34
6. Kemurnian reaktan
Impuritis yang terdapat pada minyak akan berpengaruh pada level konversi. Pada kondisi yang sama, konversi 67
84 dalam membentuk ester dengan menggunakan minyak tanaman sedangkan dengan menggunakan
minyak yang telah dimurnikan sebesar 94 97 .
7. Kandungan Asam Lemak bebas.
Jumlah kandungan asam lemak bebas hanya berpengaruh pada transesterifikasi dan memakai katalis basa akan menimbulkan reaksi samping
yaitu penyabunan. Asam lemak bebas lebih reaktif bereaksi dengan katalis basa menghasilkan sabun disbanding trigliserida dan reaksi berlangsung
secara nonreversible Yucel dan Tukay, 2003. Reaksi asam lemak bebas dengan katalis basa menghasilkan reaksi saponifikasi, hal ini menimbulkan
masalah baru pada tahap pemurnian biodiesel. 8.
Waktu reaksi Lamanya reaksi sangat mempengaruhi jumlah konversi trigliserida ke ester
metil, semakin lama reaksi berlangsung, maka metil ester yang dihasilkan semakin banyak. Hal ini bisa terjadi karena semakin banyak kesempatan
suatu katalis untuk bereaksi dengan minyak.
2.9 Kromatografi Gas
Dasar pemisahan secara kromatografi gas adalah penyebaran cuplikan diantara dua fase. Salah satu fase adalah fase diam yang permukaan nisbinya luas, dan fase
yang lain ialah gas yang melewati fase diam. Kromatografi gas adalah suatu cara untuk memisahkan senyawa atsiri dengan meneluskan arus gas melalui fase diam.
Bila fase diam berupa zat padat, disebut Kromatografi Zat Padat KGP. Ini didasarkan pada sifat penjerapan kemasan kolom untuk memisahkan cuplikan,
terutama cuplikan gas. Bila fase diam berupa zat cair, cara tadi disebut Kromatografi Gas Cair KGC. Fase cair disaputkan berupa lapisan tipis pada zat padat yang
lembam dan pemisahan didasarkan pada partisi cuplikan yang masuk ke dan keluar dari lapisan zat cair ini. Banyaknya macam fase cair yang dapat digunakan sampai
suhu 400
O
C mengakibatkan KGC merupakan bentuk kromatografi gas yang paling serba guna dan selektif. KGC digunakan untuk menganalisis gas, zat cair, dan zat
Universitas Sumatera Utara
35
padat. Pelarut akan menahan komponen secara selektif berdasarkan koefisien
distribusinya sehingga terbentuk sejumlah pita yang berlainan pada gas pembawa. Pita komponen ini meninggalkan kolom bersama aliran gas pembawa dan dicatat
sebagai fungsi waktu oleh detektor.
2.10 Persyaratan Kualitas Biodiesel.
Kualitas biodiesel yang dihasilkan suatu reaksi transesterifikasi, harus sesuai dengan persyaratan yang sudah dibuat. Dibawah ini adalah persyaratan kualitas
biodiesel Indonesia.
Tabel 2.11 Persyaratan kualitas biodiesel menurut SNI-04-7182-2006.
Parameter dan Satuannya Batas Nilai
Metode Uji Metode
Setara
Massa jenis pada 40
o
C, kgm
3
850 – 890 ASTM D 1298
ISO 3675 Viskositas kinematik pada 40
o
C, mm
2
s cSt 2,3 – 6,0
ASTM D 445 ISO 3104
Angka Setana min. 51
ASTM D 613 ISO 5165
Titik Nyala mangkok tertutup,
o
C min. 100
ASTM D 93 ISO 2710
Titik Kabut Cloud Point Titik Tuang Puor Point
o
C
o
C max. 18
max 18 ASTM D 2500
ASTMD 97 Korosi bilah tembaga 3 jam,50
o
C maks. no. 3
ASTM D 130 ISO 2160
Residu karbon,
berat, - dalam contoh asli
- dalam 10 ampas distilasi maks. 0,05
maks 0,03 ASTM D 4530
ISO 10370 Air dan sedimen,
vol. maks. 0,05
ASTM D 2709 -
Temperatur distilasi 90 ,
o
C maks. 360
ASTM D 1160 -
Abu tersulfatkan,
berat maks. 0,02
ASTM D 874 ISO 3987
Belerang, ppm
b mgkg maks. 100
ASTM D 5453 EN ISO 20884
Fosfor, ppm
b mgkg maks. 10
AOCS Ca 12-55 FBI-A05-03
Angka asam, mg
KOHg maks. 0,8
AOCS Cd 3-63 FBI-A01-03
Gliserol bebas,
berat maks. 0,02
AOCS Ca 14-56 FBI-A02-03
Gliserol total,
berat maks. 0,24
AOCS Ca 14-56 FBI-A02-03
Kadar ester alkil,
berat min. 96,5
dihitung FBI-A03-03
Angka iodium, g-I
2
100 g maks. 115
AOCS Cd 1-25 FBI-A04-03
Uji Halphen negatif
AOCS Cb 1-25 FBI-A06-03
Sumber: Soerawidjaja.T, 2006 berdasarkan angka penyabunan, angka asam, serta kadar gliserol total dan
gliserol bebas; rumus perhitungan dicantumkan dalam FBI-A03-03.
Universitas Sumatera Utara
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian