Penyebab Demam Penerapan Klinis

Berbagai laporan penelitian memperlihatkan bahwa peningkatan suhu tubuh berhubungan langsung dengan tingkat sitokin pirogen yang diproduks i untuk mengatasi berbagai rangsang. Ransangan endogen seperti eksotoksin dan endotoksin menginduksi leukosit untuk mengeluarkan pirogen endogen, dan yang poten diantaranya adalah IL-1 dan TNF α, selain IL-6 dan IFN. Pirogen endogen ini akan bekerja pada sistem saraf pusat tingkat OVLT Organum Vasculosum Laminae Terminalis yang dikelilingi oleh bagian medial dan lateral nukleus preoptik, hipotalamus anterior, dan septum palusolum. Sebagai respon terhadap sitokin tersebut maka pada OVLT terjadi sintesis prostaglandin, terutama prostaglandin E2 melalui metabolisme asam arakidonat jalur COX-2 cyclooxygenase 2, dan menimbulkan peningkatan suhu tubuh terutama demam Nelwan dalam Sudoyo, 2006. Mekanisme demam dapat juga terjadi melalui jalur non prostaglandin melalui sinyal aferen nervus vagus yang dimediasi oleh produk lokal MIP-1 machrophage inflammatory protein-1 ini tidak dapat dihambat oleh antipiretik Nelwan dalam Sudoyo, 2006. Menggigil ditimbulkan agar dengan cepat meningkatkan produksi panas, sementara vasokonstriksi kulit juga berlangsung untuk dengan cepat mengurangi pengeluaran panas. Kedua mekanisme tersebut mendorong suhu naik. Dengan demikian, pembentukan demam sebagai respon terhadap rangsangan pirogenik adalah sesuatu yang disengaja dan bukan disebabkan oleh kerusakan mekanisme termoregulasi Sherwood, 2001.

2.1.3 Penyebab Demam

Demam merupakan gejala bukan suatu penyakit. Demam adalah respon normal tubuh terhadap adanya infeksi. Infeksi adalah keadaan masuknya mikroorganisme kedalam tubuh. Mikroorganisme tersebut dapat berupa virus, bakteri, parasit, maupun jamur. Kebanyakan demam disebabkan oleh infeksi virus. Demam bisa juga disebabkan oleh paparan panas yang berlebihan overhating, dehidrasi atau kekurangan cairan, alergi maupun dikarenakan gangguan sistem imun Lubis, 2009. Universitas Sumatera Utara

2.1.4 Penerapan Klinis

Demam pada anak dapat diukur dengan menempatkan termometer ke dalam rektal, mulut, telinga, serta dapat juga di ketiak segera setelah air raksa diturunkan, selama satu menit dan dikeluarkan untuk segera dibaca Soedjatmiko, 2005. Menurut AAP American Academy of Pediatrics tidak menganjurkan lagi penggunaan termometer kaca berisi merkuri karena kebocoran merkuri dapat berbahaya bagi anak dan juga meracuni lingkungan. Pengukuran suhu mulut aman dan dapat dilakukan pada anak usia di atas 4 tahun, karena sudah dapat bekerjasama untuk menahan termometer di mulut. Pengukuran ini juga lebih akurat dibandingkan dengan suhu ketiak aksila. Pengukuran suhu aksila mudah dilakukan, namun hanya menggambarkan suhu perifer tubuh yang sangat dipengaruhi oleh vasokonstriksi pembuluh darah dan keringat sehingga kurang akurat. Pengukuran suhu melalui anus atau rektal cukup akurat karena lebih mendekati suhu tubuh yang sebenarnya dan paling sedikit terpengaruh suhu lingkungan, namun pemeriksaannya tidak nyaman bagi anak Faris, 2009. Pengukuran suhu melalui telinga infrared tympanic tidak dianjurkan karena dapat memberikan hasil yang tidak akurat sebab liang telinga masih sempit dan basah Lubis, 2009. Pemeriksaan suhu tubuh dengan perabaan tangan tidak dianjurkan karena tidak akurat sehingga tidak dapat mengetahui dengan cepat jika suhu mencapai tingkat yang membahayakan. Pengukuran suhu inti tubuh yang merupakan suhu tubuh yang sebenarnya dapat dilakukan dengan mengukur suhu dalam tenggorokan atau pembuluh arteri paru. Namun hal ini sangat jarang dilakukan karena terlalu invasif Soedjatmiko, 2005. Menurut Breman 2009, adapun kisaran nilai normal suhu tubuh adalah suhu oral antara 35,5°-37,5° C, suhu aksila antara 34,7°-37,3° C, suhu rektal antara 36,6°-37,9° C dan suhu telinga antara 35,5°-37,5° C. Suhu tubuh yang diukur di mulut akan lebih rendah 0,5-0,6° C 1° F dari suhu rektal. Suhu tubuh yang diukur di aksila akan lebih rendah 0,8-1,0° C 1,5- Universitas Sumatera Utara 2,0°F dari suhu oral. Suhu tubuh yang diukur di timpani akan 0,5-0,6° C 1°F lebih rendah dari suhu aksila Soedjatmiko, 2005. Seperti yang sudah disampaikan sebelumnya, demam mempunyai manfaat melawan infeksi. Namun demam juga akan memberikan dampak negatif diantaranya terjadi peningkatan metabolisme tubuh, dehidrasi ringan, dan dapat membuat anak sangat tidak nyaman. Penanganan demam sebaiknya tidak hanya berpatokan dengan tingginya suhu, tetapi apabila anak tidak nyaman atau gelisah sehingga dapat mengganggu penilaian, demam perlu diobati Faris, 2009. Menurut Ismoedijanto 2000, tindakan umum penurunan demam adalah diusahakan agar anak tidur atau istirahat agar metabolismenya menurun. Cukupi cairan agar kadar elektrolit tidak meningkat saat evaporasi terjadi. Aliran udara yang baik misalnya dengan kipas, memaksa tubuh berkeringat, mengalirkan hawa panas ke tempat lain sehingga demam turun. Jangan menggunakan aliran yang terlalu kuat, karena suhu kulit dapat turun mendadak. Ventilasiregulasi aliran udara penting di daerah tropik. Buka pakaianselimut yang tebal agar terjadi radiasi dan evaporasi. Lebarkan pembuluh darah perifer dengan cara menyeka kulit dengan air hangat tepid-sponging. Mendinginkan dengan air es atau alkohol kurang bermanfaat justru terjadi vasokonstriksi pembuluh darah, sehingga panas sulit disalurkan baik lewat mekanisme evaporasi maupun radiasi. Lagipula, pengompresan dengan alkohol akan diserap oleh kulit dan dihirup pernafasan, dapat menyebabkan koma Soedjatmiko, 2005. Tindakan simptomatik yang lain ialah dengan pemberian obat demam. Cara kerja obat demam adalah dengan menurunkan set-point di otak dan membuat pembuluh darah kulit melebar sehingga pengeluaran panas ditingkatkan. Beberapa golongan antipiretik murni, dapat menurunkan suhu bila anak demam namun tidak menyebabkan hipotermia bila tidak ada demam, seperti: asetaminofen, asetosal, ibuprofen Ismoedijanto, 2000. Demam 39°C pada anak yang sebelumnya sehat pada umumnya tidak memerlukan pengobatan. Bila suhu naik 39°C, anak cenderung tidak nyaman dan pemberian obat-obatan penurun panas sering membuat anak merasa lebih baik Plipat et al, 2002. Menurut Soetjatmiko 2005, obat antipiretik tidak diberikan Universitas Sumatera Utara jika suhu dibawah 38,3° C kecuali ada riwayat kejang demam. Pada dasarnya menurunkan demam pada anak dapat dilakukan secara fisik, obat-obatan maupun kombinasi keduanya. Pemberian obat-obat tradisional juga dipercaya dapat meredakan demam. Obat-obatan tradisional yang berasal dari tanaman obat herbalis ini tak kalah ampuhnya sebagai pengusir demam. Malah, obat-obatan tradisional memiliki kelebihan, yaitu toksisitasnya relatif lebih rendah dibanding obat-obatan kimia Rahayu, 2008. Menurut Faris 2009, sebaiknya orangtua mempertimbangkan untuk menghubungimengunjungi dokter bila: 1. demam pada anak usia di bawah 3 bulan 2. demam pada anak yang mempunyai penyakit kronis dan defisiensi sistem imun 3. anak gelisah, lemah, atau sangat tidak nyaman 4. demam berlangsung lebih dari 3 hari 72 jam Petunjuk lainnya untuk membawa anak ke dokter tergambar dalam pedoman yang diajukan oleh Rumah Sakit Anak di Cincinnati, tampilan anak demam dibagi atas: 1. Tampilan baik : a. anak bisa senyum, tidak gelisah, sadar, makan baik, menangis kuat namun dapat dibujuk b. tidak ada tanda-tanda dehidrasi c. perfusi perifer baik, ekstremitas kemerahan dan hangat d. tidak ada kesulitan bernafas 2. Tampilan sakit, mulai dipertimbangkan untuk ke dokter : a. masih bisa tersenyum, gelisah dan menangis, kurang aktif bermain, nafsu makan berkurang b. dehidrasi ringan atau sedang c. perfusi perifer masih baik 3. Tampilan toksik merupakan gambaran klinis yang sejalan dengan kriteria sindrom sepsis antara lain letargi, tanda penurunan perfusi jaringan atau adanya Universitas Sumatera Utara hipohiperventilasi, atau sianosis, harus segera dibawa ke dokter Soedjatmiko, 2005. Menurut NAPN bahwa demam pada bayi di bawah 8 minggu harus mendapat perhatian khusus dan mungkin membutuhkan perawatan rumah sakit. Bila anak tampak baik, kemungkinan infeksi bakteri 3. Bila tampak sakit, kemungkinan infeksi bakteri 26, dan bila tampak toksik, kemungkinan infeksi bakteri 92. Dianjurkan oleh AAP, bila anak berumur 2 bulan dengan suhu rektal 37,9° C, bayi berumur 3-6 bulan dengan suhu 38,3° C atau berumur lebih 6 bulan dengan suhu 39,4° C, segera menghubungi dokter. Bila anak berumur 1 tahun, demam tetapi masih bisa makan, minum, tidur, dan bermain seperti biasa, tidak perlu segera ke dokter, cukup dengan pengobatan di rumah oleh keluarga.

2.2 ANTIPIRETIK