatologi semakin berkembang. Saat ini fenol fenol telah digunakan sebagai terapi antara lain untuk moloskum kontangiosum, keratosis aktinik, penyakit bowen, veruka vulgaris, vitiligo, alopesia areata, ingrowing nail, mengatasi 23 Universitas Sumatera Utara penuaan, melasma, hiperpigmentasi setelah inflamasi, akne, skar, nevus dan xantelasma. Banyak produk yang mengandung fenol secara alami, seperti pada tanaman maupun hewan, sehingga fenol juga merupakan komponen normal yang terdapat dalam urin. 11,21,24-28 22 Tubuh manusia memiliki tiga mekanisme untuk memetabolisme fenol, yaitu konjugasi, oksidasi dan ekskresi. Semua fenol yang terdapat dalam makanan akan dikonjugasi di usus menjadi fenil sulfat dan glukoronida sebelum diabsorbsi ke aliran darah. 22 Konjugasi fenol juga terjadi di ginjal, hati dan sel darah merah. 22 Dari pengamatan hewan coba, terlihat sekitar 25-50 fenol dioksidasi menjadi karbon dioksida dan air dan sebagian kecil mengalami oksidasi menjadi katekol dan kuinilon. 22 Pada akhirnya fenol yang telah mengalami proses konjugasi dan oksidasi akan dieksresikan melalui urin. Fenol dapat diabsorbsi melalui kulit dan mukosa. 22 22 Banyaknya absorbsi tergantung dari luas area yang terlibat, waktu terpapar dan konsentrasi. 22 Fenol dapat melalui plasenta dan ditemukan pada air susu ibu. Fenol dapat menyebabkan toksisitas. 29 30 Belum ada dosis toksik yang pasti untuk fenol, namun diperkirakan oleh Nothnagel dan Rossbach mengonsumsi 8- 15g fenol dapat menyebabkan kematian. 30 Menurut Benatar diperlukan 1g fenol dalam darah untuk menyebabkan kematian dan Sax melaporkan bahwa kematian dapat terjadi bila luas area yang terlibat sebesar 64 inci 2 . 31 Tanda-tanda dari keracunan fenol dapat berupa takikardi, hipotensi, aritmia, diare, mual, muntah, takipnoe dan henti napas. 32 Universitas Sumatera Utara

2.3 Kerangka Teori

Dokumen yang terkait

Hubungan Lama Waktu Penyembuhan dan Karakteristik Penderita pada Pengobatan Veruka Vulgaris dengan Pengolesan Larutan Fenol 80%

1 83 53

Perbandingan Efikasi Klinis antara Elektrodesikasi Disertai Kuretase dengan Pengolesan Larutan Fenol 80% dalam Pengobatan Veruka Vulgaris

1 72 66

Perbandingan efikasi klinis antara elektrodesikasi disertai kuretase dengan pengolesan larutan fenol 80% dalam pengobatan veruka vulgaris

0 48 66

HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK PENDERITA TB DENGAN KEPATUHAN MEMERIKSAKAN DAHAK SELAMA PENGOBATAN

0 0 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Veruka Vulgaris 2.1.1 Definisi - Hubungan Lama Waktu Penyembuhan dan Karakteristik Penderita pada Pengobatan Veruka Vulgaris dengan Pengolesan Larutan Fenol 80%

0 0 8

HUBUNGAN LAMA WAKTU PENYEMBUHAN DAN KARAKTERISTIK PENDERITA PADA PENGOBATAN VERUKA VULGARIS DENGAN PENGOLESAN LARUTAN FENOL 80 TESIS Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Kedokteran Klinik dalam Program Magister Kedokteran Kli

0 0 14

Perbandingan Efikasi Klinis antara Elektrodesikasi Disertai Kuretase dengan Pengolesan Larutan Fenol 80% dalam Pengobatan Veruka Vulgaris

0 0 14

HUBUNGAN LAMA WAKTU PENYEMBUHAN DAN KARAKTERISTIK PENDERITA PADA PENGOBATAN VERUKA VULGARIS DENGAN PENGOLESAN LARUTAN FENOL 80 TESIS Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Kedokteran Klinik dalam Program Magister Kedokteran Kli

0 0 14

Perbandingan efikasi klinis antara elektrodesikasi disertai kuretase dengan pengolesan larutan fenol 80% dalam pengobatan veruka vulgaris

0 0 17

PERBANDINGAN EFIKASI KLINIS ANTARA ELEKTRODESIKASI DISERTAI KURETASE DENGAN PENGOLESAN LARUTAN FENOL 80 DALAM PENGOBATAN VERUKA VULGARIS TESIS

0 0 14