Perbandingan efikasi klinis antara elektrodesikasi disertai kuretase dengan pengolesan larutan fenol 80% dalam pengobatan veruka vulgaris
PERBANDINGAN EFIKASI KLINIS ANTARA ELEKTRODESIKASI DISERTAI KURETASE DENGAN PENGOLESAN LARUTAN
FENOL 80% DALAM PENGOBATAN VERUKA VULGARIS
TESIS
Oleh
DINA ARWINA DALIMUNTHE NIM : 077105006
PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2013
(2)
PERBANDINGAN EFIKASI KLINIS ANTARA ELEKTRODESIKASI DISERTAI KURETASE DENGAN PENGOLESAN LARUTAN
FENOL 80% DALAM PENGOBATAN VERUKA VULGARIS
TESIS
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Dokter Spesialis dalam Program Pendidikan Dokter Spesialis bidang
Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin
Oleh
DINA ARWINA DALIMUNTHE NIM : 077105006
PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2013
(3)
HALAMAN PERSETUJUAN
Judul Tesis : Perbandingan efikasi klinis antara elektrodesikasi disertai
kuretase dengan pengolesan larutan fenol 80% dalam
pengobatan veruka vulgaris
Nama : Dina Arwina Dalimunthe Nomor Induk : 077105006
Program Studi : Pendidikan Dokter Spesialis Bidang : Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin
Menyetujui :
Pembimbing I
(dr. Remenda Siregar, SpKK)
Pembimbing II
(dr. Chairiyah Tanjung, SpKK(K))
Ketua Program Studi
(dr. Chairiyah Tanjung, SpKK(K))
Ketua Departemen
(Prof.DR.dr.Irma D.Roesyanto-Mahadi,SpKK(K))
(4)
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Tesis ini adalah hasil karya penulis sendiri,
dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk
telah penulis nyatakan dengan benar
Nama : Dina Arwina Dalimunthe
NIM : 077105006
(5)
ABSTRAK
Veruka vulgaris adalah penyakit kulit yang disebabkan infeksi human papiloma virus (HPV). Terdapat banyak modalitas pengobatan untuk veruka vulgaris. Dua diantaranya adalah elektrodesikasi disertai kuretase yang merupakan tindakan bedah dan pengolesan larutan fenol 80% yang merupakan pengobatan topikal. Penelitian ini bertujuan membandingkan efikasi klinis kedua metode pengobatan tersebut. Penelitian dengan disain uji klinis terbuka dilaksanakan di RSUD Dr. Pirngadi Medan dan di RSUP H.Adam Malik Medan pada bulan Februari sampai Juni 2013 terhadap 17 pasien veruka vulgaris. Pada masing-masing pasien dilakukan kedua metode pengobatan yang dimulai pada hari yang sama. Pada pengamatan akhir minggu ke-3 dan akhir minggu ke-6 terlihat bahwa veruka vulgaris yang diberi pengobatan elektrodesikasi disertai kuretase lebih banyak yang sembuh (76,5%, 100%) dibandingkan yang diberi pengobatan pengolesan larutan fenol 80% (11,8%, 64,7%). Hasil uji chi-square dan eksak Fisher menunjukkan terdapat perbedaan yang bermakna secara statistik antara proporsi kesembuhan veruka vulgaris yang diberi pengobatan elektrodesikasi disertai kuretase dengan yang diberi pengolesan larutan fenol 80% pada akhir minggu ke-3 (p< 0,001) dan pada akhir minggu ke-6 (p=0,018). Disimpulkan terdapat perbedaan efikasi klinis antara elektrodesikasi disertai kuretase dengan pengolesan larutan fenol 80% pada pengobatan veruka vulgaris dimana elektrodesikasi disertai kuretase hasilnya lebih baik. Disarankan penelitian selanjutnya dapat menemukan konsentrasi dan selang waktu pengolesan larutan fenol yang lebih tepat agar pengobatan ini mempunyai efikasi klinis yang tidak berbeda dengan elektrodesikasi disertai kuretase, sehingga dapat digunakan sebagai salah satu pilihan pengobatan pada veruka vulgaris.
(6)
ABSTRACT
Common warts are skin diseases which caused by infection with human papillomavirus (HPV). There are many treatment modalities for common warts. Two of them are electrodesiccation and curettage that classified as surgery and apply of 80% phenol solution that classified as topical treatment. This study aims to compare clinical efficacy between the two treatment methods. Open clinical trial was done at Dr.Pirngadi General Hospital Medan and H.Adam Malik General Hospital Medan from February to June 2013 on 17 patients with common warts. Both of treatments were performed on patients respectively which began at the same day. On follow up after three weeks and after six weeks was known that common warts cure rate was higher in electrodesiccation and curettage (76.5%, 100%) than in apply of 80% phenol solution (11.8%, 64.7%). Results of chi-square and Fisher’s exact test show there was statistically significant difference common warts cure rate between electrodesiccation and curettage and apply of 80% phenol solution after three weeks (p<0.001) and after six weeks (p=0.018). In conclusion there was clinical efficacy difference between electrodesiccation and curettage and apply of 80% phenol solution on treatment of common warts where electrodesiccation and curettage has better result. Suggest to further study can find out concentration and time interval of apply of phenol solution which more accurate in order to this treatment has no difference clinical efficacy to electrodesiccation and curettage so it can be used as common warts treatment of choice.
(7)
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT karena hanya atas rahmat dan hidayahNya saya dapat menyelesaikan tesis ini yang merupakan persyaratan untuk memperoleh gelar keahlian dalam bidang Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin.
Dalam menjalani pendidikan spesialis ini, berbagai pihak telah turut berperan serta sehingga terlaksana seluruh rangkaian kegiatan pendidikan ini. Pada kesempatan yang berbahagia ini, saya sampaikan penghargaan dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat :
1. dr. Remenda Siregar, SpKK, selaku pembimbing utama tesis ini, yang telah bersedia meluangkan waktu, pikiran dan tenaga serta dengan penuh kesabaran selalu membimbing, memberikan nasehat, masukan, koreksi dan motivasi kepada saya selama proses penyusunan tesis ini.
2. dr. Chairiyah Tanjung, SpKK selaku pembimbing kedua tesis ini dan sebagai Ketua Program Studi Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang telah bersedia meluangkan waktu, pikiran dan tenaga serta dengan penuh kesabaran selalu membimbing, memberikan nasehat, masukan, koreksi dan motivasi kepada saya selama proses penyusunan tesis ini maupun selama menjalani pendidikan sehari-hari. 3. Prof. Dr. dr. Irma D.Roesyanto-Mahadi, SpKK(K), sebagai Ketua Departemen
Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk mengikuti pendidikan spesialis di bidang Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara dan sebagai anggota tim penguji tesis saya yang telah memberikan bimbingan dan koreksi untuk penyempurnaan tesis ini.
4. Prof. DR. Syahril Pasaribu, SpA(K), DTM&H, Bapak Rektor Universitas Sumatera Utara, dan Prof. Dr. Chairuddin P. Lubis, SpA(K), DTM&H, Bapak Rektor Universitas Sumatera Utara pada saat saya diterima sebagai peserta program pendidikan dokter spesialis yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk dapat melaksanakan studi pada Universitas yang Bapak pimpin.
5. Prof. dr. Gontar A. Siregar, SpPD-KGEH, Bapak Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk mengikuti Program Pendidikan Dokter Spesialis di Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
6. dr. Oratna Ginting, SpKK dan dr. Salia Lakswinar, SpKK, sebagai anggota tim penguji, yang telah memberikan bimbingan dan koreksi untuk penyempurnaan tesis ini.
7. Prof. dr. Diana Nasution, SpKK(K), sebagai Ketua Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara pada saat saya diterima sebagai peserta program pendidikan dokter spesialis, yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk mengikuti
(8)
pendidikan spesialis di bidang Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
8. Para Guru Besar, Prof. Dr. dr. Marwali Harahap, SpKK(K), Prof. dr. Mansur A. Nasution, SpKK(K), serta seluruh staf pengajar di Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin FK USU, RSUP H.Adam Malik Medan dan RSUD Dr. Pirngadi Medan yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, yang telah membantu dan membimbing saya selama mengikuti pendidikan ini. 9. Bapak Direktur RSUP H.Adam Malik Medan dan Direktur RSUD Dr.
Pirngadi Medan yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas kepada saya selama menjalani pendidikan keahlian
10.Seluruh staf/pegawai dan perawat di Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin, baik di RSUP H.Adam Malik Medan, RSUD Dr. Pirngadi Medan, terima kasih atas bantuan, dukungan, dan kerjasama yang baik selama ini. 11.Kedua orangtua saya tercinta Prof. dr. Darwin Dalimunthe, PhD dan dr. Ria
Masniari Lubis, MSi yang dengan penuh cinta kasih, keikhlasan, doa, kesabaran, dan pengorbanan yang luar biasa untuk mengasuh, mendidik, dan membesarkan saya, serta tidak bosan-bosannya memotivasi saya untuk terus melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Kiranya hanya Allah SWT yang dapat membalas segalanya.
12.Bapak dan Ibu mertua saya Drs. Idham Khalid dan Sabariah, B.Sc, terima kasih atas doa dan dukungan yang telah diberikan kepada saya.
13.Suami saya tercinta Alex Prabudi, ST terima kasih yang setulus-tulusnya atas segala pengorbanan, kesabaran, pengertian, dukungan, doa, semangat serta bantuan di setiap saat hingga saya dapat menyelesaikan pendidikan ini.
14.Adik saya tercinta, dr. Naomi Niari Dalimunthe, Mked(PD), saudara ipar saya, Heni Agnesia, AMd, Ice Yunika, SH dan Eni Syahfitri, AMd, terima kasih atas doa dan dukungan yang telah diberikan kepada saya selama ini.
15.Sahabat-sahabat saya tersayang, dr. Sevina Marisya, Mked(Ped), SpA dan Beryl, ST, MT yang telah menjadi teman berbagi cerita suka dan duka selama menjalani masa pendidikan dan menyelesaikan tesis ini.
16.Teman seangkatan saya tersayang, dr. Sufina F. Nasution, dr. Olivia Anggrenni, dr. Margaret NO Sibarani, Mked(KK), SpKK, dan dr. Rudyn Reymond Panjaitan, Mked(KK), SpKK, terima kasih untuk kerja sama, kebersamaan, waktu dan kenangan yang tidak akan pernah terlupakan selama menjalani pendidikan ini.
17.dr. Khairur Rahmah, SpKK, dr. Sudarsono, Mked(KK), SpKK, dr. Khairina, SpKK, dr. Riana Miranda Sinaga, SpKK, dr. Nova Zairina Lubis, dr. Rini AC Saragih, dr. Wahyuni, dr. Cut Putri, dr. Irina Damayanti, dr. T. Sy. Dessi Indah Sari AS, Mked(KK), SpKK, dr. Sri Naita Purba, Mked(KK), SpKK, dr. Oliviti Natali, Mked(KK), SpKK, dr. Herlin Novita Pane, Mked(KK), SpKK, dr. Riska Apriyani, dr. Syarifah Uliana yang telah menjadi teman berbagi cerita suka dan duka selama menjalani masa pendidikan dan penyelesaian tesis ini.
18.Semua teman-teman PPDS Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang telah memberikan bantuan, dukungan, dan kerjasama kepada saya selama menjalani masa pendidikan dan penyelesaian tesis ini, saya ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.
(9)
19.Seluruh keluarga dan handai tolan yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, baik secara langsung maupun tidak langsung, yang telah banyak memberikan bantuan, baik moril maupun materil, saya ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.
Saya menyadari bahwa tesis ini masih memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan tesis ini. Kiranya tesis ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.
Akhir kata, dengan penuh kerendahan hati, izinkanlah saya untuk menyampaikan permohonan maaf yang setulus-tulusnya atas segala kesalahan, kekhilafan dan kekurangan yang telah saya lakukan selama proses penyusunan tesis dan selama saya menjalani pendidikan. Semoga segala bantuan, dorongan dan petunjuk yang telah diberikan kepada saya selama menjalani pendidikan, kiranya mendapat balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT.
Medan, September 2013 Penulis
dr. Dina Arwina Dalimunthe
(10)
DAFTAR ISI
Halaman
Abstrak ... Abstract ... Kata Pengantar ... Daftar Isi ... Daftar Tabel ... Daftar Gambar ... Daftar Lampiran ...
i ii iii vi viii ix x
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ... 1.2 Rumusan Masalah ... 1.3 Tujuan Penelitian ... 1.3.1 Tujuan umum ... 1.3.2 Tujuan khusus ... 1.4 Hipotesis ... 1.5 Manfaat Penelitian ...
1 3 3 3 3 3 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Veruka Vulgaris ... 2.1.1 Defenisi ... 2.1.2 Etiologi ... 2.1.3 Epidemiologi ... 2.1.4 Patogenesis ... 2.1.5 Gambaran Klinis ... 2.1.6 Histopatologi ... 2.1.7 Diagnosis ... 2.1.8 Penatalaksanaan ... 2.2 Elektrodesikasi Disertai Kuretase ... 2.3 Larutan fenol 80% ... 2.4 Kerangka Teori ... 2.5 Kerangka Konsep ...
5 5 5 5 6 7 7 7 8 9 11 14 14
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Disain Penelitian ... 3.2 Waktu dan Tempat Penelitian ... 3.3 Populasi Penelitian ... 3.4 Sampel Penelitian ... 3.5 Kriteria Inklusi dan Eksklusi ...
3.5.1 Kriteria inklusi ... 3.5.2 Kriteria eksklusi ... 3.6 Identifikasi Variabel ... 3.7 Defenisi Operasional ...
15 15 15 15 16 16 16 17 17
(11)
3.7.1 Veruka vulgaris ... 3.7.2 Jenis pengobatan veruka vulgaris ... 3.7.3 Efikasi klinis ... 3.7.4 Usia ... 3.7.5 Hamil ... 3.7.6 Menyusui ... 3.7.7 Alat pacu jantung ... 3.7.8 Skar keloid ... 3.8 Alat dan Bahan, Cara Kerja dan Pengamatan ...
3.8.1 Alat dan bahan ...
3.8.2 Cara kerja ... 3.8.3 Pengamatan (follow up) ... 3.9 Kerangka Operasional ... 3.10 Pengolahan dan Analisa Data ... 3.11 Persetujuan Komite Etik Penelitian ...
17 17 18 18 18 18 18 18 18 18 19 21 21 22 22
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Karakteristik Subyek Penelitian ... 4.2 Lokasi Veruka Vulgaris ... 4.3 Hubungan Metode Pengobatan dengan Kesembuhan pada
Akhir Minggu ke-3 ... 4.4 Hubungan Metode Pengobatan dengan Kesembuhan pada
Akhir Minggu ke-6 ... 4.5 Hubungan Lokasi Veruka Vulgaris dengan Kesembuhan
Pada Akhir Minggu ke-3 pada Elektrodesikasi Disertai Kuretase ...
4.6 Hubungan Lokasi Veruka Vulgaris dengan Kesembuhan Pada Akhir Minggu ke-6 pada pengolesan larutan fenol 80% ...
4.7 Pendapat Pasien Mengenai Metode Pengobatan ... 23 24 25 26 27 28 28
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ... 5.2 Saran ...
30 30
DAFTAR PUSTAKA ...
LAMPIRAN ... 31
(12)
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Tabel 2.1 Pilihan Pengobatan pada Veruka di Kulit ... 9
2. Tabel 4.1 Jenis Kelamin Subyek Penelitian ……… 23
3. Tabel 4.2 Umur Subyek Penelitian ………... 24
4. Tabel 4.3 Lokasi Veruka Vulgaris ……….... 24
5. Tabel 4.4 Kesembuhan pada Akhir Minggu ke-3 Berdasarkan Metode Pengobatan ………... 25 6. Tabel 4.5 Kesembuhan pada Akhir Minggu ke-6 Berdasarkan Metode Pengobatan ………... 26 7. Tabel 4.6 Komplikasi pada Akhir Minggu ke-6 Berdasarkan Metode Pengobatan ... 27
8. Tabel 4.7 Kesembuhan pada Akhir Minggu ke-3 pada Elektrodesikasi Disertai Kuretase Berdasarkan Lokasi Veruka Vulgaris ……… 27
9. Tabel 4.8 Kesembuhan pada Akhir Minggu ke-6 pada Pengolesan Larutan Fenol 80% Berdasarkan Lokasi Veruka Vulgaris ……… 28 10. Tabel 4.9 Pendapat Pasien Mengenai Metode Pengobatan 29
(13)
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Gambar 2.1 Diagram Kerangka Teori ... 14
2. Gambar 2.2 Diagram Kerangka Konsep ……… 14
3. Gambar 3.1 Diagram Kerangka Operasional ……… 21
(14)
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Lampiran 1 Naskah Penjelasan Kepada Pasien/Orang Tua/Keluarga
Pasien ………. 34
2. Lampiran 2 Lembar Persetujuan Ikut Serta Dalam Penelitian …….. 37
3. Lampiran 3 Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan (Informed Consent) ………. 38
4. Lampiran 4 Status Pasien ……… 39
5. Lampiran 5 Persetujuan Komisi Etik Penelitian ……….. 42
6. Lampiran 6 Data Penelitian ………. 43
7. Lampiran 7 Hasil Analisa Statistik ……… 46
(15)
ABSTRAK
Veruka vulgaris adalah penyakit kulit yang disebabkan infeksi human papiloma virus (HPV). Terdapat banyak modalitas pengobatan untuk veruka vulgaris. Dua diantaranya adalah elektrodesikasi disertai kuretase yang merupakan tindakan bedah dan pengolesan larutan fenol 80% yang merupakan pengobatan topikal. Penelitian ini bertujuan membandingkan efikasi klinis kedua metode pengobatan tersebut. Penelitian dengan disain uji klinis terbuka dilaksanakan di RSUD Dr. Pirngadi Medan dan di RSUP H.Adam Malik Medan pada bulan Februari sampai Juni 2013 terhadap 17 pasien veruka vulgaris. Pada masing-masing pasien dilakukan kedua metode pengobatan yang dimulai pada hari yang sama. Pada pengamatan akhir minggu ke-3 dan akhir minggu ke-6 terlihat bahwa veruka vulgaris yang diberi pengobatan elektrodesikasi disertai kuretase lebih banyak yang sembuh (76,5%, 100%) dibandingkan yang diberi pengobatan pengolesan larutan fenol 80% (11,8%, 64,7%). Hasil uji chi-square dan eksak Fisher menunjukkan terdapat perbedaan yang bermakna secara statistik antara proporsi kesembuhan veruka vulgaris yang diberi pengobatan elektrodesikasi disertai kuretase dengan yang diberi pengolesan larutan fenol 80% pada akhir minggu ke-3 (p< 0,001) dan pada akhir minggu ke-6 (p=0,018). Disimpulkan terdapat perbedaan efikasi klinis antara elektrodesikasi disertai kuretase dengan pengolesan larutan fenol 80% pada pengobatan veruka vulgaris dimana elektrodesikasi disertai kuretase hasilnya lebih baik. Disarankan penelitian selanjutnya dapat menemukan konsentrasi dan selang waktu pengolesan larutan fenol yang lebih tepat agar pengobatan ini mempunyai efikasi klinis yang tidak berbeda dengan elektrodesikasi disertai kuretase, sehingga dapat digunakan sebagai salah satu pilihan pengobatan pada veruka vulgaris.
(16)
ABSTRACT
Common warts are skin diseases which caused by infection with human papillomavirus (HPV). There are many treatment modalities for common warts. Two of them are electrodesiccation and curettage that classified as surgery and apply of 80% phenol solution that classified as topical treatment. This study aims to compare clinical efficacy between the two treatment methods. Open clinical trial was done at Dr.Pirngadi General Hospital Medan and H.Adam Malik General Hospital Medan from February to June 2013 on 17 patients with common warts. Both of treatments were performed on patients respectively which began at the same day. On follow up after three weeks and after six weeks was known that common warts cure rate was higher in electrodesiccation and curettage (76.5%, 100%) than in apply of 80% phenol solution (11.8%, 64.7%). Results of chi-square and Fisher’s exact test show there was statistically significant difference common warts cure rate between electrodesiccation and curettage and apply of 80% phenol solution after three weeks (p<0.001) and after six weeks (p=0.018). In conclusion there was clinical efficacy difference between electrodesiccation and curettage and apply of 80% phenol solution on treatment of common warts where electrodesiccation and curettage has better result. Suggest to further study can find out concentration and time interval of apply of phenol solution which more accurate in order to this treatment has no difference clinical efficacy to electrodesiccation and curettage so it can be used as common warts treatment of choice.
(17)
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Infeksi human papiloma virus (HPV) merupakan hal yang umum dan
sebagian besar manusia pernah mengalaminya.1 Manifestasi yang paling umum
dari infeksi HPV adalah veruka vulgaris.2 Veruka vulgaris dapat terjadi pada
semua usia, umumnya terdapat pada anak-anak dan dewasa muda sebanyak
sekitar 25%.
Belum ada data pasti mengenai jumlah penderita veruka vulgaris di
Indonesia. Berdasarkan data dari rekam medis RSUP H.Adam Malik Medan dari
5644 pasien yang datang berobat ke Poliklinik Kulit dan Kelamin sepanjang tahun
2011, 23 orang diantaranya (0,41%) adalah pasien dengan veruka vulgaris. Di
RSUD Dr. Pirngadi Medan pada tahun 2011 dari 6908 pasien yang datang berobat
ke Poliklinik Kulit dan Kelamin terdapat 121 pasien veruka vulgaris (1,75%).
1,3
Pengobatan pada veruka vulgaris bertujuan mengobati ketidaknyamanan
pasien baik fisik maupun psikologis, dan mencegah penyebaran infeksi.
Pengobatan sebaiknya nyaman bagi pasien dengan komplikasi yang minimal.4
Terdapat banyak modalitas pengobatan yang dapat dilakukan untuk pengobatan
veruka vulgaris, baik berupa pengobatan topikal, pengobatan sistemik dan
tindakan bedah.3,4,5
Salah satu tindakan bedah adalah elektrodesikasi disertai kuretase yang
merupakan pilihan pengobatan paling sering digunakan untuk veruka vulgaris di
Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUP H.Adam Malik Medan dan RSUD
(18)
Dr. Pirngadi Medan. Sebagian pasien ada yang merasa kurang nyaman dengan
pengobatan ini, karena diperlukannya pemberian injeksi anastesi lokal yang
menimbulkan rasa sakit.
Pengobatan topikal dapat menjadi pilihan untuk menghindari hal tersebut,
selain cara dan alat yang dibutuhkan juga lebih sederhana. Ada beberapa
pengobatan topikal untuk veruka vulgaris seperti pemberian asam salisilat, asam
laktat dan antralin. Tinjauan Cochrane (2009) dan Sam Gibbs dkk (2002) tidak
menunjukkan adanya pengobatan topikal yang paling baik untuk veruka
vulgaris.
6
Fenol adalah senyawa yang diperoleh dari isolasi tar yang telah banyak
digunakan pada kehidupan sehari-hari.
7,8
9
Pada konsentrasi rendah (2-3%) fenol
dapat digunakan sebagai antiseptik dan antimikroba sedang pada konsentrasi
tinggi (80-90%) fenol dapat bersifat kaustik.9,10,11 Banihashemi dkk (2008)
melakukan percobaan pengobatan topikal dengan menggunakan larutan fenol 80%
yang dibandingkan dengan bedah beku pada pengobatan veruka vulgaris.
Hasilnya ternyata tidak ada perbedaan bermakna diantara kedua modalitas
pengobatan tersebut.12 Belum adanya penelitian di Indonesia yang menggunakan
larutan fenol 80% sebagai pengobatan pada veruka vulgaris menyebabkan peneliti
berminat melakukan penelitian untuk membandingkan efikasi klinis antara
elektrodesikasi disertai kuretase dengan pengolesan larutan fenol 80% dalam
(19)
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana perbandingan efikasi klinis antara elektrodesikasi disertai
kuretase dengan pengolesan larutan fenol 80% dalam pengobatan veruka
vulgaris?
1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan umum
Mengetahui perbandingan efikasi klinis antara elektrodesikasi disertai
kuretase dengan pengolesan larutan fenol 80% dalam pengobatan veruka vulgaris.
1.3.2 Tujuan khusus
a. Mengetahui proporsi kesembuhan pengobatan veruka vulgaris dengan
elektrodesikasi disertai kuretase pada akhir minggu ke-3 dan akhir
minggu ke-6.
b. Mengetahui proporsi kesembuhan pengobatan veruka vulgaris dengan
pengolesan larutan fenol 80% pada akhir minggu ke-3 dan akhir minggu
ke-6
1.4 Hipotesis
Terdapat perbedaan efikasi klinis antara elektrodesikasi disertai kuretase
dengan pengolesan larutan fenol 80% dalam pengobatan veruka vulgaris.
1.5 Manfaat Penelitian
a. Hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan dokter dan menjadi
pilihan alternatif pengobatan veruka vulgaris yang lebih mudah, aman
(20)
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi data bagi penelitian
(21)
`BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Veruka Vulgaris 2.1.1 Definisi
Veruka vulgaris adalah infeksi HPV pada epidermis dengan gambaran
klinis berupa papul, nodul berbentuk kubah sewarna dengan kulit, permukaan
kasar dan berbatas tegas, dapat tunggal maupun berkelompok. Predileksi
terutama di daerah tangan, siku, lutut, kaki dan jari-jari.4,5,13,14
2.1.2 Etiologi
Veruka vulgaris disebabkan oleh infeksi HPV pada epidermis. Sub tipe
HPV yang telah diketahui menyebabkan veruka vulgaris adalah sub tipe HPV 1,
2, 4, 7, 27, 29, 57 dan 63.1,5
2.1.3 Epidemiologi
Sebagian besar orang pernah terinfeksi dengan HPV dalam
kehidupannya.14 Veruka vulgaris merupakan gambaran infeksi HPV yang paling
umum, terdapat paling banyak pada usia 5-20 tahun dan hanya 15% yang terdapat
pada usia diatas 35 tahun.1,5,13 Veruka vulgaris dapat mengenai seluruh ras. Di
Amerika Serikat, frekuensi veruka vulgaris pada ras kulit putih mendekati 2 kali
lipat dibandingkan ras kulit hitam maupun Asia, dantidak ada perbedaan antara
pria dan wanita.
Sering terpapar dengan air merupakan faktor resiko untuk terjadinya
veruka vulgaris. Tukang daging dan tukang ikan memiliki insiden yang lebih
(22)
tinggi terjadinya veruka vulgaris pada tangan, prevalensinya mencapai hingga
50% bagi yang sering kontak dengan daging dan ikan.1 Terjadi juga peningkatan
insiden veruka vulgaris pada perenang yang sering menggunakan kolam renang
umum.5
2.1.4 Patogenesis
Human papiloma virus ditularkan secara kontak langsung antara orang
dengan orang (kulit dengan kulit) atau secara tidak langsung dari benda-benda
yang dapat menjadi sumber penularan. Virus dapat bertahan pada lingkungan
hangat dan lembab, misalnya lantai kamar ganti kolam renang, lantai pinggir
kolam renang, lantai tempat mandi pancuran dan sebagainya.3,13,15,16
Autoinokulasi juga merupakan cara penularan yang penting dimana Massing dan
Epstain menemukan peningkatan insiden dan resiko infeksi berulang pada orang
yang telah mendapat veruka vulgaris sebelumnya.
Transmisi virus biasanya terjadi pada tempat trauma atau bagian kulit yang
terdapat abrasi, maserasi atau fisura.
15,16
13,16
Virus akan mengadakan inokulasi pada
epidermis melalui defek pada epitelium.
Agar dapat menyebabkan infeksi, virus tampaknya harus memasuki sel
punca atau merubah sel yang terinfeksi menjadi menyerupai sel punca. Setelah
masuk, sebuah salinan atau beberapa salinan dari genom viral berperan sebagai
plasmid ekstrakromosom atau episom di dalam nukleus sel basal epitel yang
terinfeksi. Ketika sel ini membelah viral genom juga bereplikasi dan mengambil
tempat pada sel anakan, yang akan mengantarkan infeksi virus ke lapisan-lapisan
epitelium berikutnya.
5
(23)
Masa inkubasi dari inokulasi hingga menimbulkan veruka bervariasi dari
1-6 bulan atau lebih.13,15
2.1.5 Gambaran klinis
Gambaran klinis veruka vulgaris berupa papul, nodul berbentuk kubah
sewarna dengan kulit dengan permukaan kasar, berbatas tegas, dapat tunggal
ataupun berkelompok. Predileksi terutama di daerah tangan, siku, lutut, kaki dan
jari-jari.4,5,13,14 Biasanya asimtomatik, tetapi dapat mengganggu secara kosmetik.15
2.1.6 Histopatologi
Veruka vulgaris memberikan gambaran histopatologi berupa epidermal
akantosis dengan papilomatosis, hiperkeratosis dan parakeratosis. Terdapat
pemanjangan rete ridge pada bagian tengah veruka. Pembuluh darah kapiler dermis menonjol dan dapat terjadi trombosis.5,15
2.1.7 Diagnosis
Diagnosis veruka vulgaris dapat ditegakkan berdasarkan gambaran klinis
dan anamnesis.5 Lesi veruka vulgaris yang khas jarang membutuhkan
pemeriksaan histopatologi. Pemeriksaan ini hanya dilakukan pada kasus-kasus
yang memerlukan konfirmasi.1 Selain histopatologi, jika diagnosis veruka vulgaris
meragukan, dapat dilakukan pemotongan sedikit permukaan lesi veruka vulgaris
dengan mata pisau bedah nomor 15 dan dilihat karakteristik berupa bintik hitam
(24)
2.1.8 Penatalaksanaan
Tujuan dari penatalaksanaan veruka vulgaris adalah untuk mengobati
ketidaknyamanan pasien baik fisik maupun psikologis dan untuk mencegah
penyebaran infeksi.4 Hal ini dilakukan dengan menghilangkan lesi pada kulit
dengan kerusakan seminimal mungkin pada kulit sehat.17 Veruka vulgaris dapat
mengalami resolusi spontan dalam 2-3 tahun.2 Satu penelitian pada tahun 1963
mengatakan hanya sekitar 40% pasien dengan veruka vulgaris yang dapat
mengalami resolusi spontan setelah 2 tahun.
Pemilihan pengobatan dilakukan berdasarkan lokasi, ukuran dan jumlah
lesi veruka vulgaris; usia, kerjasama pasien dan keinginan pasien; serta
pengalaman dokter.
18
17
Nyeri, ketidaknyamanan, resiko terjadi parut dan
untung-rugi bagi pasien harus dipertimbangkan.5 Indikasi dilakukannya pengobatan pada
veruka berdasarkan The American Academy of Dermatology Committe and
Guidelines of Care adalah keinginan pasien untuk diobati, terdapat gejala berupa
nyeri, berdarah, gatal atau rasa terbakar, lesi yang mengganggu secara kosmetik
maupun fungsi, lesi banyak atau besar, pasien ingin mencegah penularan veruka
kepada dirinya sendiri atau orang lain dan keadaan pasien imunosupresif.
Pengobatan yang ideal sebaiknya dapat mengeliminasi lesi veruka tanpa
rasa nyeri, pengobatan dapat diselesaikan dalam 1-3 kali pengobatan, tidak
menimbulkan parut, dapat mencegah timbulnya kekambuhan dan dapat
diaplikasikan pada seluruh pasien.
18
18
Kebanyakan pengobatan veruka vulgaris
secara dekstruksi fisik sel yang terinfeksi. Ada beberapa modalitas pengobatan
(25)
bedah, pengobatan sistemik, hipnoterapi dan pengobatan dengan agen
imunosupresif (Tabel 2.1).19
Tabel 2.1 Pilihan Pengobatan pada Veruka di Kulit*
Pengobatan Modaliti Tipe veruka secara klinis Tingkat
bukti Terapi lini pertama
Asam salisilat Argentum nitrat Glutaraldehid Formaldehid Tretinoin
Terapi lini kedua Krioterapi Terapi lini ketiga Bleomisin Fluorourasil Levamisol
Terapi fotodinamik
Kuretase, cauterisasi, pembedahan Laser
Imunoterapi kontak Simetidin
Interferon
Imunoterapi dengan antigen mumps atau kandida
Hipnoterapi
Terapi panas terlokalisir Imikuimod Topikal Topikal Topikal Topikal Topikal Destruktif Intralesional Topikal Sistemik Destruktif Destruktif Destruktif Topikal Sistemik Intralesional Intralesional Lainnya Lainnya Topikal Vulgaris/periungual/subungual/plantaris Vulgaris Plantaris Plantaris Flat Vulgaris/filiformis Vulgaris/plantaris Vulgaris/plantaris Vulgaris multipel/flat/plantaris Vulgaris Vulgaris/plantaris Vulgaris multipel/plantaris Vulgaris multipel Vulgaris Vulgaris Vulgaris Vulgaris Vulgaris/periungual/subungual/flat Vulgaris UAT UAT UAT UKT UAT UAT UAT UAT UAT UAT UAT UAT UAT UAT UAT UKT UAT UAT UKT UKT = uji klinis terbuka ; UAT = uji acak terkontrol
*Dikutip dengan perubahan dari kepustakaan no. 19
2.2 Elektrodesikasi Disertai Kuretase
Elektrodesikasi dan kuretase adalah prosedur yang sudah sangat dikenal
pada bidang dermatologi sebagai terapi neoplasma jinak dan superfisial.
Elektrodesikasi adalah salah satu bagian dari bedah listrik. Pada
elektrodesikasi elektroda aktif bersentuhan pada kulit untuk menghancurkan
jaringan.
20
21
Jaringan mengalami kehancuran karena panas yang diterimanya
mengakibatkan jaringan kehilangan air, menjadi kering dan menyebabkan
kerusakan serta kematian jaringan.22,23 Besarnya tingkat kerusakan tergantung
(26)
modalitas terapi yang efektif untuk tumor papula dan menyerupai plak di
epidermis seperti keratosis seboroik, veruka dan moluskum.
Elektrodesikasi harus dihindari pada pasien pengguna alat pacu jantung
dan memiliki riwayat skar keloid.
23,24
25,26
Pada kulit yang akan dilakukan tindakan
elektrodesikasi sebaiknya dibersihkan dengan antiseptik yang tidak mudah
terbakar atau tunggu hingga benar-benar kering jika menggunakan alkohol untuk
menghindari luka bakar yang tidak diinginkan.
Kuret adalah alat yang telah lama menjadi peralatan standar dermatologi.
Kuret digunakan untuk mengangkat berbagai lesi kulit, misalnya veruka, keratosis
seboroik dan moluskum kontangiosum.
25
Elektrodesikasi disertai kuretase mengindikasikan elektrodesikasi sebagai
komponen penghancur lesi yang utama, dan kuretase untuk mengangkat lesi yang
telah didesikasi serta mendeteksi adanya bagian-bagian lesi yang masih
memerlukan desikasi lagi. Teknik ini biasa digunakan pada veruka dan skin tag.
26
Setelah elektrodesikasi disertai kuretase selesai dilakukan luka dibersihkan
kemudian diberi antibiotik topikal 2 kali sehari. Membiarkan luka terbuka
berhubungan dengan hasil penyembuhan yang baik.
24,26
25
Nyeri yang dirasakan
dengan tindakan ini minimal dan dapat diatasi dengan analgetik. Penyembuhan
luka terjadi dalam waktu 2-4 minggu.25 Penelitian oleh Ginting (1988)
memperlihatkan penyembuhan 95% dari seluruh pasien veruka vulgaris di kulit
(27)
2.3 Larutan Fenol 80%
Fenol dikenal juga dengan berbagai nama seperti asam karbolik, benzenol,
hidroksi benzen, mohidroksibenzen, monofenol, asam fenik, asam fenilik, fenilik
alkohol, fenil hidroksida, fenil hidrat dan oksibenzen adalah molekul dengan
rumus kimia C6H6O. Molekul ini memiliki berat molekul 94,11 g/mol, berat jenis
1,065, titik leleh pada 43°C dan titik didih pada 181,8°C.11,28,29 Bentuk fenol
berupa kristal putih higroskopis dengan bau yang sedikit aromatis.11,28,29
Penyimpanannya harus dalam wadah tertutup rapat dan terlindung dari cahaya.
Pada tahun 1834 seorang ahli kimia berkebangsaan Jerman bernama
Friedlieb Runge menemukan asam karbolik yang diperolehnya dari mengisolasi
tar batubara.
11
30,31
Kemudian senyawa ini diperkenalkan dengan nama fenol oleh
Charles Frederick Gerhardt seorang ahli kimia berkebangsaan Perancis di tahun
1841.
Senyawa ini dan turunannya banyak digunakan dalam kehidupan
sehari-hari, di rumah tangga, industri dan pengobatan.
32
28
Dalam bidang pengobatan fenol
digunakan sebagai antiseptik untuk luka pada manusia pertama sekali oleh
Lemaire di Perancis pada tahun 1864 kemudian Lister di Skotlandia pada tahun
1867.31 Lima tahun kemudian Lister merekomendasikan penggunaaan larutan
fenol konsentrasi 1:40 sebagai antiseptik untuk tindakan operasi dengan khasiat
bakterisidal dan fungisidal dengan mekanisme kerja denaturasi sel bakteri dan
jamur.9,10,31
Fenol dalam konsentrasi rendah (2-3%) dapat menyebabkan rasa terbakar
dan kemerahan pada kulit, sedangkan dalam konsentrasi tinggi (80-90%)
(28)
merupakan agen kautik, menimbulkan krusta putih pada permukaan kulit dan
dapat berpenetrasi ke jaringan.
Fenol telah lama digunakan sebagai pengobatan dalam bidang
dermatologi.
9,12
32
Sekitar 100 tahun yang lalu kepala Departemen Dermatologi dan
Sifilislogi New York, Goerge Miller McKee telah menggunakan fenol untuk
pengelupasan kimia dan bersama dengan koleganya Florentine L Karp telah
mempublikasikan pengalaman mereka selama 10 tahun menggunakan
pengelupasan fenol untuk skar akne.
Penggunaan fenol sebagai terapi untuk berbagai kelainan dalam bidang
dermatologi semakin berkembang. Saat ini fenol fenol telah digunakan sebagai
terapi antara lain untuk moloskum kontangiosum, keratosis aktinik, penyakit
bowen, veruka vulgaris, vitiligo, alopesia areata, ingrowing nail dan mengatasi penuaan, melasma, hiperpigmentasi setelah inflamasi, akne, skar, nevus dan
xantelasma.
32
Banyak produk yang mengandung fenol secara alami, seperti pada tanaman
maupun hewan, sehingga fenol juga merupakan komponen normal yang terdapat
dalam urin.
12,30,33-37
31
Tubuh manusia memiliki tiga mekanisme untuk memetabolisme
fenol, secara konjugasi, oksidasi dan ekskresi. Semua fenol yang terdapat dalam
makanan akan dikonjugasi di usus menjadi fenil sulfat dan glukoronida sebelum
diabsorbsi ke aliran darah.31 Konjugasi fenol juga terjadi di ginjal, hati dan sel
darah merah.31 Dari pengamatan hewan coba, terlihat sekitar 25-50% fenol
dioksidasi menjadi karbon dioksida dan air dan sebagian kecil mengalami oksidasi
menjadi katekol dan kuinilon.31 Pada akhirnya fenol yang telah mengalami proses
(29)
Fenol dapat diabsorbsi melalui kulit dan mukosa.31 Banyaknya absorbsi
tergantung dari luas area yang terlibat, waktu terpapar dan konsentrasi.31 Fenol
dapat melalui plasenta dan ditemukan pada air susu ibu.
Fenol dapat menyebabkan toksisitas.
38
39
Belum ada dosis toksik yang pasti
untuk fenol, namun diperkirakan oleh Nothnagel dan Rossbach mengonsumsi
8-15 gram fenol dapat menyebabkan kematian.39 Menurut Benatar diperlukan
1 gram fenol dalam darah untuk menyebabkan kematian dan Sax melaporkan
bahwa kematian dapat terjadi bila luas area yang terlibat sebesar 64 inci2.40
Tanda-tanda dari keracunan fenol dapat berupa takhikardi, hipotensi, aritmia,
(30)
2.4 Kerangka Teori
Gambar 2.1 Diagram Kerangka Teori
2.5 Kerangka Konsep
Gambar 2.2 Diagram Kerangka Konsep
Efikasi klinis
- Elektrodesikasidisertai kuretase - Pengolesan larutan
fenol 80%
Jenis pengobatan veruka
vulgaris
- Elektrodesikasi disertai kuretase
- Pengolesan larutan fenol 80%
Elektrodesikasi disertai kuretase
Jaringan mati Panas
Bersifat asam, korosif
Jaringan mati Denaturasi protein Veruka
vulgaris
Pengolesan larutan fenol
80%
Jaringan kehilangan air
Veruka vulgaris
(31)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Penelitian dilakukan dengan metode uji klinis terbuka (open clinical trial).42,43
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2.1 Waktu penelitian
Penelitian dilakukan mulai bulan Februari sampai Juni 2013.
3.2.2 Tempat penelitian
Penelitian dilakukan di Poliklinik Divisi Bedah Kulit Ilmu Kesehatan Kulit
dan Kelamin RSUP H.Adam Malik Medan dan RSUD Dr. Pirngadi Medan.
3.3 Populasi Penelitian 3.3.1 Populasi target
Pasien dengan veruka vulgaris.
3.3.2 Populasi terjangkau
Pasien dengan veruka vulgaris yang berobat ke Poliklinik Ilmu Kesehatan
Kulit dan Kelamin RSUP H.Adam Malik Medan dan RSUD Dr. Pirngadi Medan.
3.4 Sampel Penelitian
Sampel adalah populasi terjangkau yang memenuhi kriteria inklusi dan
kriteria eksklusi sejak bulan Februari 2013 hingga besar sampel terpenuhi
(consecutive sampling). Besar sampel dihitung menggunakan rumus besar sampel untuk pengujian hipotesis dua proporsi populasi.44,45
(32)
2 2 1 2 2 2 1 1 1 2 1 2 1 ) P P ( } ) P 1 ( P ) P 1 ( P z ) P 1 ( P 2 z { n n − − + − + − =
= −α −β
Keterangan :
n1 = n2
α = 0,05
= besar sampel minimum untuk tiap kelompok
96 , 1 z1−α2 =
β = 90% z1−β=1,282
=
1
P proporsi kesembuhan veruka vulgaris dengan cara elektrodesikasi disertai
kuretase = 0,95 (Ginting, 1988)
= 2 P 2 P P P= 1+ 2
proporsi kesembuhan veruka vulgaris dengan menggunakan larutan fenol
80% = 0,13 ( Banihashemi dkk, 2008 )
Dari hasil perhitungan diperoleh n1 = n2 = 5,3 digenapkan menjadi 6.
Pasien veruka vulgaris multipel yang diikutsertakan dalam penelitian ini sebanyak
17 orang. Setiap pasien diberi kedua jenis pengobatan.
3.5 Kriteria Inklusi dan Eksklusi 3.5.1 Kriteria inklusi :
a. Pasien dengan veruka vulgaris multipel
b. Berusia > 8 tahun
c. Bersedia ikut dalam penelitian
3.5.2 Kriteria eksklusi :
a. Pasien hamil atau menyusui
b. Pasien pemakai alat pacu jantung
(33)
3.6 Identifikasi Variabel
Variabel bebas: jenis pengobatan veruka vulgaris
Variabel terikat: efikasi klinis
3.7 Definisi Operasional 3.7.1 Veruka vulgaris
Veruka vulgaris adalah penyakit kulit berupa proliferasi jinak kulit yang
disebabkan oleh HPV. Diagnosis klinis veruka vulgaris ditegakkan dengan
ditemukannya papul atau nodul dengan permukaan yang kasar, sewarna dengan
kulit, berbatas tegas, dapat tunggal ataupun berkelompok. Predileksi terutama di
daerah jari, tangan, siku, lutut dan kaki.
3.7.2 Jenis pengobatan veruka vulgaris
Jenis pengobatan veruka vulgaris adalah elektrodesikasi disertai kuretase
dan pengolesan larutan fenol 80%.
3.7.2.1 Elektrodesikasi disertai kuretase
Elektrodesikasi adalah salah satu varian dari bedah listrik yang
menggunakan energi panas yang dihasilkan oleh sirkuit untuk merusak jaringan di
mana ujung elektrode bersentuhan langsung dengan jaringan. Kuretase adalah
proses mengangkat jaringan yang telah rusak akibat elektrodesikasi dengan
menggunakan alat kuret.
3.7.2.2 Pengolesan larutan fenol 80%
Pengolesan larutan fenol 80% adalah pemberian secara topikal larutan
fenol 80% pada lesi veruka vulgaris. Larutan fenol 80% adalah fenol dalam
(34)
3.7.3 Efikasi klinis
Efikasi klinis adalah sembuh secara klinis, yaitu terdapat keadaan dimana
lesi veruka vulgaris telah menghilang dan luka menutup sempurna dan keadaan
kulit mendekati kulit normal.
3.7.4 Usia
Usia pasien adalah umur pasien yang diperoleh dari data identitas pasien.
3.7.5 Hamil
Hamil adalah masa dimana seorang wanita membawa janin dalam
tubuhnya.
3.7.6 Menyusui
Menyusui adalah proses pemberian air susu kepada bayi dengan air susu
ibu dari payudara ibu.
3.7.7 Alat pacu jantung
Alat pacu jantung adalah sebuah alat kecil yang dipasang dibawah kulit
dekat jantung untuk membantu mengontrol detak jantung.
3.7.8 Skar keloid
Skar keloid adalah parut yang timbul pada bekas luka yang besarnya
melewati batas luka dan dapat disertai rasa gatal.
3.8 Alat dan Bahan, Cara Kerja dan Pengamatan 3.8.1 Alat dan bahan
3.8.1.1 Alat dan bahan pengobatan dengan elektrodesikasi disertai kuretase
a. Sarung tangan
(35)
c. Kain kasa steril
d. Semprit 1 ml dangan jarum no 20
e. Anastesi lokal lidokain 2% cum adrenalin
f. Anastesi lokal lidokain 2%
g. Alat kuret untuk kulit
h. Alat bedah listrik monotermal, Lamidey France
i. Gentamisin ointment
3.8.1.2 Alat dan bahan pengobatan dengan pengolesan larutan fenol 80%
a. Sarung tangan
b. Lidi kapas
c. Tusuk gigi
d. Vaselin
e. Larutan fenol 80%
3.8.2 Cara kerja
3.8.2.1 Diagnosis klinis
Diagnosis klinis ditegakkan oleh peneliti bersama dengan pembimbing di
Poliklinik Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUP H.Adam Malik Medan dan
RSUD Dr. Pirngadi Medan.
3.8.2.2Pencatatan data dasar
Pencatatan data dasar dilakukan oleh peneliti di Poliklinik Ilmu Kesehatan
Kulit dan Kelamin RSUP H.Adam Malik Medan dan RSUD Dr. Pirngadi Medan.
Pencatatan data dasar meliputi identitas penderita, anamnesis, dan pemeriksaan
(36)
3.8.2.3 Persetujuan tindakan medis
Pasien menandatangani persetujuan tindakan medis, setelah diberikan
penjelasan mengenai prosedur tindakan yang akan dilakukan pada pasien.
3.8.2.4 Prosedur pengobatan veruka vulgaris dengan elektrodesikasi disertai
kuretase (dilakukan oleh peneliti dengan pengawasan pembimbing)
a. Pasien dibaringkan di tempat tidur
b. Lesi pada veruka vulgaris dan sekitarnya dibersihkan dengan povidon
iodine
c. Diinjeksikan lidokain 2% cum adrenalin dengan cara infiltrasi pada
sekitar lesi, kecuali lesi di akral dilakukan tanpa adrenalin
d. Ditunggu selama 10-15 menit
e. Dilakukan elektrodesikasi dari bagian tengah lesi hingga ke pinggirnya
f. Digunakan alat kuret untuk mengangkat lesi hingga ke dasarnya
g. Setelah bersih diberi gentamisin ointment
3.8.2.5 Prosedur pengobatan veruka vulgaris dengan pengolesan larutan fenol
80% (dilakukan oleh peneliti dengan pengawasan pembimbing)
a. Pasien duduk atau berbaring
b. Diberi vaselin pada sekitar lesi dengan menggunakan tusuk gigi
c. Dioleskan larutan fenol 80% dengan menggunakan lidi kapas pada lesi
hingga berwarna putih
d. Prosedur pengobatan dilakukan seminggu sekali hingga sembuh,
(37)
3.8.3 Pengamatan (follow up)
Pengamatan dilakukan untuk melihat kesembuhan secara klinis dan adanya
komplikasi. Waktu pengamatan untuk pengobatan elektrodesikasi disertai
kuretase adalah 2 hari setelah tindakan dan kemudian setiap minggu sampai luka
sembuh, maksimum 6 minggu. Waktu pengamatan untuk pengobatan pengolesan
larutan fenol 80% adalah setiap minggu sampai sembuh, maksimum 6 minggu.
Hasil pengamatan dikonfirmasi dengan pembimbing dan difoto untuk
dokumentasi.
Pada kunjungan pasien yang terakhir kali ditanyakan pendapat mereka
mengenai kedua metode pengobatan yang telah diterimanya, metode manakah
yang lebih disukai dan apa alasannya.
3.9 Kerangka Operasional
Gambar 3.1 Diagram Kerangka Operasional Elektrodesikasi
disertai kuretase
Follow up
• 2 hari
• Setiap minggu sampai sembuh
• Maksimum 6 minggu Pasien dengan
veruka vulgaris multipel
Pengolesan larutan fenol 80% setiap minggu sampai sembuh, maksimum 6
minggu
Follow up
• Setiap minggu sampai sembuh
• Maksimum 6 minggu
(38)
3.10 Pengolahan dan Analisis Data
Data yang terkumpul kemudian diolah dan selanjutnya disajikan dalam
bentuk tabel. Analisis statistik dilakukan untuk mengetahui perbedaan proporsi
kesembuhan antara kelompok yang diberi pengobatan dengan metode
elektrodesikasi disertai kuretase dengan kelompok yang diberi pengobatan dengan
metode pengolesan larutan fenol 80% pada akhir minggu ke-3 dan akhir minggu
ke-6. Analisis statistik menggunakan uji chi-square dan uji eksak Fisher dengan
tingkat kemaknaan 0,05.46
3.11 Persetujuan Komite Etik Penelitian
Penelitian ini dilakukan setelah memperoleh persetujuan dari Komite Etik
(39)
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada penelitian ini dilakukan pengobatan terhadap 17 orang subyek
penelitian, yaitu pasien yang mempunyai veruka vulgaris minimum 2 buah. Jika
pada seorang pasien dijumpai veruka vulgaris lebih dari 2 buah, maka dipilih 2
buah veruka vulgaris yang lokasinya relatif sama.
Pada masing-masing subyek penelitian dilakukan kedua metode
pengobatan, yaitu elektrodesikasi disertai kuretase dan pengolesan larutan fenol
80% yang dimulai pada hari yang sama. Pengolesan larutan fenol 80% dilanjutkan
seminggu sekali hingga sembuh, maksimum 6 minggu. Empat belas subyek
penelitian mendapat pengobatan di RSUD Dr. Pirngadi Medan dan 3 lainnya di
RSUP H.Adam Malik Medan. Pengamatan dilakukan setiap akhir minggu mulai
minggu pertama sampai minggu ke-6 untuk melihat kesembuhan secara klinis dan
komplikasi. Penelitian dimulai bulan Februari 2013 dan selesai bulan Juni 2013.
4.1 Karakteristik Subyek Penelitian
Karakteristik subyek penelitian ditampilkan berdasarkan jenis kelamin,
dan umur yang dapat dilihat pada tabel 4.1 dan tabel 4.2.
Tabel 4.1 Jenis Kelamin Subyek Penelitian
Jenis kelamin n %
Laki-laki Perempuan
10 7
58,8 41,2
Total 17 100,0
Pada penelitian ini didapati subyek laki-laki (58,8%) lebih banyak dari
(40)
Leiden dijumpai prevalensi pasien veruka lebih besar pada perempuan (58,9%)
dari pada laki-laki (41,1%).47
Tabel 4.2 Umur Subyek Penelitian
Umur (tahun) n %
9-13 14-18 19-23 24-28 29-33 9 1 5 - 2 52,9 5,9 29,4 - 11,8
Total 17 100,0
Subyek penelitian terbanyak berumur 9-13 tahun (52,9%) diikuti umur
19-23 tahun (29,4%). Pada penelitian oleh Bruggink, dkk (2012) di Leiden, pasien
veruka terbanyak adalah dengan umur 4-11 tahun (43,5%).47 Menurut Kilkenny,
dkk (1998) di Australia pasien veruka terbanyak berumur 4-12 tahun (59,0%).48
4.2 Lokasi Veruka Vulgaris
Pada penelitian ini dijumpai lesi veruka vulgaris pada beberapa lokasi di
tubuh, dapat dilihat pada tabel 4.3.
Tabel 4.3 Lokasi Veruka Vulgaris
Lokasi veruka vulgaris n %
Jari tangan Tangan Kaki Lutut Siku Mata kaki 22 4 3 3 1 1 64,7 11,8 8,8 8,8 2,9 2,9
Lesi veruka vulgaris dijumpai pada jari tangan, tangan, kaki, lutut, siku dan
mata kaki, terbanyak pada jari tangan (64,7%), diikuti lesi pada tangan sebanyak
(41)
terbanyak di tangan (58,1%), menurut Kilkenny, dkk (1998) di Australia, lokasi
yang terbanyak adalah pada anggota gerak atas (84,2%) dan menurut Theng, dkk
(2004) di Singapura lokasi veruka paling banyak dijumpai di tangan (39,1%).6,47,48
Lokasi veruka vulgaris banyak pada tempat yang sering mendapat trauma oleh
karena lesi merupakan hasil inokulasi virus pada kerusakan kecil di epitelium.49
Anggota gerak atas terutama jari tangan adalah bagian tubuh yang paling banyak
digunakan dalam kehidupan sehari-hari dan berpeluang paling besar untuk
mendapat trauma.
4.3 Hubungan Metode Pengobatan dengan Kesembuhan pada Akhir Minggu ke-3
Setelah dilakukan pengobatan dengan kedua metode, dilakukan
pengamatan kesembuhan lesi pada akhir minggu ke-3 pada masing-masing
metode pengobatan yang hasilnya dapat dilihat pada tabel 4.4.
Tabel 4.4 Kesembuhan pada Akhir Minggu ke-3 Berdasarkan Metode Pengobatan
Kesembuhan
Metode Pengobatan
p Elektrodesikasi disertai
Kuretase
Pengolesan larutan fenol 80%
n % n %
Sembuh 13 76,5 2 11,8
< 0,001
Tidak sembuh 4 23,5 15 88,2
Total 17 100,0 17 100,0
Pada pengamatan pada akhir minggu ke-3 terlihat bahwa veruka vulgaris
yang diobati dengan metode elektrodesikasi disertai kuretase lebih banyak yang
sembuh (76,5%) dibandingkan veruka vulgaris yang diobati dengan metode
(42)
(p < 0,001) yang berarti terdapat perbedaan efikasi klinis antara elektrodesikasi
disertai kuretase dengan pengolesan larutan fenol 80%.
Pada penelitian Ginting (1988) di Medan persentase kesembuhan pada
akhir minggu ke-3 pada 39 pasien yang diobati dengan elektrodesikasi disertai
kuretase adalah 95%.27 Menurut Banihashemi, dkk (2008) di Iran persentase
kesembuhan pada akhir minggu ke-3 pada 23 pasien yang diberi pengobatan
pengolesan larutan fenol 80% adalah 13%.12
4.4 Hubungan Metode Pengobatan dengan Kesembuhan pada Akhir Minggu ke-6
Pada akhir minggu ke-6 dilakukan kembali pengamatan untuk melihat
kesembuhan dan komplikasi, hasilnya tercantum pada tabel 4.5 dan tabel 4.6.
Tabel 4.5 Kesembuhan pada Akhir Minggu ke-6 Berdasarkan Metode Pengobatan
Kesembuhan
Metode Pengobatan
p Elektrodesikasi disertai
Kuretase
Pengolesan larutan fenol 80%
n % n %
Sembuh 17 100,0 11 64,7
0,018
Tidak sembuh 0 0,0 6 35,3
Total 17 100,0 17 100,0
Pada pengamatan di akhir minggu ke-6 terlihat bahwa veruka vulgaris
yang diberi pengobatan dengan metode elektrodesikasi disertai kuretase lebih
banyak yang sembuh (100,0%) dibandingkan veruka vulgaris yang diberi
pengobatan pengolesan larutan fenol 80% (64,7%). Perbedaan ini bermakna
secara statistik (p = 0,018) yang berarti terdapat perbedaan efikasi klinis antara
elektrodesikasi disertai kuretase dengan pengolesan larutan fenol 80%. Menurut
(43)
pada 23 pasien yang diberi pengobatan pengolesan larutan fenol 80% adalah
82,6%.
Tabel 4.6 Komplikasi pada Akhir Minggu ke-6 Berdasarkan Metode Pengobatan
12
Komplikasi
Metode Pengobatan Elektrodesikasi disertai
Kuretase
Pengolesan larutan fenol 80%
n % n %
Hipopigmentasi 3 17,7 0 0,0
Tidak ada 14 82,3 17 100,0
Total 17 100,0 17 100,0
Walaupun yang mendapat pengobatan dengan elektrodesikasi disertai
kuretase semuanya sembuh di akhir minggu ke-6, tetapi terdapat komplikasi
hipopigmentasi pada 3 orang (17,7%), sedangkan yang diobati dengan pengolesan
larutan fenol 80% tidak ada yang mengalami komplikasi.
4.5 Hubungan Lokasi Veruka Vulgaris dengan Kesembuhan pada Akhir Minggu ke-3 pada Elektrodesikasi Disertai Kuretase
Dengan metode elektrodesikasi disertai kuretase didapati kesembuhan
sebanyak 76,5 % pada akhir minggu ke-3 dan dilakukan uji eksak Fisher untuk
mengetahui hubungannya dengan lokasi veruka vulgaris dengan hasil yang dapat
dilihat pada table 4.7.
Tabel 4.7 Kesembuhan pada Akhir Minggu ke-3 pada Elektrodesikasi Disertai Kuretase Berdasarkan Lokasi Veruka Vulgaris
Kesembuhan Lokasi veruka vulgaris p
Jari tangan Bukan jari tangan
n % n %
Sembuh 10 90,9 3 50,0
0,099
Tidak sembuh 1 9,1 3 50,0
(44)
Dengan metode elektrodesikasi disertai kuretase pada pengamatan akhir
minggu ke-3 terlihat bahwa veruka vulgaris yang lokasinya di jari tangan lebih
banyak yang sembuh (90,9%) dibandingkan veruka vulgaris yang lokasinya bukan
di jari tangan (50%). Perbedaan ini tidak bermakna secara statistik (p = 0,099).
4.6 Hubungan Lokasi Veruka Vulgaris dengan Kesembuhan pada Akhir Minggu ke-6 pada Pengolesan Larutan Fenol 80%
Dengan metode pengolesan larutan fenol 80% veruka vulgaris yang
sembuh pada akhir minggu ke-6 adalah 64,7% dan dilakukan uji eksak Fisher
untuk mengetahui hubungannya dengan lokasi veruka vulgaris dengan hasil yang
dapat dilihat pada table 4.8.
Tabel 4.8 Kesembuhan pada Akhir Minggu ke-6 pada Pengolesan Larutan Fenol 80% Berdasarkan Lokasi Veruka Vulgaris
Kesembuhan Lokasi veruka vulgaris p
Jari tangan Bukan jari tangan
n % n %
Sembuh 6 54,5 5 83,3
0,333
Tidak sembuh 5 45,5 1 16,7
Total 11 100,0 6 100,0
Dengan metode pengolesan larutan fenol 80% pada pengamatan akhir
minggu ke-6 terlihat bahwa veruka vulgaris yang lokasinya bukan di jari tangan
lebih banyak yang sembuh (83,3%) dibandingkan veruka vulgaris yang lokasinya
di jari tangan (54,5%). Perbedaan ini tidak bermakna secara statistik (p = 0,333).
4.7 Pendapat Pasien Mengenai Metode Pengobatan
(45)
Tabel 4.9 Pendapat Pasien Mengenai Metode Pengobatan
Pendapat pasien mengenai metode pengobatan yang lebih disukai
n %
Elektrodesikasi disertai kuretase 9 53,0
Pengolesan larutan fenol 80% 4 23,5
Elektrodesikasi disertai kuretase sama saja
dengan pengolesan larutan fenol 80% 4 23,5
Total 17 100,0
Enam pasien lebih menyukai elektrodesikasi disertai kuretase karena
proses pengobatan lebih praktis (tidak berulang kali), 2 orang mengatakan lebih
cepat sembuh serta tidak berulang kali serta 1 orang karena lebih cepat sembuh.
Tiga pasien lebih menyukai pengolesan larutan fenol 80% karena merasa
takut dengan metode elektrodesikasi, yaitu mereka takut melihat peralatannya dan
takut disuntik, sedangkan yang 1 orang lagi beralasan karena pada metode
elektrodesikasi pasien harus menjaga agar luka tidak basah selama 2 hari yang
tidak sesuai dengan pekerjaannya yang mengharuskan pasien sering mencuci
tangan (siswa akademi kebidanan).
Empat pasien yang mengatakan kedua metode sama saja, 3 orang beralasan
karena mereka tidak merasa kesulitan dengan pengolesan larutan fenol 80%
berulang kali pada dan juga tidak merasa takut dengan metode elektrodesikasi
disertai kuretase, sedangkan yang 1 orang lagi mengatakan tergantung pada
(46)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Terdapat perbedaan efikasi klinis antara elektrodesikasi disertai kuretase
dengan pengolesan larutan fenol 80% pada pengobatan veruka vulgaris,
dimana efikasi klinis elektrodesikasi disertai kuretase lebih baik daripada
pengolesan larutan fenol 80%.
2. Proporsi kesembuhan veruka vulgaris dengan pengobatan elektrodesikasi
disertai kuretase pada akhir minggu ke-3 adalah 76,5% dan pada akhir
minggu ke-6 adalah 100%.
3. Proporsi kesembuhan veruka vulgaris dengan pengobatan pengolesan
larutan fenol 80% pada akhir minggu ke-3 adalah 11,8% dan pada akhir
minggu ke-6 adalah 64,7%.
5.2 Saran
1. Disarankan pada penelitian selanjutnya untuk menemukan konsentrasi
larutan fenol dan selang waktu pengolesan larutan fenol yang lebih tepat
agar diperoleh efikasi klinis metode pengolesan larutan fenol yang tidak
berbeda dengan efikasi klinis metode pengobatan elektrodesikasi disertai
kuretase, sehingga dapat digunakan sebagai salah satu pilihan
pengobatan pada veruka vulgaris yang lebih sederhana dan lebih mudah.
2. Disarankan pada penelitian selanjutnya untuk membandingkan terjadinya
kekambuhan veruka vulgaris setelah pengobatan antara elektrodesikasi
(47)
DAFTAR PUSTAKA
1. Viral disease. Dalam: James WD, Berger TG, Elston DM, editor. Andrews’ Diseases of the skin clinical dermatology. Edisi ke-10. Filadelfia. Saunders Elsevier.2006.h:367-420
2. Berman B, Weinstein A. Treatment of warts. Dermatologic Therapy 2000;13:290-304
3. Warts, Herpes simplex and other viral infection. Dalam: Habif TP, editor. Clinical dermatology a color guide to diagnosis and therapy. Edisi ke-4. Filadelfia. Mosby.2004.h:368-408
4. Yelverton CB. Warts. Dalam: Arndt KA, Hsu JTS, editor. Manual of dermatology theurapeutic. Edisi ke-7. Filadelfia. Lippincott Williams & Wilkins.2007.h:233-42
5. Androphy EJ, Lowy DR.Warts. Dalam: Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ, editor. Fitzpatrick’s dermatology in general medicine. Edisi ke-7.New York: McGraw-Hill.2008.h:1914-23
6. Theng TSC, Goh BK, Chong WS, Chan YC, dkk. Viral warts in children seen at a tertiary referral center. Ann Acad Med Singapore 2004; 33:53-6
7. Gibbs S, Harvey I. Topical treatment for cutaneous warts (Review). The Cochrane collaboration.2009;3:1-86
8. Gibbs S, Harvey I, Sterling J, Stark R. Local treatment for cutaneous warts: systematic review. BMJ 2002;325:1-8
9. Phenol-Phenol, U.S.P. (Acidum carbolicum, Pharm. 1890) C6H5OH. Diunduh
dari:
10.Desinfektan. Dalam: Tjay TH, Rahardja K.,editor. Obat-obat penting: Kasiat, penggunaan dan efek-efek sampingnya. Edisi ke-6. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.2000.h:242-55
11.Phenolum liquidum: Fenol cair. Dalam: Farmakope Indonesia. Edisi ke-5. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.1995.h:664
12.Banihashemi M, Pezeshkpoor F, Yazdanpanah MJ, Family S. Efficacy of 80% phenol solution in comparation with cryotherapy in the treatment of common warts of hand. Singapore Med J 2008;49(12):1035-7
13.Viral diases of the skin. Dalam: Paller AS, Mancini AJ, editor. Hurwitz Clinical pediatric dermatology: A textbook of skin disorders of childhood and adolescence. Edisi ke-4. Filadelfia. Saunders Elsevier.2011.h:348-69
14.Sterling JC, Handfield-Jones S, Hudson PM. Guidelines for the management of cutaneous warts. Br J Dermatol 2001; 144:4-11
15.Shenefelt PD. Warts, non genital. Diunduh dari:
14 Oktober 2009
16.Benton, EC. Human papiloma virus infection and molluscum contangiosum. Dalam: Harper J, Oranje A, Prose N, editor. Textbook of pediatric
(48)
17.Guerra-Tapia A, Gonzalez–Guera E, Rodriguez-Cerdeira C. Common clinical manifestation of Human papilloma virus (HPV) infection. The Open Dermatology Journal2009;3:103-10
18.Kuykendall-Ivy TD, Johnson SM. Evidence–based review of management of nongenital cutaneous warts. Cutis2003;71:213-22
19.Micali G, Dall’Oglio F, Nasca MR, Tedeschi A. Management of cutaneous warts: An Evidence-based approach. Am J Clin Dermatol 2004; 5(5):311-17
20.Soon SL, Washington CV. Electrosurgery, electrocoagulation,
electrofulguration, electrodesiccation, electrosection, electrocautery. Dalam: Robinson JK, Sengelmann RD, Hanke CW, Siegel DM, editor. Surgery of the skin procedural dermatology. Filadelfia: Elsevier Mosby. 2005.h:177-90 21.Hainer BL, Usatine RB. Electrosurgery for the skin. Am Fam Physician
2002;7(66):1259-66
22.Vujevich JJ, Goldberg LH. Cryosurgery and Electrosurgery. Dalam: Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ, editor. Fitzpatrick’s dermatology in general medicine. Edisi ke-7.New York: McGraw-Hill.2008.h:2331-6
23.Abramovits W. Cryosurgery or electrodesiccation. Diunduh dari:
2012
24.Dermatology surgery. Dalam: James WD, Berger TG, Elston DM, editor. Andrews’ Diseases of the skin clinical dermatology. Edisi ke-10. Filadelfia. Saunders Elsevier.2006.h:869-88
25.Graham GF. Electrodesiccation and curettage. Dalam: MacFarlane, editor. Skin cancer management. New York. Springer Science.2010.h:79-82
26.Sheridan AT, Dawber RPR. Curettage, electrosurgery and skin cancer: Personal review. Australas J Dermatol 2000;41:19-30
27.Ginting O. Perbandingan efektivitas pengobatan veruka di kulit dengan kuretase saja dan kuretase disertai elektrodesikasi. Laboratorium Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. 1988
28.Phenol: Chemistry, formulation and adjuvant. Dalam: Deprez P, editor. Textbook of chemical peels.London: Informa Healthcare.2007.h:193-202
29.NIOSH skin notation pfofile. Phenol. Diunduh dari:
tanggal: 5 April 2013
30.Vallejo RBB, Iglesias MEL, Tirado FV, Pardo SR. Cauterization of the germinal nail matrix using phenol application of differing duration: A histologic study. J Am Acad Dermatol 2012;67(4):706-11
31.Pardoe R, Minami RT, Sato RM, Schlesinger SL. Phenol burns.Burns 1976;3(1):29-41
32.Landau M. Deep chemical peels (phenol). Dalam: Tosti A, Grimes PE, Padova MPD, editor. Color atlas of chemical peels. Edisi ke-2. Heildelberg.Springer.2012.h:41-55
33.Yamamoto Y, Yoneri N, Kaminaka C, Kishioka A, Uede K, Furukawa F. Effect of phenol peeling on dermal endothelial cells. J Dermatol Sci 2004;35:158-61
(49)
34.Kaminaka C, Yamamoto Y, Yonei N, Kishioka A, Kondo T, Furukaw F. Phenol peels as anovel therapeutic approach for actinic keratosis and Bowen disease: Prospective pilot trial with assessement of clinical, histologic and imunohistochemical correlations. J Am Acad Dermatol 2009;60(4):615-25 35.Weller R, O’Callaghan CJ, McSween RM, White MI. Scarring in molluscum
contangiosum: comparation of physical expression and phenol ablation. BMJ 1999;319:1540
36.Savant S S, Shenoy S. Chemical peeling with phenol : For the treatment of stable vitiligo and alopecia areata. Indian J Dermatol Venereol Leprol 1999;65:93-8
37.Phenol: indication. Dalam: Deprez P, editor. Textbook of chemical peels.London: Informa Healthcare.2007.h:233-47
38. Barlow J, Johnson JAP.Breast cancer & the enviroment research centers early life exposure to phenol and breast cancer risk in later years fact sheet on
phenol. Diunduh dari:
2013
39.Toxicity of phenol: cause, prevention and treatment. Dalam: Deprez P, editor. Textbook of chemical peels.London: Informa Healthcare.2007.h:213-23 40.Lewin JF, Clearly WT. An accidental death case by the absorption of phenol
trough skin. A case report. Forensic Science Internasional 1982;19: 177-9 41.Horch R, Spilker G, Stark GB. Phenol burns and intoxication. Burns
1994;20(1):45-50
42.Randomized clinical trial. Dalam: Riegelman RK. Studying a study & testing a test: How to read the medical evidence. Edisi ke-5. Filadelfia: Lippincott Williams & Wilkins.2005.h:67-88
43.Harun SR, Putra ST, Chair I, Sostroasmoro S. Uji klinis. Dalam: Sostroasmoro S, Ismael S, editor. Dasar-dasar metodologi penelitian klinis. Edisi ke-3. Jakarta: Sagung Seto.2008.h:166-92
44.Menentukan rumus besar sampel. Dalam: Dahlan MS. Besar sampel dalam penelitian kedokteran dan kesehatan. Jakarta: PT. Arkans. 2006.h:14-8
45.Ukuran sampel untuk proporsi. Dalam: Murti B. Desain dan ukuran sampel untuk penelitian kuantitatif dan kualitatif di bidang kesehatan. Yogyakarta. 2006.h:110-8
46.Research question about two separate or independent groups. Dalam: Dawson B, Trapp RG. Basic & Clinical Biostatistics. Edisi ke-3. Singapura: Lange medical book/ McGraw-Hill.2001.h:132-60
47.Bruggink SC, de Koning MNC, Gussekloo J, Egberts PF, dkk. Cutaneous warts-associated HPV types: Prevalence and relation with patient characteristic. Journal of Clinical Virology 2012; 55: 250-5
48.Kilkenny M, Merlin K, Young R, Marks R. The prevalence of common skin condition in Australian school student: 1. Common, plane and plantar warts. British Journal of Dermatology 1998; 138: 840-5
49.Gibbs S. Local treatments for cutaneous warts. Dalam: Evidenced-based Dermatology. Edisi ke-2. New York Blackwell Publishing.2008.h:347-53
(50)
LAMPIRAN 1
NASKAH PENJELASAN KEPADA PASIEN / ORANGTUA / KELUARGA PASIEN
Selamat pagi/siang.
Perkenalkan nama saya dr. Dina Arwina Dalimunthe. Saat ini saya sedang menjalani Program Pendidikan Dokter Spesialis di Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Untuk memenuhi salah satu persyaratan menyelesaikan Progam Pendidikan Dokter Spesialis Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang sedang saya jalani, saya melakukan
penelitian dengan judul “PERBANDINGAN EFIKASI KLINIS ANTARA
ELEKTRODESIKASI DISERTAI KURETASE DENGAN PENGOLESAN
LARUTAN FENOL 80% DALAM PENGOBATAN VERUKA
VULGARIS”.
Tujuan penelitian saya adalah untuk membandingkan hasil pengobatan kutil di kulit antara elektrodesikasi disertai kuretase dibandingkan dengan pengobatan menggunakan larutan fenol 80%. Elektrodesikasi adalah suatu tindakan bedah listrik yang menggunakan panas yang dihasilkan oleh listrik melalui suatu alat untuk menghancurkan jaringan. Kuretase adalah tindakan dengan menggunakan suatu alat yang menyerupai sendok untuk mengangkat jaringan yang telah dihancurkan sebelumnya dengan elektrodesikasi. Larutan fenol 80% adalah suatu larutan yang terdiri dari 80% fenol dan 20% air yang bersifat kaustik, bila dioleskan pada jaringan maka jaringan tersebut akan hancur.
Jika Bapak/Ibu/Kakak/Adik/Saudara/i bersedia untuk ikut serta dalam penelitian ini, maka saya akan melakukan tanya jawab terhadap Bapak/Ibu/Kakak/Adik/Saudara/i untuk mengetahui identitas pribadi secara lebih lengkap, keadaan kesehatan secara umum. Setelah itu akan dilakukan terapi terhadap kutil di kulit yang diderita Bapak/Ibu/Kakak/Adik/Saudara/i menggunakan cara elektrodesikasi disertai kuretase dan dengan pengolesan larutan fenol 80%.
(51)
Bapak/Ibu/Kakak/Adik/Saudara/i akan mendapat pengobatan berupa elektrodesikasi disertai kuretase maka kutil di kulit akan dibersikan dengan antiseptik, kemudian diberi suntikan bius menggunakan larutan lidokain 2% cum adrenalin disekitar kutil. Kemudian ditunggu hingga 10-15 menit, setelah itu dilakukan elektrodesikasi dengan menyentuhkan ujung alat pada kutil. Setelah jaringan kutil hancur akan diangkat dengan alat menyerupai sendok yang disebut
kuret. Luka yang timbul diberi salap antibiotik. Setiap hari
Bapak/Ibu/Kakak/Adik/Saudara/i diharapkan mengoleskan salap antibiotik yang saya berikan pada luka sebanyak 2 kali sehari dan menjaga luka tetap kering. Bapak/Ibu/Kakak/Adik/Saudara/i diharapkan datang untuk kontrol 2 hari kemudian untuk melihat penyembuhan luka, kemudian setiap 1 minggu, sampai luka sembuh.
Bapak/Ibu/Kakak/Adik/Saudara/i akan mendapat pengobatan kutil di kulit dengan pengolesan larutan fenol 80%, maka kulit disekitar kutil diolesi vaselin. Kemudian larutan fenol 80% akan dioleskan pada kutil dengan menggunakan lidi kapas sampai kutil berubah warna menjadi putih. Bapak/Ibu/Kakak/Adik/ Saudara/i diharapkan datang kontrol setiap 1 minggu untuk melihat kemajuan terapi dan pemberian pengobatan lanjutan bila kutil belum hilang seluruhnya.
Bila Bapak/Ibu/Kakak/Adik/Saudara/i ada mengeluhkan luka yang terus berdarah, rasa nyeri yang tidak hilang dengan obat anti nyeri, rasa terbakar pada kulit, maka Bapak/Ibu/Kakak/Adik/Saudara/i dapat segera menghubungi saya melalui telepon di 061-8213676 atau 08126047411, atau di alamat Jln. Dr. Sumarsono no. 1 Medan, atau pergi ke rumah sakit terdekat dengan terlebih dahulu menghubungi saya.
Setelah terapi elektrodesikasi disertai kuretase terkadang dapat dijumpai sedikit nyeri, dan setelah terapi dengan pengolesan larutan fenol 80% kadang dijumpai kulit kemerahan, dan sedikit nyeri, namun biasanya hal ini bersifat sementara, dan apabila diperlukan, Bapak/Ibu/Kakak/Adik/Saudara/i akan diberikan pengobatan untuk menangani hal tersebut.
Peserta penelitian tidak akan dikutip biaya apapun dalam penelitian ini. Kerahasiaan mengenai penyakit yang diderita peserta penelitian akan dijamin.
(52)
Keikutsertaan Bapak/Ibu/Kakak/Adik/Saudara/i dalam penelitian ini adalah bersifat sukarela. Bila tidak bersedia, Bapak/Ibu/Kakak/Adik/Saudara/i berhak untuk menolak diikutsertakan dalam penelitian ini. Jika Bapak/Ibu/Kakak/ Adik/Saudara/i bersedia dan menyetujui tindakan pengobatan ini, mohon untuk menandatangani lembar persetujuan ikut serta dalam penelitian.
Jika Bapak/Ibu/Kakak/Adik/Saudara/i masih memerlukan penjelasan lebih lanjut dapat menghubungi saya.
(53)
LAMPIRAN 2
LEMBAR PERSETUJUAN IKUT SERTA DALAM PENELITIAN Setelah mendapat penjelasan, saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama :
Jenis kelamin :
Umur :
Alamat :
Nama orang tua/wali : Umur :
Alamat :
dengan ini menyatakan diri saya/anak saya SETUJU secara sukarela untuk ikut serta dalam penelitian dan mengikuti berbagai prosedur pemeriksaan seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Demikianlah surat pernyataan persetujuan ini dibuat dengan sebenarnya dalam keadaan sadar tanpa ada paksaan dari siapapun.
Medan, 2013 Yang menyetujui
(54)
LAMPIRAN 3
LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (INFORMED CONSENT)
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama :
Jenis kelamin : Umur : Alamat : Nama orang tua/wali : Umur : Alamat :
Setelah mendapat penjelasan dan memahami mengenai tindakan yang akan dilakukan, maka saya dengan penuh kesadaran menyatakan SETUJU untuk dilakukan tindakan tersebut pada diri saya/anak saya.
Demikianlah surat pernyataan ini saya perbuat, agar dapat dipergunakan seperlunya.
Medan, 2013
Dokter Yang menyetujui
(55)
LAMPIRAN 4
STATUS PASIEN
Nomor :
Tanggal :
Nomor Rekam Medis :
Nama :
Jenis kelamin :
Umur :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Alamat :
Telepon :
Veruka vulgaris
Jumlah :
Warna :
Bentuk ruam :
Lokasi : Lama menderita : Pengobatan sebelumnya : Dokumentasi sebelum diterapi :
Terapi elektrodesikasi disertai kuretase
Lokasi :
Terapi pengolesan larutan fenol 80%
(56)
Komplikasi elektrodesikasi disertai kuretase
nyeri
perdarahan
parut
hiperpigmentasi/hipopigmentasiKomplikasi pengolesan larutan fenol 80%
nyeri
parut
hiperpigmentasi/hipopigmentasi Follow upElekrtodesikasi disertai
kuretase Pengolesan larutan fenol 80%
Hari ke 2
Minggu 1
Minggu 2
Minggu 3
Minggu 4
Minggu 5
(57)
Pada pengobatan kutil ini, saudara mendapat 2 metode pengobatan yang berbeda,
manakah yang lebih saudara sukai ?
Eletrodesikasi disertai kuretase, alasan ...
Pengolesan larutan fenol 80%, alasan ...(58)
(59)
LAMPIRAN 6
DATA PENELITIAN
No Nama
Jenis kelamin
(L/P)
Umur
(tahun) Pendidikan Pekerjaan
Lokasi veruka vulgaris Elektrodesika
si + Kuretase
Pengolesan larutan fenol
80%
1 PE P 9 SD kelas 4 Pelajar Jari tangan Jari tangan
2 FA L 13 SD kelas 5 Pelajar Jari tangan Jari tangan
3 SU P 30 Sarjana Pegawai Jari tangan Jari tangan
4 DA P 12 SD kelas 6 Pelajar Jari tangan Jari tangan
5 ZF L 10 SD kelas 5 Pelajar Jari tangan Jari tangan
6 RD L 11 SD kelas 5 Pelajar Kaki Kaki
7 MR L 12 SD kelas 6 Pelajar Mata kaki Siku
8 AU L 9 SD kelas 4 Pelajar Tangan Tangan
9 AA L 11 SD kelas 5 Pelajar Kaki Tangan
10 JR L 22 SMA Mahasiswa Jari tangan Jari tangan
11 MY L 19 SMA Mahasiswa Lutut Jari tangan
12 AM P 18 SMA Mahasiswa Jari tangan Jari tangan
13 SS P 21 SMP Ibu rumah
tangga Jari tangan Jari tangan
14 IA L 11 SD kelas 5 Pelajar Lutut Lutut
15 NA P 19 SMA Mahasiswa Jari tangan Tangan
16 SB P 19 SMA Mahasiswa Jari tangan Jari tangan
(60)
DATA PENELITIAN (lanjutan)
No
Elektrodesikasi + kuretase Pengolesan larutan fenol 80%
Pengamatan minggu ke-3
Pengamatan minggu ke-6
Komplikasi Pengamatan
minggu ke-3
Pengamatan minggu ke-6
Komplikasi
1 Sembuh Sembuh Hipopigmentasi Tidak
sembuh
Tidak
sembuh -
2 Sembuh Sembuh - Tidak
sembuh
Tidak
sembuh -
3 Sembuh Sembuh - Tidak
sembuh
Tidak
sembuh -
4 Tidak
sembuh Sembuh -
Tidak sembuh
Tidak
sembuh -
5 Sembuh Sembuh - Tidak
sembuh
Tidak
sembuh -
6 Sembuh Sembuh Hipopigmentasi Tidak
sembuh
Tidak
sembuh -
7 Tidak
sembuh Sembuh Hipopigmentasi
Tidak
sembuh Sembuh -
8 Sembuh Sembuh - Tidak
sembuh Sembuh -
9 Tidak
sembuh Sembuh -
Tidak
sembuh Sembuh -
10 Sembuh Sembuh - Sembuh Sembuh -
11 Tidak
sembuh Sembuh - Sembuh Sembuh -
12 Sembuh Sembuh - Tidak
sembuh Sembuh -
13 Sembuh Sembuh - Tidak
sembuh Sembuh -
14 Sembuh Sembuh - Tidak
sembuh Sembuh -
15 Sembuh Sembuh - Tidak
sembuh Sembuh -
16 Sembuh Sembuh - Tidak
sembuh Sembuh -
17 Sembuh Sembuh - Tidak
(61)
DATA PENELITIAN (lanjutan)
No Pilihan pengobatan Alasan
1 Fenol 80% Takut dengan cara ED (disuntik dan peralatannya), disuntik terasa sakit
2 ED + K ED cepat, tidak berkali-kali, sembuh juga lebih cepat 3 ED + K ED cepat, tidak berkali-kali. Fenol susah mengatur
waktu
4 Fenol 80% Takut dengan cara ED (disuntik dan peralatannya)
5 ED + K ED cepat sembuh, tidak berulang kali
6 Fenol 80% Takut dengan cara ED (disuntik dan peralatannya) 7 Sama saja Kedua cara tidak menyulitkan atau menakutkan 8 Sama saja Kedua cara tidak menyulitkan atau menakutkan 9 Sama saja Kedua cara tidak menyulitkan atau menakutkan 10 ED + K ED cepat, tidak bolak balik, fenol sulit mengatur
waktu ok kuliah
11 ED + K ED tidak berulang kali, fenol sulit mengatur waktu ok kerja dan kuliah
12 Sama saja Tergantung mana yang tersedia
13 ED + K ED tidak berulang kali, fenol sulit mengatur waktu
14 ED + K ED sembuh lebih cepat
15 ED + K ED lebih praktis, tidak berulang kali, habis waktu 16 Fenol 80% Fenol tidak harus menjaga luka tidak basah selama 2
hari ok sebagai siswa akademi kebidanan ia harus sering mencuci tangan
(62)
LAMPIRAN 7
HASIL ANALISA STATISTIK
Crosstabs
minggu ke-3 * jenis terapi
Crosstabulation
jenisterapi
Total
ED fenol
mingguke3 sembuh Count 13 2 15
% within jenisterapi 76,5% 11,8% 44,1%
tidak sembuh Count 4 15 19
% within jenisterapi 23,5% 88,2% 55,9%
Total Count 17 17 34
% within jenisterapi 100,0% 100,0% 100,0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square 14,435a 1 ,000
Continuity Correctionb 11,930 1 ,001
Likelihood Ratio 15,797 1 ,000
Fisher's Exact Test ,000 ,000
N of Valid Cases 34
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7,50. b. Computed only for a 2x2 table
(63)
Crosstabs
minggu ke-6 * jenis terapi
Crosstabulation
jenisterapi
Total
ED fenol
mingguke6 sembuh Count 17 11 28
% within jenisterapi 100,0% 64,7% 82,4%
tidak sembuh Count 0 6 6
% within jenisterapi ,0% 35,3% 17,6%
Total Count 17 17 34
% within jenisterapi 100,0% 100,0% 100,0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square 7,286a 1 ,007
Continuity Correctionb 5,060 1 ,024
Likelihood Ratio 9,614 1 ,002
Fisher's Exact Test ,018 ,009
N of Valid Cases 34
a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3,00. b. Computed only for a 2x2 table
(64)
Crosstabs
minggu ke-3 * lokasi veruka vulgaris (ED + K)
Crosstabulation
lokasiverukavulgaris
Total bukan jari
tangan jari tangan
mingguke3 sembuh Count 3 10 13
% within
lokasiverukavulgaris
50,0% 90,9% 76,5%
tidak sembuh Count 3 1 4
% within
lokasiverukavulgaris
50,0% 9,1% 23,5%
Total Count 6 11 17
% within
lokasiverukavulgaris
100,0% 100,0% 100,0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square 3,611a 1 ,057
Continuity Correctionb 1,695 1 ,193
Likelihood Ratio 3,530 1 ,060
Fisher's Exact Test ,099 ,099
N of Valid Cases 17
a. 3 cells (75,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,41. b. Computed only for a 2x2 table
(65)
Crosstabs
minggu ke-6 * lokasi veruka vulgaris (fenol 80%)
Crosstabulation
lokasiverukavulgaris
Total bukan jari
tangan jari tangan
mingguke6 sembuh Count 5 6 11
% within
lokasiverukavulgaris
83,3% 54,5% 64,7%
tidak sembuh Count 1 5 6
% within
lokasiverukavulgaris
16,7% 45,5% 35,3%
Total Count 6 11 17
% within
lokasiverukavulgaris
100,0% 100,0% 100,0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square 1,409a 1 ,235
Continuity Correctionb ,430 1 ,512
Likelihood Ratio 1,510 1 ,219
Fisher's Exact Test ,333 ,261
N of Valid Cases 17
a. 3 cells (75,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2,12. b. Computed only for a 2x2 table
(1)
DATA PENELITIAN (lanjutan)
No Pilihan pengobatan
Alasan
1
Fenol 80%
Takut dengan cara ED (disuntik dan peralatannya),
disuntik terasa sakit
2
ED + K
ED cepat, tidak berkali-kali, sembuh juga lebih cepat
3
ED + K
ED cepat, tidak berkali-kali. Fenol susah mengatur
waktu
4
Fenol 80%
Takut dengan cara ED (disuntik dan peralatannya)
5
ED + K
ED cepat sembuh, tidak berulang kali
6
Fenol 80%
Takut dengan cara ED (disuntik dan peralatannya)
7
Sama saja
Kedua cara tidak menyulitkan atau menakutkan
8
Sama saja
Kedua cara tidak menyulitkan atau menakutkan
9
Sama saja
Kedua cara tidak menyulitkan atau menakutkan
10
ED + K
ED cepat, tidak bolak balik, fenol sulit mengatur
waktu ok kuliah
11
ED + K
ED tidak berulang kali, fenol sulit mengatur waktu ok
kerja dan kuliah
12
Sama saja
Tergantung mana yang tersedia
13
ED + K
ED tidak berulang kali, fenol sulit mengatur waktu
14
ED + K
ED sembuh lebih cepat
15
ED + K
ED lebih praktis, tidak berulang kali, habis waktu
16
Fenol 80%
Fenol tidak harus menjaga luka tidak basah selama 2
hari ok sebagai siswa akademi kebidanan ia harus
sering mencuci tangan
(2)
HASIL ANALISA STATISTIK
Crosstabs
minggu ke-3 * jenis terapi
Crosstabulation
jenisterapi
Total
ED fenol
mingguke3 sembuh Count 13 2 15
% within jenisterapi 76,5% 11,8% 44,1%
tidak sembuh Count 4 15 19
% within jenisterapi 23,5% 88,2% 55,9%
Total Count 17 17 34
% within jenisterapi 100,0% 100,0% 100,0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square 14,435a 1 ,000
Continuity Correctionb 11,930 1 ,001
Likelihood Ratio 15,797 1 ,000
Fisher's Exact Test ,000 ,000
N of Valid Cases 34
(3)
Crosstabs
minggu ke-6 * jenis terapi
Crosstabulation
jenisterapi
Total
ED fenol
mingguke6 sembuh Count 17 11 28
% within jenisterapi 100,0% 64,7% 82,4%
tidak sembuh Count 0 6 6
% within jenisterapi ,0% 35,3% 17,6%
Total Count 17 17 34
% within jenisterapi 100,0% 100,0% 100,0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square 7,286a 1 ,007
Continuity Correctionb 5,060 1 ,024
Likelihood Ratio 9,614 1 ,002
Fisher's Exact Test ,018 ,009
N of Valid Cases 34
a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3,00. b. Computed only for a 2x2 table
(4)
minggu ke-3 * lokasi veruka vulgaris (ED + K)
Crosstabulation
lokasiverukavulgaris
Total bukan jari
tangan jari tangan
mingguke3 sembuh Count 3 10 13
% within
lokasiverukavulgaris
50,0% 90,9% 76,5%
tidak sembuh Count 3 1 4
% within
lokasiverukavulgaris
50,0% 9,1% 23,5%
Total Count 6 11 17
% within
lokasiverukavulgaris
100,0% 100,0% 100,0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square 3,611a 1 ,057
Continuity Correctionb 1,695 1 ,193
Likelihood Ratio 3,530 1 ,060
Fisher's Exact Test ,099 ,099
N of Valid Cases 17
a. 3 cells (75,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,41. b. Computed only for a 2x2 table
(5)
Crosstabs
minggu ke-6 * lokasi veruka vulgaris (fenol 80%)
Crosstabulation
lokasiverukavulgaris
Total bukan jari
tangan jari tangan
mingguke6 sembuh Count 5 6 11
% within
lokasiverukavulgaris
83,3% 54,5% 64,7%
tidak sembuh Count 1 5 6
% within
lokasiverukavulgaris
16,7% 45,5% 35,3%
Total Count 6 11 17
% within
lokasiverukavulgaris
100,0% 100,0% 100,0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square 1,409a 1 ,235
Continuity Correctionb ,430 1 ,512
Likelihood Ratio 1,510 1 ,219
Fisher's Exact Test ,333 ,261
N of Valid Cases 17
a. 3 cells (75,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2,12. b. Computed only for a 2x2 table
(6)