Rencana Kerja Pembangunan Daerah Tahun 2012 II
‐ 55 Selain itu, berdasarkan hasil survei BPS pada Tahun 2009 dan koordinasi bersama
pemerintah daerah pada Tahun 2010 di Kabupaten Bantul terdapat 15 desa tertinggal dan 1 desa sangat tertinggal. Adapun secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2.72 : Desa tertinggal di Kabupaten Bantul No Nama
Desa Status Skor Keterangan 1 Seloharjo
Perkotaan 31 Sangat
tertinggal 2 Triharjo
Perkotaan 35
Tertinggal 3 Argosari
Perkotaan 36
Tertinggal 4 Jatimulyo
Pedesaan 36
Tertinggal 5 Poncosari
Perkotaan 37
Tertinggal 6 Gadingsari
Perkotaan 37
Tertinggal 7
Caturharjo Perkotaan 37 Tertinggal
8 Selopamioro Pedesaan
37 Tertinggal
9 Mangunan Pedesaan
37 Tertinggal
10 Muntuk Pedesaan
37 Tertinggal
11 Terong Pedesaan
37 Tertinggal
12 Segoroyoso Perkotaan
37 Tertinggal
13 Bawuran Pedesaan
37 Tertinggal
14 Wonolelo Pedesaan
37 Tertinggal
15 Triwidadi Pedesaan
37 Tertinggal
16 Guwosari Perkotaan
37 Tertinggal
Sumber: BPS Bantul, 2010
2.1.4.4. Fokus Sumber Daya Manusia
Peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia SDM merupakan kunci keberhasilan pembangunan nasional dan daerah. Hal ini dapat disadari oleh
karena manusia sebagai subyek dan obyek dalam pembangunan. Mengingat hal tersebut, maka pembangunan SDM diarahkan agar benar-benar mampu
dan memiliki etos kerja yang produktif, terampil, kreatif, disiplin dan profesional. Disamping itu juga mampu memanfaatkan, mengembangkan dan
menguasai ilmu dan teknologi yang inovatif dalam rangka memacu pelaksanaan pembangunan nasional.
Kualitas sumberdaya manusia juga memiliki peranan penting dalam meningkatkan daya saing daerah dan perkembangan investasi di daerah.
Indikator kualitas sumberdaya manusia dalam rangka peningkatan daya saing daerah dapat dilihat dari kualitas tenaga kerja dan tingkat ketergantungan
penduduk untuk melihat sejauhmana beban ketergantungan penduduk. a Kualitas tenaga kerja Rasio lulusan S1S2S3
Salah satu faktor penting yang tidak dapat diabaikan dalam kerangka pembangunan daerah adalah menyangkut kualitas sumber daya manusia
SDM. Kualitas SDM ini berkaitan erat dengan kualitas tenaga kerja yang tersedia untuk mengisi kesempatan kerja di dalam negeri dan di luar negeri.
Kualitas tenaga kerja di suatu wilayah sangat ditentukan oleh tingkat
Rencana Kerja Pembangunan Daerah Tahun 2012 II
‐ 56
pendidikan. Artinya semakin tinggi tingkat pendidikan yang ditamatkan penduduk suatu wilayah maka semakin baik kualitas tenaga kerjanya. Kualitas
tenaga kerja pada suatu daerah dapat dilihat dari tingkat pendidikan penduduk yang telah menyelesaiakan S1, S2 dan S3.
Tabel 2.73: Presentase penduduk usia 10 tahun ke atas berdasarkan ijazah tertinggi Tahun 2009
No Ijazah Tertinggi yang dimiliki
Persentase 1 Tidak
punya 25,09
2 SDMI 23,59
3 SMPMTs 17,45
4 SMUMA 16,15
5 SMK 7,91
6 D1D2 0,94
7 D3Akademi 2,92
8 D4S1 5,70
9 S2S3 0,24
Sumber: BPS 2010
b Tingkat ketergantungan Rasio ketergantungan digunakan untuk mengukur besarnya beban yang harus
ditanggung oleh setiap penduduk berusia produktif terhadap penduduk yang tidak produktif,
Penduduk muda berusia dibawah 15 tahun umumnya dianggap sebagai penduduk yang belum produktif karena secara ekonomis masih tergantung
pada orang tua atau orang lain yang menanggungnya. Selain itu, penduduk berusia diatas 65 tahun juga dianggap tidak produktif lagi sesudah melewati
masa pensiun. Penduduk usia 15-64 tahun adalah penduduk usia kerja yang dianggap sudah produktif. Atas dasar konsep ini dapat digambarkan berapa
besar jumlah penduduk yang tergantung pada penduduk usia kerja. Meskipun tidak terlalu akurat, rasio ketergantungan semacam ini memberikan gambaran
ekonomis penduduk dari sisi demografi. Rasio ketergantungan dependency ratio dapat digunakan sebagai indikator
yang secara kasar dapat menunjukkan keadaan ekonomi suatu negara apakah tergolong negara maju atau negara yang sedang berkembang.
Dependency ratio merupakan salah satu indikator demografi yang penting. Semakin tingginya persentase dependency ratio menunjukkan semakin
tingginya beban yang harus ditanggung penduduk yang produktif untuk membiayai hidup penduduk yang belum produktif dan tidak produktif lagi.
Sedangkan persentase dependency ratio yang semakin rendah menunjukkan semakin rendahnya beban yang ditanggung penduduk yang produktif untuk
membiayai penduduk yang belum produktif dan tidak produktif lagi.
Rencana Kerja Pembangunan Daerah Tahun 2012 II
‐ 57
2.2. Evaluasi Pelaksanaan Program dan Kegiatan RKPD sampai
Tahun Berjalan dan Realisasi RPJMD
Evaluasi pelaksanaan program dan kegiatan pada Tahun 2010 merupakan data dasar dalam penyusunan RKPD tahun 2012. Evaluasi pelaksanaan
program dan kegiatan pembangunan daerah tahun lalu meliputi seluruh program dan kegiatan yang dikelompokkan menurut kategori urusan
wajibpilihan pemerintahan daerah. Aspek evaluasi yang dilakukan mencakup :
1. Realisasi program atau kegiatan yang tidak memenuhi target kinerja hasil atau keluaran yang direncanakan,
2. Realisasi program atau kegiatan yang telah memenuhi target kinerja hasil atau keluaran yang direncanakan,
3. Realisasi program atau kegiatan yang melebihi target kinerja hasil atau keluaran yang direncanakan
4. Faktor-faktor penyebab tidak tercapainya, terpenuhinya atau melebihi target kinerja program atau kegiatan
Adapun hasil capaian indikator kinerja program dan kegiatan Tahun 2010, permasalahan serta faktor-faktor penentu keberhasilan program dapat
disajikan dalam tabel berikut: