Dasar Pemberian Hak Monopoli Oleh Undang-Undang Kepada BUMN

4. Benteng pertahanan persaingan ekonomi global. Dalam kondisi globalisasi ekonomi dunia dan dalam mengatasi investasi asing yang sangat dominan dan swasta nasional tidak ada yang mampu, maka pemerintah dapat mengerahkan semua potensi yang ada, agar dominasi barang-barang impor tersebut bias disaingi, contoh : Prancis mendirikan BUMN dalam bidang elektronik dengan membeli perusahaan Thomson dan Nordmende, dalam rangka membendung dominasi barang elektronik Jepang, khususnya Prancis dan umumnya Eropa Barat. BUMN memiliki peran yang sangat strategis dalam sistem ekonomi kerakyatan. Walau pun sama-sama bergerak dalam sektor dunia usaha, peran BUMN dalam sistem ekonomi kerakyatan tidak dapat disamakan dengan perusahaan swasta. Peran BUMN dalam sistem ekonomi kerakyatan adalah sebagai instrumen bagi negara untuk menjamin pemanfaatan bumi, air, dan segala kekayaan yang terkandung di dalamnya, bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Dengan kedudukan seperti itu, peran BUMN dalam Sistem Ekonomi Kerakyatan dapat dikategorikan sebagai salah satu instrumen bagi negara dalam mewujudkan demokrasi ekonomi, yaitu untuk menjamin pengutamaan kemakmuran masyarakat di atas kemakmuran orang seorang. Jika koperasi adalah instrumen demokrasi ekonomi yang dimiliki oleh para anggotanya, maka BUMN adalah instrumen demokrasi ekonomi yang dimiliki seluruh rakyat Indonesia.

C. Dasar Pemberian Hak Monopoli Oleh Undang-Undang Kepada BUMN

Pancasila dan Pasal 33 UUD 1945, sebagaimana diketahui, yaitu sebagai landasan filosofis dan landasan konstitusional dalam terbentuknya suatu UNIVERSITAS SUMATERA UTARA demokrasi ekonomi. Dalam pelaksanaan demokrasi ekonomi ini, pemerintah hanya bersifat pasif yaitu sekedar memfasilitasi segala kebutuhan rakyat. Dalam hal memfasilitasi kebutuhan rakyat, pemerintah haruslah sejalan dengan ketentuan Pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945 dan Pancasila yaitu sila ke-lima dengan menganut asas kekeluargaan. Penjelasan Pasal 33 menyebutkan bahwa dalam Pasal 33 tercantum dasar demokrasi ekonomi, dan kemakmuran masyarakat-lah yang diutamakan, bukan kemakmuran orang perorangan. Selanjutnya dikatakan bahwa Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung dalam bumi adalah pokok-pokok kemakmuran rakyat. Sebab itu harus dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar- besarnya kemakmuran rakyat. Penafsiran dari kalimat dikuasai oleh negara dalam ayat 2 dan 3 tidak selalu dalam bentuk kepemilikan tetapi utamanya dalam bentuk kemampuan untuk melakukan kontrol dan pengaturan serta memberikan pengaruh agar perusahaan tetap berpegang pada asas kepentingan mayoritas masyarakat dan sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. 61 Secara tegas Pasal 33 33 Undang-Undang Dasar 1945 beserta penjelasannya, melarang adanya penguasaan sumber daya alam ditangan orang- perorangan, dimana yang diberikan hak kemampuan untuk melakukan control dan pengaturan maupun penguasaan hanyalah negara dan untuk kepentingan masyarakat banyak. Jadi dengan dasar demikian, Pasal 33 ayat 2 dan 3 Undang-Undang Dasar 1945 merupakan landasan diberlakukannya Pasal 51 61 Abdulkadir Muhamad, Hukum Perusahaan Indonesia Cetakan Revisi Ketiga Bandung; PT.Citra Aditya Bakti, 2006, hlm. 146. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 t yang memberikan perlakuan khusus kepada BUMN berupa pengecualian praktek monopoli. 62 Pengecualian ini disebabkan oleh komoditi barang dan jasa yang dimonopoli menguasai hajat hidup orang banyak, dilakukan oleh BUMN dan diatur oleh undang-undang. Dalam Hukum Persaingan, BUMN adalah salah satu subyek Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 sebagai pelaku usaha yang melakukan kegiatan ekonomi di wilayah hukum Indonesia. 63 Kegiatan BUMN yang cenderung berkaitan dengan kegiatan monopoli tentu saja harus berjalan sesuai dengan ketentuan undang-undang. Peran BUMN sudah meluas menjadi perencana, pelaku dan regulator. Hal ini terjadi karena setiap kegiatan BUMN tidak terlepas dari dua sisi kepentingan, yaitu kepentingan ekonomi dan politik. Negara memberikan hak monopoli melalui Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 kepada BUMN. Monopoli negara di Indonesia merupakan perintah UUD 1945 dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Monopoli negara dalam Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 berada di dalam kebijakan persaingan di mana liberalisasi ekonomi menjadi landasanya. Namun demikian monopoli negara memiliki syarat di antaranya ada batas waktu agar kebijakan monopoli bisa dievaluasi, ada lembaga yang mengawasi, dan ada rumusan yang jelas tentang kegiatan ekonomi yang menjadi hajat hidup orang banyak. Kebijakan ini berbeda dengan kebijakan monopoli di era sebelumnya yang banyak menimbulkan penyimpangan dan sumber terjadinya Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme KKN. 62 Ibid. 63 Ibid. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Menurut pendapat Tadjuddin Noer Said Komisioner Komisi Pengawas Persaingan Usaha “dalam Pasal 33 tercantum dasar demokrasi ekonomi, bahwa produksi dikerjakan oleh semua, untuk semua di bawah pimpinan atau pemilikan anggota-anggota masyarakat. Kemakmuran masyarakatlah yang diutamakan, bukan kemakmuran orang-seorang,”. 64 Dengan kata lain untuk melaksanakan demokrasi ekonomi yang bertujuan untuk menyelamatkan masyarakat banyak, perlulah sebuah perusahaan negara yang akan mengambil alih sektor-sektor produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak, agar tidak terjadi penguasaan oleh orang-perorangan untuk kepentingan orang- seorang, untuk itulah perusahaan negara yang sekarang berstatus BUMN diberi kewenangan untuk melakukan monopoli. Untuk kemakmuran rakyat, dibutuhkan suatu badan usaha milik pemerintah yang diberi kewenangan mengelola sumber daya alam yang ada untuk kemakmuran rakyat yakni BUMN. Hal ini dilakukan supaya sumber daya alam bisa memenuhi kebutuhan bangsa Indonesia dan bisa memenuhi kebutuhan ekspor secara maksimal. Apabila pengelolaan sumber daya alam sepenuhnya diserahkan kepada swasta, dikhawatirkan sumber daya alam tersebut akan dieksploitasi semata untuk kepentingan pribadi atau kelompok bisnis. Penguasaan sumber daya alam oleh BUMN tidak dianggap sebagai sebuah praktik monopoli, sebab penguasaan harus dinilai dalam arti luas. Berdasarkan putusan MK: 002 PUU– I2003 tanggal 21 Desember 2004, makna penguasaan mencakup ke pemilikan publik oleh kolektivitas rakyat atas sumber sumber kekayaan yang dimaksud. 65 64 Ibid . 65 Ibid. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Dalam hal ini kolektivitas rakyat akan memberikan mandat kepada negara untuk mengadakan kebijakan dan tindakan pengurusan, pengaturan, pengelolaan, dan pengawasan sumber daya alam untuk sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat. Diharapkan Sinergi BUMN tidak bermaksud untuk mematikan usaha lain. Justru sebaliknya, sinergi itu akan memberikan keuntungan, baik bagi BUMN dan pihak lainnya. Jika proses bisnis BUMN yang bersinergi tersebut memberi keuntungan buat BUMN, selanjutnya juga akan memberikan keuntungan pada masyarakat secara keseluruhan. Banyak yang mengeluhkan BUMN sebagai ‘sapi perahan’. Salah satu jalan keluar dari itu adalah menjauhkan BUMN dari intervensi politik atau memosisikan BUMN sebagai entitas bisnis yang terbebas dari anasir politik. Semua hukum dan peraturan perundangan yang mengatur tentang BUMN dapat dianggap sebagai kemauan politik political will pemerintah untuk menjadikan BUMN sebagai entitas bisnis murni. Sekarang, tinggal bagaimana membumikan rumusan kemauan politik itu menjadi nyata. 66 66 Sugiharto, Riant Nugroho dan Ricky S, Op.Cit, hlm. 85. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

BAB IV KETENTUAN PENGECUALIAN TERHADAP PRAKTEK MONOPOLI