Faktor-faktor yang memengaruhi pertumbuhan ekonomi di kawasan ASEAN+6: pendekatan data panel

(1)

OLEH

RISKA DEWI PERMATA H14070010

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR


(2)

RISKA DEWI PERMATA. Faktor-faktor yang Memengaruhi Pertumbuhan Ekonomi di Kawasan ASEAN+6: Pendekatan Data Panel (dibimbing oleh NOER AZAM ACHSANI).

Isu globalisasi sering diperbincangkan selama dua dekade terakhir ini. Globalisasi selain memberikan dampak positif, juga memberikan dampak negatif bagi negara yang tidak mampu bersaing. Pasca Perang Dunia II, banyak negara yang menjalin kerjasama regional dan mengarah pada terciptanya globalisasi untuk meningkatkan daya saing kawasan integrasi ekonomi dengan perekonomian global. European Union telah menjadi kawasan integrasi ekonomi yang berhasil dan mendorong kawasan ASEAN untuk menciptakan kerjasama ekonomi yang lebih tinggi dengan konsep yang berbeda. ASEAN akan merealisasikan ASEAN Economic Community (AEC)-MEA pada tahun 2015 yang merupakan bentuk integrasi ekonomi lebih kompleks. ASEAN juga melakukan pertemuan dengan enam negara Asia Timur lain di Cebu pada tanggal 15 Januari 2007, dan membentuk kesepakatan adanya Comprehensive Economic Partnership in East Asia (CEPEA) yang dikenal dengan sebutan ASEAN+6. Enam negara lain tersebut adalah China, Jepang, Korea, Australia, India dan New Zealand. Integrasi ekonomi memiliki dampak terhadap pertumbuhan ekonomi suatu negara Namun, bagi negara yang tidak mampu bersaing, integrasi ekonomi hanya akan menciptakan divergensi pertumbuhan ekonomi.

Pertumbuhan ekonomi yang terjadi di kawasan ASEAN+6 menunjukkan hasil yang cukup mengesankan dan dapat memengaruhi perekonomian secara global. Pertumbuhan ekonomi Asia meningkat dalam tiga puluh tahun terakhir. Pada perekonomian global, pertumbuhan ekonomi Asia juga mampu menutupi kemunduran perekonomian Amerika Serikat akibat krisis kredit perumahan (suprime mortage). Akan tetapi, di kawasan ASEAN+6 terdiri dari negara maju dan negara berkembang yang memiliki perbedaan karakteristik pertumbuhan ekonomi. Berdasarkan hal tersebut, penting untuk dilakukan analisis deskriptif tentang perbedaan karakteristik pertumbuhan ekonomi negara maju dan negara berkembang di ASEAN+6, faktor-faktor yang memengaruhi pertumbuhan ekonomi negara maju di ASEAN+6, dan faktor-faktor yang memengaruhi pertumbuhan ekonomi negara berkembang di ASEAN+6. Penelitian ini mengacu pada penelitian sebelumnya dengan memberikan perubahan pada metode analisis, variabel pendukung, serta ruang lingkup penelitian. Variabel yang digunakan pada penelitian ini antara lain: pertumbuhan ekonomi, pertumbuhan ekonomi tahun sebelumnya (lag pertumbuhan ekonomi) pengeluaran konsumsi (consumtion expenditure), pengeluaran pemerintah (goverment expenditure), Foreign Direct Investment inflow (FDI), tingkat harapan hidup (life expectacy), tingkat partisipasi sekolah sekunder (school enrollment secondary), defisit anggaran pemerintah (budget deficit), dan keterbukaan ekonomi (openness of the economy). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah model panel dinamis (GMM). Panel


(3)

negara berkembang karena sistem yang berbeda diantara keduanya. Negara maju dan negara berkembang memiliki perbedaan dalam hal sektor riil maupun sektor keuangan, sehingga tidak dapat dilakukan kebijakan fiskal dan moneter yang sama. Dengan demikian, integrasi ekonomi kawasan ASEAN+6 secara konseptual dan secara ekonomi belum dapat dilaksanakan.

Analisis pertumbuhan ekonomi ASEAN+6 dibedakan antara negara maju dan negara berkembang, karena perbedaan karakteristik pertumbuhan ekonomi. Berdasarkan hasil estimasi, negara maju di ASEAN+6 dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dengan meningkatkan pengeluaran konsumsi, mengurangi pengeluaran pemerintah, dan meningkatkan FDI. Negara berkembang di ASEAN+6 dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dengan meningkatkan defisit anggaran pemerintah sampai pada level 5 persen dan meningkatkan keterbukaan ekonomi.

Integrasi ekonomi ASEAN+6 memerlukan berbagai kajian ulang untuk menghasilkan integrasi yang sehat dan berkesinambungan. Negara anggota ASEAN+6 masih terdiri dari negara maju dan negara berkembang yang berbeda karekteristik dasar perekonomiannya. Negara maju ASEAN+6 yang memilki pendapatan tinggi harus tetap meningkatkan pertumbuhan ekonomi walaupun kenaikannya tidak signifikan. Pertumbuhan ekonomi negara maju di ASEAN+6 dapat ditingkatkan dengan meningkatkan daya konsumsi masyarakat untuk meningkatkan pengeluaran konsumsi, meningkatkan ketertarikan para investor asing untuk menanamkan modalnya dalam bentuk FDI, serta mengurangi pengeluaran pemerintah. Sedangkan negara berkembang di ASEAN+6 yang masih mampu meningkatkan pertumbuhan ekonominya secara signifikan (belum mencapai fullemployment), harus meningkatkan pertumbuhan ekonomi untuk mendapatkan percepatan laju pertumbuhan ekonomi. Percepatan laju pertumbuhan ekonomi negara berkembang diharapkan mampu menyeimbangi perekonomian negara maju. Negara berkembang dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dengan meningkatkan kebijakan fiskal; mengurangi segala bentuk kecurangan serta pemborosan dalam pengeluaran pemerintah; dan meningkatkan peranannya dalam perdagangan internasional yang berorientasi pada produk manufaktur dan jasa.


(4)

Oleh

RISKA DEWI PERMATA H14070010

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR


(5)

Nama : Riska Dewi Permata NIM : H14070010

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Noer Azam Achsani. Ph.D NIP. 19681229 199203 1 016

Mengetahui,

Ketua Departemen Ilmu Ekonomi

Dr. Ir. Dedi Budiman Hakim, M.Ec. NIP. 19641022 198903 1 003


(6)

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Bogor, 21 September 2011

Riska Dewi Permata H14070010


(7)

Riska Dewi Permata. Dilahirkan di Kediri, pada tanggal 30 Juni 1989. Penulis dilahirkan dari pasangan Lukman Sugiantoro dan Karmila, merupakan anak kedua dari dua bersaudara. Jenjang studi bermula dari TK Raudhatul Athfal tahun 1992 hingga 1995, menyelesaikan pendidikan di SDN 1 Banjaran Kediri, dilanjutkan ke SMPN 3 Kediri, dan lulus tahun 2007 dari SMAN 1 Kediri.

Adanya dukungan dari orang tua dan bimbingan staff pengajar SMAN 1 Kediri, pendidikan dapat dilanjutkan pada jenjang perguruan tinggi di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun 2007. Penulis diterima menjadi mahasiswa Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB. Selama masa perkuliahan, penulis aktif di organisasi Asrama Putri Darmaga selama dua tahun dan menjalani beragam kegiatan kepanitiaan. Selain itu, penulis mengikuti berbagai seminar, Program Kreatifitas Mahasiswa, dan pada tahun 2010 sempat menjalani program magang kerja PG. Rajawali I sebagai akuntan pengeluaran perusahaan.


(8)

Assalamu’alaikum.Wr.Wb

Puji syukur Penulis panjatkan kepada Tuhan semesta alam Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya serta junjungan kita nabi besar Muhammad SAW, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi yang dipilih berjudul “Faktor-faktor yang Memengaruhi Pertumbuhan Ekonomi di Kawasan ASEAN+6: Pendekatan Data Panel”. Penelitian ini sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Penulis mengucapkan terimakasih yang setulusnya kepada beberapa pihak yang telah berperan dalam memberikan bantuan untuk menyelesaikan penulisan skripsi ini. Beberapa pihak tersebut antara lain:

1. Noer Azam Achsani. Ph.D, selaku pembimbing skripsi atas segala kesabaran dan keikhlasan dalam memberikan bimbingan, arahan, dan masukan bagi penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

2. Dr. Wiwiek Rindayanti, selaku dosen penguji utama dalam sidang skripsi yang telah memberikan kritik dan saran yang sangat berguna untuk skripsi ini.

3. Widyastutik. M.Si, selaku komisi pendidikan yang memberikan banyak informasi mengenai tata cara penulisan skripsi yang baik.

4. Indra, M.Ec atas segala ketulusan dalam memberikan berbagai ilmu teknis dalam pengolahan data yang sangat membantu penulis.


(9)

serta segala yang sangat berharga dan bermakna. Semua yang penulis usahakan hanyalah untuk Ayah dan Ibu.

6. Budi Cahyono Prasetyo selaku saudara penulis yang memberikan nasehat, dukungan, serta berbagai bentuk bantuan bagi penulis.

7. Andri Kurniawan yang telah memberikan bantuan dan dukungan.

8. Sahabat sebimbingan skripsi, Retni Cristina Sitonga dan Solihin atas perhatian, masukan, semangat, dan bantuan selama penulisan.

9. Teman-teman Asrama Putri Darmaga: Rafida Djakiman, Wa Hesti, Ulfa

Ni’mal Auliya, Fitriya Yuliani; serta teman-teman Pondok Kenanga: Firdana Ayu, Febrina Mahliza, Auliya Indiarti Zen.

10.Teman-teman Ilmu Ekonomi angkatan 44.

11.Kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dalam penulisan skripsi ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Semoga penelitian ini bermanfaat bagi penulis, dunia pendidikan dan bagi semua pihak. Serta dapat menjadi langkah awal penulis untuk berjalan mencapai impiannya. Amin.

Wassalamu’alaikum.Wr.Wb

Bogor, 21 September 2011

Riska Dewi Permata H14070010


(10)

DAFTAR TABEL ……… iv

DAFTAR GAMBAR ……… v

DAFTAR LAMPIRAN ………

DAFTAR ISTILAH………...

vi vii

I. PENDAHULUAN ……….

1.1. Latar Belakang ………... 1.2. Perumusan Masalah ………... 1.3. Tujuan Penelitian ………... 1.4. Manfaat Penelitian ………. 1.5. Ruang Lingkup Penelitian ……….

1 1 4 6 7 7

II. TINJAUAN PUSTAKA ………..

2.1. Integrasi Ekonomi……….………

2.2. Pertumbuhan Ekonomi ……….

2.2.1. Konsumsi ……… 2.2.2. Pengeluaran Pemerintah ………. 2.2.4. Foreign Direct Investment (FDI)... 2.2.5. Tingkat Kesehatan ... 2.2.6. Tingkat Pendidikan ………. 2.2.7. Defisit Anggaran Pemerintah (Budget Deficit) ……….. 2.2.8. Keterbukaan Ekonomi (Openness of the Economy) ………... 2.3. Pengukuran Pertumbuhan Ekonomi ...

8 8 10 14 15 15 16 16 17 17 17 2.4. Data Panel ... 2.5. Penelitian Terdahulu ……….…. 2.6. Kerangka Pemikiran ………..

20 22 26

III. METODE PENELITIAN ………

3.1. Jenis dan Sumber Data ……… 3.2. Metode Analisis dan Pengolahan Data ………. 3.3. Perumusan Model ………. 3.4. Metode Analisis Data... 3.4.1. Metode Panel Dinamis...

28 28 29 30 32 32


(11)

3.4.1.1. First-differences GMM (AB-GMM)………. 3.4.1.2. System GMM (SYS-GMM)……….. 3.4.2. Uji Spesifikasi Model Panel Dinamis ...

3.4.3. Granger Causality Test pada Data Panel………

IV. PEMBAHASAN ………

4.1. Analisis Deskriptif Perbedaan Karakteristik Pertumbuhan

Ekonomi Negara Maju dan Negara Berkembang di ASEAN+6…... 4.1.1. Pertumbuhan Ekonomi Periode 2001-2004 dan 2005-2008…. 4.1.2. Pertumbuhan Ekonomi dengan Pengeluaran Konsumsi……... 4.1.3. Hubungan Pertumbuhan Ekonomi dengan Pengeluaran

Pemerintah………

4.1.4. Hubungan Pertumbuhan Ekonomi dengan Tingkat FDI…….. 4.1.5. Hubungan Pertumbuhan Ekonomi dengan Tingkat Harapan

Hidup………

4.1.6. Hubungan Pertumbuhan Ekonomi dengan Tingkat Partisipasi Sekolah Sekunder……… 4.1.7. Hubungan Pertumbuhan Ekonomi dengan Defisit Anggaran

Pemerintah………

4.1.8. Hubungan Pertumbuhan Ekonomi dengan Keterbukaan

Ekonomi………....

4.2. Hasil Estimasi Granger Causality Test………. 4.3. Determinan Pertumbuhan Ekonomi Negara Maju di ASEAN+6….. 4.3.1. Pengaruh Pengeluaran Konsumsi terhadap Pertumbuhan

Ekonomi Negara Maju di ASEAN+6……… 4.3.2. Pengaruh Pengeluaran Pemerintah terhadap Pertumbuhan

Ekonomi Negara Maju di ASEAN+6………. 4.3.3.Pengaruh Foreign Direct Investment terhadap Pertumbuhan

Ekonomi Negara Maju di ASEAN+6………. 4.4. Determinan Pertumbuhan Ekonomi Negara Berkembang di

ASEAN+6………..

4.4.1. Pengaruh Defisit Anggaran Pemerintah terhadap Pertumbuhan Ekonomi Negara Berkembang di

ASEAN+6………... 35 41 43 44 46 47 47 49 51 52 54 56 58 59 61 64 66 68 70 71 74


(12)

4.4.2. Pengaruh Keterbukaan Ekonomi terhadap Pertumbuhan

Ekonomi Negara Berkembang di ASEAN+6………... 75 V. KESIMPULAN DAN SARAN ………... 5.1. Kesimpulan ………... 5.2. Saran ……….

77 77 78

DAFTAR PUSTAKA ………... 81


(13)

DAFTAR TABEL

No. Halaman 3.1. Data dan Sumber Data yang Digunakan dalam Penelitian………... 4.1. Hasil Estimasi Granger Causality Test………... 4.2. Hasil Estimasi Determinan Pertumbuhan Ekonomi Negara Maju di

ASEAN+6………...

4.3. Hasil Estimasi Determinan Pertumbuhan Ekonomi Negara Berkembang

di ASEAN+6………..

29 62

66


(14)

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman 1.1.Pertumbuhan Ekonomi Global ………..………... 2.1. Kerangka Pemikiran ………... 4.1. Korelasi Pertumbuhan Ekonomi Periode 2001-2005 dengan

Pertumbuhan Ekonomi Periode 2005-2008 ASEAN+6……… 4.2. Korelasi antara Pertumbuhan Ekonomi dengan Pengeluaran Konsumsi

ASEAN+6……….

4.3. Korelasi antara Pertumbuhan Ekonomi dengan Pengeluaran Pemerintah

ASEAN+6………. 4.4. Korelasi antara Pertumbuhan Ekonomi dengan FDI ASEAN+6………..

4.5. Korelasi antara Pertumbuhan Ekonomi dengan Tingkat Tingkat

Harapan Hidup ASEAN+6……… 4.6. Korelasi antara Pertumbuhan Ekonomi dengan Tingkat Partisipasi

Sekolah Sekunder ASEAN+6………... 4.7. Korelasi antara Pertumbuhan Ekonomi dengan Rasio Defisit Anggaran

Pemerintah ASEAN+6……….. 4.8. Korelasi antara Pertumbuhan Ekonomi dengan Keterbukaan Ekonomi

ASEAN+6……….

3 27

48

50

51 53

55

56

58


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.

Granger Causality Test……….

Hasil Estimasi Determinan Pertumbuhan Ekonomi Negara Maju di

ASEAN+6……….

Hasil Estimasi Determinan Pertumbuhan Ekonomi Negara

Berkembang di ASEAN+6……… Pergerakan Pertumbuhan Ekonomi terhadap Perubahan Pengeluaran

Konsumsi ………...

Pergerakan Pertumbuhan Ekonomi terhadap Perubahan Pengeluaran

Pemerintah ………

Pergerakan Pertumbuhan Ekonomi terhadap Perubahan FDI ……….. Pergerakan Pertumbuhan Ekonomi terhadap Perubahan Tingkat

Harapan Hidup………...

Pergerakan Pertumbuhan Ekonomi terhadap Perubahan Tingkat Partisipasi Sekolah Sekunder ………... Pergerakan Pertumbuhan Ekonomi terhadap Perubahan Defisit Anggaran Pemerintah ………... Pergerakan Pertumbuhan Ekonomi terhadap Perubahan Keterbukaan

Ekonomi ………...

Korelasi Antar Variabel……….

Deskripsi Data ………..

85 90 92 94 95 96 97 98 99 100 101 102


(16)

DAFTAR ISTILAH

No. Istilah Keterangan

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

Asimtotically efficient =

Crowding Out =

Convergence =

IS-LM Model =

Keynesian Cross =

Purcasing Power

Parity =

Single Currency =

Transfer Payment =

Underground economic =

Sangat efisien (mendekati efisiensi yang sempurna).

Kenaikan pengeluaran pemerintah yang dibiayai oleh penurunan investasi dan kenaikan tingkat tabungan.

Perekonomian dunia yang miskin dapat mengejar perekonomian dunia yang sudah maju, sehingga terdapat pertemuan perekonomian.

Model permintaan agregat yang mengindikasikan penentuan pendapatan agregat pada tingkat harga tertentu, dengan menggunakan analisis interaksi antara pasar barang dan pasar uang.

Model penentuan pendapatan secara sederhana yang menunjukkan mekanisme bagaimana perubahan pengeluaran memiliki dampak pengganda pada pendapatan, berdasarkan gagasan General Theory Keynes.

Doktrin yang mengatakan bahwa barang harus dijual dengan tingkat harga yang sama di semua negara, yang menunjukkan kurs riil mencerminkan perbedaan dalam tingkat harga. Mata uang tunggal yang digunakan oleh negara yang menjalin integrasi ekonomi.

Pembayaran pemerintah kepada masyarakat yang bukan dalam pertukaran barang dan jasa. Kegiatan ekonomi yang tidak terdaftar


(17)

1.1. Latar Belakang

Isu globalisasi sering diperbincangkan sejak awal tahun 1980. Globalisasi selain memberikan dampak positif, juga memberikan dampak yang mengkhawatirkan bagi negara yang tidak mampu bersaing. Pasca perang dunia ke dua, banyak negara yang menjalin kerjasama regional dan mengarah pada terciptanya globalisasi. Menurut WTO dalam Santoso dkk (2008), sejak Perang Dunia II hingga akhir tahun 2006, lebih dari 200 perjanjian regional dan beberapa perjanjian yang masih dalam proses. Total perjanjian perdagangan antar negara regional mencapai 50 persen dari total perdangan internasional. Kerjasama ekonomi yang banyak mendapat sorotan saat ini adalah North American Free Trade Area (NAFTA) dan European union (Santoso dkk, 2008).

Kerjasama ekonomi secara regional antar negara sangat diperlukan untuk meningkatkan kualitas perekonomian suatu negara. Seperti yang telah dilakukan oleh negara-negara di Eropa dengan membentuk European union. European union yang menerapkan single currency sebagai salah satu kebijakannya telah membentuk kesatuan regional yang efisien untuk anggotanya. European union yang cenderung menunjukkan performa yang meningkat, mendorong integrasi ekonomi di negara berkembang seperti ASEAN. ASEAN ingin membentuk integrasi ekonomi yang lebih tinggi seperti yang dilakukan oleh Uni Eropa dengan konsep yang sedikit berbeda. ASEAN akan membentuk ASEAN Community. ASEAN Community pada awalnya akan direlisasikan pada tahun 2020. Namun, Deklarasi ASEAN pada 20 November 2007 mengakibatkan pelaksanaan MEA


(18)

dipercepat menjadi tahun 2015. ASEAN Community memiliki tiga pilar utama, yaitu: ASEAN Economic Community (AEC)-MEA, ASEAN Security Community, ASEAN Socio-Cultural Community. ASEAN Community, akan menyebabkan terjadinya pergerakan secara bebas dalam hal barang dan jasa, tenaga terampil, modal, serta akan memengaruhi segala aspek bidang kehidupan (Santoso dkk, 2008). Menurut Achsani (2008) integrasi ekonomi ASEAN mampu menciptakan pasar yang sangat besar dengan jumlah perdangangan dan jumlah produk domestik bruto lebih dari 720 milyar dollar dan 737 milyar dollar per tahun.

Apabila melihat kembali sejarah, krisis yang melanda Asia pada tahun 1997, ASEAN tidak mampu meredakan kemelut yang terjadi pada anggotanya. Setelah krisis di akhir tahun 1990-an tersebut, ASEAN meningkatkan hubungan ekonomi eksternal dengan beberapa negara Asia Timur, seperti Cina, Jepang dan Korea Selatan. Kerjasama ini dikenal dengan nama ASEAN+3. Kerjasama ASEAN+3 mampu membentuk pasar yang lebih besar dari pada ASEAN. Bergabungnya ASEAN dengan negara-negara maju di Asia seperti Cina, Jepang dan Korea Selatan akan membawa dampak yang sangat signifikan dalam perekonomian regional kawasan ASEAN+3. Hubungan saling ketergantungan ekonomi antara ASEAN dengan ketiga negara sangat erat. Melalui integrasi moneter dan perdagangan bebas dapat memberikan manfaat bagi para anggota ASEAN+3 (Krapohl dan Obermeier, 2010).

Berdasarkan hasil pertemuan di Cebu pada tanggal 15 Januari 2007, para pemimpin ASEAN dan enam negara lain menghasilkan kesepakatan adanya Comprehensive Economic Partnership in East Asia (CEPEA) yang lebih dikenal dengan nama ASEAN+6. Enam negara lain tersebut adalah Cina, Jepang, Korea,


(19)

Australia, India dan New Zealand. Tujuan dari dibentuknya CEPEA adalah menciptakan integrasi ekonomi yang lebih intensif di kawasan ASEAN+6 serta mengurangi divergensi pembangunan antar negara tersebut. Pembentukan CEPEA diharapkan akan menciptakan pasar yang lebih besar dan berpotensi menjadi pasar tunggal. Menurut CEPEA report 2008 dalam Faradila (2010) populasi kawasan ASEAN+6 mencapai 49,6persen dari populasi dunia.

Pertumbuhan ekonomi negara berkembang di Asia sangat mengesankan selama tiga dasa warsa terakhir. Pertumbuhan diperlihatkan dari tingkat PDB riil dalam Purcasing Power Parity di tahun 1980 yang mencapai $3,3 trilyun dan beranjak menjadi $24,5 trilyun pada tahun 2009. Pendapatan rata-rata negara berkembang di Asia pada tahun 1980 hanya seperempat dari rata-rata pendapatan dunia. Namun pada tahun 2009, rata-rata pendapatan negara berkembang di Asia mencapai tiga perempat dari pendapatan rata-rata dunia.

Sumber : World Development Indicator, diolah


(20)

Pada gambar 1.1 menggambarkan potensi pertumbuhan ekonomi Asia yang tetap berada dalam tingkat yang lebih besar. Pengaruh krisis global telah menrunkan pertumbuhan ekonomi pada tahun 2008 dan 2009. Di Asia, negara yang paling terkena dampak dari krisis global adalah Jepang. Namun rata-rata di setiap negara dapat memulihkan pertumbuhan ekonomi pada tahun 2010.

Pertumbuhan ekonomi negara berkembang di Asia mampu meningkatkan jumlah negara maju di Asia. Selain itu, pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia menurunkan tingkat kemiskinan dan meningkatkan keterkaitan dengan perekonomian global. Terdapat estimasi yang menjelaskan bahwa di masa depan pertumbuhan ekonomi Asia dapat memengaruhi ekonomi global berdasarkan penelitian dari Lee dan Hong (2010). Pada tahun 2007 hingga 2008, pertumbuhan ekonomi Asia juga mampu menutupi kemunduran perekonomian Amerika Serikat akibat krisis kredit perumahan (suprime mortage), serta untuk pertama kalinya negara China dan India sebagai penyumbang pertumbuhan ekonomi terbesar bagi perekonomian dunia (Santoso dkk, 2008). Menurut Lee dan Hong (2010), khususnya di Asia Timur memiliki potensi pertumbuhan antara lain disebabkan oleh potensi ekonomi, geografi yang baik, pembangunan karakteristik, demografi serta kebijakan ekonomi yang menunjang pertumbuhan.

1.2. Perumusan Masalah

Pertumbuhan ekonomi yang terjadi di kawasan ASEAN+6 menunjukkan hasil yang cukup mengesankan dan dapat memengaruhi perekonomian secara global. Seperti yang telah dijelaskan di atas, pertumbuhan ekonomi negara berkembang di Asia telah meningkat dalam kurun waktu tiga dasawarsa terakhir.


(21)

Beberapa negara berkembang di Asia beberapa diantaranya tergabung dalam ASEAN+6. Krisis global pada tahun 2008, sempat mengguncang beberapa negara ASEAN+6 diantaranya negara Singapura dan Jepang. Namun dukungan domestik yang besar dalam permintaan produk, membuat beberapa negara ASEAN+6 tetap bertahan dan sedikit terkena dampak krisis global (Lee dan Hong, 2010).

Integrasi ekonomi berdampak pada pertumbuhan ekonomi suatu negara. Berdasarkan beberapa studi empiris menyatakan bahwa faktor eksternal memberikan dampak yang lebih signifikan bagi pertumbuhan ekonomi suatu negara. Secara teori, integrasi ekonomi dapat meningkatkan daya saing regional terhadap perekonomian global, meningkatkan pangsa pasar, mendorong adanya efisiensi ekonomi, memperbesar tingkat mobilisasi tenaga kerja dan modal sehingga mempermudah perolehan modal serta meningkatkan penyerapan tenaga kerja (Santoso dkk, 2008).

Namun, tidak sedikit pula yang meragukan keberhasilan dari integrasi ekonomi. Globalisasi dapat memberikan pengaruh yang positif serta dapat memberikan pengaruh yang negatif bagi negara yang belum siap untuk menghadapi persaingan dengan dunia internasional. Integrasi ekonomi hanya akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi negara yang telah siap menerima globalisasi (Santoso dkk, 2008). Negara yang belum mampu bersaing dengan negara yang berada dalam integrasi hanya akan menjadi negara konsumsi produk negara lain, sehingga konvergensi akan sulit dicapai. Selanjutnya, integrasi ekonomi hanya akan menciptakan negara-negara yang semakin divergen (Achsani, 2008).

Selain itu, perlu disadari adanya perbedaan karakteristik antar negara anggota ASEAN+6. ASEAN+6 sebagai bentuk dari integrasi ekonomi masih


(22)

memiliki keragaman antar anggotanya. ASEAN+6 merupakan gabungan negara ASEAN dan beberapa negara Asia Timur yang terdiri dari negara maju dan negara berkembang. Keragaman antara negara maju dan negara berkembang cukup besar, sehingga akan berisiko apabila menyamaratakan kondisi dari negara-negara yang berbeda tersebut. Perbedaan antara negara-negara maju dan negara-negara berkembang dapat dilihat dari stuktur politik, srtuktur pendapatan, standart hidup, produktivitas, pertumbuhan penduduk, dan lain sebagainya.

Dengan melihat adanya potensi pertumbuhan ekonomi ASEAN+6, adanya ancaman divergensi pertumbuhan ekonomi, perbedaan karakteristik antar negara anggota ASEAN+6, maka penting untuk dilakukan kajian mengenai pertumbuhan ekonomi di kawasan integrasi ekonomi ASEAN+6. Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disusun perumusan masalah sebagai berikut:

1. Apakah perbedaan karakteristik antara pertumbuhan ekonomi negara maju dan pertumbuhan ekonomi negara berkembang di ASEAN+6?

2. Apa faktor-faktor yang memengaruhi pertumbuhan ekonomi negara maju di ASEAN+6?

3. Apa faktor-faktor yang memengaruhi pertumbuhan ekonomi negara berkembang di ASEAN+6?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan hasil pemaparan rumusan penelitian di atas, dapat ditentukan tujuan dari penelitian ini antara lain:

1. Menganalisis perbedaan karakteristik antara pertumbuhan ekonomi negara maju dan pertumbuhan ekonomi negara berkembang di ASEAN+6


(23)

2. Menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi pertumbuhan ekonomi negara maju di ASEAN+6

3. Menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi pertumbuhan ekonomi negara berkembang di ASEAN+6.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah mengetahui perbedaan karakteristik pertumbuhan ekonomi antara negara maju dan negara berkembang di kawasan ASEAN+6. Serta mampu memahami beragam variabel faktor-faktor yang memengaruhi pertumbuhan ekonomi negara maju maupun negara berkembang di ASEAN+6. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk berbagai kalangan, baik dari sisi pemerintahan, kalangan akademisi maupun bagi penulis sendiri. Berdasarkan hasil analisis integrasi ekonomi ini, pemerintah diharapkan dapat mengambil kebijakan yang tepat dalam menghadapi integrasi ekonomi.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

Kawasan ASEAN+6 yang akan dibahas adalah negara Cina, Jepang, Korea Selatan, Australia, India, New Zealand, Indonesia, Malaysia, Singapura, Filipina, dan Thailand. Adanya keterbatasan data, maka dalam penelitian ini tidak memasukkan negara Brunei Darusalam, Kamboja, Laos, Myanmar, dan Vietnam. Periode data yang digunakan dalam analisis penelitian ini adalah tahun 2001 sampai 2008.


(24)

Pada bab ini, akan dijelaskan beberapa pustaka yang mendukung penelitian. Beberapa pustaka tersebut antara lain: integrasi ekonomi; pertumbuhan ekonomi dan beberapa faktor-faktor yang memengaruhinya; pengukuran pertumbuhan ekonomi; data panel; dan penelitian terdahulu yang menjadi acuan penelitian ini. Pada bagian terakhir bab ini juga akan dijelaskan kerangka pemikiran dari penelitian.

2.1. Integrasi Ekonomi

Integrasi ekonomi adalah suatu kebijakan dalam perdagangan yang mengurangi atau menghapuskan beragam hambatan perdagangan. Kebijakan tersebut dilakukan secara diskriminatif, yakni hanya berlaku pada negara yang memiliki kesepakatan bersama untuk membentuk integrasi ekonomi. Integrasi ekonomi bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan negara anggota dan menciptakan stabilitas yang tinggi (Salvatore, 1997).

Menurut Bella Balassa dalam Hamdy (2004), tahapan integrasi ekonomi dapat dibedakan menjadi lima bagian. Tahapan integrasi ekonomi tersebut antara lain:

1. Preferential Trading Area (PTA)

Negara yang tergabung dalam integrasi ini, memiliki kesepakatan untuk menurunkan berbagai macam hambatan perdagangan antar anggota. Selain itu, dalam PTA juga memberikan perlakuan khusus terhadap barang tertentu dari negara tertentu dengan mengurangi tingkat tarif.


(25)

2. Free Trade Area (FTA)

Negara yang bersepakat untuk memberlakukan FTA, harus menghilangkan semua hambatan perdagangan baik hambatan tarif maupun non-tarif. Akan tetapi, negara dalam FTA masih dapat memberlakukan hambatan perdagangan bagi negara lain diluar anggota.

3. Customs Union

Negara anggota dalam kesatuan ini dapat mempertahankan atau menghilangkan kebijakan perdagangan antar anggota. Selain itu, negara dapat menyeragamkan kebijakan perdagangan internasional di luar negara anggota.

4. Economic Union

Economic Union merupakan bentuk kerjasama regional yang memiliki kesatuan kebijakan dalaam hal perpajakan, tenaga kerja, jaminan sosial, dan lain-lain.

5. Monetary Union

Monetary Union merupakan bentuk kerjasama regional, dimana antara negara anggota memiliki kesamaan dalam hal kebijakan moneter (penyatuan mata uang), kebijakan fiskal, dan kebijakan sosial.

Selanjutnya, integrasi ekonomi menurut Salvatore (1997) akan dapat meningkatkan kesejahteraan apabila memenuhi beberapa persyaratan, antara lain:

1. Hambatan perdagangan antar negara anggota sebelum terbentuknya integrasi ekonomi relatif tinggi.


(26)

2. Hambatan perdagangan yang terjadi antara negara anggota dengan negara di luar anggota relatif rendah.

3. Memiliki negara partisipan dalam integrasi ekonomi yang relatif banyak dan memiliki ukuran perekonomian negara anggota yang besar.

4. Antar negara anggota memiliki tingkat kompetitif yang semakin tinggi dan ragam perekonomian memiliki unsur komplementaris yang semakin kecil. Integrasi ekonomi akan meningkatkan kesejahteraan apabila dibentuk oleh negara anggota yang memiliki stuktur perekonomian saling bersaing, bukan saling melengkapi.

5. Memiliki kedekatan dalam aspek geografis.

6. Antara negara anggota dan negara di luar anggota memiliki hubungan dagang yang luas.

Integrasi ekonomi yang telah dibentuk oleh Uni Eropa lebih berhasil dari pada Asosiasi Perdagangan Bebas Eropa. Hal ini dikarenakan negara anggota Uni Eropa lebih bersifat kompetitif, memiliki kedekatan geografis, dan sebelum terbentuk Uni Eropa, negara anggotanya memiliki hubungan dagang yang luas dengan negara lain diluar anggota .

2.2. Pertumbuhan Ekonomi

Setiap negara di seluruh dunia menomorsatukan pada kemajuan pertumbuhan ekonomi. Setiap ekonom di dunia memusatkan perhatian tentang kaidah-kaidah untuk meningkatkan pendapatan dengan tujuan peningkatan


(27)

pertumbuhan ekonomi. Pemusatan perhatian pada pertumbuhan ekonomi dilakukan oleh penganut sistem ekonomi sosialis, kapitalis maupun campuran. Hal ini terjadi karena konsep pertumbuhan ekonomi telah diyakini sebagai ukuran nilai pertumbuhan ekonomi nasional (Todaro dan Smith, 2004).

Pergerakan pertumbuhan ekonomi di setiap negara berbeda-beda. Beberapa negara di Asia Timur memiliki laju pertumbuhan yang tinggi selama tiga tahun terakhir ini, sementara itu beberapa negara Afrika mengalami pertumbuhan yang relatif stagnan. Hal ini terjadi karena perbedaan produktivitas yang dapat dilihat dari perbedaan standart kualitas hidup. Negara maju memiliki pertumbuhan ekonomi yang tinggi karena negara maju lebih produktif dari pada negara miskin. Sehingga tingkat pertumbuhan ekonommi berkorelasi positif dengan produktivitas dan standart kualitas hidup. Menurut Lipsey et all (1997) tiga faktor penting dari produktivitas yang memengaruhi tingkat pertumbuhan ekonomi. tersebut adalah:

1. Akumulasi modal

Akumulasi modal dapat berupa modal fisik maupun modal manusia. Modal manusia

Investasi dalam modal manusia dapat dilakukan melalui pendidikan formal maupun peningkatan pengalaman kerja.

Modal fisik

Investasi dalam modal fisik dapat berupa semua bentuk investasi, sarana prasarana transportasi dan komunikasi, pembangunan pabrik serta fasilitas lain penunjang perekonomian.


(28)

Dengan adanya peningkatan jumlah penduduk, akan terjadi pula peningkatan jumlah angkatan kerja.

3. Kemajuan teknologi

Kemajuan teknologi dapat dilakukan dengan adanya inovasi, cara baru untuk menghasilkan suatu produk maupun bentuk-bentuk organisasi bisnis modern.

Pendekatan pertumbuhan ekonomi berdasarkan produktivitas mengacu pada model pertumbuhan yang paling terkenal yakni model pertumbuhan Neoklasik Solow. Model ini menyatakan bahwa secara kondisional perekonomian antar bergai negara yang memiliki pertumbuhan ekonomi beragam akan konvergen apabila memiliki tingkat tabungan, pertumbuhan angkatan kerja, pertumbuhan produktivitas dan tingkat depresi yang sama. Dengan demikian model pertumbuhan neoklasik Solow dapat dijadikan sebagai kerangka dasar penelitian konvergensi berbagai negara. Teori pertumbuhan Solow mampu menggambarkan pertumbuhan negara maju lebih baik dari pada menggambarkan pertumbuhan ekonomi negara berkembang (Todaro dan Smith, 2004). Model pertumbuhan ekonomi Solow menggunakan fungsi Cobb-Douglas. Fungsi produksi model Solow:

Y = AKα (hL)1-α Keterangan:

Y = produk domestik bruto K = persediaan modal fisik L= persediaan tenaga kerja

A = total faktor produktivitas, yang tumbuh pada tingkat eksogen h = modal manusia per tenaga kerja


(29)

Dengan y = Y/L, maka persamaan di atas menjadi: Y = Akα h1-α

Persamaan tersebut dapat ditransformasi menjadi fungsi produksi Cobb-Douglas:

Berdasarkan fungsi di atas, persmaan fungsi output per tenaga kerja adalah:

Dengan demikian, tingkat output per tenaga kerja dipengaruhi oleh total faktor produktivitas, kapital per tenaga kerja dan modal manusia per tenaga kerja. Tingkat output per pekerja merupakan sebuah ukuran dari produktivitas.

Terdapat berbagai kritik mengenai kinerja teori neoklasik. Teori neoklasik tidak mampu menjelaskan apabila terjadi guncangan dalam perekonomian maupun perubahan teknologi. Pertumbuhan ekonomi menurut teori neoklasik merupakan proses yang bebas dari pengaruh kemajuan teknologi. Hal ini memicu adanya konsep pertumbuhan ekonomi baru atau teori pertumbuhan endogen. Teori pertumbuhan endogen pemberikan kerangka teoritis pertumbuhan ekonomi yang persisten yakni pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh sistem proses produksi, bukan dari kekuatan lain di luar sistem. Teori pertumbuhan endogen mampu menjelaskan perbedaan pertumbuhan ekonomi antar negara, menjelaskan faktor-faktor dominan yang memengaruhi pertumbuhan ekonomi, menjelaskan peluang terjadinya skala hasil yang semakin meningkat; dan menjelaskan pola pertumbuhan jangka panjang yang berbeda-beda antar negara. Persamaan sederhana dari teori pertumbuhan endogen adalah Y = AK. A mewakili semua faktor yang terdapat dalam teknologi serta K mewakili modal fisik dan modal


(30)

manusia. Persamaan tersebut tidak mencerminkan adanya hasil yang semakin menurun atas modal.

Tingkat pendapatan suatu negara, selain dipengaruhi dari faktor produktivitas, dapat pula dipengaruhi oleh beberapa komponen. Komponen lain yang memengaruhi pendapatan antara lain konsumsi, pengeluaran pemerintah, nilai tukar, FDI, tingkat kesehatan, tingkat pendidikan, defisit anggaran pemerintah, dan keterbukaan ekonomi. Komponen ini diambil dari penelitian yang dilakukan oleh Barro (1996) dan pendekatan pengeluaran dari pendapatan nasional. Barro (1996) mengadopsi faktor-faktor yang memengaruhi pertumbuhan ekonomi berdasarkan teori pertumbuhan endogen.

2.2.1. Konsumsi

Konsumsi adalah keseluruhan barang maupun jasa yang dibeli oleh konsumen. Rumah tangga mengalokasikan pendapatannya untuk konsumsi output perekonomian yang mereka butuhkan. Konsumsi dapat dilakukan oleh rumah tangga maupun perusahaan. Konsumsi terdiri dari tiga bagian, yakni barang tidak tahan lama, barang tahan lama, dan jasa. Barang tidak tahan lama merupakan barang yang habis dalam sekali pemakaian atau dapat juga diartikan barang yang habis dalam jangka pendek. Barang tahan lama adalah barang yang memiliki usia pemakaian dalam jangka panjang. Sedangkan jasa adalah usaha pelayanan yang dilakukan oleh perusahaan ataupun individu untuk memenuhi kebutuhan konsumen, seperti perusahaan antar barang, salon kecantikan, dan lain sebagainya (Mankiw, 2002).


(31)

2.2.2. Pengeluaran Pemerintah

Salah satu instrumen kebijakan fiskal adalah pengeluaran pemerintah. Pemerintah mengeluarkan belanja negara dengan membeli output perekonomian untuk keperluan negara dan penyediaan barang publik. Bentuk belanja pemerintah anatara lain adalah gaji pegawai, pembangunan infrastuktur, transfer payment ke masyarakat, pembelian persenjataan untuk pertahanan negara, dan lain sebagainya. Jenis-jenis pengeluaran tersebut membentuk permintaan barang dan jasa perekonomian oleh pemerintah (Mankiw, 2002).

2.2.3. Foreign Direct Investment (FDI)

FDI adalah aliran salah satu bentuk modal asing dari investor asing ke negara tujuan. Arus investasi luar negeri ke negara-negara di Asia telah meningkat sejak awal tahun 1990-an. Arus investasi luar negeri datang dari Amerika Serikat, Inggris, Jerman, Spanyol, Belanda dan Perancis. FDI termasuk modal asing yang tidak rentan menimbulkan guncangan perekonomian karena bersifat jangka panjang. FDI diharapkan mampu menguatkan struktur investasi yang berkesinambungan. Keberadaan investasi yang sustainable akan menyebabkan pertumbuhan perekonomian semakin kuat (Kurniati dkk, 2007).

Kurniati dkk (2007) membagi FDI menjadi dua kategori yakni FDI horizontal dan FDI vertikal. FDI horizontal bertujuan untuk mencari pasar baru. FDI ini dilakukan dengan memproduksi barang yang sejenis antara suatu negara dengan negara yang lainnya. Sedangkan FDI vertikal dilakukan untuk mendesentralisasikan secara geografis aliran produksi, dimana perusahaan asing


(32)

melakukan proses produksi di suatu negara dengan biaya produksi yang rendah, kemudian menyalurkan hasil produksi ke negara asal.

2.2.4. Tingkat Kesehatan

Menurut teori lingkaran kemiskinan Myrdal, negara mengalami keterbelakangan atau kemiskinan diakibatkan pada minimumnya pemenuhan kebutuhan gizi, kekurangan dalam pemenuhan kebutuhan dasar serta tingkat pendidikan yang rendah (Damanhuri, 2010). Kualitas kesehatan yang tidak memadai di suatu negara, akan menyebabkan tingkat pendapatan yang minimum. Tingkat kesehatan dapat memengaruhi tingkat harapan hidup. Tingkat kesehatan yang rendah dapat meningkatkan angka kematian. Tingkat kesehatan dapat diukur melalui tingkat harapan hidup pada saat kelahiran serta tingkat kematian.

2.2.5. Tingkat Pendidikan

Pembinaan sumber daya manusia akan menciptakan tenaga kerja yang terdidik, terampil dan berkompeten (Todaro dan Smith, 2004). Pengetahuan dan keahlian yang dimiliki oleh seorang pekerja dan didapatkan melalui pedidikan, pelatihan, pengalaman, dan lain sebagainya. Dengan peningkatan sumber daya manusia, akan meningkatkan produktivitas. Pertumbuhan angkatan kerja diyakini sebagai faktor yang positif dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Peningkatan jumlah angkatan kerja akan meningkatkan jumlah tenaga kerja yang produktif. Tingkat pendidikan dapat dicerminkan melalui tingkat partisipasi sekolah.


(33)

2.2.6. Defisit Anggaran Pemerintah (Budget Deficit)

Defisit anggaran terkait erat dengan pengeluaran pemerintah. Pengeluaran pemerintah dapat menyebabkan defisit anggaran apabila melakukan kebijakan fiskal yang ekspansif. Defisit anggaran secara konvensional dapat diartikan sebagai suatu keadaan dimana total belanja pemerintah lebih besar dari pada total pendapatan termasuk didalamnya adalah hibah (Wahyuningtyas, 2010).

2.2.7. Keterbukaan Ekonomi (Openness of the Economy)

Openness of the economy atau keterbukaan ekonomi merupakan indikator untuk memperlihatkan seberapa besar tingkat ekspor impor suatu negara. Keterbukaan ekonomi dapat diartiakan pula sebagai volume perdagangan internasional. Keterbukaan ekonomi dapat dijelaskan dengan penjumlahan nilai ekspor dan impor. Perdagangan internasional memiliki sejumlah argumen yang mendukung serta menolaknya, dengan beragam alasan yang mendasarinya. Namun argumen yang mendukung ataupun menolak tidak ada yang memiliki kebenaran yang absolut. Manfaat yang diperoleh suatu negara dengan adanya perdagangan internasional bergantung pada struktur perekonomian negara itu sendiri (Lindert dan Kindleberger, 1986).

2.3. Pengukuran Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi diukur berdasarkan tingkat pertumbuhan pendapatan nasional atau GDP (Gross Domestic Product). GDP merupakan indikator yang penting dalam mengukur kinerja perekonomian suatu negara. GDP adalah jumlah nilai tambah (jumlah dari keseluruhan barang dan jasa akhir) yang


(34)

dihasilkan dari keseluruhan unit usaha ekonomi suatu negara dalam periode waktu tertentu (Badan Pusat Statistik, 2010). GDP dapat menggambarkan keseluruhan aktivitas ekonomi para pelaku ekonomi suatu negara. Kemampuan finansial suatu negara dapat terlihat melalui tingkat GDP. GDP juga dipergunakan oleh investor asing untuk merencanakan investasinya ke negara lain dengan melihat tingkat GDP negara tujuan.

GDP digolongkan menjadi dua bagian yaitu GDP nominal dan GDP riil. GDP nominal adalah pengukuran keseluruhan barang dan jasa dengan harga yang berlaku. Sedangkan GDP riil adalah pengukuran keseluruhan barang dan jasa dengan harga konstan pada tahun dasar. Pengukuran dengan menggunakan GDP riil lebih mencerminkan kesejahteraan masyarakat dari pada GDP nominal. Hal tersebut dikarenakan GDP riil tidak dipengaruhi faktor inflasi serta kemampuan masyarakat memenuhi kebutuhannya berdasarkan jumlah barang dan jasa yang diproduksi (Mankiw, 2002). GDP nominal dapat digunakan untuk melihat pergeseran struktur ekonomi, sedangkan GDP riil dapat digunakan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun (Badan Pusat Statistik, 2010). Selain GDP, pengukuran pendapatan lain dapat menggunakan produk nasional bruto (gross national product/GNP) dan produk nasional netto (net national product/NNP). Perbedaan antara GDP dengan GNP adalah nilai GNP sebagian diperoleh dari luar negeri (Dornbusch dan Fischer 1997). Misalnya, perusahaan Honda yang berproduksi di Indonesia, keuntungan dari bisnis Honda masuk sebagai GNP Jepang dan tidak masuk sebagai GDP Jepang melainkan masuk dalam GDP Indonesia.


(35)

Menurut Badan Pusat Statistik (2010) perhitungan GDP dapat menggunakan tiga pendekatan, yaitu pendekatan produksi, pendekatan pendapatan serta pendekatan pengeluaran. Dengan ketiga pendekatan ini, dapat diketahui secara jelas cerminan aktivitas ekonomi suatu negara. Pendekatan produksi menghitung GDP melalui penjumlahan keseluruhan produksi akhir dari semua unit produksi suatu negara dalam kurun waktu tertentu.

Pendekatan pendapatan menghitung GDP dengan menjumlahkan keseluruhan pendapatan yang diterima faktor produksi sebagai imbalan balas jasa. Pendapatan tersebut mencangkup nilai gaji, upah, sewa, bunga modal dan keuntungan namun belum termasuk pajak penghasilan serta pajak langsung yang terkait. Pendekatan pengeluaran menghitung GDP dengan menjumlahkan keseluruhan komponen permintaan. Komponen permintaan tersebut antara lain:

pengeluaran konsumsi rumah tangga dan lembaga swasta nirlaba pengeluaran konsumsi pemerintah

pembentukan modal tetap domestik bruto investasi, dan

ekspor neto (ekspor neto merupakan ekspor dikurangi impor).

Terdapat permasalahan dalam pengukuran GDP yakni adanya kegiatan ekonomi bawah tanah (underground economic). Kegiatan ekonomi bawah tanah terdiri dari : pekerjaan sampingan yang tidak terdaftar, perjudian yang illegal, bekerja sebagai imigran illegal, perdagangan obat-obatan terlarang, prostitusi illegal, dan lain sebagainya. Ada dua jenis kegiatan ekonomi bawah tanah, yang pertama adalah kegiatan yang tidak melanggar hukum dengan alasan untuk menghindari pajak, dan yang kedua adalah kegiatan yang benar-benar melanggar


(36)

hukum, seperti perdagangan obat-obatan terlarang dan sebagainya (Dornbusch dan Fischer, 1997).

2.4. Data Panel

Data panel atau yang disebut juga longitudinal data adalah data yang yang memiliki keterkaitan antara dimensi ruang (cross section) dan dimensi waktu (time series). Data cross section dalam data panel diobservasi menurut waktu. Setiap data cross section memiliki unit observasi time series yang sama, maka disebut balanced panel. Sebaliknya, setiap data cross section memiliki unit observasi time series yang berbeda, maka disebut unbalanced panel. Aplikasi metode estimasi menggunakan data panel bertujuan untuk mengatasi kelemahan yang tidak mampu dijawab oleh metode cross section dan time series murni. Dengan menggunakan data panel, banyak keuntungan yang akan didapatkan, diantaranya sebagai berikut:

1. Mampu mengontrol heterogenitas individu.

Data panel secara eksplisit mampu memasukkan unsur heterogenitas yang dimiliki antar individu. Data panel memberikan peluang perlakuan setiap unit-unit individu yang dianalisis adalah heterogen.

2. Memberikan data informatif, mengurangi adanya kolinearitas antar peubah, meningkatkan derajat kebebasan serta panggunaannya lebih efisien.

Data time series memiliki tingkat kolineritas yang tinggi. Data panel yang memasukkan dimensi waktu dapat menambah informasi pada variabel.


(37)

Dengan demikian, data panel mampu menghasilkan estimasi yang lebih akurat.

3. Lebih baik untuk studi dynamics of adjustment.

Dalam data panel, setiap unit cross section memiliki dimensi waktu. Sehingga membuat data panel mampu mempelajari perubahan dinamis terhadap waktu.

4. Mampu lebih baik dalam mengatasi dan mengukur efek yang secara sederhana tidak dapat diatasi oleh metode estimasi data cross section saja ataupun time series saja.

Pada kenyataannya, indikator-indikator dalam perekonomian sebagian besar bersifat dinamis. Hubungan dinamis dapat diketahui dengan adanya lag variabel endogen yang terdapat pada variabel eksogen. Dalam panel dinamis yit adalah fungsi dari µi, maka yi,t-1 juga merupakan fungsi dari µi. Untuk mengestimasi panel dinamis, digunakan pendekatan Generalized method of moment (GMM). Alasan yang melatarbelakangi digunakannya pendekatan GMM diantaranya, GMM merupakan common estimator yang akan memberikan manfaat baik dalam penilaian maupun perbandingan, serta GMM menawarkan alternatif yang lebih sederhana terutama untuk maximum likelihood. Pada umumnya, dalam pendekatan GMM terdapat dua jenis metode, yaitu:

1. First-difference GMM (FD-GMM) atau Arrellano-Bond GMM (AB-GMM).

Penduga yang dihasilkan dari FD-GMM dapat mengandung bias apabila memiliki ukuran contoh yang terbatas, terutama ketika periode pengamatan yang digunakan relatif kecil. Dengan demikian diperlukan


(38)

pertimbangan sebelum mengestimasi model autoregresif dengan periode waktu yang relatif kecil. Selain itu, dalam model AR(1) yang menggunakan pendekatan least square akan menghasilkan estimasi yang bias ke atas dan fix effect akan menghasilkan estimasi yang bias ke bawah. 2. System GMM (SYS-GMM)

Pendekatan SYS-GMM digunakan untuk menjawab kelemahan dari pendekatan FD-GMM, yang mendasari penggunaan metode ini adalah untuk mengestimasi persamaan baik dalam level maupun dalam first-differences. Instrumen yang digunakan dalam level adalah lag first-differences dari deret.

2.5. Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian terdahulu yang mendasari penelitian ini adalah sebagai berikut:

Penelitian Jesus Crespo Cuaresma, Gernot Depplelhofer dan Martin Feldkircher (2009) dengan judul: ”Economic Growth Determinants for European Regions: Is Central and Eastern Europe Different?”. Penelitian ini mengukur faktor-faktor yang memengaruhi pertumbuhan ekonomi di Eropa periode 1995 – 2005 dengan memfokuskan pada daerah Eropa Pusat dan Eropa Timur. Penelitian ini menggunakan metode Spatial Autoregressive Model (SAR) dengan pendekatan Bayesian Model Averaging (BMA). Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat konvergensi di kedua wilayah Eropa antar Negara yang berbeda dengan negara individu. Kecepatan konvergensi sekitar 1,3 persen, dan ketepatan dari kecepatan konvergensi didominasi oleh pertumbuhan ekonomi negara Eropa


(39)

Pusat. Proses konvergensi antar wilayah didominasi oleh proses perkembangan di wilayah Eropa Pusat. Tingkat pertumbuhan ekonomi di negara kapital lebih tinggi dari pada di negara non – kapital. Terdapat tambahan pendapatan yang diterima oleh negara kapital di wilayah Eropa Pusat. Positif spatial spillover ditemukan dalam wilayah Kesatuan Eropa. Sehubungan dengan faktor-faktor yang memengaruhi pertumbuhan ekonomi, konvergensi pendapatan, infrasruktur, menjadi kekuatan dalam penentuan pertumbuhan ekonomi di wilayah Eropa.

Penelitian B. Bhaskara Rao dan Maheshwar Rao (2005) dengan judul: ”Determinants of Growth Rate: Some Methodological Issues with Data from Fiji”. Penelitian ini menggunakan pendekatan model pertumbuhan Solow untuk menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi partumbuhan ekonomi Pasifik Selatan, Sufa (Fiji). Variabel yang digunakan mengacu pada pendekatan model Solow, pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh faktor ketersediaan modal, tenaga kerja serta tekhnologi. Analisis yang digunakan lebih memperhatikan keterkaitan antara keterbukaan ekonomi dengan pertumbuhan ekonomi. Menurut penelitian ini, semakin terbukanya suatu negara, pertumbuhan ekonomi akan semakin meningkat.

Penelitian Jong-Wha Lee dan Kiseok Hong (2010) dengan judul: “Economic Growth in Asia: Determinant and Prospect”. Pada penelitian ini membahas tentang faktor-faktor yang memengaruhi dan prospek pertumbuhan ekonomi di Asia. Negara yang dianalisis adalah PRC, Hongkong, Korea, Malaysia, Pakistan, Filipina, Singgapura, Taipei, Thailand dan Vietnam. Analisis faktor-faktor yang memengaruhi pertumbuhan ekonomi Lee dan Hong (2010) menggunakan pendekatan model pertumbuhan ekonomi Robert Solow dengan


(40)

variabel eksogennya adalah total faktor produktivity, modal fisik pertenaga kerja dan modal manusia pertenaga kerja. Berdasarkan hasil analisis didapatkan kesimpulan bahwa ketiga variabel ekogen memengaruhi konvergensi pertumbuhan ekonomi serta proyeksi pertumbuhan ekonomi dapat ditingkatkan secara signifikan melalui peningkatan pendidikan, RND dan property right.

Penelitian Catanet Dan Nicolae dan Catanet Alina (2008) dengan judul: “Facts About Determinants of Economic Growth”. Pada penelitian ini menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi pertumbuhan ekonomi 150 negara selama tahun 1961-2000 dengan menggunakan pendekatan data panel. Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa peningkatan pertumbuhan ekonomi dapat didorong oleh pendidikan, kesehatan, tingkat tabungan, sistem keuangan, FDI, keterbukaan ekonomi, permodalan dan tingkat suku bunga riil. Namun pertumbuhan ekonomi dapat mengalami perlambatan dengan tingginya tingkat pengangguran, pengeluaran pemerintah, inflasi, pertumbuhan populasi, defisit anggaran serta defisit neraca pembayaran.

Penelitian Mori Kogid, Dullah Mulok, Lim Fui Yee Beatrice dan Kasim Mansur (2010) dengan judul: “Determinant Factors of Economic Growth in Malaysia: Multivariate Cointegration and Causality Analysis”. Penelitian ini mengkaji faktor-faktor yang memengaruhi pertumbuhan ekonomi di Malaysia dalam periode tahun 1970 sampai 2007. Metode yang digunakan adalah Error Corection Model. Variabel yang menjadi faktor-faktor yang memengaruhi pertumbuhan ekonomi pada penelitian mereka antara lain: consumtion expenditure (CE), goverment expenditure (GE), expor (X), exchange rate(ER) dan inflow Foreign Direct Investment (FDI). Berdasarkan hasil estimasi dihasilkan


(41)

kesimpulan bahwa konsumsi dan eksport menjadi variabel yang signifikan dalam memengaruhi pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi dapat dipercepat dengan adanya pengeluaran pemerintah, nilai tukar dan FDI.

Penelitian Robert J. Barro (1996) dengan judul: “Determinan of Economic

Growth: A Cross-Country Empirical Study”. Penelitian ini menggunakan subjek analisis 100 negara selama selang waktu 1960 hingga 1990 dan menggunakan pendekatan data panel. Hasil penelitian ini mengungkapkan bukti empiris adanya konvergensi pertumbuhan ekonomi yang kuat di negara yang dianalisis. Pertumbuhan ekonomi dapat ditingkatkan dengan kenaikkan life expectancy dan tingkat pendidikan; penurunan kesuburan kelahiran; penurunan pengeluaran pemerintah; peningkatan maintenance sistem hukum dan undang-undang; penurunan tingkat inflasi; dan peningkatan term of trade.

Perbedaan yang terdapat pada penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah ruang lingkup penelitian serta metode penelitian. Pada penelitian ini akan menganalisis perbedaan karakteristik pertumbuhan ekonomi negara maju dan negara berkembang di ASEAN+6, faktor-faktor yang memengaruhi pertumbuhan ekonomi negara maju di ASEAN+6, serta faktor-faktor yang memengaruhi pertumbuhan ekonomi negara berkembang di ASEAN+6. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan panel dinamis dengan beberapa variabel eksogen, antara lain: lag pertumbuhan ekonomi, pengeluaran konsumsi (consumtion expenditure), pengeluaran pemerintah (goverment expenditure), Foreign Direct Investment inflow (FDI), tingkat harapan hidup (life expectacy), defisit anggaran pemerintah (budget deficit), dan keterbukaan ekonomi (openness of the economy).


(42)

2.6. Kerangka Pemikiran

Salah satu syarat untuk mewujudkan integrasi ekonomi seperti yang diharapkan negara ASEAN+6 adalah konvergensi dalam hal nominal dan riil (Ningsih, 2010). Integrasi ekonomi dan keuangan akan memengaruhi pertumbuhan ekonomi negara kawasan ASEAN+6. Integrasi ekonomi dapat membuat pertumbuhan ekonomi menjadi konvergen maupun divergen. Divergensi akan terjadi apabila suatu negara tidak mampu bersaing dengan negara lain dalam integrasi ekonomi. Negara yang tidak mampu bersaing tersebut hanya akan menjadi konsumen di negara sendiri dan mengalami kemunduran pertumbuhan ekonomi.

Kawasan integrasi ekonomi ASEAN+6 terdiri dari negara maju dan negara berkembang. Negara maju dan negara berkembang memiliki perbedaan karakteristik yang mendasar dan tidak dapat diterapkan perlakuan yang sama antara keduanya. Selanjutnya, analisis pertumbuhan ekonomi ASEAN+6 akan dilakukan dengan memisahkan antara negara maju dan negara berkembang agar tidak menghasilkan regresi yang bias. Adapun variabel independen dari model faktor-faktor yang memengaruhi pertumbuhan ekonomi negara maju di ASEAN+6 serta faktor-faktor yang memengaruhi pertumbuhan ekonomi negara berkembang di ASEAN+6 adalah lag variabel dependen, pengeluaran konsumsi, tingkat harapan hidup, dan Foreign Direct Investment inflow. Variabel sebagai faktor-faktor yang memengaruhi pertumbuhan ekonomi dalam penelitian ini adalah lag pertumbuhan ekonomi, pengeluaran konsumsi, pengeluaran pemerintah, tingkat partisipasi sekolah sekunder, tingkat harapan hidup, Foreign


(43)

Direct Investment inflow,defisit anggaran pemerintah, dan keterbukaan ekonomi. Analisis yang digunakan untuk mengestimasi adalah pendekatan panel dinamis (GMM). Gambar 2.1 akan memperlihatkan kerangka pemikiran dari penelitian.

Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran Integrasi Ekonomi

Pertumbuhan Ekonomi ASEAN+6

Negara Maju

Negara Berkembang Karakteristik Pertumbuhan

Ekonomi ASEAN+6

ASEAN Cina, Jepang, Korea, Australia, India, New Zealand

Menggunakan Pendekatan Panel Dinamis

Faktor-faktor yang Memengaruhi Pertumbuhan Ekonomi

Metode Deskriptif Negara

Maju

Negara Berkembang

Faktor-faktor yang Memengaruhi Pertumbuhan Ekonomi di ASEAN+6: Pendekatan Data Panel


(44)

3.1. Jenis dan Sumber Data

Pada penelitian ini, jenis data yang digunakan adalah data sekunder berupa data panel (atau longitudinal data) yang memiliki dimensi waktu (time series) dan dimensi ruang (cross section). Periode data yang digunakan adalah tahun 2001 hingga 2008. Pemilihan periode data dikarenakan keterbatasan data pada semua variabel yang digunakan. Negara yang akan dianalisis pada penelitian ini adalah ASEAN+6 dengan memasukkan lima negara utama ASEAN dan enam negara Asia lainnya. Negara tersebut adalah sebagai berikut : Cina, Jepang, Korea Selatan, Australia, India, New Zealand, Indonesia, Malaysia, Singgapura, Filipina dan Thailand. Pada penelitian ini tidak memasukkan negara Brunei Darusalam, Kamboja, Laos, Myanmar dan Vietnam karena adanya keterbatasan data.

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari International Financial Statistic (IFS) dari International Monetary Fund (IMF), World Development Indicator 2009, CEIC, UNESCO Institute of Statistic, Departemen of Statistic Singgapore serta Index Mundi. Sedangkan variabel yang digunakan adalah GDP riil, pengeluaran konsumsi (consumtion expenditure), pengeluaran pemerintah (goverment expenditure), nilai tukar nominal (nominal exchange rate), Foreign Direct Investment inflow (FDI), tingkat harapan hidup (life expectacy), tingkat partisipasi sekolah sekunder (school enrollment secondary), defisit anggaran pemerintah (budget deficit), keterbukaan ekonomi (openness of the economy) dan tingkat pengangguran (unemployment). Pada


(45)

Gambar 3.1 memperlihatkan data yang digunakan dan sumber data secara teperinci.

Tabel 3.1. Data dan Sumber Data yang Digunakan dalam Penelitian

No. Data yang Digunakan Sumber Data

1. GDP riil ASEAN+6 (constant 2000, US$)

World Development Indicator 2009 2. Pengeluaran Konsumsi Akhir

(constant 2005, US$)

World Development Indicator 2009 3. Pengeluaran Konsumsi Akhir

Pemerintah (constant 2005, US$)

IFS dari International Monetary Fund

4. Foreign direct investment, net inflows (persen dari GDP)

World Development Indicator 2009 5. Tingkat harapan hidup dari

kelahiran, total(years)

World Development Indicator 2009 dan Index Mundi

6. Tingkat Partisipasi Sekolah Sekunder(persen dari total)

World Development Indicator 2009, CEIC, UNESCO Institute of Statistic dan Departemen of Statistic Singgapore

7. Rasio Defisit Anggaran Pemerintah (persen)

World Development Indicator 2009, CEIC dan IFS dari International Monetary Fund

8. Keterbukaan Ekonomi:

Ekspor (constant 2005, US$), Impor (constant 2005, US$)

World Development Indicator 2009 dan IFS dari International Monetary Fund

3.2. Metode Analisis dan Pengolahan Data

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kuantitatif dan deskriptif. Analisis deskriptif statistik dipaparkan untuk memberikan gambaran perbedaan karakteristik pertumbuhan ekonomi negara maju dan negara berkembang di ASEAN+6. Analisis kuantitatif yang digunakan adalah panel dinamis. Panel dinamis digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi pertumbuhan ekonomi negara maju maupun negara


(46)

berkembang di ASEAN+6. Pengolahan data pada penelitian ini didukung dengan program komputer STATA v.10, Eviews 6 dan Microsoft Office Excel 2007.

3.3. Perumusan Model

Pada analisis faktor-faktor yang memengaruhi pertumbuhan ekonomi negara maju dan negara berkembang yang dilakukan dengan metode panel dinamis. Variabel endogen yang menjadi faktor-faktor yang memengaruhi pertumbuhan ekonomi negara maju dan negara berkembang adalah pertumbuhan ekonomi dengan delapan variabel eksogen. Variabel eksogen tersebut antara lain: lag pertumbuhan ekonomi, pengeluaran konsumsi (consumtion expenditure), pengeluaran pemerintah (goverment expenditure), Foreign Direct Investment inflow (FDI), tingkat harapan hidup (life expectacy), tingkat partisipasi sekolah sekunder (school enrollment secondary), defisit anggaran pemerintah (budget deficit), dan keterbukaan ekonomi (openness of the economy).

Rumusan model ini mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Nicolae dan Catanet (2008) dan Barro (1996). Persamaan 3.1 menjelaskan perumusan model ekonometrika untuk analisis faktor-faktor yang memengaruhi pertumbuhan ekonomi negara maju di ASEAN+6.

...(3.1) dimana,

: pertumbuhan ekonomi negara majuASEAN+6 tahun ke t : lag pertumbuhan ekonomi negara maju ASEAN+6 tahun ke t


(47)

: pengeluaran konsumsi akhir negara maju ASEAN+6 tahun ke t

: pengeluaran konsumsi akhir pemerintah negara maju ASEAN+6 tahun ke t

: Foreign Direct Investment, net inflows negara maju ASEAN+6 tahun ke t

: tingkat harapan hidup dari kelahiran, total negara maju ASEAN+6 tahun ke t

: tingkat partisipasi sekolah sekunder negara maju ASEAN+6 tahun ke t

: rasio defisit anggaran pemerintah negara maju ASEAN+6 tahun ke t

: keterbukaan ekonomi negaramaju ASEAN+6 tahun ke t : error term

Sedangkan persamaan 3.2 menjelaskan perumusan model faktor-faktor yang memengaruhi pertumbuhan ekonomi negara berkembang di ASEAN+6.

...(3.2) dimana,

: pertumbuhan ekonomi negara berkembang ASEAN+6 tahun ke t : lag pertumbuhan ekonomi negara berkembang ASEAN+6 tahun ke

t

: pengeluaran konsumsi akhir negara berkembang ASEAN+6 tahun ke t


(48)

: pengeluaran konsumsi akhir pemerintah negara berkembang ASEAN+6 tahun ke t

: Foreign Direct Investment, net inflows negara berkembang ASEAN+6 tahun ke t

: tingkat harapan hidup dari kelahiran, total negara berkembang ASEAN+6 tahun ke t

: tingkat partisipasi sekolah sekunder negara berkembang ASEAN+6 tahun ke t

: rasio defisit anggaran pemerintah negara berkembang ASEAN+6 tahun ke t

: keterbukaan ekonomi negara berkembangASEAN+6 tahun ke t : error term

3.4. Metode Analisis Data 3.4.1. Metode Panel Dinamis

Menurut Indra (2009), relasi di antara variabel-variabel ekonomi pada kenyataannya banyak yang bersifat dinamis. Analisis dapat digunakan sebagai model yang bersifat dinamis dalam kaitannya dengan analisis penyesuaian dinamis (dynamic of adjustment). Hubungan dinamis ini dicirikan oleh keberadaan lag variabel dependen diantara variabel-variabel regresor. Sebagai ilustrasi, perhatikan model data panel dinamis sebagai berikut:


(49)

dengan menyatakan suatu skalar, menyatakan matriks berukuran 1 x K dan matriks berukuran K x 1. Dalam hal ini, diasumsikan mengikuti model one way error component sebagai berikut

………(3.8) dengan menyatakan pengaruh individu dan

menyatakan gangguan yang saling bebas satu sama lain atau dalam beberapa literatur disebut sebagai transient error.

Dalam model data panel statis, dapat ditunjukkan adanya konsistensi dan efisiensi baik pada Fixed Effect Model (FEM) maupun Random Effect Model (REM) terkait perlakuan terhadap . Dalam model dinamis, situasi ini secara substansi sangat berbeda, karena merupakan fungsi dari maka juga merupakan fungsi dari . Karena adalah fungsi dari maka akan terjadi korelasi antara variabel regresor dan , hal ini akan menyebabkan penduga least square (sebagaimana digunakan pada model data panel statis) menjadi bias dan inkosisten, bahkan bila tidak berkorelasi serial sekalipun.

Untuk mengilustrasikan kasus tersebut, berikut diberikan model data panel autoregresif (AR(1)) tanpa menyertakan variabel eksogen

; ……….(3.9)

dengan di mana dan saling

bebas satu sama lain. Penduga fixed effect bagi diberikan oleh

………(3.10)


(50)

Untuk menganalisis sifat dari , dapat disubstitusi persamaan (3.9) ke (3.10) untuk memperoleh persamaan dibawah ini:

………..…...(3.11)

Penduga ini bersifat bias dan inkonsisten untuk N dan T tetap, bentuk pembagian pada persamaan diatas (3.11) tidak memiliki nilai harapan nol dan tidak konvergen menuju nol bila N . Secara khusus, hal ini dapat ditunjukkan (Nickel (1981) dan Hsiao (1986) dalam Verbeek (2004)) bahwa

………...(3.12)

sehingga, untuk T tetap, akan dihasilkan penduga yang inkonsisten.

Untuk mengatasi masalah ini, pendekatan method of moments dapat digunakan. Arellano dan Bond (1991) dalam Verbeek (2004) menyarankan suatu pendekatan Generalized Method of Moments (GMM). Pendekatan GMM merupakan salah satu yang populer. Setidaknya ada dua alasan yang mendasari, pertama, GMM merupakan common estimator dan memberikan kerangka yang lebih bermanfaat untuk perbandingan dan penilaian. Kedua, GMM memberikan alternatif yang sederhana terhadap estimator lainnya, terutama terhadap maximum likelihood.

Namun demikian, penduga GMM juga tidak terlepas dari kelemahan. Adapun beberapa kelemahan metode ini, yaitu: (i) GMM estimator adalah asymptotically efficient dalam ukuran contoh besar tetapi kurang efisien dalam ukuran contoh yang terbatas (finite), dan (ii) estimator ini terkadang memerlukan


(51)

sejumlah implementasi pemrograman sehingga dibutuhkan suatu perangkat lunak (software) yang mendukung aplikasi pendekatan GMM (Indra, 2009).

Ada dua jenis prosedur estimasi GMM yang umumnya digunakan untuk mengestimasi model linear autoregresif, yakni:

1. First-differences GMM (FD-GMM atau AB-GMM) 2. System GMM (SYS-GMM)

3.4.1.1. First-differences GMM (AB-GMM)

Untuk mendapatkan estimasi yang konsisten di mana N dengan T tertentu, akan dilakukan first-difference pada Persamaan (3.9) untuk mengeliminasi pengaruh individual ( ) sebagai berikut:

namun, pendugaan dengan least square akan menghasilkan penduga yang inkonsisten karena dan berdasarkan definisi berkorelasi, bahkan bila T . Untuk itu, transformasi dengan menggunakan first difference ini dapat menggunakan suatu pendekatan variabel instrumen. Sebagai contoh, akan digunakan sebagai instrumen. Di sini, berkorelasi dengan tetapi tidak berkorelasi dengan , dan tidak berkorelasi serial. Di sini, penduga variabel instrumen bagi disajikan sebagai berikut:

………..(3.14)

syarat perlu agar penduga ini konsisten adalah:


(52)

Penduga (3.14) merupakan salah satu penduga yang diajukan oleh Anderson dan Hsiao (1981) dalam Verbeek (2004). Mereka juga mengajukan penduga alternatif di mana digunakan sebagai instrumen. Penduga variabel instrumen bagi disajikan sebagai:

………(3.16)

syarat perlu agar penduga ini konsisten adalah:

……….(3.17)

Perhatikan bahwa penduga variabel instrumen yang kedua (IV(2)) memerlukan tambahan lag variabel untuk membentuk instrumen, sehingga jumlah amatan efektif yang digunakan untuk melakukan pendugaan menjadi berkurang (satu

periode sampel “hilang”). Dalam hal ini pendekatan metode momen dapat

menyatukan penduga dan mengeliminasi kerugian dari pengurangan ukuran sampel. Langkah pertama dari pendekatan metode ini adalah mencatat bahwa:

….. (3.18)

yang merupakan kondisi momen (moment condition). Dengan cara yang sama dapat diperoleh:

………...(3.19) yang juga merupakan kondisi momen. Kedua estimator (IV dan IV(2)) selanjutnya dikenakan kondisi momen dalam pendugaan. Sebagaimana diketahui penggunaan lebih banyak kondisi momen meningkatkan efisiensi dari penduga. Arellano dan Bond (1991) dalam Verbeek (2004), menyatakan bahwa daftar instrumen dapat dikembangkan dengan cara menambah kondisi momen dan membiarkan


(53)

jumlahnya bervariasi berdasarkan t. Untuk itu, Arellano dan Bond (1991) dalam Verbeek (2004) mempertahankan T tetap. Sebagai contoh, ketika T = 4 diperoleh:

, untuk t = 2

dan untuk t = 3

dan , untuk t =4

Semua kondisi momen dapat diperluas ke dalam GMM. Selanjutnya, untuk memperkenalkan penduga GMM, misalkan didefinisikan ukuran sampel yang lebih umum sebanyak T, sehingga dapat dituliskan:

……….(3.20)

sebagai vektor transformasi error, dan

………..(3.21)

sebagai matriks instrumen. Setiap baris pada matriks Zi berisi instrumen yang valid untuk setiap periode yang diberikan. Konsekuensinya, himpunan seluruh kondisi momen dapat dituliskan secara ringkas sebagai:

………...(3.22)

yang merupakan kondisi bagi 1+2+…+T-1. Untuk menurunkan penduga GMM,

tuliskan persamaan sebagai:

………...(3.23) karena jumlah kondisi momen umumnya akan melebihi jumlah koefisien yang belum diketahui, akan diduga dengan meminimumkan kuadrat momen sampel yang bersesuaian, yakni:


(54)

…………..(3.24)

dengan WN adalah adalah matriks penimbang definit positif yang simetris. Dengan mendifrensiasikan terhadap akan diperoleh penduga GMM sebagai:

……….(3.25)

Sifat dari penduga GMM (3.25) bergantung pada pemilihan WN yang konsisten selama WN definit positif, sebagai contoh WN = I yang merupakan matriks identitas.

Matriks penimbang optimal (optimal weighting matrix) akan memberikan penduga yang paling efisien karena menghasilkan matriks kovarian asimtotik terkecil bagi . Sebagaimana diketahui dalam teori umum GMM (Verbeek, 2004), diketahui bahwa matriks penimbang optimal proposional terhadap matriks kovarian invers dari momen sampel. Dalam hal ini, matriks penimbang optimal seharusnya memenuhi

………...… (3,26) dalam kasus biasa, dimana tidak ada restriksi yang dikenakan terhadap matriks kovarian vi, matriks penimbang optimal dapat diestimasi menggunakan first-step consistent estimator bagi dan mengganti operator ekspektasi dengan rata-rata sampel, yakni (two step estimator)

……….(3.27)

dengan menyatakan vektor residual yang diperoleh dari first-step consistent estimator.


(55)

Pendekatan GMM secara umum tidak menekankan bahwa pada seluruh individu dan waktu, dan matriks penimbang optimal kemudian diestimasi tanpa mengenakan restriksi. Sebagai catatan bahwa, ketidakberadaan autokorelasi dibutuhkan untuk menjamin validitas kondisi momen. Oleh karena pendugaan matriks penimbang optimal tidak terestriksi, maka dimungkinkan (dan sangat dianjurkan bagi sampel berukuran kecil) menekankan ketidakberadaan autokorelasi pada vit dan juga dikombinasikan dengan asumsi homoskedastis. Dengan catatan di bawah restriksi

………...(3.28)

matriks penimbang optimal dapat ditentukan sebagai (one step estimator).

………..…...(3.29)

Sebagai catatan bahwa (3.29) tidak mengandung parameter yang tidak diketahui, sehingga penduga GMM yang optimal dapat dihitung dalam satu langkah bila error vit diasumsikan homoskedastis dan tidak mengandung autokorelasi. Jika model data panel dinamis mengandung variabel eksogenus, maka Persamaan (3.9) dapat dituliskan kembali menjadi

………..(3.30) Parameter persamaan (3.30) juga dapat diestimasi menggunakan generalisasi variabel instrumen atau pendekatan GMM. Bergantung pada asumsi yang dibuat terhadap xit , sekumpulan instrumen tambahan yang berbeda dapat dibangun. Bila xit strictly exogenous dalam artian bahwa xit tidak berkorelasi dengan sembarang error vis, akan diperoleh


(56)

sehingga x1, …, xiT dapat ditambah ke dalam daftar instrumen untuk persamaan first difference setiap periode. Hal ini akan membuat jumlah baris pada Zi menjadi besar. Selanjutnya dengan menggunakan kondisi momen

………..………(3.32) Matriks instrumen dapat dituliskan sebagai

…….(3.33)

bila variabel xit tidak strictly exogenous melainkan predetermined, dalam kasus di mana xitdan lag xittidak berkorelasi dengan bentuk error saat ini, akan diperoleh untuk s t . Dalam kasus dimana hanya xi,t-1,…, xi1 instrumen yang valid bagi persamaan first difference pada periode t, kondisi momen dapat dikenakan sebagai

……….(3.34)

Dalam prakteknya, kombinasi variabel x yang strictly exogenous dan predetermined dapat terjadi lebih dari sekali. Matriks Zi kemudian dapat disesuaikan. Baltagi (1995), menyajikan contoh dan diskusi tambahan untuk kasus ini. Penduga AB-GMM dapat mengandung bias pada sampel terbatas (berukuran kecil), hal ini terjadi ketika tingkat lag (lagged level) dari deret berkorelasi secara lemah dengan first-difference berikutnya, sehingga instrumen yang tersedia untuk persamaan first-difference lemah (Blundell & Bond, 1998).

Dalam model AR (1) di Persamaan (3.9), fenomena ini terjadi karena parameter autoregresif mendekati satu, atau varian dari pengaruh individu ( i) meningkat relatif terhadap varian transient error (vit).


(57)

Blundell dan Bond (1998) menunjukkan bahwa penduga AB-GMM dapat terkendala oleh bias sampel terbatas, terutama ketika jumlah periode amatan yang tersedia relatif kecil. Hal ini menekankan perlunya perhatian sebelum menerapkan metode ini untuk mengestimasi model autoregresif dengan jumlah deret waktu yang relatif kecil.

Keberadaan bias sampel terbatas dapat dideteksi dengan mengkomparasi hasil AB-GMM dengan penduga alternatif dari parameter autoregresif. Sebagaimana diketahui dalam model AR (1), least square akan memberikan suatu estimasi dengan bias yang ke atas (biased upward) dengan keberadaan pengaruh spesik individu (individual-spesific effect) dan fixed effect akan memberikan dugaan dengan bias yang ke bawah (biased downward). Selanjutnya penduga konsisten dapat diekspektasi di antara penduga least square atau fixed effect. Bila penduga AB-GMM dekat atau di bawah penduga penduga fixed effect, maka kemungkinan penduga AB-GMM akan biased downward, yang kemungkinan disebabkan oleh lemahnya instrumen.

3.4.1.2. System GMM (SYS-GMM)

Indra (2009) ide dasar dari penggunaan metode system GMM adalah untuk mengestimasi sistem persamaan baik pada first-differences maupun pada level yang mana instrumen yang digunakan pada level adalah lag first-differences dari deret. Blundell dan Bond (1998) menyatakan pentingnya pemanfaatan initial condition dalam menghasilkan penduga yang efisien dari model data panel dinamis ketika T berukuran kecil. Misalkan diberikan model autoregresif data panel dinamis tanpa regresor eksogenus sebagai berikut:


(58)

……….………...(3.35) dengan untuk i= 1, 2, …. , N ; t = 1, 2, …, T. Dalam hal ini, Blundell dan Bond (1998) memfokuskan pada T=3 oleh karenanya hanya terdapat satu kondisi ortogonal yang diberikan oleh sedemikian sehingga tepat teridentifikasi (just Indentified). Dalam kasus ini, tahap pertama dari regresi variabel instrumen diperoleh dengan meregresikan dan yi1. Perhatikan bahwa regresi ini dapat diperoleh dari persamaan (3.35) yang dievaluasi pada saat t=2 dengan mengurangi kedua ruas persamaan tersebut, yakni

……….(3.36) Dikarenakan eskpektasi maka ) akan bias ke atas (upward biased) dengan

………(3.37)

dengan . Bias dapat menyebabkan koefisien estimasi dari variabel instrumen yi1 mendekati nol. Selain itu, nilai statistik-F dari regresi variabel instrumen tahap pertama akan konvergen ke dengan parameter non-centrality

dengan

karena maka penduga variabel instrumen menjadi lemah. Di sini, Blundell dan Bond mengaitkan bias dan lemahnya presisi dari penduga first-difference GMM dengan masalah lemahnya instrumen yang mana hal ini dicirikan dari parameter konsentrasi (Baltagi, 2005).


(59)

3.4.2. Uji Spesifikasi Model Panel Dinamis

Pada umumnya, untuk menentukan model panel dinamis (metode GMM) terbaik, terdapat tiga kriteria, yaitu tidak bias, validitas, dan konsistensi. Model GMM yang baik adalah model yang valid, konsisten dan tidak bias.

Uji tidak bias dapat dilakukan dengan membandingkan koefisien estimasi dari estimasi OLS dan estimasi efek tetap (fixed effect). Metode OLS akan menyebabkan estimasi bias ke atas (biased upwards), sedangkan metode efek tetap menyebabkan estimasi bias ke bawah (biased downwards). Model dapat dikatakan tidak bias apabila koefisien estimasinya berada dibawah estimasi OLS dan berada diatas estimasi efek tetap.

Uji Sargan untuk overidentifiying restriction digunakan untuk menguji apakah terdapat masalah dengan validitas dari instrumen yang digunakan. Arti valid dalam bahasan ini adalah tidak ada korelasi antara intrumen dengan komponen error. Hipotesis nol dari uji Sargan ini menyatakan bahwa instrumen tidak memiliki masalah dengan validitas (instrumen valid). Apabila hasil metode AB-GMM menunjukkan instrumen yang digunakan tidak valid, maka digunakan metode SYS-GMM.

Uji autokorelasi pada pendekatan GMM digunakan untuk mengetahui konsistensi dari hasil estimasi. Dalam uji autokorelasi ini, dapat ditentukan melalui nilai statistik Arrellano-Bond m1 dan m2. Konsistensi dari metode ditunjukkan dengan nilai statistik m1 yang signifikan (p.value < α) dan nilai statistik m2 yang tidak signifikan (p.value > α).


(60)

3.4.3. Granger Causality Test pada Data Panel

Hubungan kausalitas (causality) adalah hubungan jangka pendek antara kelompok tertentu dengan menggunakan pendekatan ekonometrik yang mencakup juga hubungan timbal balik dan fungsi-fungsi yang muncul dari analisis spektrum, khususnya hubungan penuh antar spektrum dan hubungan partial antar spektrum. Berdasarkan pandangan ekonometrik, ide utama dari kausalitas adalah sebagai berikut: pertama, jika X memengaruhi Y, berarti informasi masa lalu X dapat membantu dalam memprediksikan Y. Dengan kata lain, dengan menambah data masa lalu X ke regresi Y dengan data Y masa lalu maka dapat meningkatkan kekuatan penjelas (explanatory power) dari regresi. Kedua, data masa lalu Y tidak dapat membantu dalam memprediksikan X, karena jika X dapat membantu dalam memprediksikan Y dan Y dapat membantu memprediksikan X, maka kemungkinan besar terdapat variabel lain, katakan Z, yang memengaruhi X dan Y (Fauzi, 2007).

Pada tahun 1969, Granger memperkenalkan hubungan sebab akibat antara dua variabel yang saling berkaitan. Hubungan kausalitas dapat dibagi atas tiga kategori, yaitu hubungan kausalitas satu arah, hubungan kausalitas dua arah dan hubungan timbal balik. Dengan panjang lag optimal, p, maka prinsip kerja dari Granger Causality Test pada data panel didasarkan atas regresi model pooled sebagaimana diuraikan sebagai berikut:

...(3.38) ...(3.39) Pada persamaan regresi model pooled pertama (3.38), X memengaruhi Y atau hubungan kausalitas satu arah dari X ke Y apabila koefisien βl tidak sama dengan


(61)

nol (0). Hal yang sama juga untuk persamaan regresi model pooled kedua (3.39), Y memengaruhi X atau terdapat hubungan kausalitas satu arah dari Y ke X jika koefisien βl tidak sama dengan nol. Sementara apabila keduanya terjadi maka dikatakan terdapat hubungan timbal balik (feedback relationship) antara X dan Y atau terdapat hubungan kausalitas dua arah (bidirectional causality) antara X dan Y.


(62)

Selanjutnya pada bab ini akan dideskripsikan hasil dari penelitian. Sesuai dengan rumusan masalah penelitian, maka dalam bab ini akan dibahas tiga sub bab utama yaitu: perbedaan karakteristik pertumbuhan ekonomi negara maju dan negara berkembang di ASEAN+6, faktor-faktor yang memengaruhi pertumbuhan ekonomi negara maju di ASEAN+6, serta faktor-faktor yang memengaruhi pertumbuhan ekonomi negara berkembang di ASEAN+6.

Analisis deskriptif dan analisis kuantitatif digunakan dalam pembahasan penelitian ini. Metode diskriptif untuk menjawab perbedaan karakteristik pertumbuhan ekonomi negara maju dan negara berkembang di ASEAN+6, sedangkan analisis kuantitatif untuk menjawab faktor-faktor yang memengaruhi pertumbuhan ekonomi negara maju maupun negara berkembang di ASEAN+6. Hasil dari estimasi model faktor-faktor yang memengaruhi pertumbuhan ekonomi negara maju maupun negara berkembang di ASEAN+6, akan memperlihatkan variabel-variabel yang signifikan dan yang tidak signifikan.

Estimasi model penelitian ini, beberapa variabel diolah dalam bentuk logaritma natural (ln) untuk menghasilkan data yang stationer. Konsekuensi dari perlakuan ini adalah intepretasi dari hasil penelitian menjadi nilai elastisitas. Elastisitas yang terdapat pada setiap koefisien variabel eksogen dinyatakan dalam bentuk persentase. Selain membahas analisis deskriptif dan hasil estimasi, pada bab ini juga akan dijelaskan mengenai pengujian Granger Causality untuk mengetahui hubungan antar variabel.


(1)

Lampiran 7. Pergerakan Pertumbuhan Ekonomi terhadap Perubahan Tingkat Harapan Hidup


(2)

Lampiran 8. Pergerakan Pertumbuhan Ekonomi terhadap Perubahan Tingkat Partisipasi Sekolah Sekunder Masing-masing Negara


(3)

Lampiran 9. Pergerakan Pertumbuhan Ekonomi terhadap Perubahan Defisit Anggaran Pemerintah


(4)

Lampiran 10. Pergerakan Pertumbuhan Ekonomi terhadap Perubahan Keterbukaan Ekonomi


(5)

101 Lampiran 11. Korelasi Antar Variabel

Covariance Analysis: Ordinary Date: 05/08/11 Time: 18:52 Sample: 2001 2008

Included observations: 88 Correlation

Probability GROWTH LNCE LNGE FDI LE ES BD LNOE

GROWTH 1.000000

---

LNCE -0.018604 1.000000 0.8634 ---

LNGE -0.028608 0.982029 1.000000 0.7913 0.0000 ---

FDI 0.262190 -0.383434 -0.313561 1.000000 0.0136 0.0002 0.0029 ---

LE -0.443886 0.136537 0.253814 0.202362 1.000000 0.0000 0.2046 0.0170 0.0587 ---

ES -0.417306 0.207733 0.284513 -0.231411 0.675982 1.000000 0.0001 0.0521 0.0072 0.0301 0.0000 ---

BD -0.085750 -0.330146 -0.253456 0.525507 0.508834 0.272629 1.000000 0.4270 0.0017 0.0172 0.0000 0.0000 0.0102 ---

LNOE 0.178809 0.728873 0.758202 0.120570 0.208185 -0.131036 -0.083685 1.000000 0.0955 0.0000 0.0000 0.2632 0.0516 0.2236 0.4382 ---


(6)

102 Lampiran 12. Deskripsi Data

GROWTH LNCE LNGE FDI LE ES BD LNOE

Mean 11.5091 11.41685 10.7007 3.114341 74.31438 84.82846 -0.55 11.48259 Median 11.30581 11.32544 10.44665 2.257231 73.58307 75.3414 -0.85 11.46742 Maximum 12.7161 12.56401 11.94863 20.23999 82.58756 155.1175 12.3 12.3982 Minimum 10.72636 10.64183 9.975492 -5.11483 61.59244 46.36682 -8.1 10.59031 Std. Dev. 0.575041 0.552269 0.602709 4.301946 5.964429 28.40789 4.016174 0.41752 Skewness 0.671602 0.526087 0.634341 2.553074 -0.38683 1.007274 0.739325 0.076097 Kurtosis 2.413199 2.174629 2.172109 10.25037 2.089648 3.27924 3.765966 2.463043

Jarque-Bera 7.877952 6.557131 8.414848 288.349 5.233409 15.16673 10.16808 1.142116 Probability 0.019468 0.037682 0.014885 0 0.073043 0.000509 0.006195 0.564928

Sum 1012.801 1004.683 941.6612 274.062 6539.665 7464.904 -48.4 1010.468 Sum Sq. Dev. 28.76848 26.53507 31.6035 1610.086 3094.974 70209.71 1403.28 15.16612