Analisis Konvergensi Pertumbuhan Ekonomi Negara ASEAN+3 dan Faktor-faktor yang Memengaruhi Pertumbuhan Ekonomi

ANALISIS KONVERGENSI PERTUMBUHAN EKONOMI
NEGARA ASEAN+3 DAN FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMENGARUHI PERTUMBUHAN EKONOMI

MANDA KHAIRATUL AULIA

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Konvergensi
Pertumbuhan Ekonomi Negara ASEAN+3 dan Faktor-faktor yang Memengaruhi
Pertumbuhan Ekonomi adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, Juni 2013
Manda Khairatul Aulia
NIM H14090022

ABSTRAK
MANDA KHAIRATUL AULIA. Analisis Konvergensi Pertumbuhan Ekonomi
Negara ASEAN+3 dan Faktor-faktor yang Memengaruhi Pertumbuhan Ekonomi.
Dibimbing oleh WIWIEK RINDAYATI.
Menurut model Solow perekonomian negara-negara akan mengalami proses
konvergensi menuju suatu titik dimana tingkat pendapatan setiap negara sama,
dengan asumsi tingkat tabungan, depresiasi, pertumbuhan angkatan kerja, dan
pertumbuhan produktivitas setiap negara sama. Tujuan penelitian ini adalah
menganalisis apakah proses konvergensi dapat terjadi pada pertumbuhan ekonomi
negara-negara ASEAN+3 selama 2002-2010. Berdasarkan hasil pemetaan
pertumbuhan PDB riil dan pendapatan per kapita, terdapat pergeseran posisi
negara pada tahun 2002 dan tahun 2010. Penelitian ini menghasilkan bahwa
secara kondisional dan ankondisional negara-negara ASEAN+3 mengalami proses
konvergensi dengan kecepatan 10 % dan 22 %. Penelitian ini juga menghasilkan
bahwa Indeks Williamson rata 0.98 setiap tahunnya cenderung mengalami

penurunan. Hal ini menunjukkan terjadinya proses konvergensi yang rendah
sehingga membutuhkan waktu lama untuk mencapai pemerataan. Pertumbuhan
ekonomi negara ASEAN+3 dipengaruhi oleh Foreign Direct Investment, industry
value added, service value added, dan government expenditure.
Kata Kunci: Konvergensi, ASEAN+3, Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan per
Kapita.

ABSTRACT
MANDA KHAIRATUL AULIA. The Economic Growth Convergence Analysis
of ASEAN+3 countries and The Factors that Influence the Economic Growth.
Supervised by WIWIEK RINDAYATI.
Based on Solow model, the economy of many countries will have a convergence
process towards a point with same level of income if each country has same level
of savings rate, depreciation, the labor force growth, and productivity growth. The
purpose of this study is to analiyze whether the Solow convergence process may
occur in the economic growth of ASEAN+3 member countries during 2002-2010.
Based on economic growth and per capita income mapping result, there is a
movement of each country position in 2002 and 2010. This study results that
ASEAN+3 was unconditionally and conditionally converged with 10% and 22%
speed. This study also results that the Williamson Index average of 0.98 each year

tends to decrese. It means that there is a convergence process in a low speed, so it
needs a long time to reach the equality. The economic growth of ASEAN+3 is
influenced by Foreign Direct Investment, industrial value added, value added
service, and government expenditure.
Keywords: Convergence, ASEAN+3, Economic Growth, per Capita Income.

ANALISIS KONVERGENSI PERTUMBUHAN EKONOMI
NEGARA ASEAN+3 DAN FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMENGARUHI PERTUMBUHAN EKONOMI

MANDA KHAIRATUL AULIA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Judul Skripsi : Analisis Konvergensi Pertumbuhan Ekonomi Negara ASEAN+3
dan Faktor-faktor yang Memengaruhi Pertumbuhan Ekonomi
Nama
: Manda Khairatul Aulia
NIM
: H14090022

Disetujui oleh

Dr. Ir. Wiwiek Rindayati
Pembimbing

Diketahui oleh

Dr. Ir. Dedi Budiman Hakim
Ketua Departemen


Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya
sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam
penelitian yang dilaksanakan sejak bulan September 2012 ini ialah konvergensi,
dengan judul Analisis Konvergensi Pertumbuhan Ekonomi ASEAN+3 dan
Faktor-faktor yang Memengaruhi Pertumbuhan Ekonomi. Masalah konvergensi
dipilih menjadi topik penelitian karena dianggap penting terutama dalam
menghadapi era globalisasi yang semakin meningkatkan keterbukaan antar
negara. Peningkatan keterbukaan tersebut dapat meningkatkan pendapatan suatu
negara jika mampu bersaing dengan baik, namun juga dapat meningkatkan
ketimpangan antar negara. Masalah konvergensi akan lebih mudah dianalisis pada
negara-negara yang bergabung dalam suatu kesepakatan atau kerja sama tetapi
memiliki tingkat pendapatan dan kesejahteraan yang berbeda seperti pada
ASEAN+3. Negara anggota kerja sama ini memiliki karakteristik dan tingkat
kemajuan yang berbeda, sehingga perlu dilihat apakah memberi peningkatan
ekonomi bagi semua negara anggota.
Terima kasih juga diucapkan kepada orang tua dan keluarga penulis, yakni

Bapak Muhammad Yusni dan Ibu Normah Dalimunthe serta kakak dari penulis,
Yuniar Rizki Noryanti atas segala doa dan dukungan yang selalu diberikan. Selain
itu ucapan terima kasih juga ditujukan kepada:
1. Ibu Dr Wiwiek Rindayati selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
memberikan arahan, bimbingan, saran dan motivasi dengan sabar dan
membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
2. Ibu Sahara Ph.D selaku dosen penguji utama dan Ibu Laily Dwi Arsyianti,
M.Sc selaku dosen penguji dari komisi pendidikan atas kritik dan saran yang
telah diberikan untuk perbaikan skripsi ini.
3. Para dosen, staf dan seluruh civitas akademik Departemen Ilmu Ekonomi
FEM IPB yang telah memberikan ilmu dan berbagai bantuan.
4. Teman-teman satu bimbingan, Nadya Astrid, Alfi Gusmanandri, dan Rahmat
Prabowo yang telah banyak memberikan bantuan, saran, kritik, motivasi dan
dukungannya dalam penyelesaian skripsi ini.
5. Sahabat penulis Gina, Sonya, Meilani yang telah membantu dalam
menyelesaikan penulisan skripsi ini.
6. Seluruh keluarga Ilmu Ekonomi 46, 47 dan 48 terima kasih atas doa dan
dukungannya yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
7. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini
yang tidak bisa disebutkan satu per satu.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Juni 2013
Manda Khairatul Aulia

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
viii
DAFTAR GAMBAR
viii
DAFTAR LAMPIRAN
viii
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Perumusan Masalah
4
Tujuan Penelitian
6

Manfaat Penelitian
7
Ruang Lingkup Penelitian
7
TINJAUAN PUSTAKA
8
Produk Domestik Bruto
8
Pertumbuhan Ekonomi
8
Konvergensi
12
Penelitian Terdahulu
13
Kerangka Pemikiran
14
METODE
16
Jenis dan Sumber Data
16

Metode Analisis
16
Analisis Deskriptif dengan Memetakan Pertumbuhan PDB Riil dan Besaran
PDB per Kapita
16
Analisis Deskriptif dengan Indeks Williamson
17
Analisis Data Panel
17
Model Penelitian Konvergensi Pertumbuhan Ekonomi ASEAN+3
19
Pengujian Statistik dan Pelanggaran Asumsi
20
HASIL DAN PEMBAHASAN
21
Gambaran Umum
21
Analisis Deskriptif dengan Memetakan Negara Berdasarkan Pertumbuhan PDB
Riil dan Besaran PDB per kapita
24

Analisis Deskriptif dengan Indeks Williamson
26
Model Konvergensi Pertumbuhan Ekonomi Negara ASEAN+3
28
SIMPULAN DAN SARAN
34
Simpulan
34
Saran
35
DAFTAR PUSTAKA
36
LAMPIRAN
38

DAFTAR TABEL
1
2
3
4

5
6
7
8
9

Produk Domestik Bruto per Kapita ASEAN+3 Tahun 2009-2022
Foreign Direct Investment ASEAN+3 Tahun 2009-2011
Nilai Tambah Sektor Jasa, Industri, dan Pertanian Tahun 2010
Hasil Estimasi Uji Chow pada Model Konvergensi Tak Bersyarat
Hasil Estimasi Model Pooled Least Square Konvergensi Tak Bersyarat
Crossection Effects Negara-negara ASEAN+3
Hasil Estimasi Uji Chow pada Model Konvergensi Bersyarat
Hasil Estimasi Uji Hausman pada Model Konvergensi Bersyarat
Hasil Estimasi Fixed Effects Model dengan Weighted Statistic pada
Model Konvergensi Bersyarat

2
5
23
28
28
29
29
30
30

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4

Pertumbuhan Ekonomi Negara-negara ASEAN+3 Tahun 2009-2011
Investasi Aktual dan Break-even
Kerangka Pemikiran
Pemetaan Negara Berdasarkan Pertumbuhan PDB Riil dan Besaran
PDB per Kapita Tahun 2002
5 Pemetaan Negara Berdasarkan Pertumbuhan PDB Riil dan Besaran
PDB per Kapita 2010
6 Indeks Williamson

3
11
15
25
25
27

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7
8

Perhitungan Tipologi Klassen
Perhitungan Indeks Williamson
Pendekatan Pooled Least Square Model Konvergensi Tak Bersyarat
Uji Chow Model Konvergensi Tak Bersyarat
Pendekatan Fixed Effects Model Konvergensi Bersyarat
Uji Chow fixed Effects Model Konvergensi Bersyarat
Random Effects Model Konvergensi Bersyarat
Korelasi Parsial Antar Variabel

38
38
39
39
39
40
40
41

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pembangunan ekonomi dapat diartikan sebagai suatu proses yang
menyebabkan pendapatan total dan pendapatan per kapita suatu masyarakat terus
menerus bertambah dalam jangka panjang (Sukirno 2002). Tolak ukur
keberhasilan pembangunan dapat dilihat dari pertumbuhan ekonomi, struktur
ekonomi, dan semakin kecilnya ketimpangan pendapatan baik antar penduduk,
antar daerah, maupun antar sektor. Tujuan utama pembangunan ekonomi adalah
menciptakan pertumbuhan setinggi-tingginya, menghapus atau mengurangi
tingkat kemiskinan, ketimpangan pendapatan, dan tingkat pengangguran (Arsyad
1999). Pembangunan tidak hanya berorientasi pada pendapatan nasional, namun
juga memperhitungkan masalah lain seperti perubahan struktur sosial, sikap
masyarakat, institusi nasional, ketimpangan pendapatan, peningkatan pendapatan,
dan peningkatan kesejahteraan hidup masyarakat. Pembangunan harus dapat
memenuhi kebutuhan dasar individu dengan mencapai suatu peningkatan keadaan
hidup melalui peningkatan standar hidup masyarakat yang tidak hanya dinilai dari
sisi material saja (Todaro and Smith 2006).
Pertumbuhan ekonomi menunjukkan bagaimana aktivitas perekonomian di
suatu negara. Semakin tinggi aktivitas ekonomi suatu negara, maka pertumbuhan
ekonomi negara tersebut akan semakin tinggi. Pertumbuhan ekonomi
menunjukkan adanya peningkatan output suatu negara dengan meningkatnya
barang dan jasa yang diproduksi oleh suatu negara. Tingkat pertumbuhan ekonomi
dapat diukur dengan menggunakan pendapatan nasional riil yang dicapai suatu
negara (Sukirno 2002). Setiap negara akan senantiasa berusaha agar dapat
meningkatkan pertumbuhan ekonomi negaranya, seperti dengan meningkatkan
proses produksi, investasi baik di dalam maupun di luar negeri, perdagangan, dan
berbagai aktivitas ekonomi lainnya yang dapat memberikan nilai tambah bagi
pendapatan nasional negara tersebut. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah
dengan menjalin berbagai kerja sama antar negara, sehingga dapat mempermudah
dan memperlancar masing-masing negara anggota untuk melakukan kegiatan
ekonomi dengan negara lain.
Kerja sama ASEAN merupakan organisasi geo-politik dan ekonomi yang
dibentuk pada tanggal 8 Agustus 1967. Bebarapa tujuan dibentuknya ASEAN
antara lain mempercepat pertumbuhan ekonomi dan kemajuan sosial buaya di
kawasan Asia Tenggara, memajukan perdamaian dan stabilitas regional Asia
Tenggara, memajukan kerja sama dan saling membantu kepentingan bersama
dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, memajukan kerja sama di bidang
pertanian, indusrti, perdagangan, pengangkutan, dan komunikasi, memajukan
penelitian bersama mengenai masalah-masalah di Asia Tenggara, dan memelihara
kerja sama yang lebih erat dengan organisasi internasional dan regional. ASEAN
dibentuk untuk mendukung masing-masing negara dalam memperbaiki keadaan
perekonomiannya. Melalui pembentukan ASEAN diharapkan akan dapat
meningkatkan kesejahteraan setiap negara anggota dan menurunkan ketimpangan
antar negara. Peningkatan pertumbuhan ekonomi masing-masing negara
kemudian akan dapat meningkatkan kesejahteraan masing-masing negara

2
sehingga akan tercapai kemajuan bersama dan menurunkan ketimpangan
pendapatan antar negara anggotanya. Selain itu juga diharapkan dapat menjadi
modal kekuatan bagi negara-negara Asia Tenggara dalam menghadapi persaingan
dengan negara maju.
Kerja sama ini kemudian diperluas dengan masuknnya negara yang jauh
lebih maju seperti China, Jepang, dan Korea Selatan yang tergabung dalam
ASEAN+3. Semakin meluasnya kerja sama yang dilakukan, diharapkan dapat
memberikan efek positif terhadap perekonomian masing-masing negara
anggotanya. Terdapat harapan bagi terciptanya iklim pertumbuhan ekonomi yang
sehat dapat segera terpenuhi, sehingga dapat dihasilkan suatu peningkatan
perekonomian oleh masing-masing negara anggota. Namun apakah masuknya
negara-negara maju ini dapat secara efektif membantu majunya negara
berkembang di kawasan ASEAN, karena kerja sama tersebut juga sekaligus
meningkatkan persaingan di antar negara anggota sendiri. Terdapat kemungkinan
peningkatan perekonomian negara-negara anggota terutama negara berkembang
dengan kemudahan mobilitas kapital dan perdagangan antarnegara, namun di sisi
lain juga kemungkinan dapat meningkatkan ketimpangan antar negara karena
hanya negara maju saja yang dapat memanfaatkan dengan baik. Beberapa negara
ASEAN+3 memiliki pendapatan per kapita yang lebih tinggi bila dibandingkan
dengan negara lainnya, dengan perbedaan yang cukup besar dan timpang, seperti
pada Tabel 1.
Tabel 1 Produk Domestik Bruto per Kapita Riil Negara ASEAN+3 Tahun 20092011 (USD)
Negara

2009

2010

2011

Brunei Darussalam

17 092

17 225

17 301

Kamboja

533

558

590

Indonesia

1 090

1 145

1 207

519

556

592

Malaysia

4 902

5 169

5 345

Filipina

1 307

1 383

1 413

Singapura

28 950

32 641

33 530

Thailand

2 531

2 713

2 699

Vietnam

684

723

757

38 242

39 972

39 578

2 209

2 427

2 640

15 326

16 219

16 684

Laos

Jepang
China
Korea Selatan
Sumber: World Bank, 2013

Berdasarkan bersarnya pendapatan per kapita, Brunei Darussalam,
Singapura, Jepang, dan Korea Selatan termasuk pada kategori negara high income

3
menurut World Bank. Sedangkan Malaysia, Thailand, dan China termasuk negara
upper middle income dan negara anggota lainnya masih termasuk lower middle
income. Tabel 1 menunjukkan besarnya pendapatan per kapita negara anggota
ASEAN+3. Negara maju (high income) cenderung memiliki pendapatan per
kapita yang besar dan mendominasi yang mencerminkan tingkat kesejahteraan
yang lebih baik dibandingkan negara berkembang. Besarnya pendapatan per
kapita sangat ditentukan dari jumlah penduduk suatu negara, sehingga besaran
pendapatan per kapita juga dapat menjadi semakin kecil jika suatu negra memiliki
jumlah penduduk yang besar. Negara maju dengan pendapatan per kapita besar
cenderung memiliki pertumbuhan ekonomi yang kecil dan konstan, sehingga
perubahan dari tahun ke tahun menjadi semakin kecil sudah hampir menuju
kondisi full employmentnya. Sedangkan negara berkembang memiliki pendapatan
per kapita rendah namun pertumbuhan ekonomi tinggi karena belum berada
kondisi full employment seperti terlihat pada Gambar 1 di bawah ini.
Growth (%)
20
15

2009
2010
2011

10
5
0
-5
-10
Sumber: World Bank, 2013

Gambar 1 Pertumbuhan Ekonomi Negara ASEAN+3 Tahun 2009-2011
Gambar 1 menunjukkan bahwa selama tahun 2009 hingga 2011 negaranegara berkembang seperti Indonesia, Kamboja, Laos, Vietnam, memiliki
pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi namun sangat fluktuatif karena masih
jauh dari kondisi mapan. Sehingga perubahan atau guncangan sedikit saja akan
menyebabkan guncangan pada perekonomiannya. Negara maju seperti Jepang
mengalami pertumbuhan ekonomi yang lebih konstan dengan perubahan yang
kecil dari tahun ke tahun, karena perekonomiannya sudah hampir mencapai
Negara
kondisi mapan. Jika perekonomian sudah berada pada kondisi mapan, maka
keseimbangannya cenderung akan sulit berubah.
Menurut model Solow, ketika negara-negara maju sudah mencapai kondisi
full employment maka akan sulit merubah atau meningkatkan kondisi ekonominya,
karena sudah mencapai kondisi maksimum dalam segala halnya. Sedangkan
negara-negara berkembang akan terus mangalami perubahan menuju ke kondisi
mapannya. Penambahan kapital baru melalui investasi menurut solow akan
meningkatkan pendapatan negara tersebut, sehingga akan terus bergerak menuju

4
kondisi mapannya. Menurut solow, jika proses tersebut terjadi pada perekonomian
negara-negara maka akan menciptakan suatu proses konvergensi, dimana
pergerakan pendapatan masing-masing negara menuju ke arah yana sama.
Pada penggunaannya model Solow menetapkan beberapa asumsi yang harus
dipenuhi agar proses konvergensi dapat terjadi. Asumsi tersebut antara lain setiap
negara harus memiliki tingkat tabungan, depresiasi, pertumbuhan angkatan kerja,
dan pertumbuhan produktivitas yang sama. Namun pada kenyataannya
perekonomian negara-negara tidak akan memiliki kondisi dan tingkat perubahan
yang sama. Masing-masing negara memiliki banyak perbedaan yang dapat
menyebabkan pencapaian ekonominya juga akan berbeda. Kondisi Sumber Daya
Alam (SDA), Sumber Daya Manusia (SDM), dan produktivitas yang berbeda
akan memberikan hasil yang berbeda pula. Oleh karena itu, tingkat kemajuan
yang dialami oleh masing-masing negara cenderung tidak akan sama. Ditambah
lagi dengan adanya intervensi dan kebijakan pemerintah yang berbeda di setiap
negara, maka pelaksanaan kegiatan ekonominya juga akan berbeda. Peningkatan
keterbukaan dan adanya globalisasi juga akan semakin memengaruhi pencapaian
ekonomi masing-masing negara. Perekonomian negara-negara akan semakin
terintegrasi satu sama lain, sehingga memungkinkan adanya aliran modal antar
negara.
Negara maju dengan pendapatan yang tinggi dapat terus menggali dan
mengembangkan teknologi dan inovasi baru yang dapat menyebabkan
perekonomiannya terus mengalami peningkatan, dan bukan menurun seperti yang
disampaikan oleh Solow. Pengembangan teknologi dan inovasi akan dapat
menyebabkan pertumbuhan ekonomi masih dapat mengalami peningkatan dan
bergerak lebih tinggi. Pendapatan yang tinggi memungkinkan negara maju untuk
mengembangkan riset dan teknologi untuk mangatasi dan mencegah penurunan
pada pertumbuhan ekonomi dan perekonomiannya. Jika asumsi Solow ini tidak
terpenuhi pada keadaan nyata dan dengan adanya pengembangan teknologi dan
inovasi di berbagai negara terutama di negara-negara maju, apakah proses
konvergensi yang disampaikan Solow akan dapat terjadi.
Analisis proses konvergensi Solow pada penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan unit analisis kerja sama ASEAN+3 yang terdiri dari negara-negara
dengan karakteristik dan tingkat pencapaian yang berbeda. Berdasarkan penelitian
ini akan dapat dilihat apakah proses konvergensi yang disampaikan solow terjadi
pada kondisi perekonomian negara-negara ASEAN+3 yang cenderung tidak
memenuhi asumsi-asumsi yang disampaikan Solow.

Perumusan Masalah
Setiap negara senantiasa melaksanakan proses pembangunan yang
berkelanjutan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi negaranya, terutama di
negara-negara berkembang. Hal ini ditujukan untuk mengejar ketertinggalannya
dari negara maju, baik dari segi ekonomi, kesehatan, pendidikan, infrastruktur dan
lainnya. Dengan pembangunan dan perbaikan di segala bidang diharapkan negara
berkembang dapat mengejar ketertinggalannya dan bergerak menuju negara maju.

5
Oleh karena itu setiap negara melakukan berbagai cara untuk dapat mengatasi
persaingan terutama dengan negara maju. Salah satu cara yang dilakukan adalah
dengan melakukan kerjasama dalam bidang ekonomi seperti yang terdapat pada
ASEAN+3 yang terdiri dari negara anggota ASEAN ditambah dengan negara
Asia lain seperti Jepang, China, dan Korea Selatan. Kerjasama ini ditujukan
sebagai alat pemersatu ekonomi negara-negara anggotanya terutama di kawasan
Asia, dan meningkatkan kekuatan dalam menghadapi persaingan global terutama
dengan negara maju seperti di kawasan Amerika dan Eropa.
Namun dalam prosesnya apakah keterbukaan dan liberalisasi diantara
negara anggota tersebut akan meningkatkan investasi masing-masing negara
sehingga menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi di semua negara.
Peningkatan investasi ini kemungkinan akan mengarah kepada pertumbuhan
ekonomi yang menuju ke satu titik pencapaian yang sama dan konvergen. Bagi
negara yang sudah maju, dan justru meningkatkan persaingan bagi negara yang
masih berkembang.
Peningkatan persaingan ini dimungkinkan karena dengan adanya
keterbukaan, maka masing-masing negara anggota lebih mudah menanamkan
modalnya di negara anggota lainnya. Negara yang tidak memepersiapkan diri
dengan baik justru akan kalah bersaing dengan negara lainnya, karena tidak
mampu meningkatkan investasi domestiknya sendiri dan kalah bersaing dengan
investasi domestik. Berikut data investasi masing-masing negara ASEAN
+3 pada Tabel 2.
Tabel 2 Foreign Direct Investment Negara ASEAN+3 (Juta USD)
Negara

2008

2009

2010

Brunei Darussalam

201

350

105

Kamboja

387

552

667

Indonesia

2 328

5 220

5 265

133

189

145

4 521

147

5 708

959

2 064

1 072

10 252

23 033

39 628

Thailand

5 391

3 375

5 442

Vietnam

6 178

4 901

4 989

Jepang

14 634

25 472

30 353

China

111 729

84 396

145 463

3 015

2 404

831

Laos
Malaysia
Filipina
Singapura

Korea Selatan
Sumber: World Bank, 2013

Tabel 2 menunjukkan bahwa masing-masing negara-negara memiliki nilai
investasi yang meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2009 beberapa negara

6
memiliki nilai investasi yang menurun akibat adanya krisis ekonomi global pada
tahun 2008, namun sebagian lainnya tetap mengalami peningkatan. Setiap negara
melakukan investasi sebesar-besarnya untuk mendorong pertumbuhan ekonomi
negara. Menurut Solow, investasi adalah kunci tercapainya konvergensi diantara
negara. Melalui investasi suatu negara akan memperoleh pengembalian yang
besar dan berbagai efek positif lainnya selain pendapatan, seperti aliran teknologi,
informasi, perbaikan infrastruktur dan lainnya. Peningkatan keterbukaan ini
kemudian dapat memberikan kemungkinan semua negara menghasilkan
pertumbuhan ekonomi yang tinggi sehingga bergerak menuju ke satu titik yang
menunjukkan terjadinya proses konvergensi atau malah semakin meningkatkan
ketimpangan antar masing-masing negara. Berdasarkan model Solow,
konvergensi akan terjadi jika setiap negara memiliki tingkat tabungan, depresiasi,
pertumbuhan tenaga kerja, dan pertumbuhan produktivitas yang sama. Namun
pada kenyataanya, asumsi ini tentu saja tidak mungkin sepenuhnya terpenuhi di
setiap negara. Selain itu, negara maju dengan pendapatan yang besar akan terus
mengembangkan teknologi dan inovasi agar pertumbuhan ekonominya dapat terus
meningkat dan tidak mengalami penurunan seperti yang disampaikan Solow.
Walaupun negara berkembang akan terus mengalami peningkatan pertumbuhan
ekonomi karena terus mendorong investasi, namun negara maju yang sudah
mencapai pendapatan tinggi juga akan terus mendoronng pengembangan
teknologi dan inovasi yang dapat terus meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
Sehingga walupun sudah mencapai kodisi full employment, perekonomian negara
maju tetap dapat mengalami peningkatan, dan tidak menurun. Jika pada
kenyataanya negara maju masih mengalami peningkatan pertumbuhan ekonomi,
maka perlu dibuktikan apakah proses konvergensi yang disampaikan Solow akan
tetap dapat tercapai. Adapun permasalahan yang dapat diteliti berdasarkan
informasi dan kondisi tersebut antara lain:
1. Bagaimana posisi masing-masing negara anggota ASEAN+3 jika dilihat
berdasarkan pertumbuhan PDB riil dan besaran PDB per kapita riil?
2. Apakah pergerakan pertumbuhan ekonomi per kapita negara-negara
ASEAN+3 menunjukkan suatu proses yang konvergen jika dianalisis melalui
Indeks Williamson dan analisis data panel?
3. Faktor apa saja yang memengaruhi laju pertumbuhan ekonomi per kapita
negara-negara ASEAN+3?

Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Memetakan negara-negara ASEAN+3 berdasarkan kondisi pertumbuhan PDB
riil dan besaran pendapatan per kapita riil.
2. Menguji apakah kestabilan pendapatan negara-negara ASEAN+3 menuju ke
kestabilan yang konvergen jika dianalisis dengan menggunakan Indeks
Williamson dan analisis data panel.
3. Menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi laju pertumbuhan ekonomi
negara-negara ASEAN+3 secara signifikan.

7
Manfaat Penelitian
Beberapa manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Memberikan gambaran kecenderungan pola pertumbuhan ekonomi negaranegara ASEAN+3 apakah mengarah kepada suatu proses pergerakan yang
konvergen atau divergen serta mengetahui faktor-faktor apa saja yang
mempengaruhi laju pertumbuhan ekonomi negara-negara ASEAN+3.
2. Hasil penelitian mengenai pola pertumbuhan ekonomi negara-negara
ASEAN+3 ini dapat digunakan untuk menentukan kebijakan yang tepat bagi
masing-masing negara secara khusus serta kerja sama ASEAN+3 secara
umum untuk ke depannya.

Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini menggunakan unit negara-negara ASEAN ditambah China,
Jepang, dan Korea Selatan yang tergabung dalam kerja sama ASEAN+3.
Kawasan integrasi ekonomi ASEAN+3 terdiri dari negara berpendapatan tinggi
seperti Jepang, Korea Selatan, Singapura, dan Brunei Darussalam. Negara
berpendapatan sedang seperti Malaysia, China, dan Thailand, serta negara
berpendapatan rendah seperti Indonesia, Filipina, Laos, Vietnam, dan Kamboja
jika dilihat berdasarkan PDB per kapitanya.
Fokus penelitian ini adalah untuk menganalisis proses konvergensi tak
bersyarat dan bersyarat pertumbuhan ekonomi negara-negara ASEAN+3 yang
dilihat berdasarkan Produk Domestik Bruto (PDB) riil per kapita masing-masing
negara pada periode tahun 2002 hingga 2010. Selain itu, penelitian ini juga
menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi pertumbuhan ekonomi negara
anggota ASEAN+3 secara signifikan berdasarkan data yang diestimasi. Melalui
penelitian ini akan dapat terlihat bagaimana dampak dari kerja sama ASEAN+3
terhadap masing-masing negara anggota. Penelitian ini menunjukkan kerja sama
ASEAN+3 yang berhasil bila diantara negara anggota menunjukkan adanya
peningkatan dan kemajuan pada pertumbuhan ekonomi negara. Selain itu juga
diharapkan negara yang masih berkembang dapat mengejar ketertinggalan dari
negara anggota lain yang sudah maju dengan memanfaatkan adanya berbagai
kemudahan akibat adanya kerja sama yang dilakukan. Peningkatan keterbukaan
diantara masing-masing negara anggota diharapkan dapat memberikan efek spill
over positif untuk meningkatkan kemajuan negara yang masih berkembang.
Penelitian ini menggunakan data negara-negara ASEAN+3 sejak tahun 2002
hingga tahun 2010, yaitu selama 9 tahun. Data 9 tahun ini dinilai telah dapat
menggambarkan keadaan perekonomian masing-masing negara melalui penilaian
terhadap Produk Domestik Bruto. Selain itu juga telah dapat menggambarkan
bagaimana peranan kerjasama ASEAN+3 dalam memerbaiki keadaan ekonomi
masing-masing negara anggota dan bagaimana keadaan ekonominya setelah
terjadinya krisis keuangan tahun 1997, serta telah menangkap terjadinya masalah
krisis ekonomi global di tahun 2008, baik sebelum terjadinya krisis maupun
setelah terjadinya krisis tersebut. Kemudian akan dilihat apakah pertumbuhan

8
ekonomi yang dihitung berdasarkan besaran Produk Domestik Bruto (PDB) per
kapita negara anggota ASEAN+3 tersebut menuju kepada proses yang semakin
konvergen dengan tingkat ketimpangan yang semakin berkurang, atau sebaliknya.
Penelitian ini menggunakan data PDB per kapita riil, Foreign Direct Investment
(FDI), net ekspor, industry value added, service value added, agricultural value
added, government expenditure, labour serta lag pendapatan per kapita.
Melalui penelitian ini dapat terlihat bagaimana kinerja kerja sama
ASEAN+3, apakah bermanfaat bagi seluruh anggotanya. Jika manfaat dari kerja
sama ini dapat meningkatkan perekonomian seluruh negara anggota bukan hanya
negara maju, maka kerja sama ini pada akhirnya akan menciptakan suatu proses
pergerakan ekonomi yang konvergen dan menurunkan ketimpangan antar negara.

TINJAUAN PUSTAKA
Produk Domestik Bruto
Data Produk Domestik Bruto (PDB) dapat dijadikan sebagai salah satu
indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu negara dalam suatu
periode tertentu baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan.
Produk Domestik Bruto pada dasarnya merupakan jumlah nilai tambah (value
added) yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu negara tertentu, atau
merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit
ekonomi. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), PDB atas dasar harga berlaku
menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga
yang berlaku pada setiap tahun. Produk Domestik Bruto atas dasar harga berlaku
dapat digunakan untuk melihat pergeseran dan struktur ekonomi. Sedangkan PDB
atas dasar harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa tersebut yang
dihitung menggunakan harga yang berlaku pada satu tahun tertentu sebagai dasar
(BPS 2009).
Pertumbuhan ekonomi suatu negara biasanya diukur dengan menggunakan
data PDB. Pada dasarnya PDB riil mengukur pendapatan total setiap orang di
dalam suatu perekonomian. Tujuan perhitungan PDB adalah untuk meringkas
aktivitas ekonomi dalam suatu nilai uang tertentu dalam periode waktu tertentu.
PDB dapat dihitung atau diukur dengan menggunakan tiga jenis pendekatan, yaitu
pendekatan produksi, pendekatan pendapatan, pendekatan pengeluaran.

Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan sebagai peningkatan standar materi
kehidupan sepanjang waktu bagi sebagian besar keluarga di suatu negara.
Peningkatan ini dapat berasal dari pendapatan yang meningkat, sehingga
memungkinkan orang untuk mengkonsumsi lebih banyak dan beragam (Mankiw
2007). Hal ini berarti dengan adanya peningkatan pertumbuhan ekonomi akan

9
dicapai pula peningkatan kesejahteraan masyarakat, yang dicerminkan dengan
peningkatan kapasitas produksi, peningkatan konsumsi, dan peningkatan
pendapatan masyarakat.
Teori tentang pertumbuhan ekonomi senantiasa mengalami perkembangan
dari waktu ke waktu. Menurut model pertumbuhan Harrod Domar, setiap
perekonomian harus mencadangkan dan menabungkan sebagian pendapatan
nasionalnya untuk melakukan investasi pada barang-barang modal. Pertumbuhan
ekonomi dapat dipercepat dengan adanya investasi baru yang merupakan
tambahan neto terhadap cadangan atau stok modal (capital stock). Dengan adanya
pertambahan neto dari stok modal dalam bentuk investasi akan menghasilkan
peningkatan arus output nasional atau PDB (Todaro dan Smith 2006). Teori
Harrod Domar ini banyak digunakan untuk menentukan kebijakan ekonomi di
negara-negara berkembang. Menurut teori ini, Jumlah tabungan S merupakan
hasil perkalian antara rasio tabungan nasional s (Marjinal Propensity to Save) dari
total pendapatan nasional Y (S = sY). Sedangkan Investasi neto diartikan sebagai
perubahan stok modal
(I =
) dan jumlah stok modal K merupakan hasil
perkalian antara nilai rasio modal output k (Capital Output Rasio) dengan
pendapatan nasional Y (K = kY) atau dapat pula dalam bentuk perubahan stok
modal
dan perubahan pendapatan nasional
(
= k ). Asumsi lain dalam
model Harrod Domar adalah bahwa besarnya tabungan nasional neto sama
dengan investasi neto (S = I). Berdasarkan persamaan yang telah dijabarkan di
atas, maka dapat diketahui bahwa I =
= k
. Dengan memasukkan
persamaan diatas ke dalam persamaan S = I, maka diperoleh persamaan baru S =
sY = k
=
= I dan kemudian dapat disederhanakan menjadi sY = k .
Kemudian dengan membagi persamaan dengan Y, dan membaginya lagi dengan k
maka diperoleh persamaan
=
/K = /I = s/k.
Keterangan:
= laju pertumbuhan permintaan agregat atau output
/ K = laju peningkatan stok kapital (penawaran agregat)
/ I = laju peningkatan investasi
Berdasarkan persamaan di atas dapat diketahui bahwa tingkat pertumbuhan
PDB ditentukan oleh rasio tabungan nasional s dan rasio modal output nasioanal k.
Tanpa adanya intervensi pemerintah, tingkat pertumbuhan pendapatan nasional
berbanding lurus dengan rasio tabungan dan berbanding terbalik terhadap rasio
modal output dari suatu perekonomian. Semakin banyak PDB yang diinvestasikan
maka pertumbuhan PDB yang dihasilkan akan semakin besar, dan sebaliknya.
Secara ekonomi dapat dikatakan bahwa agar dapat tumbuh dengan cepat dan
mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi, maka setiap negara harus sebanyak
mungkin menabung dan menginvestasikan bagian dari PDB negaranya. Namun,
peluang pembentukan modal-modal baru yang terbatas menjadi suatu kendala
terutama bagi negara-negara miskin. Namun pada kenyataannya pengadaan
tabungan dan investasi yang lebih banyak saja tidak cukup untuk mencapai
pertumbuhan ekonomi. Model Harrod Domar menganggap bahwa terdapat sikap
dan pengaturan yang sama di negara-negara berkembang, namun ternyata asumsi
tersebut tidak sesuai dengan keadaan sebenarnya di negara-negara berkembang.
Faktor-faktor komplementer yang penting seperti kecakapan manajerial, tenaga
kerja yang terlatih, kemampuan perencanaan dan pengelolaan pembangunan,

10
membuat strategi-strategi pembangunan tidak dapat memberikan hasil yang sesuai
dengan teori yang ada.
Model lain yang membahas mengenai masalah pertumbuhan ekonomi
adalah model yang dicetuskan oleh Robert Solow (1979) dari Amerika Serikat,
mungkin menjadi model pertumbuhan yang paling terkenal. Model Solow lebih
baik dalam menggambarkan perekonomian negara maju dibandingkan negara
berkembang, namun model ini tetap dapat dijadikan sebagai acuan dasar
kebijakan yang berkaitan dengan pertumbuhan dan pembangunan. Model Solow
mengasumsikam bahwa terdapat hubungan tetap antara input modal tenaga kerja
dan output barang jasa. Namun model ini dapat dimodifkasi dengan memasukkan
kemajuan teknologi sebagai variabel eksogen yang dapat meningkatkan
kemampuan produksi masyarakat (Mankiw 2007).
Solow berpendapat bahwa pertumbuhan ekonomi merupakan rangkaian
kegiatan yang bersumber pada manusia, akumulasi modal, pemakaian teknologi
modern dan output, guna mencapai pertumbuhan ekonomi yang
berkesinambungan (sustain). Secara ekonomi, model pertumbuhan. Solow
dirancang untuk menunjukkan bagaimana pertumbuhan persediaan modal,
pertumbuhan angkatan kerja, dan kemajuan teknologi berinteraksi dalam
perekonomian, serta bagaimana pengaruhnya terhadap output barang dan jasa
suatu negara secara keseluruhan (Mankiw 2007). Pada model Solow,
diperbolehkan adanya substitusi antara modal dan tenaga kerja.
Model ini menyatakan bahwa secara kondisional perekonomian negaranegara akan bertemu pada suatu titik dimana tingkat pendapatan semuanya sama,
namun dengan asumsi tingkat tabungan, depresiasi, pertumbuhan angkatan kerja,
dan pertumbuhan produktivitas setiap negara tersebut sama. Model Solow
merupakan kerangka dasar untuk meneliti tingkat konvergensi antarnegara.
Menurut Todaro dan Smith (2006), fungsi produksi agregat, Y = f (K, L)
mengasumsikan skala hasil yang konstan. output akan meningkat dengan proporsi
yang sama apabila kapital dan tenaga kerja digandakan dan input-output yang
baru digunakan sepenting input yang telah ada. Input selain kapital, tenaga kerja
dan pengetahuan diasumsikan tidak penting. Fungsi produksi mengaitkan modal
total K dan tenaga kerja total L dengan output total Y, dapat dituliskan menjadi Y
= f (K, L). Panambahan varibel baru, yaitu efisiensi tenaga kerja E, maka
persamaannya menjadi Y = f (K, LxE). Efisiensi tenaga kerja berarti pengetahuan
masyarakat tentang metode-metode produksi, pada saat teknologi mengalami
peningkatan maka efisiensi tenaga kerja juga akan meningkat. LxE mengukur
jumlah pekerja efektif, sehingga output bergantung pada efisiensi tenga kerja dan
jumlah modal. Karena angkatan kerja tumbuh pada tingkat n, efisiensi tumbuh
dengan tingkat g, jumlah pekerja efektif LxE tumbuh pada tingkat n+g.
Kemajuan teknologi akan memengaruhi populasi, karena teknologi dapat
meningkatkan efisiensi tenaga kerja. Model Solow menunjukkan rasio
pertumbuhan modal-tenaga kerja, k dipengaruhi oleh tabungan sf(k), depresiasi
, tenaga kerja baru neto yang memasuki =angkatan kerja, nk. Persamaan Solow
dapat ditulis menjadi
. Dalam kondisi mapan ditetapkan
bahwa
, sehingga persamaan menjadi sf(k*) =
*.
Menurut Solow, output nasional hanya digunakan untuk dua tujuan yaitu
konsumsi dan investasi. Bagian output yang digunakan untuk tujuan investasi

11
bersumber dari tabungan. Sebagai proses akumulasi modal, satu unit investasi
menghasilkan satu unit tambahan kapital baru, sedangkan kapital yang lama
mengalami penyusutan.
Investasi aktual &
Investasi break even

Investasi break-even, (δ+n+g)k
Investasi aktual, sf(k)

k*

Modal per pekerja efektif

Sumber: Mankiw, 2007

Gambar 2 Investasi Aktual dan Break-even
Tingkat perubahan stok kapital per unit tenaga kerja efektif merupakan
selisih antara perubahan investasi aktual dengan perubahan investasi break-even
(investasi yang diperlukan untuk mengimbangi pertumbuhan tenaga kerja dan
ilmu pengetahuan serta menggantikan penyusutan kapital yang lama sehingga
jumlah stok kapital per tenaga kerja efektif yang ada tetap terpelihara). Stok
kapital per tenaga kerja efektif akan berada pada posisi jalur pertumbuhan
ekonomi yang berimbang (the balance growth path) ketika perubahan investasi
aktual sama dengan perubahan investasi break-even.
Jika nilai k lebih tinggi ataupun lebih rendah dibandingkan k*, maka
perekonomian akan kembali ke kondisi mapan di k*, karena k* merupakan
ekuilibrium modal yang stabil. Apabila tingkat stok kapital per tenaga kerja
efektif rendah, maka investasi aktual per unit tenaga kerja efektif lebih besar dari
investasi break-even. Akibatnya tingkat produktivitas stok kapital per tenaga kerja
efektif meningkat jumlahnya ke posisi stok kapital per tenaga kerja efektif
keseimbangan. Pergerakan ini menunjukkan laju pertumbuhan yangt positif.
Keadaan sebaliknya bila tingkat stok kapital per tenaga kerja efektif berada pada
nilai yang tinggi.
Berdasarkan pemikiran Solow di atas dapat dikatakan bahwa perekonomian
senantiasa akan mencapai suatu titik pemerataan bagi setiap negara (konvergen).
Pergerakan akan terjadi secara otomatis menuju pertumbuhan yang seimbang,
yaitu suatu situasi dimana setiap peubah tumbuh pada tingkat yang konstan. Pada
pertumbuhan yang seimbang, pertumbuhan output per tenaga kerja hanya
ditentukan oleh tingkat kemajuan teknologi. Oleh karena itu, teknologi menjadi
sesuatu yang penting dalam mencapai pertumbuhan.
Model pertumbuhan endogen muncul sebagai usaha perbaikan dari teori
neoklasik yang kurang memuaskan dalam menjelaskan sumber-sumber

12
pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Model neoklasik tidak menjelaskan
bagaimana jika terjadi guncangan eksternal dan perubahan teknologi dalam
perekonomian. Adanya aliran modal negara-nagara berkembang yang aneh
melatarbelakangi munculnya teori pertumbuhan endogen. Model ini menolak
asumsi model Solow yang menganggap teknologi berasal dari luar (eksogen).
Tujuan utama model ini adalah untuk menjelaskan perbedaan tingkat
pertumbuhan antar negara maupun faktor-faktor yang memberikan proporsi lebih
besar dalam pertumbuhan (Todaro dan Smith 2006).
Teori pertumbuhan endogen berusaha menjelaskan faktor yang menentukan
tingkat pertumbuhan PDB yang tidak dijelaskan dan dianggap sebagai variabel
eksogen dalam teori pertumbuhan neoklasik Solow. Model pertumbuhan endogen
memiliki kemiripan struktural dengan teori neoklasik, namun asumsi yang
digunakan dan kesimpulan yang ditarik memiliki berbeda. Teori pertumbuhan
endogen berusaha menjelaskan pola skala hasil yang meningkat dan pertumbuhan
yang berbeda antarnegara. Hal ini menjadi suatu hal yang berbeda dengan model
Solow yang mengasumsikan hasil marjinal yang semakin menurun atas investasi
modal yang telah dilakukan. Menurut model ini tidak terdapat kekuatan yang
dapat menciptakan tingkat pertumbuhan ekonomi yang sama antarnegara dalam
perekonomian tertutup, tingkat pertumbuhan antarnegara akan selalu berbeda dan
konstan tergantung tingkat tabungan dan teknologi negara tersebut.
Selain itu tidak terdapat tidak ada kecenderungan bahwa negara-negara
miskin akan memiliki tingkat pendapatan perkapita yang sama dengan negara
kaya, meskipun tingkat tabungan dan populasinya sama. Konsekuensinya adalah
resesi yang terjadi di suatu negara akan semakin meningkatkan ketimpangan
antara negara tersebut dengan negara lain yang lebih kaya (Todaro dan Smith
2006). Model ini berusaha menjelaskan aliran modal internasional yang dapat
memperparah ketimpangan antara negara maju dan negara berkembang.

Konvergensi
Dalam konsep pertumbuhan ekonomi, konvergensi pertumbuhan adalah
kecenderungan perekonomian-perekonomian negara miskin tumbuh lebih cepat
dibanding perekonomian negara kaya. Perekonomian negara miskin diharapkan akan
dapat mengejar ketertinggalannya sehingga ketimpangan perekonomian antar negara
akan menurun. Negara-negara miskin di dunia mempunyai tingkat pendapatan ratarata per kapita kurang dari 1/10 pandapatan rata-rata negara-negara kaya. Perbedaan
pendapatan ini terlihat dalam hampir semua ukuran kualitas hidup (Mankiw 2007).
Jika perekonomian dunia yang miskin dapat mengejar perekonomian negara
maju, maka hal ini menunjukkan pergerakan yang konvergen. Namun jika tidak
terdapat konvergensi, maka negara-negara yang pada awalnya miskin akan tetap
selamanya miskin. Menurut model Solow, kapan pertemuan (konvergensi)
perekonomian terjadi tergantung pada perbedaan mereka memulainya. Dua
perekonomian dengan kondisi mapan yang sama jika dilihat dari tingkat tabungan,
pertumbuhan populasi, efisiensi tenaga kerja, maka konvergensi akan mungkin
dicapai. Namun jika terdapat kondisi mapan yang berbeda, maka konvergensi tidak
akan dapat dicapai. Dengan asumsi bahwa preferensi masyarakat dan teknologi

13
yang sama berlaku di semua negara, negara-negara miskin cenderung tumbuh
lebih cepat dari pada negara-negara kaya.
Terdapat dua konsep konvergensi dalam perekonomian yaitu konvergensi
yang terdiri dari konvergensi mutlak dan bersyarat serta konvergensi α.
Terjadinya proses konvergensi dimana daerah miskin cenderung tumbuh lebih
cepat tidak serta merta menyebabkan menurunnya disparitas pendapatan regional
per kapita. Konvergensi α digunakan untuk mengukur tingkat dispersi dari
pertumbuhan. Jika dispersi pendapatan menurun, maka ketimpangan antar
daerah/negara juga semakin menurun, sehingga kemungkinan telah terjadi
konvergensi pendapatan. Pengukuran dispersi dilakukan dengan melihat nilai
koefisien variasi dan standar deviasi dari nilai logaritma variabel dependen.
Sedangkan
berguna untuk melihat faktor-faktor yang kemungkinan
mempengaruhi konvergensi. Dengan menguji konvergensi kondisional dapat
diketahui apakah negara miskin memiliki tingkat pertumbuhan yang lebih cepat
dibandingkan dengan negara kaya jika variabel lain dianggap konstan.

PENELITIAN TERDAHULU
Mutaqin dan Ichihashi (2012) melakukan penelitian yang berjudul The Role
of Maastricht Criteria and Membership in Determining Convergence in the
Eurozone and ASEAN: A Panel Data Analysis. Penelitian yang bertujuan untuk
menganalisis perbandingan konvergensi pendapatan selama tahun 1990 hingga
tahun 2009 ini menggunakan analisis data panel tahun 1990 sampai tahun 2009
dengan unit analisis negara-negara ASEAN (Association of Southeast Asian
Nations) dan anggota Eurozone (Euro Area).
Hasil penelitian tersebut
menyatakan bahwa baik Eurozone maupun ASEAN secara kondisional maupun
ankondisional mengalami konvergensi pendapatan diantara negara-negara yang
termasuk dalam masing-masing kawasan tersebut.
Penelitian lain dilakukan oleh Jalal El Ouardighi dan Rabija SomunKapetanovic berjudul Convergence and Inequality of income: the case of Western
Balkan countriestahun 2009. Penelitian ini menganalisis proses konvergensi
ketidakmerataan pendapatan yang terjadi antar lima negara Balkan dan
membandingkannya dengan European Union pada periode 1989-2008 dengan
menggunakan panel data. Hasil yang diperoleh adalah terjadi proses konvergensi
baik antar negara European Union maupun negara Balkan. Namun terdapat
perbedaan periode terjadinya proses konvergensi pada negara European Union
dan negara Balkan. Tingkat konvergensi tertinggi pada European Union terjadi
pada periode tahun 2000-an, sedangkan pada negara Balkan terjadi selama periode
akhir tahun 1990-an. Perbedaan tingkat konvergensi ini dsebabkan karena adanya
gap pembangunan antar negara Balkan dan European Union. Penelitian ini
menggunakan data pendapatan per kapita untuk menangkap masalah
ketidakmerataan.
Xuepeng Liu melakukan penelitian yang berjudul Trade and income
convergence: Sorting out the causality dengan menghubungkan antara
perdagangan internasional dan konvergensi pendapatan antar negara. Penelitian

14
ini menggunakan data 165 negara yang melakukan perdagangan luar negeri pada
tahun 1965-2000. Data yang digunakan antara lain jumlah populasi, GDP per
kapita konstan 2000, dan share investasi pada GDP masing-masing negara.
Penelitian ini kemudian menghasilkan bahwa dengan adanya perdagangan pada
sektor yang sama akan menurunkan ketimpangan antar negara anggota trading
partners.
Penelitian mengenai konvergensi juga dilakukan oleh Modeste NC tahun
2009 berjudul Income Convergence Across The Counties Of Tennessee dengan
menggunakan data panel 95 negara di Tennesee pada tahun 1970-2000. Penelitian
ini menunjukkan bahwa terjadi proses konvergensi bersyarat pada 95 negara
Tenesse. Variabel yang digunakan untuk melihat proses konvergensi yang terjadi
pada penelitian ini antara lain pendapatan per kapita, pertumbuhan penduduk,
tingkat partisipasi tenaga kerja, investasi. Berdasarkan hasil estimasi dihasilkan
bahwa gap dan ketimpangan pendapatan per kapita antar negara Tennesse baru
dapat berakhir selama 27 tahun. Pengukuran konvergensi ini dilakukan dengan
menggunakan indikator pendapatan per kapita untuk menunjukkan tingkat
kesejahteraan masing-masing negara.
Wahyuni (2011) meneliti tentang konvergensi dan faktor-faktor yang
memengaruhi ketimpangan wilayah kabupaten/kota di Pulau Jawa. Penelitian
yang bertujuan untuk menggambarkan ketimpangan, menguji konvergensi,
membandingkan fenomena konvergensi, dan menganalisis faktor-faktor yang
memengaruhi ketimpangan wilayah di Pulau Jawa ini menyimpulkan bahwa
ketimpangan kabupaten/kota di Pulau Jawa masih sangat tinggi dibandingkan
dengan ketimpangan kabupaten/kota dalam provinsi dan didominasi oleh
ketimpangan antar kota. Konvergensi pendapatan wilayah kabupaten/kota di
Pulau Jawa tidak terjadi (divergen), sedangkan Jawa Timur memiliki tingkat
konvergensi tertinggi di Pulau Jawa. Menurut penelitian ini, konvergensi yang
terjadi di Jawa Barat karena kontribusi sektor manufaktur. Sementara itu
konvergensi dengan pendekatan pengeluaran rumah tangga sangat tinggi di setiap
provinsi dan keseluruhan Pulau Jawa. Faktor-faktor yang memengaruhi
ketimpangan pendapatan adalah share manufaktur, pendidikan tenaga kerja,
infrastruktur kesehatan, energi listrik dan air bersih. Sedangkan ketimpangan
pengeluaran rumah tangga hanya dipengaruhi tingkat pendidikan tenaga kerja.

KERANGKA PEMIKIRAN
Pembangunan ekonomi untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi
diharapkan akan memberikan kesempatan bagi negara berkembang untuk dapat
meningkatkan perekonomiannya agar dapat setara dengan negara maju.
Pertumbuhan ekonomi ini diukur berdasarkan tingkat pendapatan nasional dari
suatu negara. Namun dalam proses pembangunan tersebut kemungkinan akan
menghasilkan peningkatan pertumbuhan ekonomi di setiap negara sehingga
tercapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi secara merata bagi setiap negara
ataukah hanya sebagian negara yang dapat mencapai kemajuan sedangkan negara
lainnya tetap pada keadaan semula, atau bahkan menjadi semakin miskin.
Masalah konvergensi ini timbul karena keanekaragaman karakteristik alam,

15
ekonomi, sosial dan budaya menimbulkan pola pembangunan ekonomi yang
berbeda di masing-masing daerah sehingga beberapa wilayah mampu tumbuh
dengan cepat sementara wilayah lainnya tumbuh dengan lambat.
Sebagai suatu kawasan, pertumbuhan ekonomi ASEAN+3 sangat
bergantung pada pertumbuhan ekonomi masing-masing negara yang termasuk
didalamnya. Melalui penelitian ini akan terlihat bagaimana pola pertumbuhan
ekonomi kawasan ASEAN+3, tingkat konvergensi yang terjadi, dan faktor yang
memengaruhi pertumbuhan ekonomi negara. Negara yang dapat memanfaatkan
adanya globalisasi ekonomi dengan baik, maka akan menghasilkan suatu
peningkatan dari segi ekonominya, namun bagi negara yang tidak dapat bersaing
dengan negara lain akan menyebabkan negara tersebut menjadi semakin buruk
dan miskin.
Analisis data panel dilakukan dengan membandingkan 12 negara di
kawasan ASEAN+3 dalam jangka waktu 9 tahun sejak tahun 2002 hingga tahun
2010.
Proses Pembangunan dan Globalisasi Ekonomi
Peningkatan Investasi
Perbedaan Karakteristik
Negara
Perbedaan Pencapaian
Masalah Konvergensi Pertumbuhan ekonomi
Analisis Panel Data

Konvergen atau
Divergen

Analisis Deskriptif

Pemetaan Berdasarkan
Pertumbuhan PDB riil dan
Pendapatan per Kapita
Riil

Faktor-faktor yang
memengaruhi Laju
Pertumbuhan ekonomi

Indeks
Williamson

Pola Pertumbuhan Ekonomi
dan Proses Konvergensi

Implikasi Kebijakan
Gambar 3 Kerangka Pemikiran

16
METODE
Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang terdiri
dari periode waktu sepuluh tahun sejak tahun 2002 hingga tahun 2010. Adapun
data yang digunakan meliputi 12 negara di kawasan Asia Tenggara kecuali
Myanmar ditambah dengan negara China, Jepang, dan Korea Selatan yang
tergabung dalam ASEAN+3. Negara-negara tersebut antara lain Indonesia,
Malaysia, Singapura, Filipina, Thailand, Brunei Darussalam, Laos, Kamboja, dan
Vietnam ditambah dengan tiga negara Asia lain yang sangat berpengaruh bagi
perekonomian negara-negara ASEAN seperti China, Jepang, dan Korea Selatan.
Struktur data yang akan dianalisis dalam penelitian ini berupa data panel yang
bersifat time series dan cross section. Data-data tersebut diperoleh dari World
Bank. Adapun data yang digunakan untuk menganalisis proses kon