Implikasi Akuntasi Zakat Pada Dompet Peduli Ummat-Daarut Tauhid (DPU-DT)

(1)

85 1. Data Pribadi

Nama : Mia Pici Doris

NIM : 21308008

Tempat, Tanggal Lahir : Bandung, 18 November 1990 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Jl. Kopo Cirangrang No.503 Bandung

2. Data Pendidikan

SD : Tahun 2002 Lulusan SDN 03 Cirangrang Bandung

SMP : Tahun 2005 Lulusan SMPN 21 Bandung

SMA : Tahun 2008 Lulusan SMAN 6 Bandung

Perguruan Tinggi : Tahun 2008 sampai sekarang tercatat sebagai Mahasiswa Universitas Komputer Indonesia


(2)

78 Jurnal Ekonomi Pembangunan tahun 2008.

Jurnal Hukum Islam Vol. IV No. 2 Desember 2005.

Kasmir. 2008. Bank & Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta : Penerbit Rajawali Pers. Lam Abdullah bin Ibrahim. 2005. Fiqih Finansial. Solo : Penerbit Era Intermedia. Laporan Keuangan DPU-DT tahun 2007, 2008, 2009.

Lembaga Survey PIRAC : 2008.

Majalah Swadaya DPU-DT tahun 2011.

Media Harian Kompas edisi 16 September 2008.

Mursyidi. 2006. Akuntansi Zakat Kontemporer. Bandung : Penerbit Rosda.

M. Nur Rianto Al Arif. 2010. Dasar-dasar Pemasaran Bank Syariah. Jakarta : Alfabeta.

Muhammad Syafi’i Antonio. 2000. Bank Syariah Suatu Pengenalan Umum. Tazkia Institute.

M.Syafe’ie El-Bantanie. 2009. Zakat Infak & Sedekah. Bandung : Salamadani.

Qardhawi Yusuf. 1997. Kiat Sukses Mengelola Zakat & Musykilat al-faqr wa Kaif A’alajaha al-Islam. Jakarta : Penerbit Media Da’wah.

Tabloid IAI (Ikatan Akuntansi Indonesia) tahun 2008 dan PSAK No. 109 2008. UU Nomor 38 tahun 1999 Tentang Zakat.

Umi Narimawati. 2010. Penulisan Karya Ilmiah. Bekasi : Penerbit Genesis. www.indonesia-magazine-zakat.com


(3)

80 5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai “Implikasi Akuntansi Zakat Dompet Peduli Ummat Daruut Tauhiid (DPU-DT) Bandung”, maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Prinsip-prinsip akuntansi zakat atau basis akuntansi yang telah diaplikasikan oleh Dompet Peduli Ummat Daruut Tauhiid, adalah telah menggunakan kebijakan yang pada aspek tertentu dapat dikateggorikan tepat, diantaranya basis kas, dan basis akrual yang telah sesuai dengan ketentuan syari’ah.

2. Pengelolaan zakat yang telah diaplikasikan pada DPU-DT yaitu untuk membantu para mustahik zakat yang digolongkan pada delapan asnaf, selain itu pula mendanai program-program DPU itu sendiri yang telah tersruktur terprogram dengan baik, karena program yang telah berjalan selama ini, bukan hanya menyentuh pada ranah sosial saja, namun dapat dikatakan telah konversensif karena menyentuh aspek kesehatan dan ekonomi. Maka, penulis menyimpulkan bahwa pengelolaan zakat DPU-DT telah professional.

3. Pelaksanaan standarisasi pelaporan akuntansi zakat pada DPU-DT menggunakan standar yang merupakan kebijakan tersendiri DPU, karena hingga kini belum ada kebijakan atau PSAK yang fix dalam mengatur zakat. Dan informasi atau


(4)

pelaporan keuangan harus dibuat dengan setransparan mngkin, sehingga setiap aktivitas dari keuangan DPU baik itu aktivitas penerimaan maupun pengeluaran harus dapat dilaporkan dengan baik pula. Maka, saldo dana baik yang tergolong dana zakat, infaq maupun sedekah pun akan dilaporkan. Dan tidak ketingalan pula, penerimaan yang bersifat non-syariah pun yang ternyata menjadi salah satu saldo penerimaan DPU tidak luput tercatat pada laporan keuangan.

5.2 Saran

Setelah dilakukannya penelitian yang dilakukan penulis pada Dompet Peduli Ummat Daruut Tauhiid (DPU-DT) Bandung mengenai implikasi zakat, penulis mencoba memberi saran kepada instansi / perusahaan dan saran yang disampaikan semoga dapat memberikan manfaat. Salah satu manfaat dari saran adalah untuk memberi informasi-informasi atau masukan-masukan dalam mencapai tujuan yang akan dicapai. Adapun saran yang disampaikan penulis adalah sebagai berikut :

1. Prinsip-prinsip akuntansi pada DPU-DT telah sesuai dengan ketentuan syari’ah, maka perlu dipertahankan dalam penentuan prinsip akuntansi tersebut.

2. Pengelolaan zakat yang telah diaplikasikan pada DPU-DT pada pengalokasian dana zakat telah tergolong professional, maka harus di pertahankan untuk keberlangsungan yang baik untuk kemajuan DPU-DT, namun tentunya perlu pula adanya pengembangan program dalam pengalokasian dana mengingat dana zakat yang diterima semakin meningkat tiap tahunnya.


(5)

3. Pelaksanaan standarisasi pelaporan akuntansi zakat pada DPU-DT dapat menggunakan acuan PSAK No. 109 walaupun statusnya masih exposure draft, maka saran dari penulis tentunya dapat pula di combine dengan kebijakan akuntansi yang sesuai dengan DPU sendiri. Dalam laporan keuangan untuk tetap mencantumkan dana yang dilarang syariah, karena itu bentuk pertanggungjawaban lembaga pada muzaki. Juga, perlu adanya kesesuaian pengalokasian dana dengan jumlah penerimaan dana.


(6)

58 4.1 Hasil Penelitian

Dalam melaksanakan penelitian yang dilakukan pada Dompet Peduli Ummat Daruut Tauhiid (DPU-DT), penulis memperoleh data dan informasi mengenai gambaran umum perusahaan mulai dari sejarah awal berkembang, profil perusahaan, program DPU-DT dan struktur perusahaan hingga deskripsi tugas.

4.1.1 Gambaran Umum Perusahaan

Dompet Peduli Ummat (DPU-DT) merupakan lembaga nirlaba milik masyarakat yang bergerak di bidang penghimpunan (fundraising) dan pendayagunaan dana ZIS (Zakat, Infak, dan Sedekah) serta dana lainnya yang halal dan legal dari perorangan, kelompok, perusahaan atau lembaga. Didirikan pada 16 Juni 1999 oleh KH. Abdullah Gymnastiar (Aa Gym) sebagai bagian dari Yayasan Daarut Tauhiid dengan tekad menjadi LAZ yang Amanah, Profesional dan Akuntabel.

Latar belakang berdirinya DPU DT adalah melihat Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk muslim terbesar di dunia memiliki potensi zakat yang amat besar. Hanya saja, persentase masyarakat yang memiliki kesadaran menunaikan kewajiban zakat sesuai dengan ketentuan masih relatif kecil dibanding dengan potensi zakat di Indonesia per tahun yang mencapai 20 trilyun rupiah. Hal lain yang juga


(7)

menjadi perhatian adalah belum optimalnya penggunaan dana zakat ini. Kadang, penyaluran dana zakat hanya sebatas pada pemberian bantuan saja tanpa memikirkan kelanjutan dari kehidupan penerima dana. DPU-DT berusaha untuk mengatasi hal-hal tersebut.

Selain berusaha membangkitkan kesadaran masyarakat terhadap zakat, DPU- DT juga berusaha untuk menyalurkan dana yang sudah diterima kepada mereka yang benar-benar berhak, dan berusaha mengubah nasib kaum mustahik menjadi muzaki atau mereka yang sebelumnya menerima zakat menjadi pemberi zakat. Berawal dari Rapat Pengurus Yayasan bahwa perlu ada peningkatan kinerja Badan Pengelola Zakat, Infak dan Sedekah (ZIS) secara profesional. Untuk itu, diperlukan juga strategi-strategi baru yang efektif dan efisien dalam mengelola dana yang dihimpun dari ZIS, sehingga pada gilirannya dapat menjadi suatu kekuatan ekonomi masyarakat. Berangkat dari hal ini, maka Yayasan Daarut Tauhiid memutuskan untuk mendirikan Dompet Peduli Ummat (DPU).

DPU DT secara efektif menjalankan aktivitasnya pada tanggal 16 Juni 2000, dengan berbasiskan database, dimana setiap donatur mempunyai nomor dan kartu anggota sehingga kepedulian dan komitmen donatur dapat terukur. Dari aspek legal formal, DPU-DT dikukuhkan sebagai Lembaga Amil Zakat Daerah Jawa Barat oleh Gubernur Jawa Barat tanggal 19 Agustus 2002. dengan SK No: 451.12/Kep. 846 - YANSOS/2002. Kiprah DPU DT pun mendapat perhatian pemerintah pusat, dalam waktu yang cukup singkat sejak masa berdiri DPU-DT, dan menjadi LAZDA, sudah


(8)

berhasil menjadi Lembaga Amil Zakat Nasional, LAZNAS, sesuai dengan SK Menteri Agama no 410 tahun 2004 pada tanggal 13 Oktober 2004.

Setelah menjadi LAZNAS, DPU-DT mengembangkan jaringan hingga mencapai delapan kota, yakni: Jakarta, Bogor, Tasikmalaya, Garut, Semarang, Yogyakarta, Lampung dan Palembang. Disamping itu memiliki ratusan jaringan kerja program pendayagunaan dari Sabang sampai Papua. DPU-DT berusaha untuk mengatasi persentase masyarakat yang memiliki kesadaran menunaikan kewajiban zakat sesuai dengan ketentuan masih relatif kecil dibanding dengan potensi zakat di Indonesia per tahun yang mencapai 19 trilyun rupiah.

Sejak tahun 2004 DPU-DT mengembangkan konsep penyaluran dana zakat bergulir berkesinambungan, untuk para penerima zakat, agar suatu saat dapat meningkatkan taraf hidupnya dan mampu berubah dari penerima zakat menjadi pemberi zakat. Lembaga tidak hanya memberikannya saja, melainkan juga memberi kailnya, agar mereka bisa terus berusaha dan meningkatkan taraf hidupnya. Dompet Peduli Ummat Daarut Tauhiid sebagai lembaga amil zakat memiliki media internal untuk publikasi kepada masyarakat terkait keberadaannya dan informasi kepada donatur memiliki media diantaranya Majalah Swadaya, Buletin Keluarga Sakinah (BKS) dan juga media online yang berada dibawah Kabag Support dan Marketing.

Setiap perusahaan ataupun lembaga mempunyai visi dan misi dalam menjalankan kegiatannya, begitupun dengan Dompet Peduli ummat Daarut Tauhiid Bandung, dimana visi atau tujuan yang berusaha dijalankan.


(9)

Visi

Menjadi Model Lembaga Amil Zakat Nasional (LAZNAS) yang Amanah, Profesional, Akuntabel dan terkemuka dengan daerah operasi yang merata.

Misi

Mengoptimalkan Potensi Ummat melalui Zakat, Infak, dan Sedekah (ZIS). Memberdayakan masyarakat dalam bidang ekonomi, pendidikan, dakwah dan sosial menuju masyarakat mandiri.

4.1.2 Struktur Organisasi

Sesuai dengan Undang-Undang RI No.38 tahun 1999 tentang pengelolaan zakat , SK Menteri Agama RI no.410 tahu 2004 tentang Legalitas DPU DT sebagai Laznas, SK Gubernur Jawa Barat no.541.12/Kep.846-Yansos/2002 tentang pengukuhan DPU DT sebagai Lazda, SK Pengurus Yayasan DT no.09/SK/C/YYS-DT/VIII/08 tentang perubahan Organisasi DPU-DT, maka lembaga Amil Zakat Nasional DPU-DT terdiri dari :

1. Direktur DPU

2. Manager Biro Pendayagunaan

3. Manager Biro Penghimpunan (fundraising) 4. Manager Sekretariat Lembaga & Operasional 5. Kepala Sub Bagian Pusat & Pelatihan


(10)

7. Kepala Sub Bagian Pusat Pendidikan & Pelatihan Ummat 8. Kepala Sub Bagian Pusat Kemandirian Ummat

9. Kepala Bagian Marketing 10.Kepala Bagian Fundrising

11.Kepala Sub Bagian Corporate Fundrising 12.Kepala Sub Bagian Retail Fundrising 13.Kepala Bagian Administrasi & Keuangan 14.Kepala Bagian Operasional

15.Kepala Sub Bagian Administrasi Keuangan 16.Kepala Sub Bagian IT & Costomer Service

17.Kepala Cabang / Kepala Unit / Koordinator wilayah

Masing-masing Biro dipimpin oleh seorang manajer yang ditunjuk oleh direktur dengan surat keputusan dari pengurus Yayasan Daarut Tauhiid.


(11)

Struktur Pengurus Dompet Peduli Ummat - Daarut Tauhiid

1. Dewan Pembina dan Dewan Pengawas Yayasan Daarut Tauhiid

Dewan Pembina :

(1) K.H. Abdullah Gymnastiar

(2) Engkos Koswara

(3) Abdurahman Yuri

Dewan Pengawas :

(1) Wahyu Prihartono

(2) H. Abudzar Feri Susanto

2. Dewan Pengurus Yayasan Daarut Tauhiid

(1) H. Dudung Abdul Gani, SE

(2) H. Gatot Kunta Kumara

(3) H. Deden Miqdad

(4) H. M. Iskandar, S.Ip, MM

3. Dewan Syari'ah Dompet Peduli Ummat - Daarut Tauhiid

(1) K.H. Miftah Faridl

(2) K.H. Hilman Rosyad

4. Pengurus Dompet Peduli Ummat - Daarut Tauhiid (1) Direktur : H. Asep Hikmat (2) Sekretariat : H. Cucu Hidayat

(3) Manajer

: 1. Agus

Kurniawan 2. Dede Mulyawan 4.1.3 Deskripsi Tugas

Berikut ini deskripsi tugas (job descriptions) yang terdapat pada Dompet Peduli Ummat Daruut Tauhiiid (DPU-DT) :


(12)

1. Direktur DPU-DT

Menganalisis, merencanakan, mengelola dan mengembangkan Lembaga Dompet Peduli Ummat Daarut Tauhiid untuk mencapai visi dan misi DPU.

2. Manajer Biro Pendayagunaan

Menganalisis, merencanakan, mengelola dan mengembangkan Biro Pendayagunaan dalam kegiatan program pendayagunaan dana donasi dari masyarakat dalam mencapai visi misi DPU-DT.

3. Manajer Biro Penghimpunan

Menganalisis, merencanakan, mengelola dan mengembangkan Biro Penghimpunan dalam kegiatan penghimpunan dana donasi masyarakat untuk mencapai target, sasaran biro penghimpunan dalam menunjang pencapaian Visi dan Misi Dompet Peduli Ummat Daarut Tauhiid.

4. Manajer Biro Sekretariat Lembaga & Operasional ( SLO )

Menganalisis, merencanakan, mengelola dan mengembangkan Biro Sekretariat Lembaga dan Operasional dalam sistem administrasi, keuangan, Cabang, umum dan support untuk mencapai sasaran, target biro Sekretariat dalam menunjang pencapaian Visi dan M isi Dompet Peduli Ummat Daarut Tauhiid.

5. Kepala Bagian Pusat Pelatihan dan Pendidikan Ummat

Merencanakan, mengelola, mengkoordinasikan dan mengembangkan pola Bagian Pelatihan dan Pendidikan di bagian Bagian Pusat Pelatihan dan Pendidikan Ummat dalam mencapai visi dan misi Dompet Peduli Ummat.


(13)

6. Kepala Bagian Pusat Sosial Kemanusiaan

Merencanakan, mengelola dan mengembangkan program-program di Bagian Pusat Sosial Kemanusiaan dalam kegiatan pendayagunaan dana donasi titipan masyarakat dalam bentuk santunan untuk mencapai target, sasaran biro Pendayagunaan dalam usaha pencapaian Visi dan Misi Dompet Peduli Ummat . 7. Kepala Bagian Pusat Kemandirian Ummat

Merencanakan, mengelola dan mengembangkan program Pusat Kemandirian Ummat DPU untuk mencapai target, sasaran Biro Pendayagunaan dalam pencapaian Visi dan Misi Dompet Peduli Ummat Daarut Tauhiid.

8. Kepala Bagian Support Marketing

Menganalisa, Merencanakan, mengelola dan mengembangkan oprasional pelaksanaan Marketing Support untuk mencapaisasaran, target dan Visi - Misi Dompet Peduli Ummat Daarut Tauhiid.

9. Kepala Bagian Fundrising

Menganalisa. merencanakan, mengelola dan mengembangkan Retail & Corporate Fundrising untuk mencapai target, sasaran bagian fundrising dalam menunjang pencapaian Visi dan Misi Dompet Peduli Ummat Daarut Tauhiid.

10.Kepala Sub Bagian Corporate Fundrising

Merencanakan, mengelola dan mengembangkan marketing khususnya Corporate Fundrising untuk mencapai sasaran, target di Biro penghimpunan dan Visi - Misi Dompet Peduli Ummat Daarut Tauhiid.


(14)

11.Kepala Sub Bagian Retail Fundrising

Merencanakan, mengelola dan mengembangkan pelaksanaan Retail Fundrising untuk mencapai sasaran, target di Biro penghimpunan sesuai Visi - Misi Dompet Peduli Ummat Daarut Tauhiid.

12.Kasubag Administrasi & Keuangan

Mengelola , mengembangkan dan melaksanakan proses administrasi Kantor untuk mencapai target, sasaran biro sekretariat lembaga dalam mendukung Pencapaian Visi Misi DPU-DT.

13.Kepala Sub Bagian Keuangan

Merencanakan, mengelola, mengembangkan dan melaksanan operasional bagian Keuangan dalam hal verifikasi, pencatatan, pengklarifikasian dan pelaporan keuangan untuk mencapai sasaran , target bagian keuangan dalam mencapai visi dan misi DPU-DT.

14.Kepala Bagian Operasional

Merencanakan, mengelola, mengembangkan dan melakukan proses layanan penghimpunan dan program kepuasan donatur untuk mencapai visi dan misi DPU-DT.

15.Kepala Sub Bagian Misykat

Merencanakan, mengelola dan mengembangkan program Misykat untuk mencapai target, sasaran bagian PKU dalam pencapaian Visi dan Misi Dompet Peduli Ummat Daarut Tauhiid.


(15)

16. Kepala Bagian Tata Usaha Perkantoran dan Pembinaan Cabang ( TUP2C ) Merencanakan, mengelola dan mengembangkan operasional pelaksanaan Tata Usaha Perkantoran dan Pembinaan Cabang untuk mencapai sasaran dan target biro SLO dalam menunjang Visi dan Misi DPU-DT.

17.Kasubag Layanan Internal

Mengelola, mengembangkan serta melakukan proses layanan internal , event dan rawat donatur untuk mencapai target dan sasaran operasional cabang Bandung dalam mencapai visi misi DPU-DT

18.Kepala Operasional Cabang Bandung

Merencanakan, mengelola, mengembangkan dan melakukan proses layanan penghimpunan dan program kepuasan donatur untuk mencapai visi dan misi DPU-DT.

19. Koordinator Umum

Mengelola dan melaksanakan proses operasional Kantor untuk mencapai target, sasaran biro SLO dalam Pencapaian Visi Misi Lembaga.

20.Kasubag Misykat

a. Memimpin MISYKAT secara profesional.

b. Bertanggung jawab terhadap kinerja MISYKAT serta mewakili MISYKAT dalam berhubungan dengan pihak luar seperti pertemuan, negosiasi, penanda-tanganan kerjasama atau undangan lainnya.


(16)

c. Menjaga keberadaan, kelangsungan dan pengembangan usaha MISYKAT sesuai dengan ketentuan, arahan dan kebijakan yang telah ditetapkan.

d. Menjalankan program kerja sesuaii dengan anggaran MISYKAT yang telah disetujui dalam Rapat.

21. Kasubag Desa Mandiri (DM)

Merencanakan, mengelola dan mengembangkan program Desa Mandiri secara profesional dengan memberikan pelayanan terbaik kepada mitra program baik investor maupun binaan untuk menunjang pencapaian Visi Misi DPU-DT.

22.Akunting/ Teller/ Kasir

Memberikan pelayanan terbaik kepada nasabah baik penabung maupun peminjam, bertanggung jawab atas kelengkapan data bukti transaksi untuk kebenaran pencatatan transaksi sesuai dengan prinsip akuntansi syariah yang berlaku.

23. Koord Pendamping

Melakukan pelayanan yang terbaik terhadap anggota, tercapainya kualitas pendidikan anggota, melakukan evaluasi pembinaan pendampingan, melakukan kontrol program, bertanggungjawab atas keberlangsungan program pendampingan, tercapainya target kerja sesuai dengan targetan (KPI) yang telah ditentukan.


(17)

24.Divisi Usaha & Pelatihan

Tercapainya/ terbentuknya pemasaran produk-produk, menjadi mediator pengembangan usaha anggota, terciptanya kerjasama dengan pihak lain, terbentuknya unit bisnis di sektor rill sesuai dengan target kinerja (KPI) yang telah ditentukan.

25.Divisi Pendidikan & Litbang

Memberikan pelayanan terbaik kepada anggota dan melakukan evaluasi pembinaan pendampingan, tercapainya target kerja sesuai dengan targetan (KPI) yang telah ditentukan.

26.Staf Pembukuan / Accounting

Mengelola dan melaksanakan Administrasi dan laporan keuangan yang didukung oleh kelengkapan data bukti transaksi untuk kebenaran pencatatan transaksi sesuai dengan prinsip akuntansi syariah yang berlaku.

27.Staf Layanan Donatur

Melaksanakan pelayanan kepada donatur dengan prinsip pelayanan prima (Service Excelence) dalam hal pelayanan penerimaan dana untuk menunjang pencapaian visi dan misi DPU-DT.

28.Staf Layanan Front Office

Melaksanakan pelayanan kepada tamu/ donatur dengan prinsip pelayanan prima (Service Excelence) dalam hal pelayanan penerimaan telepon dan tamu yang berkunjung ke DPU untuk menunjang pencapaian visi dan misi DPU-DT


(18)

4.2 Hasil Pembahasan

4.2.1 Prinsip-prinsip Akuntansi Zakat DPU-DT

Laporan keuangan disusun berdasarkan konsep akuntansi dana dan disajikan sesuai dengan modifikasi berbasis kas serta mengikuti konvensi historis. Laporan arus kas disusun dengan metode langsung dengan mengelompokan arus kas ke dalam aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan.

Berikut ini, merupakan basis akuntansi yang telah diaplikasikan oleh Dompet Peduli Ummat Daruut Tauhiid :

1. Basis akuntansi yang digunakan dalam laporan keuangan Dompet Peduli Ummat-Daarut Tauhiid adalah basis kas untuk pengakuan sumber dan penggunaan dana dalam Laporan Sumber dan Penggunaan Dana dan basis akrual untuk pengakuan aset, kewajiban, dan saldo dana dalam Laporan Posisi Keuangan.

2. Basis kas untuk Laporan Sumber dan Penggunaan Dana berarti bahwa sumber dana diakui pada saat di terima oleh DPU-DT dan penggunaan dana diakui pada saat kas dikeluarkan dari organisasi. Sumber dan penggunaan bukan tunai seperti barang dan jasa disajikan pada Laporan Sumber dan Penggunaan Dana.

3. Basis akrual untuk Laporan Posisi Keuangan berarti bahwa aset, kewajiban, dan saldo dana diakui dan dicatat pada saat terjadinya transaksi atau pada


(19)

saat kejadian atau kondisi lingkungan berpengaruh pada keuangan organisasi, tanpa memperhatikan saat kas atau setara kas diterima atau dibayar.

Dari hasil analisis penulis, prinsip-prinsip akuntansi yang telah diaplikasikan oleh DPU-DT telah berjalan sesuai ketentuan syariah yang ditetapkan oleh Dewan Syariah yang bersangkutan. Hal tersebut tercermin dalam pengambilan keputusan atas penetapan basis kas dalam kebijakan pengakuan penerimaan. Hal tersebut adalah benar menurut syariah, saat pengakuan kas apabila memang telah jelas berwujud atau telah ada keberadaannya. Begitu pula dengan basis akrual yang ditetapkan dalam kebijakan laporan posisi keuangn yang berarti bahwa asset, kewajiban, dan saldo dana diakui dan dicatat pada saat terjadinya transaksi.

4.2.2 Pengelolaan Zakat yang Diaplikasikan pada DPU-DT.

Dalam pengelolaan dana zakat, atau pun dana infaq dan sedekah yang diaplikasikan oleh DPU-DT yaitu dengan penyaluran pada golongan yang memang masuk pada kriteria penerima zakat. Dalam Islam sendiri telah jelas ditentukan siapa-siapa saja yang tergolong penerima zakat yang digolongkan pada delapan asnaf

penerima zakat, “Sesungguhnya shadaqah (zakat) itu hanyalah untuk faqir, miskin,


(20)

Dalam penyaluran atau pengelolaan dana yang diterima DPU-DT, sudah memiliki rule tersendiri, yakni DPU-DT telah mempunyai program kerja yang menjadi media penyaluran dana zakat tersebut. Berikut program dari DPU-DT :

Tabel 4.1

Program Dompet Peduli Ummat Daruut Tauhiid

No Program Nasional Lokal/ Cabang

1. Pusat Kemandirian

Ummat

1. Program MiSyKat (Micro Finance Masyrakat) 2. Program DTM (Desa

Ternak Mandiri)

1. Program SSK (Santri Siap Karya), (DPU Palembang & Lampung)

2. Program PEKA (Pelatihan Kemandirian), (DPU Semarang)

3. Program Klinik Berdikari (DPU Jakarta)

4. Program Budidaya Belut (DPU Palembang & Lampung)

2. Pusat Pendidikan dan Pelatihan

Ummat

1. Adzkia Islamic School 2. Beasiswa Prestatif 3. Beasiswa mahasiswa

Mandiri

4. Pelatihan baby Sitter Mitra Ibu

1. Program Kursus Bahasa Arab (DPU Yogyakarta)

2. Program Diklat Guru (DPU Pusat)

3. Program Excelent House (DPU Semarang & Bogor)

4. Program Diklat Satpam (DPU Pusat)

5. Program Diklat Cleaning Service (DPU Pusat)

6. Program Diklat Bekam (DPU Pusat)

7. Program Adzkia Kids (DPU Lampung)

8. Program Pengentasan Buta Huruf Al-Qur'an (DPU Pusat) 9. Program Kursus Desain Grafis

(DPU Pusat)

10. Program Pelatihan Siswa 11. Program Diklat Janaaiz dan


(21)

Manajemen Masjid 3. Pusat Sosial

dan Kemanusian (PUSOSMAN)

1. Program MLPK (Mobil Layanan Peduli Kemanusiaan) 2. Program RR (Rescue and

Recovery)

1. Program AAM (Anak Asuh Mandiri), (DPU Pusat)

2. Program Lingkungan Barakah (DPU Pusat)

4. Reguler 1. Program Ramadhan Peduli Negeri (RPN)

2. Program Kurban Peduli Negeri (KPN)

3. Gempita Muharam

Berdasarkan hasil analisis penulis, dalam pengelolaan zakat DPU-DT telah terkordinir dengan sangat professional. Dapat trelihat dari banyaknya program atau kegiatan DPU yang bukan hanya dibidang social saja, namun dibidang kesehatan dan pendidikan. Pengelolaan dana zakat, atau pun dana infaq dan sedekah memang memiliki tujuan yang tidak hanya membantu kaum dhuafa untuk waktu yang sementara, namun bantuan yang diberikan DPU adalah yang bersifat memberdayakan. Hal ini sesuai dengan motto DPU-Dt yaitu membantu dan memberdayakan.

4.2.3 Pelaksanaan Standarisasi Pelaporan Akuntansi Zakat pada DPU-DT.

Dompet Peduli Ummat Daruut Tauhiid, memiliki standar tersendiri dalam pelaporan akuntansi atau dalam penyajian laporan keuangan. Standar tersebut, tentunya telah mengadopsi dari pelaporan standar akuntansi keuangan, walaupun pada realitasnya untuk saat ini PSAK 109 yang bertujuan dalam mengatur perzakatan masih bersifat exposure draft namun cukup bisa dijadikan acuan, dan terdapat


(22)

beberapa PSAK yang relevan tapi tetap perlu diadaka penyesuaian dengan kondosi DPU-DT itu sendiri, yaitu PSAK No. 45 yang mengatur organisasi nirlaba. Tentunya, pelaporan yang dilakukan oleh DPU-DT mengacu pada penerimaan dana ummat yang diterima, dan sumber dana yang diterima berasal dari zakat, infaq, sedekah, dana kemanusiaan serta wakaf. Berikut kebijakan alokasi dana yang diterapkan :

- Zakat : Untuk biaya operasional dan kesejahteraan karyawan DPU-DT sebesar 12,5% dan untuk membiayai program zakat sebesar 87,5%.

- Infaq dan sedekah : Untuk membiayai program Infaq dan Sedekah - Umum yang telah ditentukan oleh DPU-DT, dan untuk menutupi kekurangan biaya operasional dan kesejahteraan karyawan DPU-DT.

- Kemanusiaan : Untuk membiayai program kemanusiaan seperti, bantuan bencana alam, bantuan kemanusiaan lainnya, maksimal sebesar 12,5% dari penerimaan dialokasikan untuk biaya operasional pengelola dan donatur.

- Wakaf (yang bersifat umum) : Untuk pembangunan sarana prasarana dan pembebasan tanah dalam rangka program pemekaran PonPes Daarut Tauhiid. Dalam hal ini DPU hanya melakukan penghimpunan dana yang seluruhnya disetor ke Yayasan Daarut Tauhiid sebagai Nadzir Wakaf untuk dialokasikan sesuai peruntukan wakaf tersebut.

- Wakaf (yang bersifat khusus) : Untuk pembangunan Masjid Daarut Tauhiid, Eko Pesantren, Bencana di Jogya yang besarnya seusai dengan jumlah penerimaan dari wakaf tersebut.


(23)

a. Wakaf Pembangunan Masjid Daarut Tauhiid, merupakan dana yang dihimpun dari masyarakat/ donatur dan dialokasikan sesuai peruntukannya. Dalam hal ini DPU hanya melakukan penghimpunan dana yang seluruhnya disetor ke Yayasan Pesantren Daarut Tauhiid sebagai Nadzir Wakaf untuk dialokasikan sesuai peruntukan wakaf tersebut.

b. Wakaf Eko Pesantren, merupakan dana yang dihimpun dari masyarakat / donatur dan dialokasikan sesuai peruntukannya. Dalam hal ini DPU hanya melakukan penghimpunan dana yang seluruhnya disetor ke Yayasan Eko Pesantren Daarut Tauhiid sebagai Nadzir Wakaf untuk dialokasikan sesuai peruntukan wakaf tersebut.

c. Wakaf Untuk Korban Bencana, sebagai contoh Wakaf Jogya, merupakan dana yang dihimpun dari masyarakat / donatur dan dialokasikan langsung untuk pembangunan Masjid di lokasi bencana di Jogya sesuai peruntukannya.

Pada lembaga amil zakat ini, yaitu DPU-DT terdapat penerimaan lain yang terjadi pada tahun tertentu. Dana tersebut digolongkan pada dana non syariah atau di DPU sendiri disebut YDS (yang dilarang syariah). Hal tersebut dapat terjadi akibat DPU-DT memiliki rekening di bank konvensional, bank tersebut adalah Bank BCA, Bank BRI dan Bank Mandiri. DPU-DT sendiri memiliki 9 rekening tabungan dan 3 diantaranya bank konvesional serta sisa nya bank syariah seperti Bank Syariah Mandiri, Bank Permata syariah, BNI syariah, dan lainnya.


(24)

Menyikapi sumber dana non-syariah tersebut, langkah strategis dari DPU dalam pengalokasian adalah dengan menggunakan dana tersebut untuk kepentingan yang bersifat umum, sama sekali tidak digunakan untuk pemberdayaan program DPU-DT. Maka, menurut analisis penulis penerimaan dana yang dilarang syariah tersebut memang tidak dapat dihindarkan untuk kondisi seperti ini. Hal tersebut memang diakui oleh pihak DPU-DT yang menyadari bahwa masyarakat Indonesia masih belum terbiasa dengan penggunakan bank syariah. Baik dengan alasan bank syariah masih belum popular atau menganggap bank syariah memiliki prosedur yang masih dirasa belum efisien. Alasan ini lah yang mengakibatkan DPU-DT masih memiliki rekening tabungan di bank konvensional. Maka, ini menjadi jawaban mengapa timbul dana yang tergolong dana yang dilarang syariah atau dana non-halal.

Tabel 4.2

Alokasi Dana YDS (Yang Dilarang Syariah) DPU-DT

Dompet Peduli Ummat Daruut Tauhiid Alokasi Dana YDS (Rp)

2009 (Audit)

Sarana Umum 4,535,000

Administrasi Bank 3,402,684

Lain-lain -

Total 7,937,684

Dalam pencatatan dana non-syariah, pada laporan keuangan DPU tetap mencatumkan karena sebagai lembaga amil zakat dituntut ketranparansiannya, tapi


(25)

pencatatan penerimaan dana non-syariah tadi tidak digabungkan dengan penerimaan dari sumber yang lain, jadi akan timbul akun Dana YDS (yang dilarang syariah).

Tabel 4.3

Saldo Dana Penerimaan DPU-DT

Dompet Peduli Ummat Daruut Tauhiid Saldo Dana (Rp)

2009 (Audit)

1 Dana Zakat 973,637,698

2 Infaq & Shadaqah - Umum 851,410,885 3 Dana Kemanusiaan (IS Khusus) 330,064,188

4 Dana Wakaf 235,264,481

5 Dana Pengelola 149,667,918

6 Dana yang Dilarang Syari'ah (YDS) 2,632,341 7 Penyaluran Terakumulasi dalam

Aktiva

523,165,954

Jumlah Saldo Dana 3,065,843,465

Maka, dalam hal pengelolaan dana YDS memerlukan ketelitiaan karena dari segi pengalokasian dan pencatatan memerlukan perlakuan khusus dan tentu dibedakan dengan sumber dana lainnya. Pada dasarnya dana non-syariah tersebut dapat dikatakan dana non-halal yang jelas-jelas sangat dilarang oleh agama, namun dana tersebut belum dapat dihilangkan oleh DPU karena hingga saat ini justru para muzzaki (pembayar zakat) yang menjadi kliennya DPU mayoritas adalah pengguna bank konvension yaitu Bank BCA dan Bank Mandiri, maka sumber dana non-syariah masih akan terus mengalir menjadi salah satu sumber dana DPU. Namun, tentu saja hal tersebut tentunya disiasati dengan tidak menggunakan dana tersebut untuk


(26)

membiayai program DPU dalam melayani masyarakat, tetapi dana YDS yang dimiliki hanya akan digunakan untuk kepentingan-kepentingan umum, missal pembiayaan perbaikan jalan, sarana umum, serta administrasi bank, hal tersebut merupakan ikhtiar agar tidak mencapur dana yang non-syariah kedalam kegiatan-kegiatan yang bertujuan membantu para mustahik (penerima zakat).

Kebijakan akuntansi yang diterapkan oleh DPU-DT, selain Basis akuntansi yang digunakan dalam laporan keuangan adalah basis kas untuk pengakuan sumber dan penggunaan dana dalam Laporan Sumber dan Penggunaan Dana dan basis akrual untuk pengakuan aset, kewajiban, dan saldo dana dalam Laporan Posisi Keuangan. Terdapat kebijakan yang lainnya, diantaranya :

1. Kas dan Setara Kas

Kas dan setara kas terdiri dari uang kas, saldo rekening DPU-DT di bank dan deposito berjangka tidak dijadikan jaminan.

2. Piutang Qordhul Hasan (QH)

Piutang Qordhul Hasan (QH) merupakan tatacara administratif pemberian pinjaman yang berhubungan dengan Badan Tamwil sebagai pihak eksternal pembiayaan dilingkungan Pondok Pesantren - Daarut Tauhiid.

3. Aset Tetap

Aset tetap dicatat berdasarkan biaya perolehannya. Pengeluaran-pengeluaran untuk pemeliharaan dan perbaikan diakui sebagai beban pada saat timbulnya beban tersebut, kecuali untuk pengeluaran dalam jumlah besar yang akan


(27)

memperpanjang umur ekonomis, dicatat sebagai penambahan nilai perolehan aset tetap yang bersangkutan (dikapitalisasi).

Biaya perolehan dan akumulasi penyusutan aset tetap yang dijual atau dihapuskan, dikeluarkan dari buku pada saat penjualan atau penghapusan, sedangkan keuntungan atau kerugian yang dihasilkan dari penjualan tersebut diakui sebagai penerimaan atau beban tahun berjalan.

Penyusutan aset tetap berdasarkan metode garis lurus (Straight-line Method) dengan klasifikasi sebagai berikut :

- Inventaris Kantor : 4-8 Tahun - Inventaris Elektronik : 4-8 Tahun - Kendaraan Roda 2 : 4 Tahun - Kendaraan Roda 4 : 8 Tahun

Beban penyusutan inventaris dan kendaraan dicatat sebagai beban ke dalam pengeluaran dana terakumulasi dalam aset.


(28)

49 3.1 Objek Penelitian

Objek penelitian merupakan permasalahan yang dijadikan topik penulisan Tugas Akhir. Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan informasi yang berhubungan dengan objek penelitian yang penulis teliti.

Adapun pengertian objek penelitian (Husen Umar : 2005) adalah sebagai berikut :

“Objek penelitian menjelaskan tentang apa dan atau siapa yang menjadi objek

penelitian, juga dimana dan kapan penelitian dilakukan, bisa juga ditambahkan dengan hal-hal jika dianggap perlu.”

Objek penelitian yang penulis teliti adalah implikasi dari akuntansi zakat pada Domper Peduli Ummat Daarut Tauhiid (DPU-DT) Bandung yang beralamat di Jalan Gegerkalong Girang No. 32 Bandung.

3.2 Metode Penelitian

Metode penelitian dapat diartikan menjadi beberapa pengertian, diantaranya adalah sebagai berikut (I Made Wirartha : 2006) :


(29)

“Metode penelitian adalah suatu cabang ilmu pengetahuan yang

membicarakan atau mempersoalkan cara-cara melaksanakan penelitian (yaitu meliputi kegiatan-kegiatan mencari, mencatat, merumuskan, menganalisis sampai menyusun laporannya) berdasarkan fakta-fakta atau gejala-gejala

secara ilmiah.”

Selain pengertian diaatas, terdapat pula pandangan lain mengenain pengertian metode penelitian (Umi Narimawati : 2008), yaitu :

“Metode penelitian merupakan cara penelitian yang digunakan yang digunakan untuk mendapatkan data untuk mencapai tujuan tertentu

Metode yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini yaitu mengunakan metode analisis deskriptif. Adapun pengertian metode analisis deskriptif (Jonathan Sarwono : 2006), adalah sebagai berikut :

“Metode analisis deskriptif yaitu menggambarkan kegiatan yang dilakukan

perusahaan berdasarkan fakta yang ada untuk dianalisis berdasarkan literatur-literatur kemudian dapat diartikan menjadi sebuah kesimpulan.”

Dikemukakan bahwa metode ini bertujuan untuk membuat deskripsi, gambaran secara sistematis, faktual, akurat, mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antara fenomena yang diselidiki, yang pada akhirnya metode ini digunakan untuk mencari pemecahan atas masalah yang diteliti.


(30)

Dengan menggunakan metode ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai pengaplikasian akuntansi zakat yang dilakukan oleh lembaga amil zakat nasional DPU-DT Bandung.

3.2.1 Desain Penelitian

Definisi desain penelitian (Jonathan Sarwono : 2006) :

“Desain penelitian adalah pedoman bagi peneliti untuk menentukan arah

berlangsungnya proses penelitian secara benar dan tepat sesuai dengan tujuan

yang telah ditetapkan.”

Dalam melakukan suatu penelitian sangat perlu dilakukan perencanaan penelitian agar penelitian yang dilakukan dapat berjalan dengan baik dan sistematis. Desain penelitian merupakan proses penelitian yang dilakukan oleh penulis dalam melaksanakan penelitian mulai dari perencanaan sampai dengan pelaksanaan penelitian yang dilakukan pada waktu tertentu. Tanpa desain yang benar, peneliti tidak akan dapat melakukan penelitian dengan baik karena yang bersangkutan tidak mempunyai pedoman arah yang jelas.

Desain penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Menetapkan judul yang diteliti, sehingga dapat diketahui apa yang akan diteliti dan yang menjadi masalah dalam penelitian. Dimana judul penelitian


(31)

ini adalah “Implikasi Akuntansi Zakat pada Dompet Peduli Ummat Daruut Tauhiid (DPU-DT) Bandung.”

Menetapkan masalah-masalah yang akan dianalisis terhadap suatu perusahaan. Identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana prinsip-prinsip akuntansi zakat DPU-DT ?

2. Bagaimana pengelolaan zakat yang telah diaplikasikan pada DPU-DT ? 3. Bagaimana pelaksanaan standarisasi pelaporan akuntansi zakat pada

DPU-DT ?

2. Melihat, mengumpulkan dan menganalisis data-data Implikasi Akuntansi Zakat pada Dompet Peduli Ummat Daruut Tauhiid (DPU-DT) Bandung. 3. Melakukan pembahasan terhadap masalah melalui data dan informasi yang

diperoleh dari perusahaan.

4. Melaporkan hasil dari penelitian, termasuk proses penelitian, diskusi serta interpretasi data dan mengajukan beberapa saran untuk masukan bagi perusahaan dimasa yang akan datang.

3.2.2 Operasionalisasi Variabel

Pengertian operasionaliasasi variabel (Jonathan Sarwono : 2006) adalah sebagai berikut :


(32)

“Operasionalisasi variabel adalah yang menjadikan variabel-variabel yang sedang diteliti menjadi bersifat oprasional dalam kaitannya dengan proses pengukuran variabel-variabel tersebut.”

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel bebas (independent variable). Pengertian variabel bebas (Jonathan Sarwono:2006),yaitu :

“Variabel bebas adalah suatu variabel yang variabelnya diukur, dimanipulasi atau dipilih oleh peneliti untuk menentukan hubungannya dengan suatu gejala

yang diobservasi.”

Dari definisi diatas, variabel bebas yaitu variabel yang keberadaannya tidak dipengaruhi oleh variabel lain. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel adalah Implikasi akuntansi zakat.

Tabel 3.1

Operasionalisasi Variabel

Variabel Konsep Variabel Indikator

Implikasi akuntansi zakat

“Impikasi akuntansi zakat

adalah adalah proses menyajikan informasi mengenai ketaatan organisasi

terhadap ketentuan syari’ah Islam, termasuk informasi mengenai penerimaan dan pengeluaran

yang tidak di perbolehkan oleh

syari’ah, bila terjadi, serta

bagaimana penyalurannya, dan tentunya dibantu Dewan

Sistem Akuntansi Zakat : 1. Sistem Akuntansi Dana

Zakat (Restricted Funds) 2. Sistem Akuntansi Dana

Sedekah (Unrestricted Funds)


(33)

Syari’ah yang sangat membantu

(mengeluarkan opini syariah)” (Fajar Laksana : 2008)

Perangkat-perangkat zakat : 1.Muzakki atau pembayar

zakat

2.Mustahik adalah golongan atau kelompok yang mempunyai hak untuk mendapatkan zakat

3.Amil atau pengelola zakat (UU Nomor 38 tahun 1999)

3.2.3 Sumber dan Teknik Pengumpulan Data

Dalam penulisan ini, penulis menggunakan sumber dan teknik pengumpulan data yang berkaitan dengan pokok permasalahan yang hendak diungkapkan, yaitu: 1. Library Research (penelitian kepustakaan)

Penulis memperoleh sumber data sekunder melalui studi kepustakaan yang bertujuan untuk membandingkan hasil yang diperoleh dengan teori yang telah didapat. Data yang diperoleh dari studi kepustakaan ini adalah:

a. Data yang bersumber dari kepustakaan kampus diantaranya:  Teori mengenai akuntansi zakat.

 Teori tentang standarisasi dari pelaporan lembaga nirlaba.

b. Data yang bersumber dari perusahaan Dompet Peduli Ummat Daruut Tauhiid (DPU-DT) diantaranya :


(34)

 Sejarah perusahaan  Struktur organisasi  Deskripsi jabatan

 Aktivitas Dompet Peduli Ummat Daruut Tauhiid (DPU-DT)

 Pelaksanaan akuntansi zakat pada Dompet Peduli Ummat Daruut Tauhiid (DPU-DT)

2. Field Research (penelitian lapangan)

Melakukan usaha untuk mendapatkan data primer dan informasi tentang pengaplikasian akuntansi zakat dan standarisasi pelaporan informasi keuangan yang diperlukan sebagai bahan penyusunan dan penganalisaan berdasarkan ilmu pengetahuan yang dimiliki penulis yang dilakukan dengan cara mengunjungi perusahaan untuk melakukan penelitian terhadap kegiatan perusahaan yang sesungguhnya. Sedangkan pengumpulan data guna mendapatkan data primer adalah dengan menggunakan teknik sebagai berikut:

a. Observation (pengamatan)

Penulisan mengamati tentang hal yang berkaitan dengan pengaplikasian akuntansi zakat pada DPU-DT, yaitu kegiatan pencatatan dan pelaporan dana


(35)

zakat yang dilakukan di kantor Dompet Peduli Ummat Daruut Tauhiid (DPU-DT).

b. Interview (wawancara)

Penulis melakukan wawancara tentang pelaksanaan pencatatan dan pelaporan dana zakat yang dilakukan kantor Dompet Peduli Ummat Daruut Tauhiid (DPU-DT) dan pihak-pihak terkait untuk mendapatkan data-data informasi. c. Documentation (mengumpulkan data)

Dilakukan sebagai bahan untuk memperkuat penjelasan terhadap bahan atau masalah yang diteliti.

3.2.4 Rancangan Analisis

Pengertian rancangan analisis (Burhan Bungin : 2003) adalah :

“Sebuah rancangan akan memberikan gambaran awal yang jelas dan

terarah kepada penelitian tentang proses kegiatan penelitian”

Sedangkan pengertian rancangan penelitian (Lexy J. Moleong : 2000) :

“Rancangan penelitian yaitu usaha merencanakan kemungkinan

-kemungkinan tertentu secara luas tanpa menunkukkan secara pasti apa yang akan dikerjakan dalam hubungan dengan unsurnya masing-masing.”


(36)

Dalam menganalisis data, model penelitian yang digunakan oleh penulis adalah rancangan analisis deskriptif, yaitu data yang diperoleh dan disimpulkan kemudian dianalisis berdasarkan metode yang telah ditetapkan. Data yang diperoleh dari hasil penelitian, akan dibandingkan antara teori yang dipelajari dengan data yang diperoleh dari penelitian, kemudian dilakukan pengolahan data analisis untuk mendapatkan kesimpulan.


(37)

10 2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Zakat

2.1.1.1 Pengertian Zakat

Zakat memiliki banyak pengertian apabila dilihat dari banyak sudut pandang. Ditunjau dari segi bahasa (lughat), berarti : tumbuh; berkembang dan berkah (HR. At-Tirmidzi) atau dapat pula berarti membersihkan atau mensucikan (QS. At-Taubah : 10). Menurut UU No. 38 tahun 1999 zakat adalah harta yang wajib disisihkan oleh seorang muslim atau badan yang dimiliki oleh orang muslim sesuai dengan ketentuan agama untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya. Sedangkan dari segi istilah fiqih, zakat berarti sejumlah harta tertentu yang diwajibkan Allah diserahkan kepada orang yang berhak menerimanya, disamping berarti mengeluarkan jumlah tertentu itu sendiri (Qardhawi :1999).

Menurut etimologi syari`at atau istilah, zakat adalah nama bagi sejumlah harta tertentu yang telah mencapai syarat tertentu yang diwajibkan Allah untuk dikeluarkan dan diberikan kepada orang – orang yang berhak menerimanya. Zakat dalam arti pertumbuhan artinya harta zakat yang diberikan kepada fakir miskin itu akan memutar roda perekonmian yang mempunyai dampak luas bagi perekonomian secara makro atau yang lebih dikenal dengan istilah efect multiplier zakat (Nur Rianto Al arif : 2010). Menurut segi terminologi zakat berarti mengeluarkan sebagian dari


(38)

harta tertentu yang telah mencapai nishab, diberikan kepada mereka yang berhak menerimanya dan harta tersebut merupakan milik sempurna serta telah mencapai haul ( 1 tahun).

Didalam Al-Quran, Allah SWT telah menyebutkan tentang zakat dan shalat sejumlah 82 ayat. Dari sini disimpulkan bahwa zakat merupakan rukun Islam terpenting setelah shalat. Zakat dan shalat dijadikan sebagai perlambang keseluruhan ajaran Islam. Pelaksanaan shalat melambangkan hubungan seseorang dengan Tuhan, sedangkan pelaksanaan zakat melambangkan hubungan antar sesama manusia.

Dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Dan kebaikan apapun yang kamu usahakan bagi dirimu, tentu akan mendapatkan pahala disisi Allah. Sesungguhnya Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan” (QS. Al-Baqarah : 10)

“Tidaklah mereka itu diperintahkan, melainkan supaya beribadah kepada Allah dengan ikhlas dan condong melakukan agama karenanya , begitu pula supaya mengerjakan shalat dan mengeluarkan zakat , dan itulah agama yang lurus “(QS. Al-Bayyinah: 5)

Dari beberapa pengertian zakat yang dipaparkan, dapat ditarik kesimpulan. Pertama, zakat adalah sesuatu (umum nya berupa uang) yang harus dikeluarkan oleh ummat Islam yang masuk pada kategori tertentu dan dibagikan kepada golongan yang berhak menerimanya sesuai dengan ketentuan syari`at. Kedua, zakat merupakan konsekuensi logis dari prinsip harta milik dalam ajaran Islam yang fundamental, yakni haqqullah (milik Allah yang dititipkan kepada manusia) dalam rangka pemerataan kekayaan. Ketiga , zakat merupakan ibadah yang tidak hanya berkaitan


(39)

dengan dimensi ketuhanan saja (habluminallah), tetapi juga mencangkup dimensi sosial atau kemanusiaan (habluminannas).

2.1.1.2 Landasan Kewajiban dan Kedudukan Zakat

Zakat merupakan bagian dari rukun Islam, adalah sebuah landasan yang kuat untuk mewajibkan seorang muslim untuk melakukan zakat. Zakat adalah rukun Islam ketiga, yang telah diwajibkan di Madinah pada bulan Syawal tahun kedua Hijriyah setelah diwajibkannya puasa Ramadhan dan zakat Fitrah. Ayat-ayat zakat, sedekah dan infaq yang turun di Makkah baru berupa anjuran dan penyampaiannya menggunakan metodologi pujian bagi yang melaksanakannya dan cacian atau teguran bagi yang meninggalkannya.

Landasan kewajiban zakat disebutkan dalam Al Qur'an, Sunnah dan Ijma Ulama. 1. Al-Qur’an

- Surat Al-Baqarah : 43. Artinya: "Dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat dan ruku'lah bersama dengan orang-orang yang ruku' ".

- Surat At-Taubah : 103. Artinya: "Ambilah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan do'akanlah mereka karena sesungguhnya do'amu dapat memberikan ketenangan bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui".


(40)

- Surat Al-An'aam : 141. Artinya: "Makanlah buahnya jika telah berbuah dan tunaikan haknya (kewajibannya) dihari memetik hasilnya (dengan dikeluarkan zakatnya)".

2. Sunnah

- Rasulullah saw bersabda yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim dari Abdullah bin Umar: Artinya: "Islam dibangun atas lima rukun: Syahadat tiada Tuhan kecuali Allah dan Muhammad saw utusan Allah, menegakkan shalat, membayar zakat, menunaikan haji dan puasa Ramadhan".

- Hadist diriwayatkan oleh Ath-Thabrani dari Ali ra: Artinya: "Sesungguhnya Allah mewajibkan (zakat) atas orang-orang kaya dari umat Islam pada harta mereka dengan batas sesuai kecukupan fuqoro diantara mereka. Orang-orang fakir tidak akan kekurangan pada saat mereka lapar atau tidak berbaju kecuali karena ulah orang-orang kaya diantar mereka. Ingatlah bahwa Allah akan menghisab mereka dengan keras dan mengadzab mereka dengan pedih".

3. Ijma.

Ulama baik salaf (klasik) maupun khalaf (kontemporer) telah sepakat akan kewajiban zakat dan bagi yang mengingkarinya berarti telah kafir dari Islam.

Pemaparan diatas, merupakan penjelasan mengenai landasan yang menjadi alasan tentang wajibnya zakat untuk ditunaikan oleh seorang muslim. Zakat, bukan hanya diatur oleh agama untuk menjadi sebuah kewajiban, tentunya karena negara


(41)

Indonesia mayoritas beragama Islam, maka negara pun mengatur dengan baik mengenai kedudukan zakat dimata negara.

Dalam akhir abad kedua puluh ini, bersamaan dengan kebangkitan kembali umat Islam diberbagai sektor kehidupan, ajaran zakat juga menjadi salah satu sektor yang mulai digali dari berbagai dimensinya. Meningkatnya kesejahteraan umat Islam memberikan harapan baru dalam mengaktualisasikan zakat. Apalagi kebangkitan ekonomi di dunia barat khususnya yang didasari pemikiran kapitalistik telah menimbulkan berbagai masalah dalam kehidupan ini seperti kesenjangan dalam kehidupan sosial ekonomi.

Gerakan kesadaran membayar perlu zakat diiringi oleh dukungan dari masyarakat dan juga pemerintah. Di Indonesia pengelolaan zakat diatur berdasarkan UU No. 38 tahun 1999 tentang pengelolaan zakat dengan Keputusan mentri Agama (KMA) No. 581 tahun 1999 tentang Pelaksanaan UU No. 38 tahun 1999 dan keputusan Direktur Jendral Bimbingan Masyarakat Islam dan Urusan Haji No. D/291 tahun 2000 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Zakat.

Dalam Bab II pasal 5 UU tersebut dikemukakan bahwa pengelolaan zakat bertujuan :

1) Meningkatkan pelayanan bagi masyarakat dalam menunaikan zakat sesuai tuntunan agama.

2) Meningkatkan fungsi dan peranan pranata keagamaan dalam upaya mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan keadilan sosial.


(42)

3) Meningkatkan hasil guna dan daya guna zakat.

2.1.1.3 Perangkat-Perangkat Zakat

Dalam menjalankan sebuah aktivitas zakat, tentunya diperlukan adanya perangkat-perangkat yang harus dipenuhi, yaitu diantaranya : muzakki (pemberi zakat), mustahik (penerima zakat) dan amil (pengelola zakat).

Muzakki atau pembayar zakat adalah orang yang hartanya dikenakan kewajiban zakat. Seorang pembayar zakat disyaratkan harus seorang muslim dan tidak disyaratkan baligh atau berakal menurut pendapat ulama jumhur. Dan pengertian lain Muzakki adalah orang atau badan yang dimiliki oleh orang muslim yang berkewajiban menunaikan zakat (UU Nomor 38 tahun 1990).

Mustahik adalah golongan atau kelompok yang mempunyai hak untuk mendapatkan zakat (UU Nomor 38 tahun 1990). Dan golongan tersebut telah Allah informasikan dalam Al-Qur’an.

“ Sesungguhnya zakat – zakat itu hanya disalurkan untuk orang –orang fakir, orang–orang miskin, pengurus–pengurus zakat, para muallaf, memerdekakan budak. Orang – orang berutang, fi sabilillah dan orang– orang yang sedang dalam perjalanan, sebagai sesuatu ketetapan yang diwajibkan Allah . Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui Lagi Maha Bijaksana “ (Q.S At- Taubah:60)


(43)

Berikut penjelasan terkait 8 asnaf (golongan) yang berhak menerima zakat : 1. Fakir.

Yaitu sekelompok masyarakat yang tidak dapat memenuhi kebutuhan pokoknya (primer). Sedangkan ulama berpendapat fakir adalh orang yang tidak memiliki nisab zakat

2. Miskin.

Kelompok masyarakat yang memiliki kurang biaya yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan sendiri., keluarga serta orang lain yang berada dalam tanggungannya. Ada ulama yang berpendapat orang miskin adalah orang yang tidak mempunyai harta sama sekali.

3. Amil (Pengurus Zakat).

Orang yang terorganisir dalam sebuah aktivitas kelembagaan dengan tugas melaksanakan kerja pemungutan zakat, infak, sedekah dari para muzaki dan mendistribusikan kepada mustahik sesuai dengan prinsip-prinsip syari’ah dan manajemen yang profesional serta memberdayakan keduanya (muzaki & mustahik) untuk merealisasikan hidup yang lebih baik.

4. Muallaf.

Yaitu kelompok masyarakat atau orang per-orangan yang baru memeluk Islam. Diberikan zakat untuk membujuk hati mereka untuk tetap dalam Islam atau memantapkan keimanan mereka.


(44)

5. Membebaskan orang dari perbudakan.

Hamba sahaya yang diberikan zakat unutk memerdekakan diri mereka dari perbudakan.

6. Yang dililit utang (Ghamirin).

Mereka adalah kelompok masyarakat yang dibebani utang pribadi dan tidak memiliki harta untuk melunasinya atau orang yang menanggung pembayaran diyat pembunuhan untuk memperbaiki hubungan kekeluargaan atau orang yang menanggung utang tertentu.

7. Kegiatan di jalan Allah.

Jihad dijalan Allah SWT dan kegiatan sejenisnya dalam rangka berdakwah atau aktivitas yang menyeru pada nlai-nila kebenaran dan mencegah pada aktivitas kemungkaran.

8. Musafir.

Musafir yang jauh dari negerinya dan telah menutup semua sumber rezekinya.  Amil (Lembaga Zakat)

Amil atau lembaga zakat, secara hukum bagian dari penerima zakat. Hal tersebut dikarenakan besarnya peranan amil tersebut yang menjadi jembatan penghubung antara muzakki dengan mustahik.

Secara sosial, zakat berfungsi sebagai lembaga jaminan sosial (Qardhawi : 1987). Lewat institusi zakat, kelompok lemah dan kekurangan tidak lagi merasa khawatir terhadap kelangsungan hidupnya, karena substansi zakat merupakan


(45)

mekanisme yang menjamin kelangsungan hidup mereka di tengah masyarakat, sehingga mereka merasa hidup di tengah masyarakat manusia yang beradab, memiliki nurani, kepedulian dan tradisi saling menolong.

Secara ekonomi, zakat dapat berfungsi sebagai salah satu instrumen untuk mengentaskan kemiskinan, pemerataan pendapatan dan mempersempit kesenjangan antara kelompok kaya dan miskin.

Sedangkan secara politis , zakat dapat mempengaruhi kemampuan sebuah komunitas politik (negara) dalam melangsunkan hidupnya. Dengan implikasi sosial dan ekonomi diatas, maka zakat dapat membentuk integrasi sosial yang kokoh serta memperkuat ketahanan ekonomi masyarakat. Dua kondisi terakhir ini sangat diperlukan bagi kelangsungan hidup suatu negara.

Ada semacam kesalahan persepsi dikalangan umat Islam di dalam masalah pendistribusian zakat, yaitu oleh karena zakat termasuk masalah ibadah, maka pendistribusiannya bisa dilakukan secara individual. Padahal apabila dimengerti, munculnya pendapat bahwa zakat itu bertumpu kepada orang yang wajib mengeluarkan secara individual, sebenarnya kondisi masyarakat Islam pada saat itu sedang mengalami krisis kepemimpinan.

Dalam konteks ini, para ulama mengkhawatirkan jika pengelolaan zakat diserahkan kepada pemerintah atau pada lembaga yang dibentuk pemerintah secara langsung, maka besar kemungkinan dana zakat dapat diselewengkan oleh oknum


(46)

tertentu dan tidak dimanfaatkan secara optimal untuk mengatasi masalah sosial seperti kemiskinan dan pengangguran.

Berkiblat pada surat At-Taubah ayat 60 dan 103 serta hadist Mu`adzibn Jabal tentang distribusi zakat dan beberapa tugas berkenaan dengan zakat, maka dapat digarisbawahi bahwa sistim pengelolaan zakat harus dilembagakan. Apabila setiap umat Islam berpegang pada syariah maka pengeluaran zakat harus dibayarkan sepenuhnya kepada amil, meskipun kredibilitasnya diragukan (Yusuf Qardhawi : Musykilat al-faqr wa Kaif A`alajaha al-Islam). Pendapat ini sesuai denagn sabda nabi melalui riwayat Jabir ibn Atik yang menerangkan : Jika mereka ( amil ) adil maka pujilah mereka. Dan jika mereka curang maka merekalah yang memikul dosanya. Kesempurnaan zakat tergantung pada keridhaan mereka

Menurut Yusuf Qardhawi, ada banyak alasan mengapa pendistribusian zakat harus dilakukan melalui lembaga, yaitu :

1. Menjamin ketaatan pembayaran

2. Menghilangkan rasa rikuh dan canggung yang mungkin dialami oleh mustahiq ketika berhubungan dengan muzakki (orang yang berzakat).

3. Untuk mengefisienkan dan mengefektifkan pengalokasian dana zakat.

4. Alasan caesoropapisme yang menyatakan ketidakterpisahan antara agama dan negara , karena zakat juga termasuk urusan negara


(47)

Terlebih lagi, apabila kita berkaca pada kejadian “tragedi zakat”, yaitu aktivitas bagi-bagi zakat yang dilakukan oleh perorangan yang ternyata berakibat buruk hingga menelan korban jiwa. Tragedi zakat tersebut telah tercatat terjadi beberapa kali, mulai dari tahun 2001, 2002, 2003, dan 2007 (Kompas edisi 16 September 2008). Maka dari itu, dalam rangka mengelola dan memperdayakan potensi zakat sebagai sebuah kekuatan ekonomi masyarakat, sehingga keberadaan institusi zakat sebagai lembaga ditengah masyarakat menjadi sangat penting.

Di Indonesia, pengelolaan zakat diatur berdasarkan Undang–Undang No. 38 tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat dengan Keputusan Mentri Agama (KMA) No. 581 tahun 1999 tentang Pelaksanaan Undang – Undang No. 38 tahun 1999 dan Keputusan Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Islam dan Urusan Haji No. D / 291 tahun 2000 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Zakat.

Undang – Undang No. 38 tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat Bab III pasal 6 dan pasal 7 menyatakan bahwa lembaga pengelolaan zakat terdiri dari dua macam, yaitu Badan Amil Zakat (BAZ) yang dibentuk oleh pemerintah dan Lembaga Amil Zakat (LAZ) yang dibentuk masyarakat.

Pengelolaan dari kedua jenis Organisasi Pengelola Zakat (OPZ) di atas harus bersifat ( www.imz.com ) :

1. Independen Dengan dikelola secara independen, artinya lembaga ini tidak mempunyai ketergantungan kepada orang-orang tertentu atau lembaga lain.


(48)

Lembaga yang demikian akan lebih leluasa untuk memberikan pertanggungjawaban kepada masyarakat donatur.

2. Netral karena didanai oleh masyarakat, berarti lembaga ini adalah milik masyarakat, sehingga dalam menjalankan aktivitasnya lembaga tidak boleh hanya menguntungkan golongan tertentu saja (harus berdiri di atas semua golongan). Karena jika tidak, maka tindakan itu telah menyakiti hati donatur yang berasal dari golongan lain. Sebagai akibatnya, dapat dipastikan lembaga akan ditinggalkan sebagian donatur potensialnya.

3. Tidak Berpolitik (praktis) Lembaga jangan sampai terjebak dalam kegiatan politik praktis. Hal ini perlu dilakukan agar donatur dari partai lain yakin bahwa dana itu tidak digunakan untuk kepentingan partai politik.

4. Tidak Diskriminasi Kekayaan dan kemiskinan bersifat universal. Di manapun, kapanpun, dan siapapun dapat menjadi kaya atau miskin. Karena itu dalam menyalurkan dananya, lembaga tidak boleh mendasarkan pada perbedaan suku atau golongan, tetapi selalu menggunakan parameter-parameter yang jelas dan dapat dipertanggungjawabkan, baik secara syari'ah maupun secara manajemen.

Lembaga Amil Zakat sendiri dalam Bab III mengenai pengukuhan Lembaga Amil Zakat, yaitu dalam pasal 21 menyatakan bahwa pengukuhan Lembaga Amil Zakat dilakukan oleh pemerintah. Selanjutnya dalam pasal 22 dijelaskan bahwa


(49)

Lembaga Amil Zakat dapat dikukuhkan setelah memenuhi persyaratan sebagai berikut :

a. Berbadan hukum

b. Memiliki data muzzaki dan mustahiq c. Memiliki program kerja

d. Memiliki pembukuan

e. Melampirkan surat pernyataan bersedia diaudit

Selain itu pada Bab IV pasal 31 tentang pelaporan, dinyatakan bahwa baik Lembaga Amil Zakat (LAZ) dan Badan Amil Zakat (BAZ) harus memberikan laporan tahunan pelaksanaan tugasnya kepada pemerintah sesuai dengan tingkatannya.

Sedangkan sistem pengelolaan LAZ sendiri harus memiliki berbagai unsur dalam menciptakan pengelolaan yang lebih baik (www.imz.com) :

- Memiliki sistem, prosedur dan aturan yang jelas sebagai sebuah lembaga, sudah seharusnya jika semua kebijakan dan ketentuan dibuat aturan mainnya secara jelas dan tertulis. Sehingga keberlangsungan lembaga tidak bergantung kepada figur seseorang, tetapi kepada sistem.

- Manajemen terbuka Karena OPZ (Organisasi Pengelola Zakat) tergolong lembaga publik, maka sudah selayaknya jika menerapkan manajemen terbuka. Maksudnya, ada hubungan timbal balik antara amil zakat selaku pengelola


(50)

dengan masyarakat. Dengan ini maka akan terjadi sistem kontrol yang melibatkan unsur luar, yaitu masyarakat itu sendiri.

- Mempunyai rencana kerja (activity plan) Rencana kerja disusun berdasarkan kondisi lapangan dan kemampuan sumber daya lembaga. Dengan dimilikinya rencana kerja, maka aktivitas OPZ (Organisasi Pengelola Zakat) akan terarah. Bahkan dapat dikatakan, dengan dimilikinya rencana kerja yang baik, itu berarti 50% target telah tercapai.

- Memiliki Komite Penyaluran (lending committee). Agar dana dapat tersalur kepada yang benar-benar berhak, maka harus ada suatu mekanisme sehingga tujuan tersebut dapat tercapai. Salah satunya adalah dibentuknya Komite Penyaluran. Tugas dari komite ini adalah melakukan penyeleksian terhadap setiap penyaluran dana yang akan dilakukan. Apakah dana benar-benar disalurkan kepada yang berhak, sesuai dengan ketentuan syari'ah, prioritas dan kebijakan lembaga.

- Memiliki sistem akuntansi dan manajemen keuangan Sebagai sebuah lembaga publik yang mengelola dana masyarakat, OPZ (Organisasi Pengelola Zakat) harus memiliki sistem akuntansi dan manajemen keuangan yang baik. Manfaatnya antara lain:

1. Akuntabilitas dan transparansi lebih mudah dilakukan, karena berbagai laporan keuangan dapat lebih mudah dibuat dengan akurat dan tepat waktu.


(51)

2. Keamanan dana relatif lebih terjamin, karena terdapat sistem kontrol yang jelas. Semua transaksi relatif akan lebih mudah ditelusuri.

3. Efisiensi dan efektivitas relatif lebih mudah dilakukan.

- Diaudit Sebagai bagian dari penerapan prinsip transparansi, diauditnya OPZ (Organisasi Pengelola Zakat) sudah menjadi keniscayaan. Baik oleh auditor internal maupun eksternal. Auditor internal diwakili oleh Komisi Pengawas atau internal auditor. Sedangkan auditor eksternal dapat diwakili oleh Kantor Akuntan Publik atau lembaga audit independen lainnya. Ruang lingkup audit meliputi :

1. Aspek keuangan

2. Aspek kinerja lainnya (efisiensi dan efektivitas) 3. Pelaksanaan prinsip-prinsip syari'ah Islam 4. Penerapan peraturan perundang-undangan

- Pulikasi semua yang telah dilakukan harus disampaikan kepada publik, sebagai bagian dari pertanggungjawaban dan transparannya pengelola. Hal-hal yang perlu dipublikasikan antara lain laporan keuangan, laporan kegiatan, nama-nama penerima bantuan, dan lain sebagainya.

- Perbaikan terus-menerus (continous improvement) Hal yang tidak boleh dilupakan adalah dilakukannya peningkatan dan perbaikan secara terus-menerus tanpa henti. Karena dunia terus berubah.


(52)

Berdasarkan gambaran diatas, dapat diketahui bahwa keberhasilan pengelolaan dana zakat sangat tergantung pada institusi yang ada dan proses pemanfaatan dari dana zakat itu sendiri beserta pengawasannya. Karena dua hal tersebut akan mempengaruhi, menggerakkan, dan mengkoordinasi warga masyarakat dalam menyalurkan zakat mereka.

Dampak positif dari terpenuhinya hal diatas akan berakses pada peningkatan kesejahteraan dan pemerataan pendapatan disuatu masyarakat. Dan apabila kondisi ini dapat diciptakan dan dipertahankan maka ketahanan ekonomi masyarakan akan segera terwujud.

2.1.1.4 Prinsip-Prinsip dan Manfaat Zakat

Zakat merupakan salah satu ciri dari sistem ekonomi Islam, karena zakat merupakan salah satu implementasi azas keadilan dalam sistem ekonomi Islam, dan secara umum zakat memiliki enam prinsip (M.A Mannan : 1993), yaitu :

1) Prinsip keyakinan keagamaan; yaitu bahwa orang yang membayar zakat merupakan salah satu manifestasi dari keyakinan agamanya, karena membayar zakat adalah suatu ibadah sehingga hanya seorang yang benar-benar berimanlah yang dapat melakukannya.

2) Prinsip pemerataan dan keadilan; merupakan tujuan sosial zakat yaitu membagi kekayaan yang diberikan Allah lebih merata dan adil kepada manusia. Terkandung pula dalam hadits Rosulullah SAW “Bagi hasil tanah yang diari oleh air hujan dan mata air, atau yang diari air yang mengalir pada permukaan bumi


(53)

ditentukan zakatnya sepersepuluh dari hasilmya, sedangkan bagi yang diairi sumur seperduapuluh dari hasilnya (Bukhari). Dalam konteks ini melihat biaya yang dikeluarkan dengan air sumur dan air hujan berbeda sehingga pengeluaran hasil pertanian keduanya pun berbeda.

3) Prinsip produktifitas; menekankan bahwa zakat memang harus dibayar karena milik tertentu telah menghasilkan produk tertentu setelah lewat jangka waktu tertentu. Berdasarkan hadits riwayat ibnu umar “barang siapa memperoleh kekayaan setelah satu tahun berlaku zakat atasnya (tirmidzi dan mishkat). Sehingga zakat dibayar setelah satu tahun dan telah mencapai nishab. Nisab hanya berlaku pada zakat bila telah sampai waktunya dan produktif.

4) Prinsip nalar; sangat rasional bahwa zakat harta yang menghasilkan itu harus dikeluarkan. Dan orang yang diharuskan membayar zakat adalah seseorang yang berakal dan bertanggung jawab.

5) Prinsip kebebasan; zakat hanya dibayar oleh orang yang bebas, yaitu seseorang harus menjadi manusia bebas sebelum dapat disyaratkan dapat membayar zakat. Walaupun saat ini sudah tidak ada lagi perbudakan namun menurut Prof M Amin Suma hal ini bisa dimasukkan kedalam trafikking dan menurut M Nur Rianto al-Arif dapat dimasukkan ke golongan TKI yang ditawan oleh majikannya. Dan zakat dapat untuk membebaskan orang-orang tersebut.

6) Prinsip etika dan kewajaran; yaitu zakat tidak dipungut secara semena-mena. Pengeluaran zakat tidak dipersulitkan, sekali dalam setahun. Walaupun pada


(54)

perekembangan saat ini masyarakat lebih menyukai mengeluarkan zakat setiap bulannya karena lebih praktis dan ini pun tidak dilarang.

Beberapa manfaat dan hikmah zakat (Heri Sudarsono : 2003) yaitu : 1. Menghindari kesenjangan sosial antara aghniya (orang kaya) dan dhu`afa (kaum

miskin).

2. Alat pembersih harta dan penjagaan dari ketamakan orang jahat.

3. Menjadi unsur penting dalam mewujudkan keseimbangan dalam distribusi harta (social distribution) dan keseimbangan tanggungjawab individu dalam masyarakat.

4. Menunjang terwujudnya sistem kemasyarakatan Islam yang terdiri atas prinsip– prinsip : ummatan wahidan (umat yang satu), musawah (persamaan derajat), ukhwah islamiyah (persaudaraan islam) dan tafakul ijti`ma (tanggung jawab bersama).

5. Dapat mensucikan diri (pribadi) dari kotoran dosa, memurnikan jiwa dan menumbuhkan akhlaq mulia dan mengikis sifat bakhil (kikir).

6. Zakat adalah ibadah maaliyah yang mempunyai dimensi dan fungsi sosial ekonomi atau pemerataan karunia Allah dan juga merupakan perwujudan solidaritas sosial, pernyataan rasa kemanusiaan dan keadilan, dan pengikat persatuan ummat dan bangsa sebagai pengikat bathin antara golongan kaya


(55)

dengan yang miskin dan sebagai penimbun jurang pemisah antara golongan yang kuat dengan yang lemah.

2.2 Konsep Akuntansi Zakat

Kemunculan lembaga keuangan Islam khususnya lembaga pengelolaan zakat sebagai organisasi yang relatif baru menimbulkan tantangan besar. Para pakar syariah Islam dan akuntansi harus mencari dasar bagi penerapan dan pengembangan standar akuntansi yang berbeda dengan standar akuntansi bank dan lembaga keuangan konvensional seperti telah dikenal selama ini.

Akuntansi tidak hanya sebagai alat untuk menterjemahkan fenomena dalam bentuk ukuran moneter tetapi juga sebagi suatu metode menjelaskan bagaimana fenomena ekonomi itu berjalan dalam masyarakat. Hal ini yang mengakibatkan pergeseran yang lebih berorientasi sosial. Informasi yang disediakan melalui proses akuntansi harus dapat mengungkapan kenyataan secara adil. Artinya akuntansi tidak diperbolehkan mempunyai kepentingan-kepentingan tertentu yang akan menguntungkan pihak pembuat laporan tanpa berpedoman pada prinsip-prinsip akuntansi yang diterima secara umum (generally accepted principles). Oleh karena itu sikap independensi sangat diperlukan dalam penyajian informasi. Informasi yang benar, adil dan lengkap tidak akan mempunyai manfaat dalam pengambilan keputusan apabila disajikan tidak tepat pada waktunya sehingga hanya akan menjadi kedaluwarsa. Ketepatan waktu ini sangat dihargai, bukan hanya pada penyampaian


(56)

informasi tetapi meliputi seluruh aktivitas yang dilakukannya (Iman Pirman Hidayat dan Bambang Setiawan : 2009).

Standar akuntansi tersebut menjadi kunci sukses lembaga pengelolaan zakat dalam melayani masyarakat di sekitarnya sehingga, seperti lazim-nya, harus dapat menyajikan informasi yang cukup, dapat dipercaya, dan relevan bagi para penggunanya, namun tetap dalam konteks syariah Islam. Akuntabilitas organisasi pengelola zakat ditunjukkan dengan laporan keuangan serta audit terhadap laporan keuangan tersebut. Untuk bisa disahkan sebagai organisasi resmi, lembaga zakat harus menggunakan sistem pembukuan yang benar dan siap diaudit akuntan publik. Ini artinya standar akuntansi zakat mutlak diperlukan.

Standar akuntansi zakat ini tentunya harus melihat terlebih dahulu bagaimana sifat dari zakat, karena zakat berbeda dengan pajak yang harus dibayarkan. Zakat mempunyai aturan tersendiri dan nilai yang lebih luas dari pajak.

Sebenarnya, hingga saat ini masih belum tersedianya suatu aturan yang pasti dalam mengatur pencatatan akuntansi untuk organisasi zakat. Ikatan Akuntan Indonesia telah menawarkan suatu solusi yaitu dibuatnya Exposure Draft PSAK No, 109 yang telah disusun dari tahun 2007, namun sayangnya hingga sekarang PSAK itu masih bersifat ED (exposure draft).

Berikut standar akuntansi zakat secara umum:

1. Penilaian dengan nilai tukar sekarang (current exchange value) atau harga pasar. 2. Aturan satu tahun.


(57)

3. Standar Realisasi. 4. Nisab.

5. Net Income.

6. Aktiva tetap tidak dikenakan zakat. 7. Kekayaan/ Asset.

Sedangkan untuk donasi yang didapat oleh lembaga amil zakat itu sendiri dapat diklasifikasikan menjadi tiga poin pokok (Anies Basamallah : 2005), diantaranya :

1. Sedekah yang tidak dimaksudkan oleh pemberinya untuk tujuan tertentu. Sedekah jenis ini merupakan dana yang tidak terbatas (unrestricted funds). Artinya, dana ini dapat digunakan untuk siapa saja selain kedelapan asnaf, baik muslim maupun non muslim.

2. Sedekah yang dimaksudkan oleh pemberinya untuk diberikan dengan tujuan tertentu atau diberikan kepada penerima tertentu.

3. Zakat, yang dapat digolongkan sebagai dana yang terbatas penggunaannya (restricted funds ) karena ia dibatasi oleh siapa atau dari sumber mana zakat ini berasal dan kepada siapa saja zakat ini disalurkan.

Pada hakikatnya, zakat digolongkan pada 2 jenis yaitu zakat fitrah dan zakat maal. Dalam perkembangan zaman seperti saat ini, zakat maal dapat terdiri dari banyak kategori, dan tentunya pada setiap kategori yang tergolong zakat maal memilki nasabnya masing-masing. Berikut penjelasan mengenai zakat-zakat ang tergolong


(58)

zakat maal dan pembahasan mengenai nishab tersebut (M. Syafi’ie El-Bantanie : 2009) :

A. Zakat Pertanian dan Perkebunan.

Hasil pertanian, seperti padi, gandum, jagung, dan makanan pokok lainnya yang mengenyangkan serta tahan disimpan lama, wajib dikeluarkan zakatnya apabila telah mencapai nishab. Nishabnya adalah 5 wasaq. Rasulullah saw bersabda, “Tidak ada zakat pada biji-bijian dan buah-buahan sehingga mencapai 5 wasaq.” (HR.Muslim). Hadits lain menjelaskan, “Sesunggahnya Rasulullah saw, bersabda ‘Satu wasaq itu enam puluh sha’.” (HR. Ibnu Majah dan Ahmad).

Tabel 2.1

Nishab Zakat Pertanian dan Perkebunan

Dengan demikian, nishab zakat pertanian berupa biji makanan yang mengenyangkan 930 liter. Demikian pula dengan hasil perkebunan, seperti buah-buahan. Nishabnya adalah 930 liter. Adapun besar zakat yang dikeluarkan, apabila sistem pengairan pertanian dan perkebunan memanfaatkan tadah hujan, maka zakatnya adalah 10%, namun jika sistem pengairannya menggunakan mesin diesel

1 wasaq = 60 sha’ 5 wasaq = 300 sha’

1 sha = 3,1 liter (dapat dilihat dari kamus Arabic English Lexicon) Jadi, 300 X 3,1 = 930 liter (nishab zakat pertanian)


(59)

maka besar zakat yang harus dibayarkan adalah 5%. Berikut hadits yang mendasarinya “Pada biji-bijian yang diairi dengan hujandan mata air yang mengisap dengan akarnya, zakatnya sepersepuluh (10%), dan yang diairi dengan kincir, zakatnya seperduapuluh (5%)” (HR. Jama’ah kecuali Muslim).

B. Zakat Binatang Ternak

Binatang ternak yang wajib dikeluarkan zakatnya adalah unta, sapi, kerbau, kambing, atau domba. Adapun perhitungannya adalah sebagai berikut :

Tabel 2.2

Nishab Zakat Binatang Ternak Unta

Nishab

Zakatnya Bilangan dan Besarnya

Zakat Umur

5-9 1 ekor kambing atau

1 ekor domba

2 tahun lebih 1 tahun lebih 10-14 2 ekor kambing atau

2 ekor domba

2 tahun lebih 1 tahun lebih 15-19 3 ekor kambing atau

3 ekor domba

2 tahun lebih 1 tahun lebih 20-24 4 ekor kambing atau

4 ekor domba

2 tahun lebih 1 tahun lebih

25-35 1 ekor anak unta 1 tahun lebih

36-45 1 ekor anak unta 2 tahun lebih

46-60 1 ekor anak unta 3 tahun lebih

61-75 1 ekor anak unta 4 tahun lebih

76-90 2 ekor anak unta 2 tahun lebih

91-120 2 ekor anak unta 3 tahun lebih


(60)

Tabel 2.3

Nishab Zakat Binatang Ternak Sapi atau Kerbau

Nishab

Zakatnya Bilangan dan Besarnya

Zakat Umur

30-39 1 ekor anak sapi atau 1 ekor anak kerbau

1 tahun lebih 1 tahun lebih 40-59 1 ekor anak sapi atau

1 ekor anak kerbau

2 tahun lebih 2 tahun lebih 60-69 2 ekor anak sapi atau

2 ekor anak kerbau

1 tahun lebih 1 tahun lebih 70 ke atas

1 ekor anak sapi/ se-ekor kerbau

1 ekor anak sapi/ se-ekor kerbau

1 tahun lebih 2 tahun lebih

Tabel 2.4

Nishab Zakat Binatang Ternak Kambing atau Domba

Nishab

Zakatnya Bilangan dan Besarnya

Zakat Umur

40-120 1 ekor kambing betina atau 1 ekor domba betina

2 tahun lebih 1 tahun lebih 121-200 2 ekor kambing betina atau

2 ekor domba betina

2 tahun lebih 1 tahun lebih 201-300 3 ekor kambing betina atau

3 ekor domba betina

2 tahun lebih 1 tahun lebih 301 ke atas 4 ekor kambing betina atau

4 ekor domba betina

2 tahun lebih 1 tahun lebih


(61)

C.Zakat Emas dan Perak

Emas dan perak adalah harta yang wajib dizakati apabila telah mencapai nishabnya, dan nishabnya yaitu emas adalah 20 dinar atau setara dengan 93,6 gram emas. Zakat yang dikeluarkan 2,5%. Sedangkan nishab perak adalah 200 dirham atau setara dengan 624 gram perak. 1 dirham setara dengan 3,12 gram perak, maka

200X3,12 = 624 gram perak. Zakat yang wajib dikeluarkan adalah 2,5%. “Pada emas

dan perak, zakat keduanya seperempat puluh (2,5%).” (HR. Bukhari). D. Zakat Perniagaan

Harta benda yang diperniagakan atau diperdagangkan wajib dikeluarkan zakatnya apabila telah mencapai nishab. Hal ini berdasarkan hadits Rasulullah saw, “Kain-kain yang disediakan untuk dijual wajib dikeluarkan zakatnya.” (HR.Hakim). Adapun nishabnya di-qiyas-kan kepada nishab emas, yaitu 93,6 gram dan besar zakat yang harus dibayar 2,5%.

E. Zakat Pertambangan

Hasil tambang berupa emas dan perak apabila telah sampai nishab, wajib dikeluarkan zakatnya 2,5% pada waktu itu juga dengan tidak disyaratkan sampai satu tahun (haul), sebagaiman pada pertanian dan perkebunan. “Bahwasanya Rasulullah saw telah memungut zakat dari hasil tambang di negeri Qabaliyah.” (HR. Abu Daud dan Hakim).


(62)

Sementara hasil tambang lain, seperti batu bara, minyak bumi, gas bumi dan sebagainya, zakat di-qiyas-kan dengan zakat emas, yaitu nishabnya 93,6 dan zakatnya 2,5%.

F. Zakat Rikaz

Harta terpendam termasuk salah satu harta yang wajib dikeluarkan zakatnya. Zakat yang wajib dibayarkan sbesar 20% dari keseluruhan nilai harta yang terpendam tersebut. “Abu Hurairah ra. Berkata, ‘Rasulullah saw telah bersabda bahwa zakat rikaz seperlima’’.” (HR. Bukhari dan Muslim). Rikaz tidak dipersyaratkan sampai satu tahun (haul), melainkan wajib dikeluarkan saat itu juga seperti zakat hasil tambang.

G. Zakat Piutang

Apabila seseorang memberikan pinjaman kepada orang lain dan jumlah hartanya itu mencapai nishab atau lebih dan telah haul, harta yang diutangkan itu wajib dikeluarkan zakatnya, dengan syarat orang yang berutang adalah orang yang mampu. Adapun mengenai cara pembayarannya, para ulama berbeda pendapat, diantaranya sebagai berikut :

1.Harta piutang itu wajib dikeluarkan zakatnya setiap tahun karena harta tersebut disamakan dengan dengan barang titipan (wadi’ah). Ini adalah pendapat Imam Syafi’i.


(63)

2.Harta piutang itu wajib dikeluarkan zakatnya pada saat dikembalikan (dibayarkan) kepada yang berpiutang untuk seluruh tahun sekaligus. Ini adalah pendapat Imam Hanafi dan Imam Ahmad Hanbal.

3.Harta piutang itu wajib dikeluarkan zakatnya pada saat dikembalikan, dan cukup hanya untuk satu tahun saja, yaitu tahun saat dikembalikannya. Ini adalah pendapat Imam Malik.

Akan tetapi, apabila seseorang mengutangkan hartanya kepada orang yang tidak mampu atau miskin, para ulama berbeda pendapat, tentang apakah harta itu wajib dikeluarkan zakatnya atau tidak ? Berikut perbedaan pendapatnya :

1.Harta piutang itu tidak wajib dizakati. Pendapat Qatadhah, Abu Tsaur, dan Ishaq.

2.Harta piutang itu wajib dikeluarkan zakatnya pada saat dikembalikan untuk seluruh tahun yang belum dizakati. Pendapay Imam Hanafi dan Ulama Iraq. 3.Harta piutang itu wajib dikeluarkan zakatnya pada saat dikembalikan hanya

untuk satu tahun. Pendapat Imam Malik. H. Zakat Hasil Usaha Kontemporer.

Hukum zakat hasil usaha kontemporer menjadi kawasan ijtihad para ulama, yaitu dengan cara beristinbath hukun dengan meng-qiyas-kannya kepada dalil yang terkait dengan harta benda wajib zakat tersebut. Oleh karena itu, pada hasil usaha tertentu terdapat beberapa ketentuan tentang kewajiban mengeluarkan zakatnya. Maka secara umum, kewajiban zakat hasil usaha kontemporer didasarkan pada firman Allah :


(1)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh

Puji syukur penulis panjatkan ke Hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya kepada penulis. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan kita Baginda Muhammad saw, keluarganya, para sahabatnya, dan umatnya sampai akhir zaman.

Atas kehendak-Nya pula akhirnya penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan judul “IMPLIKASI AKUNTANSI ZAKAT PADA DOMPET PEDULI UMMAT DAARUT TAUHIID”. Tugas Akhir ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam menempuh program Diploma-III.

Dalam kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati perkenankanlah penulis menyampaikan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada semua pihak yang telah memberikan dorongan, arahan dan sekaligus dukungan hingga terwujudnya penulisan tugas akhir ini. Penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Ir. Eddy Suryanto Soegoto, M.Sc., selaku Rektor Universitas Komputer Indonesia;

2. Prof. Dr. Idrus Affandi, S.H., selaku Pembantu Rektor I Universitas Komputer Indonesia;

3. Prof. Dr. Moh Tajuddin, M.A., selaku Pembantu Rektor II Universitas Komputer Indonesia;


(2)

4. Hj Aelina Suryani , selaku Pembantu Rektor III Universitas Komputer Indonesia;

5. Prof. Dr. Hj. Umi Nariamawati, Dra., SE., M.Si., Ak, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia;

6. Sri Dewi Anggadini, S.E., M.Si., selaku Ketua Program Studi Akuntansi Universitas Komputer Indonesia;

7. Siti Kurnia Rahayu, S.E., M.Si., Ak, selaku dosen wali yang telah membantu; 8. Sri Dewi Anggadini, S.E., M.Si., selaku dosen pembimbing yang telah banyak

membantu dalam meluangkan waktunya untuk membimbing dalam penyusunan laporan;

9. Seluruh Staf Dosen dan Sekretariat Program Studi Akuntansi Universitas Komputer Indonesia;

10.Seluruh Staf dan karyawan DPU-DT yang telah banyak membantu yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu;

11.Rasa terimakasih dan sayang yang tiada terhingga kepada Mama, Bapak, dan Teteh tercinta atas perjuangannya dan doa-doanya;

12.Sahabat tercinta yang penulis sayangi, Rini, Mega, Hilda, Kamel;

13.Orang-orang yang banyak memberikan inspirasi dan bantuan kepada penulis, Teh Iha, Teh Ratih, Teh Aeni, Kiki, ‘Neng, Teh Ica, Elisya, Rani, dan teman-teman FORMASI;

14.Dan semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penyusunan laporan ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.


(3)

Pada penyusunan Tugas Akhir ini, penulis telah berusaha semaksimal mungkin, namun semua itu jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan koreksi dan saran yang sifatnya membangun untuk perbaikan di masa yang akan datang.

Akhirnya, penulis berharap semoga Tugas Akhir ini dapat memberikan manfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh

Bandung, Juli 2011


(4)

ABSTRAK

Implikasi Akuntansi Zakat pada Dompet Peduli Ummat - Daarut Tauhiid (DPU-DT)

Dalam Islam dikenal bentuk insentif bagi perekonomian yang sangat unik bagi masyarakat miskin yaitu zakat, infak dan sedekah. Zakat bersifat wajib, sedangkan infak dan sedekah bersifat filantropi atau sukarela. Zakat, merupakan salah satu bagian instrumen fiskal dalam sistem ekonomi Islam, yang mempunyai potensi dalam menghentikan permasalahan kemiskinan. Maka, sudah seharusnya dalam pelaksanaan aktivitas zakat diperlukan tahapan pencatatan atau proses akuntansi yang baik sehingga dapat dipertanggungjawabkan dalam segi pelaporan nya, karena uang yang menjadi sumber dana adalah dana ummat yang harus dialokasikan kepada yang termasuk pada delapan asnaf (yang berhak menerima zakat).

Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode analisis deskriptif yaitu metode yang bertujuan untuk membuat deskripsi/gambaran perusahaan secara sistematis, faktual, akurat, mengenai sifat-sifat dan fenomena yang diselidiki. Pada akhirnya metode ini digunakan untuk mencari pemecahan atas masalah yang diteliti.

Aktivitas perzakatan di Indonesia, mulai tahun 1990 telah berkembang baik. Banyak nya lembaga amil zakat yang kian berkembang pesat, namun belum adanya suatu ketentuan yang menjadi acuan pasti untuk menjadi kiblat pelaporan dalam aktivitas akuntansi zakat yang hingga kini masih menjadi salah satu permasalahan di dunia perzakatan.


(5)

ABSTRACT

THE IMPLICATION OF THE ZAKAT ACCOUNTING IN DOMPET PEDULI UMMAT – DADRUT TAUHIID (DPU-DT)

In Islam, known form of incentive for the problem of economy and that is very unique for the poor charity, that is Zakat, Infak, and Sedekah. Zakat is compulsory, whereas infak and sedekah is philantropy. Zakat is one of fiscal instrument in Islamic economic system, which has the potential to stop the problem of poverty. Thus, it should be necessary in the implementation stages of recording the activity of charity or good accountingprocess so that it can be accounted for in terms of its reporting, because money is the source of funds are funds that must be allocated to the ummah which includes theeight asnaf (who are entitled to receive zakat)

The method used in this research is descriptive analysis method is a method that aims to create a description / picture of the company in a systematic, factual,accurate, regarding theproperties and phenomena are investigate d. Ultimately this method is used to find solution to the problem under study.

The activity of zakat in Indonesia, in 1990 has progressed well. Many of institutions amil zakat growing rapidly, but the absence of a provision that a referenceis sure to be tha center of reporting in charity accounting activities, which until nowremains one of the problems in the world of zakat.


(6)

IMPLIKASI AKUNTANSI ZAKAT PADA

DOMPET PEDULI UMMAT- DAARUT TAUHIID (DPU-DT)

THE IMPLICATION OF THE ZAKAT ACCOUNTING IN

DOMPET PEDULI UMMAT- DAARUT TAUHIID (DPU-DT)

TUGAS AKHIR

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Dalam Menempuh Diploma III

Program Studi Akuntansi Oleh :

Mia Pici Doris 21308008

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG


Dokumen yang terkait

Srategi efektifitas penyaluran zakat pada Dompet peduli ummat- daarut tauhid

0 6 117

Laporan Praktek Kerja Lapangan Di Dompet Peduli Ummat Daarut Tauhid Bandung

10 56 66

Laporan Praktek Kerja Lapangan Di Dompet Peduli Umat Daarut Tauhid Bandung

12 82 75

PENGARUH KUALITAS LAYANAN TERHADAP REPUTASI : Survei Pada Donatur Dompet Peduli Ummat-Daarut Tauhiid Bandung.

1 7 35

MODEL KOMUNIKASI LEMBAGA AMIL ZAKAT DALAM MENINGKATKAN PENGHIMPUNAN ZAKAT Studi pada Lembaga Amil Zakat Nasional Dompet Peduli Ummat Daarut Tauhiid Unit Solo) - iainska repository

0 0 157

ANALISIS PENDAYAGUNAAN DANA ZAKAT PRODUKTIF DALAM PENINGKATAN PENDAPATAN MUSTAHIK (Studi Pada Dompet Peduli Ummat Daarut Tauhiid Lampung) - Raden Intan Repository

1 1 114

ANALISIS EFEKTIVITAS PENYALURAN ZAKAT UNTUK PENDIDIKAN OLEH LEMBAGA AMIL ZAKAT (LAZ) DOMPET PEDULI UMMAT DAARUT TAUHID BANDAR LAMPUNG - Raden Intan Repository

0 0 130

EVALUASI KINERJA KARYAWAN DALAM PENINGKATAN JUMLAH MUZAKKI DI DOMPET PEDULI UMMAT DAARUT TAUHIID (DPU DT CABANG LAMPUNG) - Raden Intan Repository

0 0 113

BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Umum Zakat - IMPLEMENTASI ZAKAT PRODUKTIF DAN IMPLIKASINYA TERHADAP KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DITINJAU DARI PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM (Studi pada Dompet Peduli Umat Daarut Tauhid DPU-DT Unit Kota Metro) - Raden Intan Reposi

1 2 60

BAB III HASIL PENELITIAN A. Tinjauan Umum 1. Profil Dompet Peduli Umat Daarut Tauhid Kota Metro - IMPLEMENTASI ZAKAT PRODUKTIF DAN IMPLIKASINYA TERHADAP KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DITINJAU DARI PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM (Studi pada Dompet Peduli Umat Daarut

0 1 41