BAB III KEDUDUKAN BUMN DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA
A. Pengaturan Tentang BUMN Menurut Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003
Secara harfiah, Badan Usaha Milik Negara BUMN diartikan sebagai unit bisnis milik rakyat banyak, untuk rakyat banyak, tetapi dikelola dan diusahakan
oleh pemerintah, oleh karena rakyat banyak mempunyai keterbatasan sumber daya untuk mengelola dan mengusahakannya.
46
Dalam arti ini, berarti pemerintah bukanlah sebagai pemilik BUMN, sehingga setiap keputusan pemerintah
mengenai perusahaannya sekurang-kurangnya diketahui dan disetujui oleh rakyat banyak.
Pengertian BUMN di Indonesia, berkaitan erat dengan amanat Pasal 33 Undang-Undang Dasar Republik Indonesia1945, khususnya ayat 2 dan 3 yaitu:
Pasal 33 Ayat 2: Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara. Pasal 33 Ayat 3
:Bumi dan air dan kekayaan alam yang tekandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.
47
Penguasaan itu penting agar kesejahteraan rakyat banyak terjamin dan rakyat banyak dapat
menikmati sumber-sumber kemakmuran rakyat dari bumi,air dan kekayaan alam di dalamnya.
48
Sebenarnya perusahaan negara telah lama dikenal, sejak masuknya Belanda di Indonesia, adanya VOC Verenigde Dost lndische Companie dapat
dijadikan bukti, keterlibatan negara dalam kegiatan ekonomi. Verenigde Dost
46
Syamsul Rizal, ”Analisis Juridis dari Badan Usaha Milik Negara”; http:digilib.usu.ac.id diakses pada tanggal 15 Juli 2011.
47
Ibid .
48
Ibid.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
lndische Companie VOC adalah suatu Trust yang dibentuk pemerintah Belanda
untuk melaksanakan usaha dagang di Indonesia.
49
Latar belakang terbentuknya perusahaan negara di negara bekas jajahan merupakan bagian dari perkembangan
ekonomi Eropa Barat dan negara penjajah umumnya. Apabila melihat sejarah perusahaan negara sesudah Indonesia merdeka,
hampir sama seperti zaman Hindia Belanda melakukan usaha yang bertujuan untuk mendapatkan penghasilan untuk Pemerintah Belanda. Pola tersebut masih
berlaku, asal tidak bertentangan dengan Undang-Undang Dasar 1945, seperti :
50
1. Perusahaan negara yang diatur IBW lndische Bedrijven Wet Stb. 1927
No.419. Anggaran perusahaan IBW dimaksudkan dalam anggaran belanja negara, teknis anggarannya termasuk dalam Departemen Keuangan,
pengawasan masing-masing di bawah departemen teknis. Contohnya, Jawatan Kereta Api, Jawatan Pegadaian, Percetakan Negara.
2. Perusahaan negara yang diatur ICW Indische Comptabiliteits Wet.
Perusahaan ini tidak tegas berstatus sebagai organisasi usaha yang dilaksanakan pemerintah. Namun, anggaran perusahaan termasuk dalam
anggaran departemen yang bersangkutan. Contohnya, Penerbitan Balai Pustaka, Perusahaan Listrik Negara, Perusahaan Air Minum Negara.
3. Perusahaan negara di luar IBW dan ICW, sebagai berikut :
a. Perusahaan yang diselenggarakan BIN Bank Industri Indonesia, sekarang
Bapindo. Bank Industri Indonesia BIN kurang lebih memiliki 90 perusahaan, untuk membantu pembangunan dalam lapangan industri,
pertambangan, dan perkebunan. Contoh, PT. Perusahaan Tinta Tjetak
49
Ibid.
50
Syamsul Rizal, Op.Cit, hlm. 29.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Tjemani, PT. Pabrik Kertas Blabak, PT. Perusahaan Hotel dan Tourist Nasional.
b. Perusahaan yang dinasionalisasi, dalam rangka perjuangan pengembalian
Irian Barat. Pemerintah menempatkan semua perusahaan Belanda di bawah pengawasan Pemerintah Indonesia dan akhirnya dinasionalisasikan.
c. Perusahaan di lapangan hukum perdata, yaitu perusahaan yang berbentuk
PT, sahamnya dipegang seluruhnya pemerintah. Contoh, PT. Usaha Pembangunan Periklanan, PT. Pertambangan Timah Belitung, PT.
Pertambangan Timah Singkep, PT. Pertambangan Bauxit, dan PT Permina. d.
Perusahaan yang modalnya dari pemerintah atau penyertaan modal. Contoh, PT. djakarta Lloyd, PT. Pelayaran Nasional Indonesia, PT. Garuda
Indonesia, dan PT. Sampit Dayak. e.
Perusahaan yang modalnya berasal dari pemerintah, dijalankan oleh yayasan. Contoh, Yayasan Prapanca, Yayasan Urusan Bahan Makanan,
Yayasan Motor, Yayasan Bahan Pertanian, Yayasan Karet Rakyat Pusat, Yayasan Persediaan bahan Perindustrian.
Sejarah menunjukkan bahwa tujuan utama pendirian BUMN di Indonesia pada era 1950-an adalah untuk menampung perusahan-perusahaan Belanda yang
dinasionalisasi oleh pemerintah Indonesia. Pada awal masa tersebut, BUMN disebut sebagai Perusahaan Negara, adapun istilah BUMN mulai dikenal pada
tahun 1983, yaitu melalui dirumuskannya Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 1983 tentang Pembinaan dan Pengawasan BUMN, dengan pengawasan Kantor
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Kementrian Negara Pendayagunaan BUMN.
51
Visi utama terbentuknya lembaga ini adalah sebagai berikut:
52
1. Membangun BUMN yang berdaya saing dang berkelas global.
2. Membangun lokomotif pemulihan ekonomi Indonesia secara keseluruhan,
dimana situasi ekonomi Republik Indonesia pada tahun 1997-1998 mengalami krisis. Pinjaman Indonesia mendekati angka US 100 milliar.
Pada akhirnya perusahaan-perusahaan yang berasal dari latar belakang hukum yang berbeda ini berusaha untuk disatukan dengan proses penyederhanaan
bentuk dan penegasan fungsi ke bentuk-bentuk BUMN, dengan alasan demikianlah terdapat keanekaragaman aspek hukum pada beberapa jenis BUMN
yang masih ditunjukkan dalam proses sejarah sampai sekarang. Pada tahun 2003, pemerintah melalui DPR RI mengesahkan Undang-
Undang No. 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara. Produk Undang- Undang tersebut mengatur dasar-dasar yang penting dari konsep, tujuan dan
pengelolaan BUMN. berdasarkan undang-undang tersebut dijelaskan bahwa di Indonesia BUMN sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 UU BUMN, terdiri
atas:
53
1. Persero
Persero adalah BUMN yang bentuk usahanya adalah perseoran terbatas atau PT. Bentuk persero semacam itu tentu saja tidak jauh berbeda sifatnya
dengan perseroan terbatas atau PT swasta yakni sama-sama mengejar keuntungan yang setinggi-tingginya atau sebesar-besarnya. Saham kepemilikan
51
Sugiharto, Riant Nugroho dan Ricky S, BUMN Indonesia : isu, kebijakan dan strategi Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2005, hlm. 82.
52
Ibid.
53
Syamsul Rizal, Op.Cit, hlm. 32.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Persero sebagaian besar atau setara 51 harus dikuasai oleh pemerintah. Karena Persero diharapakan dapat memperoleh laba yang besar, maka otomatis
persero dituntut untuk dapat memberikan produk barang maupun jasa yang terbaik agar produk output yang dihasilkan tetap laku dan terus-menerus
mencetak keuntungan. Organ Persero yaitu direksi, komisaris dan RUPS Rapat Umum Pemegang Saham. Contoh persero yaitu : PT. Jasamarga, PT.
Bank BNI, PT. Asuransi Jiwasraya, PT. PLN, dan lain sebagainya. 2.
Perum Perusahaan Umum Perusahaan umum atau disingkat perum adalah perusahaan unit bisnis
negara yang seluruh modal dan kepemilikan dikuasai oleh pemerintah dengan tujuan untuk memberikan penyediaan barang dan jasa publik yang baik demi
melayani masyarakat umum serta mengejar keuntungan berdasarkan prinsip pengolahan perusahaan. Organ Perum yaitu dewan pengawas, menteri dan
direksi. Contoh Perum perusahaan umum yakni : Perum Peruri atau PNRI Percetakan Negara RI, Perum Perhutani, Perum Damri, Perum Pegadaian dan
sebagainya. Maksud dan tujuan pendirian BUMN dalam Pasal 2 ayat 1 UU BUMN
adalah: 1.
memberikan sumbangan bagi perkembangan perekonomian nasional pada umumnya dan penerimaan negara pada khususnya;
2. mengejar keuntungan;
3. menyelenggarakan kemanfaatan umum berupa penyediaan barang danatau jasa
yang bermutu tinggi dan memadai bagi pemenuhan hajat hidup orang banyak;
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
4. menjadi perintis kegiatan-kegiatan usaha yang belum dapat dilaksanakan oleh
sektor swasta dan koperasi; 5.
turut aktif memberikan bimbingan dan bantuan kepada pengusaha golongan ekonomi lemah, koperasi, dan masyarakat.
Pengelolaan manajerial BUMN di Indonesia pada prinsipnya hampir sama dengan entitas bisnis swasta yaitu bahwa BUMN diurus dan dijalankan oleh
dewan direksi dan diawasi oleh organ persero itu sendiri yaitu komisaris pada BUMN yang berbentuk persero dan dewan pengawas pada BUMN yang
berbentuk Perum. Pengelolaan BUMN saat ini berada di bawah koordinasi Menteri Negara BUMN, yang dibantu dengan beberapa deputi.
Direksi bertanggung jawab penuh atas pengurusan BUMN untuk kepentingan dan tujuan BUMN serta mewakili BUMN, baik di dalam maupun di
luar pengadilan.
54
Dalam melaksanakan tugasnya, anggota Direksi harus mematuhi anggaran dasar BUMN dan peraturan perundang-undangan serta wajib
melaksanakan prinsip-prinsip profesionalisme, efisiensi, transparansi, kemandirian, akuntabilitas, pertanggungjawaban, serta kewajaran.
55
Pengawasan BUMN dilakukan oleh Komisaris dan Dewan Pengawas. Komisaris dan Dewan Pengawas bertanggung jawab penuh atas pengawasan
BUMN untuk kepentingan dan tujuan BUMN sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 6 ayat 1 UU BUMN. Dalam melaksanakan tugasnya, Komisaris dan Dewan
Pengawas harus mematuhi Anggaran Dasar BUMN dan ketentuan peraturan perundang-undangan serta wajib melaksanakan prinsip-prinsip profesionalisme,
54
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang BUMN, Pasal 5 ayat 2.
55
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang BUMN, Pasal 5 ayat 3.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
efisiensi, transparansi, kemandirian, akuntabilitas, pertanggungjawaban, serta kewajaran, hal ini dinyatakan dalam Pasal 6 ayat3 UU BUMN.
Meskipun sistem pengelolaan atau manajemen lembaga tidak jauh berbeda dengan swasta, namun BUMN dapat dibedakan dengan badan hukum lainnya
sebagaimana dikemukakan di atas, BUMN memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
56
1. Seluruh atau sebahagian modalnya dimiliki oleh negara;
2. Melalui penyertaan secara langsung; dan
3. Berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan.
Selain itu BUMN juga memiliki hak untuk melaksanakan monopoli dalam melakukan kegiatan usaha ekonomi di Indonesia bersama-sama dengan koperasi,
sesuai dengan yang diatur dalam Undang-Undang No.5 Tahun 1999, hal ini disebabkan karena kedudukan BUMN yang berbeda dengan badan usaha
berbentuk badan hukum lainnya di Indonesia.
B. Kedudukan BUMN Dalam Perekonomian di Indonesia.