Latar Belakang Politik Identitas Etnis Di Indonesia Suatu Studi Terhadap Politik Identitas Etnis Tionghoa Di Kota Medan

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia sebagai negara multikultural yang didalamnya terdapat berbagai kehidupan manusia yang memiliki berbagai perbedaan baik dari agama, ras, bahasa, dan etnis. Selain dikenal sebagai negara multikuktural, Indonesia juga terkenal dengan negara multietnis 1 . Ada berbagai etnis yang tinggal dan menetap di Indonesia, sebagian besar merupakan etnis asli dan selebihnya adalah etnis pendatang. Beberapa etnis pendatang yang ada di Indonesia adalah etnis Tionghoa, etnis Arab, etnis India 2 . Politik identitas dapat menjadi bahan kajian yang menarik untuk ditelaah dengan keadaan yang ada di Indonesia. Politik identitas dapat diartikan sebagai tindakan politis untuk mengedepankan kepentingan-kepentingan dari anggota suatu kumpulan karena memiliki kesamaan identitas atau karakteristik, baik berbasiskan pada ras, etnisitas, gender, atau keagamaan 3 Dari berbagai etnis pendatang tersebut yang paling banyak terlihat membaur dalam struktur masyarakat Indonesia adalah etnis Tionghoa. Menurut Leo Suryadinata, jumlah penduduk Indonesia Tionghoa naik sekitar 1,45 sampai 2,04 setiap tahun . 4 1 Marifah, Yusfirlana Nuri dan Warsono. 2014. “Orientasi Politik Politisi Etnis Cina”. Kajian Moral dan Kewarganegaraan. Nomor 2 Volume 1 Tahun 2014, hal. 143 2 Koentjaraningrat. 2002. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta : PT. Rineka Cipta, hal. 304 3 Triyono Lukmantoro. 2008. Kematian Politik Ruang. Jakarta : Kompas, hal. 2 4 Leo Suryadinata. 2010. Etnis Tionghoa dan Nasionalisme Indonesia. Jakarta : Kompas, hal. 5 . Walaupun Indonesia negara multietnis namun sikap prejudice terhadap etnis Tionghoa, masih berlangsung sampai saat ini. Pada masa orde lama dan orde baru, kekuatan etnis Tionghoa ini sering termarginalkan secara politik. Mereka tidak mempunyai wadah khusus untuk meyalurkan aspirasi politik mereka yang mengakibatkan terjadinya perubahan identitas etnis Tionghoa 5 Jika dilihat dari sejarah etnis Tionghoa di Indonesia secara keseluruhan, kehidupan etnis Tionghoa mengalami pasang surut yang diakibatkan oleh kondisi sosial politik dalam dan luar negeri Indonesia. Sejarah bangsa Indonesia, selalu menjadikan etnis Tionghoa pada posisi yang tidak menentu, dan cenderung menjadi korban atas situasi sosial politik Indonesia yang selalu bergejolak. Hegemoni negara maupun dominasi etnis mayoritas atas etnis Tionghoa demikian kuatnya, yang menyebabkan etnis Tionghoa selalu dihadapkan pada kondisi-kondisi yang sulit yang mempengaruhi eksistensinya sebagai sebuah etnis . Bahkan, dalam urusan birokrasi, mereka sering mendapat perlakuan diskriminatif. Fenomena perubahan identitas ini terlihat pada identitas etnis Tionghoa di Indonesia. 6 . Baru pada masa reformasi, timbul usaha yang mulai dirintis pada masa pemerintahan Gus Dur dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Satu hal yang tidak dapat dipungkiri: Ia menghapus Inpres no.14 tahun 1967 dan menggantinya dengan Keppres no. 6 tahun 2000. Perayaan tahun baru Imlek, Barongsai, Cap Gomeh, Festival Peh Cun dan tradisi berperahu dikali Cisadane kembali mewarnai dinamika kota-kota besar di Indonesia. Untuk pertama kalinya setelah 32 tahun, perayaan Imlek dapat dilakukan dengan terbuka dan sah, tanpa harus sembunyi-sembunyi 7 Pada dasarnya, sejak reformasi bergulir, terdapat lima kelompok politik utama dalam masyarakat Tionghoa. Mereka adalah: 1 yang merasa perlu menonjolkan identitas dalam berpolitik, dengan mendirikan partai Tionghoa, 2 yang merasa perlu memperjuangkan platform persamaan hak dalam sebuah partai politik, misalnya dengan mendirikan partai Bhineka Tunggal Ika, 3 kelompok yang menginginkan sebuah forum yang memberikan tekanan terhadap . 5 Choirul Mahfud. 2013. Manifesto Politik Tionghoa di Indonesia.Yogyakarta: Pustaka Pelajar, hal. 160 6 Ibid., hal. 155 7 Dr. Yusiu Liem. 2000. Prasangka Terhadap Etnis Cina. Jakarta: Djambatan, hal. x pemerintah untuk membela hak-hak mereka, 4 mereka yang membentuk paguyuban, kelompok atau organisasi massa karena rasa senasib dan sepenanggungan, 5 mereka yang bergabung ke dalam partai-partai nasionalis, partai-partai Islam dan partai-partai Kristen yang ada dan bersedia menerima mereka 8 Organisasi-organisasi Tionghoa di Indonesia juga banyak memperjuangkan aspirasi dan mengawal kepentingan warga Tionghoa. Dari sini dapat dilihat bahwa komunitas Tionghoa tetap harus memiliki wadah politik efektif untuk membela hak dan memenuhi kewajibannya sebagai Warga Negara Indonesia berbentuk hilangnya semua UU yang bersifat diskriminatif terhadap komunitas Tionghoa dan dimungkinkannya Multiculturalism berkembang sebagai kebiasaan hidup sehari-hari di Indonesia dengan adanya partai dan organisasi ini . 9 . Dan keterlibatan ini harus merupakan bagian arus induk. Organisasi ini tetap mempertahankan identitas etnisnya 10 Jumlah orang Cina-Indonesia yang mengikuti pemilihan anggota legislatif DPRD Dewan Perwakilan Rakyat Daerah atau Pilkada Pemilihan kepada daerah, meningkat. Sejarah Indonesia telah mencatat bahwa partisipasi dan peran aktif warga Tionghoa dalam dinamika sosial, politik dan kultural di kawasan Medan kian membaik sejak Reformasi. Terlihat dari kebebasan yang diberi pemerintah dalam segala aspek politik ataupun segala kegiatan Pemilu dan ekonomi. Seiring desentralisasi dan peningkatan signifikansi politik lokal, partisipasi politik komunitas Tionghoa di daerah dengan distribusi komunitas Tionghoa yang cukup besar bisa menjadi studi kasus yang menarik. Tantangan terbesar adalah sejauh mana kader politik Tionghoa bisa secara lintas etnis menyerap aspirasi lokal dan turut serta dalam proses problem- . 8 Juliastutik. 2010. “Perilaku Elit Politik Etnis Tionghoa Pasca Reformasi”. Humanity. Volume 6 No. 1 Tahun 2010, hal. 46-47. 9 http:id.inti.or.idspecialnews10tahun2007bulan04tanggal21id248 Diakses pada tanggal 11 Desember 2014 pada pukul 14:29 WIB 10 Juliastutik, Loc.cit., hal. 48 solving di lingkungan mereka melalui jalur politik lokal partai politik, DPR-D, DPD, maupun LSM. 11 Kota Medan sendiri merupakan salah satu Kota dengan populasi etnis Tionghoa yang berjumlah besar. Tionghoa yang dari dulu sudah menempati Medan sejak masa perdagangan ketika zaman penjajahan menjadi suku terbanyak ketiga. Presentasi jumlah penduduk Medan dari suku Tionghoa yakni sebanyak 11 12 . Revitalisasi atas peran warga etnis Tionghoa di era Reformasi sekarang ini semakin mendapat momentumnya setelah sejumlah tokoh Tionghoa terpilih sebagai menteri kabinet dan sebagian lainnya terpilih menjadi wakil rakyat di DPR-RI maupun DPRD. Bahkan Pemilukada kota Medan yang berlangsung pada tahun 2010, telah menjadi wahana bagi warga suku Tionghoa untuk melakukan perubahan baik dalam bidang sosial maupun politik. Melalui keikutsertaan dr. Sofyan Tan, seorang tokoh masyarakat Tionghoa di kota ini, Pemilukada kota Medan yang berlangsung 12 Mei 2010 telah menjadi momentum bagi etnis Tionghoa menunjukkan peran dan keberadaannya sebagai bagian integral dalam kehidupan warga kota Medan. Dan pada pemilihan legislatif 2014 semakin banyak warga Tionghoa yang ikut mencalonkan diri sebagai anggota legislatif baik pusat maupun daerah 13 Bila dilacak dari sejarah Indonesia, politik identitas yang muncul cenderung bermuatan etnisitas, agama dan ideologi politik. Terkait dengan kondisi bangsa Indonesia yang multikulturalisme, maka politik identitas dapat menjadi bahan kajian yang menarik untuk ditelaah. Menguatnya gejala politik identitas terutama akhir-akhir ini, lebih banyak dipengaruhi . 11 Tjhin, Christine Susanna. 2005. “Reflection on the Identity of the Chinese Indonesians”. CSIS Working Paper Series 12 http:www.ceritamedan.com201309mengenal-suku-di-medan.html Diakses pada tanggal 14 Januari 2015 pada pukul 20:20 WIB 13 http:sumatra.bisnis.commread20140323150068warga-tionghoa-di-sumut-semakin-banyak-yang-terjun-ke- politik Diakses pada tanggal 28 Desember 2014 pada pukul 20:08 WIB kepentingan politik praktis. Dari deskripsi di atas maka timbul masalah mengenai etnis Tionghoa yang ada di Indonesia khususnya di Kota Medan yaitu Bagaimana politik identitas etnis Tionghoa di Kota Medan.

1.2 Tinjauan Pustaka