15
2. Untuk menguraikan hal-hal yang diakui dan untuk memberikan
pengukuran yang bermanfaat bagi hal-hal tersebut. 3.
Untuk memberikan informasi yang akan membantu investor dan kreditor menilai resiko dan potensial dari hal-hal yang diakui dan tidak diakui.
4. Untuk menyediakan informasi yang penting yang memungkinkan para
pengguna laporan keuangan untuk melakukan perbandingan dalam satu tahun dan di antara beberapa tahun.
5. Untuk memberikan informasi mengenai arus kas masuk atau keluar di
masa depan. 6.
Untuk membantu para investor menilai pengembalian dari investasi mereka.
2.1.4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Informasi
Sosial
Dalam penelitian ini karakteristik perusahaan yang mempengaruhi pengungkapan informasi sosial diproksikan dalam ukuran dewan komisaris,
financial leverage, ukuran perusahaan, profitabilitas dan umur perusahaan. 1.
Ukuran Dewan Komisaris Ukuran dewan komisaris adalah jumlah anggota dewan komisaris.
Berkaitan dengan ukuran dewan komisaris, Coller dan Gregory 1999 dalam Sitepu 2008 menyatakan bahwa “semakin besar jumlah anggota
dewan komisaris, maka akan semakin mudah untuk mengendalikan CEO dan monitoring yang dilakukan akan semakin efektif. Dikaitkan dengan
16
pengungkapan tanggung jawab sosial, maka tekanan terhadap manajemen juga akan semakin besar untuk mengungkapkannya”.
Dewan komisaris merupakan wakil shareholder dalam entitas bisnis yang berbadan hukum Perseroan Terbatas PT yang berfungsi mengawasi
pengelolaan perusahaan yang dilaksanakan oleh manajemen direksi, dan bertanggung-jawab untuk menentukan apakah manajemen memenuhi
tanggung jawab mereka dalam mengembangkan dan menyelenggarakan pengendalian intern perusahaan Mulyadi, 2002.
Dengan wewenang yang dimiliki, dewan komisaris dapat memberikan pengaruh yang cukup kuat untuk menekan manajemen agar mengungkapkan
informasi Sosial lebih banyak, sehingga dapat dijelaskan bahwa perusahaan yang memiliki ukuran dewan komisaris yang lebih besar akan lebih banyak
mengungkapkan sosial . Sebagai wakil dari prinsipal di dalam perusahaan, dewan komisaris dapat mempengaruhi luasnya pengungkapan tanggung
jawab sosial, karena dewan komisaris merupakan pelaksana tertinggi didalam entitas. Dengan mengungkapkan tanggung jawab sosial perusahaan, maka
image perusahaan akan semakin baik Gray et al., 1988 dalam Marzully 2012
2. Financial Leverage
Leverage adalah perbandingan antara dana-dana yang dipakai untuk membelanjai perusahaan atau perbandingan antara dana yang diperoleh dari
ekstern perusahaan dari kreditur-kreditur dengan dana yang disediakan pemilik perusahaan Makmun, 2002 dalam Felicia dan Supatmi 2011.
17
“Rasio leverage merupakan proporsi total utang terhadap ekuitas pemegang saham. Rasio tersebut digunakan untuk memberikan gambaran
mengenai struktur modal yang dimiliki perusahaan, sehingga dapat dilihat tingkat resiko tak tertagihnya suatu utang” Sitepu, 2008. Financial Leverage
digunakan untuk melihat kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya terhadap pihak lain.
Semakin tinggi financial leverage, kemungkinan akan membuat perusahaan mengalami pelanggaran terhadap kontrak utang, maka manajer
akan berusaha untuk melaporkan laba sekarang lebih besar dibandingkan laba di masa depan. Menurut Belkaoui Karpik 1989, “dengan semakin tinggi
financial leverage rasio utangekuitas semakin besar kemungkinan perusahaan akan melanggar perjanjian kredit sehingga perusahaan akan
berusaha untuk melaporkan laba sekarang lebih tinggi”. Supaya laba yang dilaporkan tinggi maka manajer harus mengurangi biaya-biaya termasuk
biaya untuk mengungkapkan informasi sosial. 3.
Ukuran perusahaan Ukuran perusahaan dapat diartikan sebagai suatu skala dimana dapat
diklasifikasikan bersar kecil perusahaan dengan berbagai cara antara lain dinyatakan dalam total aktiva, nilai pasar saham dan lain-lain.
Ukuran perusahaan merupakan variabel yang banyak digunakan untuk menjelaskan pengungkapan sosial yang dilakukan perusahaan dalam laporan
tahunan. Perusahaan yang lebih besar mungkin akan memiliki lebih banyak pemegang saham, berarti juga memerlukan lebih banyak pengungkapan yang
18
dikarenakan tuntutan dari para pemegang saham dan para analis pasar modal Gunawan, 2000.
Jensen dan Meckling 1976, dalam agency theory menyatakan bahwa perusahaan besar memiliki biaya keagenan yang lebih besar daripada
perusahaan kecil, sehingga konsekuensinya, perusahaan besar didorong untuk mengungkapkan lebih banyak tentang informasi voluntary, seperti intellectual
capital, untuk mengurangi biaya keagenan yang dikeluarkan. Ukuran perusahaan yang besar menunjukkan perusahaan mengalami
perkembangan sehingga investor akan merespon positif dan nilai perusahaan akan meningkat Sujoko dan Soebiantoro, 2007 dalam Felicia dan Supatmi,
di samping itu juga mendapat sorotan publik yang lebih disbanding perusahan kecil Cooke, 1992, sehingga perusahaan besar dimungkinkan lebih banyak
memiliki intellectual capital dan akan lebih banyak mengungkapkan informasi mengenai intellectual capital di dalam laporan tahunan.
Menurut Marpaung 2009, “secara umum perusahaan besar akan mengungkapkan informasi lebih banyak daripada perusahaan kecil. Hal ini
karena perusahaan besar akan menghadapi resiko politis yang lebih besar dibanding perusahaan kecil”. Perusahaan besar pasti akan menghadapi
persaingan ketat dari perusahaan besar lainnya. Hal tersebut menekan perusahaan untuk menghasilkan produk yang lebih berkualitas, inovatif, dan
sesuai dengan kebutuhan konsumen. Selain itu, untuk mendukung peningkatan produk tersebut perusahaan juga harus meningkatkan
19
tanggungjawab sosialnya agar kepercayaan masyarakat terhadap perusahaan tetap terjaga.
Ukuran perusahaan ikut menentukan tingkat kepercayaan investor. Semakin besar perusahaan, semakin dikenal masyarakat yang berarti semakin
mudah untuk mendapatkan informasi mengenai perusahaan, karena perusahaan yang berukuran lebih besar cenderung mendapat pengawasan dari
masyarakat dan memiliki public demand akan informasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan kecil sehingga akan mengungkapkan lebih
banyak informasi. Kemudahan dalam mendapatkan informasi akan meningkatkan kepercayaan investor dan mengurangi faktor ketidakpastian.
4. Profitabilitas
Menurut Marpaung 2009 “profitabilitas yaitu mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba”. Ada beberapa cara yang dapat
digunakan untuk menghitung rasio profitabilitas, antara lain rasio margin laba kotor; rasio margin laba bersih; rasio pengembalian aktiva; rasio
pengembalian atas ekuitas; earning per share ; basic earning power ; contribution margin ; dan productivity ratio.
Hackston Milne 1996 menemukan tidak ada hubungan yang signifikan antara tingkat profitabilitas dengan pengungkapan informasi sosial,
sedangkan Belkaoui Karpik 1989 mengatakan bahwa dengan kepeduliannya terhadap masyarakat sosial manajemen menghendaki untuk
membuat perusahaan menjadi profitable. Apabila perusahaan semakin menunjukkan kepeduliannya kepada masyarakat kemungkinan kepercayaan
20
masyarakat terhadap perusahaan akan semakin meningkat. Oleh sebab itu, masyarakat yang menjadi konsumen yang akan membeli maupun
menggunakan produk yang dihasilkan perusahaan menjadi lebih percaya kepada perusahaan sehingga dapat meningkatkan laba perusahaan apabila
konsumen juga bertambah. Menurut Sembiring 2005 dalam Sirait 2011:
Penelitian ilmiah terhadap hubungan profitabilitas dan pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan memperlihatkan hasil yang sangat
beragam. Akan tetapi Donovan dan Gibson 2000 menyatakan bahwa berdasarkan teori legitimasi, salah satu argumen dalam hubungan antara
profitabilitas dan tingkat pengungkapan tanggung jawab social adalah bahwa ketika perusahaan memiliki tingkat laba yang tinggi, perusahaan
manajemen menganggap tidak perlu melaporkan hal-hal yang dapat mengganggu informasi tentang sukses keuangan perusahaan. Sebaliknya,
pada saat tingkat profitabilitas rendah, mereka berharap para pengguna laporan akan membaca ”good news” kinerja perusahaan, misalnya dalam
lingkup sosial, dan dengan demikian investor akan tetap berinvestasi di perusahaan tersebut. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
profitabilitas mempunyai hubungan yang negatif terhadap tingkat pengungkapan tanggung jawab social perusahaan.
5. Umur perusahaan
Widiastuti 2002 dalam Felicia dan Supatmi 2011 menyatakan bahwa umur perusahaan dapat menunjukkan bahwa perusahaan tetap eksis dan
mampu bersaing. Umur perusahaan yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah lamanya perusahaan mulai listing first issue di Bursa Efek Indonesia
BEI hingga tahun terjadi penelitian. Menurut Marwata 2001, perusahaan yang berumur lebih tua memiliki
pengetahuan yang lebih mendalam tentang kebutuhan konstituennya akan
21
informasi mengenai perusahaan. Oleh karena itu, older firms akan cenderung mengungkapkan informasi yang lebih lengkap, termasuk intellectual capital
disclosure, karena pengungkapan informasi yang rinci dapat memberikan nilai tambah bagi perusahaan sehingga dapat menarik perhatian masyarakat
luas. Namun sebaliknya, menurut Barnes dan Walker, 2006 dalam Felicia dan Supatmi, 2011 perusahaan yang umur listing-nya di bursa efek lebih
muda akan berupaya untuk mendapatkan tambahan modal dengan semakin banyak mengungkapkan informasi perusahaan termasuk intellectual capital.
Pernyataan ini membuktikan bahwa salah satu manfaat yang didapatkan dari mengungkapkan informasi intellectual capital adalah biaya modal yang
rendah. Penelitian Suhardjanto dan Wardhani 2009 menyatakan bahwa umur
perusahaan bukanlah merupakan variabel prediktor yang baik dalam pengungkapan intellectual capital. Begitu juga dengan penelitian Amalia
2005, yang menyatakan bahwa umur perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap luas pengungkapan informasi sukarela yang dilakukan.
Namun penelitian Susanto dalam Amalia, 2005 terhadap 98 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta tahun 1990 menemukan bahwa umur
perusahaan berpengaruh signifikan terhadap luas pengungkapan informasi sukarela yang dilakukan.
22
2.2. Penelitian Terdahulu