Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengungkapan Informasi Sosial (Social Information Disclosure) Dalam Laporan Tahunan Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (Bei)

(1)

PROPOSAL SKRIPSI

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGUNGKAPAN INFORMASI SOSIAL (SOCIAl

INFORMATION DISCLOSURE) DALAM LAPORAN TAHUNAN PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI

BURSA EFEK INDONESIA (BEI)

OLEH :

MAHMUDAN ZULFIKAR SIREGAR 130522090

PROGRAM STUDI STRATA 1 AKUNTANSI DEPARTEMEN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(2)

PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGUNGKAPAN INFORMASI SOSIAL (SOCIAL

INFORMATION DISCLOSURE) DALAM LAPORAN TAHUNAN

PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)” adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang disusun sebagai tugas akademik guna menyelesaikan akademik pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

Bagian atau data yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga, atau yang saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin dan dituliskan sumbernya secara jelas sesuai norma, kaidah dan penulisan etika ilmiah.

Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam skripsi saya, saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan yang berlaku.

Medan, Oktober 2015 Yang membuat pernyataan,

Mahmudan Zulfikar Siregar NIM : 130522090


(3)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah pengaruh dewan komisaris, financial leverage, ukuran perusahaan dan profitabilitas terhadap pengungkapan informasi sosial pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, data yang digunakan berupa tahunan yang berjumlah 25 perusahaan perbankan selama periode 2011-2013 di BEI. Pemilihan sampel dilakukan dengan mengunakan metode purposive

sampling. Proses analisis data yang dilakukan terlebih dahulu adalah uji asumsi

klasik dan selanjutnya dilakukan pengujian hipotesis. Metode statistik yang digunakan adalah dengan regresi linear berganda.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa ukuran komisaris dan profitabilitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap pengungkapan informasi sosial, sedangkan financial leverage dan umur perusahaan berpengaruh positif dan tidak signifikan, namun ukuran perusahaan berpengaruh negative dan tidak signifikan terhadap pengungkapan informasi sosial.

Kata Kunci: Pengungkapan Informasi Sosial, Ukuran Dewan Komisaris, Financial Leverage, Ukuran Perusahaan, profitabilitas, Umur Perusahaan.


(4)

ABSTRACT

This study aims to determine whether the effect of the commissioners, financial leverage, firm size and profitability on the disclosure of social information on banking companies listed on the Stock Exchange. This research is quantitative, the data used in the form of annual amounts to 25 banking companies during 2011-2013 in BEI. Sample selection is done by using purposive sampling method. The process of data analysis done first is the classic assumption test before hypothesis test. The statistical method used was the multiple linear regression.

Results from this study indicate that the size of the commissioner and the profitability of positive and significant impact on the disclosure of social information, while financial leverage and firm age and not significant positive effect, but the size of the company and no significant negative effect on the disclosure of social information.

Keywords : Social Information Disclosure, Size Of The Commissioner, Financial Leverage , Size Company, Profitability, Firm Age.


(5)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, serta nikmat yang tak terhingga baik nikmat kesehatan, keselamatan dan terutama nikmat waktu serta kesempatan , sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan baik. Shalawat dan salam penulis sampaikan kehariban junjungan nabi besar Muhammad SAW, yang dengan tuntunannya telah membawa manusia kealam kebenaran yang penulis harapkan syafaatnya di hari akhir kelak, Amin.

Skripsi ini dibuat oleh penulis dengan tujuan untuk melengkapi salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan pada program Studi Strata 1 Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Dalam rangka memenuhi tujuan tersebut, maka penulis menyusun Skripsi ini dengan judul: “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Informasi Sosial (Social Information Disclosure) Dalam Laporan Tahunan Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).”

Dalam penyelesaian Skripsi ini penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak, baik itu berupa saran maupun bimbingan. Melalui lembaran ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :


(6)

1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec, Acc. Ak, CA selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS, Ak selaku ketua Departemen Akuntansi dan Bapak Hotmal Ja’far, MM, Ak selaku sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak selaku Ketua Program Studi S-1 Akuntansi dan Ibu Dra. Mutia Ismail, MM, Ak selaku sekretaris program Studi S-1 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Univeritas Sumatera Utara.

4. Ibu Dra. Nurzaimah, MM, Ak, CA selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan, arahan dan koreksi dalam proses penyelesaian skripsi sehingga dapat diselesaikan dengan baik dan tidak lupa kepada Bapak Drs. Rustam, M.Si, Ak, CA selaku dosen penguji dan Bapak Drs. M. Utama, MM, Ak selaku dosen pembanding yang telah membantu penulis dalam memberikan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini.

5. Teristimewa kepada kedua orang tua tercinta Ayahanda Hadomuan Siregar dan Ibunda Samsiah Harahap, dan juga ketiga Saudara/i saya Rizky Dwi Putra Siregar, Fauji Azwar Siregar dan Hadra Annisa Siregar memberikan segalanya kepada saya mulai dari kasih sayang, perhatian, pengorbanan serta dorongan semangat sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara 6. Semua teman seperjuangan di Program Studi S-1 akuntansi Ekstensi

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara yaitu Ardi, Healthy, Sofyan, Rahman, Mario, Lesmarto, Parasian, Indah, Andre, Alwi, Ridho serta semua teman yang tidak dapat disebutkan satu per satu, terima kasih aras segala dukungan dan bantuan yang telah diberikan selama ini.

Penulis menyadari bahwa Skripsi ini belum sempurna dan masih banyak kekurangan. Untuk itu penulis memohon maaf atas kesalahan dan kekurangan


(7)

yang terdapat di dalamnya dan semoga Skripsi ini dapat memberikan manfaat kepada pembacanya.

Medan, Oktober 2015 Penulis,

Mahmudan Zulfikar Siregar NIM : 130522090


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 5

1.3. Tujuan Penelitian ... 5

1.4. Manfaat penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teoritis ... 7

2.1.1. Bank ... 7

2.1.2. Tanggung Jawab Sosial ... 9

2.1.3. Pengungkapan Informasi Sosial ... 12

2.1.4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Informasi Sosial ... 15

2.2. Penelitian Terdahulu ... 22

2.3. Kerangka Konseptual ... 24

2.4. Hipotesis ... 27

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian ... 29

3.2. Populasi dan Sampel ... 29

3.2.1. Populasi ... 29

3.2.2. Sampel ... 30

3.3. Jenis dan Sumber Data ... 32

3.3.1. Jenis Data ... 32

3.3.2. Sumber Data ... 32

3.4. Teknik Pengumpulan Data ... 33

3.5. Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel Penelitian ... 33

3.5.1. Variabel Dependen (Y) ... 33

3.5.2. Variabel Independen (X) ... 34

3.5.2.1. Ukuran Dewan Komisaris (X1) ... 34

3.5.2.2. Financial Leverage (X2) ... 34

3.5.2.3. Ukuran Perusahaan (X3) ... 35

3.5.2.4. Profitabilitas (X4) ... 35


(9)

3.6. Metode Analisis Data ... 37

3.6.1. Teknik Analisis Deskrptif ... 37

3.6.2. Uji Asumsi Klasik ... 37

3.6.2.1. Uji Normalitas ... 37

3.6.2.2. Uji Multikolinieritas ... 38

3.6.2.3. Uji Heterokedastisitas ... 39

3.6.2.4. Uji Autokolerasi ... 40

3.6.3. Uji Hipotesis Penelitian ... 40

3.6.3.1. Analisis Regresi Berganda ... 40

3.6.3.2. Uji Statistik F ... 41

3.6.3.3. Uji Statistik T ... 42

3.6.3.4. Uji Koefisien Determinasi ... 43

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN 4.1. Deskripsi Objek Penelitian ... 44

4.2. Analisis Statistik Deskriftif ... 44

4.3. Uji Asumsi Klasik ... 46

4.3.1. Uji Normalitas ... 46

4.3.2. Uji Multikolinieritas ... 49

4.3.3. Uji Heteroskedastisitas ... 50

4.3.4. Uji Autokelerasi ... 52

4.4. Uji Hipotesis Penelitian ... 52

4.4.1. Analisis Regresi Berganda ... 52

4.4.2. Uji Statistif F ... 55

4.4.3. Uji Statistik T ... 56

4.4.4. Uji Koefisien Determinasi ... 59

4.5. Pembahasan Hasil Penelitian ... 60

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 64

5.2. Keterbatasan Penelitian ... 65

5.3. Saran ... 66

DAFTAR PUSTAKA ... 67


(10)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1. Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 22

Tabel 3.1. Daftar Populasi dan Sampel ... 31

Tabel 3.2. Defenisi dan Pengukuran Sampel ... 36

Tabel 4.1. Statistik Deskriptif ... 45

Tabel 4.2. One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test ... 48

Tabel 4.3. Hasil Uji Multikolineritas ... 49

Tabel 4.4. Hasil Uji Autokorelasi ... 52

Tabel 4.5. Hasil Analisis Regresi Berganda ... 53

Tabel 4.6. Uji Statistik F ... 55

Tabel 4.7. Uji Statistik T ... 57


(11)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1. Kerangka Konseptual ... 25

Gambar 4.1. Grafik Histogram ... 46

Gambar 4.2. Grafik PP Plot ... 47


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Populasi dan Sampel Penelitian ... 70

Lampiran 2 Data Penghitungan Indeks Pengunkapan Informasi Sosial ... 71

Lampiran 3 Data Ukuran Dewan Komisaris ... 74

Lampiran 4 Data Financial Leverage ... 75

Lampiran 5 Data Ukuran Perusahaan ... 76

Lampiran 6 Data Profitabilitas ... 77

Lampiran 7 Data Umur Perusahaan ... 78

Lampiran 8 Hasil Uji Statsitik Deskriptif ... 79

Lampiran 9 Hasil Uji Normalitas ... 79

Lampiran 10 Hasil Uji Multikolinieritas ... 81

Lampiran 11 Hasil Uji heteroskedastisitas ... 81

Lampiran 12 Hasil Uji Autokolerasi ... 82

Lampiran 13 Hasil Uji Statistik F ... 82


(13)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah pengaruh dewan komisaris, financial leverage, ukuran perusahaan dan profitabilitas terhadap pengungkapan informasi sosial pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, data yang digunakan berupa tahunan yang berjumlah 25 perusahaan perbankan selama periode 2011-2013 di BEI. Pemilihan sampel dilakukan dengan mengunakan metode purposive

sampling. Proses analisis data yang dilakukan terlebih dahulu adalah uji asumsi

klasik dan selanjutnya dilakukan pengujian hipotesis. Metode statistik yang digunakan adalah dengan regresi linear berganda.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa ukuran komisaris dan profitabilitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap pengungkapan informasi sosial, sedangkan financial leverage dan umur perusahaan berpengaruh positif dan tidak signifikan, namun ukuran perusahaan berpengaruh negative dan tidak signifikan terhadap pengungkapan informasi sosial.

Kata Kunci: Pengungkapan Informasi Sosial, Ukuran Dewan Komisaris, Financial Leverage, Ukuran Perusahaan, profitabilitas, Umur Perusahaan.


(14)

ABSTRACT

This study aims to determine whether the effect of the commissioners, financial leverage, firm size and profitability on the disclosure of social information on banking companies listed on the Stock Exchange. This research is quantitative, the data used in the form of annual amounts to 25 banking companies during 2011-2013 in BEI. Sample selection is done by using purposive sampling method. The process of data analysis done first is the classic assumption test before hypothesis test. The statistical method used was the multiple linear regression.

Results from this study indicate that the size of the commissioner and the profitability of positive and significant impact on the disclosure of social information, while financial leverage and firm age and not significant positive effect, but the size of the company and no significant negative effect on the disclosure of social information.

Keywords : Social Information Disclosure, Size Of The Commissioner, Financial Leverage , Size Company, Profitability, Firm Age.


(15)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Perkembangan akuntansi dewasa ini telah menyebabkan penggunaan pelaporan akuntansi sebagai alat pertanggungjawaban kepada pemilik modal yang mengakibatkan orientasi perusahaan lebih berpihak kepada pemilik modal. Hal tersebut mengakibatkan perusahaan melakukan eksploitasi secara tidak terkendali terhadap sumber daya alam dan masyarakat (sosial) sehingga mengakibatkan kerusakan lingkungan dan akhirnya mengganggu kehidupan manusia.

Perusahaan memiliki lingkungan internal dan eksternal. Lingkungan internal perusahaan adalah pihak-pihak seperti karyawan dan manajer sedangkan yang termasuk lingkungan eksternal perusahaan seperti investor, kreditur dan masyarakat. Setiap aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan dapat memberikan dampak yang positif dan negatif bagi lingkungan internal perusahaan maupun lingkungan eksternal perusahaan. Aktivitas perusahaan diungkapkan dalam laporan keuangan. Tetapi, sering kali aktivitas yang berdampak positif diungkapkan dalam laporan keuangan dari pada aktivitas yang berdampak negative terhadap lingkungan baik internal maupun eksternal perusahaan.

Sejak tahun 2007, laporan keuangan yang dikeluarkan oleh perusahaan perbankan menampilkan pengungkapan aktivitas sosial perusahaan yang telah dilakukan. Walaupan demikian, luas lingkup dan ke dalaman pengungkapan social yang dimuat perusahaan berbeda-beda. Luas pengungkapan tanggungjawab sosial


(16)

adalah item-item pengungkapan sosial yang dimuat perusahaan dalam laporan tahunan.

Laporan keuangan merupakan suatu alat yang digunakan oleh manajemen untuk melakukan pertanggungjawaban kinerja ekonomi perusahaan kepada investor, kreditur dan pemerintah. Laporan keuangan dapat dikelompokkan dalam pengungkapan yang sifatnya wajib (mandatory disclosure) dan pengungkapan yang sifatnya sukarela (voluntary disclosure), pengungkapan wajib merupakan ketentuan yang harus diikuti oleh setiap perusahaan atau institusi yang berisi tentang hal-hal yang harus dicantumkan dalam laporan keuangan menurut standar yang berlaku. Sedangkan pengungkapan yang bersifat sukarela ini tidak diisyaratkan oleh standar, tetapi dianjurkan dan akan memberikan menjadi nilai tambah bagi perusahaan yang melakukannya.

Pada akuntansi konvensional (mainstream accounting), perusahaan bertanggung jawab hanya kepada pemilik modal (investor dan kreditur), sedangkan pihak-pihak, seperti karyawan, masyarakat, dan konsumen cenderung diabaikan. Tentu hal itu sangat merugikan mereka karena setiap aktivitas yang dilakukan perusahaan memiliki dampak. Dewasa ini, perusahaan dituntut untuk mementingkan karyawan, konsumen serta masyarakat, tetapi tidak meninggalkan kepentingan manajemen dan pemilik modal.

Dalam akuntansi konvensional juga, informasi dalam laporan keuangan merupakan hasil transaksi yang merupakan pertukaran barang dan jasa antara dua atau lebih entitas ekonomi, seangkan pertukaran antara perusahaan dengan lingkungan sosial menjadi cenderung diabaikan. Hal ini mengakibatkan informasi


(17)

yang diterima pengguna laporan keuangan menjadi kurang lengkap, terutama mengenai hal-hal yang berhubungan dengan tanggungjawab sosial perusahaan. Sampai saat ini belum ada standar atau panduan yang berterima umum mengenai praktek akuntansi sosial, sehingga informasi yang dihasilkan antara perusahaan menjadi beragam.

Pada saat semakin berkembangnya teknologi dan informasi, masyarakat bersikap lebih kritis terhadap kegiatan perusahaan termasuk tanggung jawab sosial perusahaan. Perusahaan dituntut untuk memberikan informasi yang transparan, tata kelola perusahaan yang bagus (good corporate governance) memaksa perusahaan untuk memberikan informasi mengenai aktivitas sosialnya. Tuntutan masyarakat adalah untuk mengetahui sudah sejauh mana tanggungjawab sosial telah dijalankan oleh perusahaan sehingga masyarakat merasa aman dan tentram dalam menggunakan produk – produk yang diproduksi perusahaan tersebut.

Standar akuntansi keuangan di Indonesia belum mewajibkan perusahaan mengungkapkan informasi sosial. Salah satu informasi sosial yang sering diungkapkan perusahaan adalah informasi tentang tanggung jawab perusahaan terhadap lingkungan. Informasi tersebut disampaikan secara sukarela apabila manfaat yang diperoleh perusahaan lebih besar dari biaya yang dikeluarkan untuk mengungkapkan informasi tersebut.

Berdasarkan penelitian Sitepu (2008) ukuran dewan komisaris dan profitabilitas memilki pengaruh signifikan terhadap jumlah informasi sosial yang diungkapkan oleh perusahaan, sedangkan financial leverage dan ukuran perusahaan tidak memilki pengaruh signifikan terhadap jumlah informasi social


(18)

yang diungkapkan dalam laporan tahunan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta pada tahun 2007. Marpaung (2009) menemukan bahwa struktur kepemilikan, profitabilitas, ukuran perusahaan, dan umur perusahaan, tidak berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial, sedangkan financial leverage berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial dalam laporan tahunan pada perusahaan perbankan dan lembaga keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2008. Sirait (2011) menemukan bahwa Ukuran dewan komisaris dan Profitabilitas secara statistik berpengaruh signifikan terhadap jumlah informasi sosial yang diungkapkan dalam laporan tahunan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta, sedangkan tingkat Leverage dan ukuran perusahaan secara statistik tidak berpengaruh signifikan terhadap jumlah informasi sosial yang diungkapkan dalam laporan tahunan perusahaa manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta.

Atas dasar penelitian-penelitian di atas, peneliti ingin mengetahui sejauh mana perusahaan menunjukkan tanggungjawabnya terhadap kepentingan sosial dengan memberikan informasi serta faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan perusahaan untuk mengungkapkan informasi sosial di dalam laporan tahunan perusahaan-perusahaan perbankan di Indonesia.

Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian terdahulu, yaitu penelitian yang dilakukan Sitepu (2008) dan Marpaung (2009) dan Sirait (2011). Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah fokus penelitian hanya pada perusahaan perbankan sedangkan tiga penelitian terdahulu fokus pada


(19)

perusahaan manufaktur serta perusahaan perbankan dan lembaga keuangan. Karena adanya perbedaan hasil penelitian sebelumnya membuat peneliti ingin meneliti kembali apakah ukuran dewan komisaris, financial leverage, profitabilitas, ukuran perusahaan dan Umur perusahaan berpengaruh terhadap pengungkapan informasi sosial dalam laporan tahunan pada perusahaan perbankan.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan sebelumnya, maka perumusan masalah yang akan diteliti adalah :

1. Apakah ukuran dewan komisaris, financial leverage, ukuran perusahaan,

profitabilitas dan umur perusahaan berpengaruh secara parsial atau

masing-masing terhadap pengungkapan informasi sosial ?

2. Apakah ukuran dewan komisaris, financial leverage, ukuran perusahaan,

profitabilitas dan umur perusahaan berpengaruh secara simultan atau

bersama-sama terhadap pengungkapan informasi sosial ?

1.3. Tujuan Masalah

Sesuai dengan perumusan masalah dalam penelitian ini, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pengaruh ukuran dewan komisaris, financial leverage, ukuran perusahaan, profitabilitas dan umur perusahaan secara parsial atau masing-masing terhadap pengungkapan informasi sosial.


(20)

2. Untuk mengetahui pengaruh ukuran dewan komisaris, financial leverage, ukuran perusahaan, profitabilitas dan umur perusahaan secara simultan atau bersama-sama terhadap pengungkapan informasi sosial.

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini dapat memberikan manfaat, antara lain:

1. Bagi penulis, Sebagai bahan masukan apabila dimintai pendapat mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pengungkapan informasi sosial dalam laporan tahunan perusahaan perbankan.

2. Bagi perusahaan, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan dan informasi dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan informasi sosial yang akan diungkapkan dalam laporan tahunan, 3. Bagi peneliti selanjutnya, sebagai referensi untuk menyempurnakan


(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teoritis

2.1.1. Bank

Pengertian bank menurut UU No. 7 Tahun 1992 tentang perbankan sebagaimana telah diubah dengan UU No. 10 tahun 1998 adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya, dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat banyak. Definisi ini mencerminkan dua peran utama bank sebagai financial intermediate maupun institute of development, atau memberi tekanan bahwa usaha utama bank adalah menghimpun dana dalam bentuk simpanan, yang merupakan sumber dana bank dan dari segi penyalurannya, bank tidak semata-mata memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya bagi pemilik, tapi juga kegiatannya itu diarahkan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat.

Sedangkan dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Nomor 31 disebutkan sebagai berikut:

Bank adalah lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan (financial intermediary) antara pihak yang memiliki dana dan pihak yang memerlukan dana, serta sebagai lembaga yang berfungsi memperlancar lalu lintas pembayaran. Falsafah yang mendasari kegiatan usaha bank adalah kepercayaan masyarakat. Hal tersebut tampak dalam kegiatan pokok bank yang menerima simpanan dari masyarakat dalam bentuk giro, tabungan, dan deposito berjangka serta memberikan kredit kepada pihak yang memerlukan dana.


(22)

Pada saat pelaksanaannya, lembaga keuangan bank terdiri dari: 1) bank sentral,

2) bank umum,

3) bank perkreditan rakyat.

Bank sentral di Indonesia dilaksanakan oleh Bank Indonesia dan memegang fungsi sebagai bank sirkulasi, bank to bank dan lender of the last

resort. Biasanya pelayanan yang diberikan oleh Bank Indonesia lebih banyak

kepada pemerintah dan dunia perbankan. Bank umum merupakan bank yang bertugas melayani seluruh jasa-jasa perbankan dan melayani segenap lapisan masyarakat, baik masyarakat perorangan maupun lembaga-lembaga lainnya.

Bank umum juga dikenal dengan bank komersil dan dikelompokkan dalam dua jenis bank yaitu bank devisa dan bank non devisa. Bank umum yang berstatus devisa memiliki produk yang lebih luas daripada bank yang berstaus non devisa, antara lain dapat melaksanakan jasa yang berhubungan dengan seluruh mata uang asing.

Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah bank khusus yang melayani masyarakat kecil di kecamatan dan pedesaan. BPR berasal dari Bank Desa, Bank Pasar, Lumbung Desa, Bank Pegawai dan bank lainnya yang kemudian dilebur menjadi Bank Perkreditan Rakyat. Jenis produk yang ditawarkan bank perkreditan rakyat relative sempit dibandingkan bank umum bahkan ada jenis jasa bank yang tidak boleh diselenggarakan bank perkreditan rakyat, seperti pembukaan rekening giro dan ikut kliring.


(23)

Bank secara sederhana menurut Kashmir (2004:11) didefinisikan sebagai “lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana tersebut kepada masyarakat serta memberikan jasa bank lainnya”.

2.1.2. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

Dalam konteks global, istilah CSR mulai digunakan sejak tahun 1970an dan semakin popular setelah kehadiran buku Cannibals With Forks:

The Triple Botton line in 21st Century Business (1998), karya John Elkington.

Mengembangkan tiga komponen penting sustainable development, yakni

economic growth, environmental protection, dan social equity, yang digagas

The world Commission on environment and Development (WCED) dalam Brundtland Report (1987), Elkington mengemas CSR ke dalam tiga fokus, yaitu: 3P, singkatan dari Profit, Planet, and People.

Pengertian tanggung jawab sosial perusahaan (Corporate Social

Responsibility) menurut Suharto (2007) adalah “operasi bisnis yang

berkomitmen tidak hanya untuk meningkatkan keuntungan perusahaan secara finansial, melainkan pula untuk pembangunan sosial-ekonomi kawasan secara holistik, melembaga dan berkelanjutan”. Sedangkan menurut Pearce dan Robinson (2007, 70) “tanggung jawab sosial perusahaan adalah gagasan bahwa suatu perusahaan memiliki tugas untuk melayani masyarakat sekaligus kepentingan keuangan pemegang sahamnya”. Dari penjelasan tersebut, kepedulian terhadap masyarakat harus diutamakan karena masyarakat adalah


(24)

pihak yang akan menikmati produk yang akan dihasilkan perusahaan. Selain itu, masyarakat juga yang akan menilai mengenai kepedulian perusahaan terhadap masyarakat dan lingkungan sekitarnya. Oleh sebab itu, pihak luar sering kali menuntut agar klaim pihak dalam diletakkan di bawah kepentingan masyarakat; atau dengan kata lain, kepentingan pihak luar harus lebih diutamakan.

Tamam Achda (2007) mengartikan CSR sebagai “komitmen perusahaan untuk mempertanggungjawabkan dampak operasinya dalam dimensi sosial, ekonomi, dan lingkungan, serta terus menerus menjaga agar dampak tersebut menyumbang manfaat kepada masyarakat dan lingkungan hidupnya”. Apabila operasi perusahaan memberikan dampak yang negatif terhadap masyarakat dan lingkungan, perusahaan wajib mempertanggungjawabkan dampak tersebut dan menjadi tanggunjawab hukum bagi peusahaan. Namun, jika operasi perusahaan memberikan dampak yang positif, maka perusahaan harus mempertahankannya.

Menurut Suharto (2007) dalam pelaksanaan Corporate Social

Responsibility, perusahaan bisa dikelompokkan ke dalam beberapa kategori.

Dengan menggunakan dua pendekatan, sedikitnya ada delapan kategori perusahaan, yaitu:

A. Berdasarkan proporsi keuntungan perusahaan dan besarnya anggaran CSR:

a) Perusahaan Minimalis. Perusahaan yang memiliki profit dan anggaran CSR yang rendah. Perusahaan kecil dan lemah biasanya termasuk kategori ini.


(25)

b) Perusahaan Ekonomis. Perusahaan yang memiliki keuntungan tinggi, namun anggaran CSR rendah.

c) Perusahaan Humanis. Meskipun profit perusahaan rendah, proporsi anggaran CSR relatif tinggi.

d) Perusahaan Reformis. Perusahaan yang memiliki profit dan anggaran CSR yang tinggi. Perusahaan seperti ini memandang CSR bukan sebagai beban, melainkan sebagai peluang untuk lebih maju.

B. Berdasarkan tujuan CSR, apakah untuk promosi atau pemberdayaan masyarakat:

a) Perusahaan Pasif. Perusahaan yang menerapkan CSR tanpa tujuan jelas: bukan untuk promosi, bukan pula untuk pemberdayaan. Perusahaan seperti ini melihat promosi dan CSR sebagai hal yang kurang bermanfaat bagi perusahaan.

b) Perusahaan Impresif. CSR lebih diutamakan untuk promosi daripada untuk pemberdayaan.

c) Perusahaan Agresif. CSR lebih ditujukan untuk pemberdayaan daripada promosi. Perusahaan seperti ini lebih mementingkan karya nyata.

d) Perusahaan Progresif. Perusahaan menerapkan CSR untuk tujuan promosi dan sekaligus pemberdayaan. Promosi dan CSR dipandang sebagai kegiatan yang bermanfaat dan menunjang satu sama lain bagi kemajuan perusahaan.

Pada akhirnya, tanggungjawab sosial perusahaan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari perusahaan. Perusahaan-perusahaan manufaktur dan perbankan serta perusahaan lainnya membutuhkan tanggungjawab social perusahaan bukan hanya sebagai bentuk kepedulian terhadap masyarakat dan lingkungan sekitar, tetapi juga menjadi alat promosi yang dapat membuat nama perusahaan menjadi lebih baik bagi masyarakat.


(26)

2.1.3. Pengungkapan Informasi Sosial

Pengungkapan (disclosure) menurut Hendriksen (1996) didefinisikan sebagai “penyediaan sejumlah informasi yang dibutuhkan untuk pengoperasian optimal pasar modal secara efisien”. Dalam interpretasi yang lebih luas, pengungkapan terkait dengan informasi yang baik yang terdapat dalam laporan keuangan maupun komunikasi tambahan (Supplementary

Communication) yang terdiri dari catatan kaki, informasi tentang kejadian

setelah tanggal laporan, analisis laporan atas operasi perusahaan di masa mendatang, perkiraan keuangan operasi, serta informasi lain (Wolk dan Tearney dalam widiastuti, 2000).

Menurut Murtanto (2006) dalam Media Akuntansi, “pengungkapan kinerja perusahaan seringkali dilakukan secara sukarela (voluntary

disclosure) oleh perusahaan”. Adapun alasan-alasan perusahaan

mengungkapkan kinerja sosial secara sukarela antara lain:

a) Internal Decision Making : Manajemen membutuhkan informasi untuk

menentukan efektivitas informasi sosial tertentu dalam mencapai tujuan sosial perusahaan. Walaupun hal ini sulit diidentifikasi dan diukur, namun analisis secara sederhana lebih baik daripada tidak sama sekali.

b) Product Differentiation : Manajer perusahaan memiliki insentif untuk

membedakan diri dari pesaing yang tidak bertanggung jawab secara sosial kepada masyarakat. Akuntansi kontemporer tidak memisahkan pencatatan biaya dan manfaat aktivitas sosial perusahaan dalam laporan keuangan, sehingga perusahaan yang tidak peduli sosial akan terlihat lebih sukses


(27)

daripada perusahaan yang peduli. Hal ini mendorong perusahaan yang peduli sosial untuk mengungkapkan informasi tersebut sehingga masyarakat dapat membedakan mereka dari perusahaan lain.

c) Enlightened Self Interest : perusahaan melakukan pengungkapan untuk

menjaga keselarasan sosialnya dengan para stakeholder karena mereka dapat mempengaruhi pendapatan penjualan dan harga saham perusahaan.

Pelaporan pengungkapan sosial dalam laporan tahunan merupakan

voluntary disclosure, artinya pengungkapan ini bersifat sukarela dan belum

diatur secara tegas dalam PSAK. Menurut Belkaoui & Karpik (1989), “perusahaan melakukan pengungkapan informasi sosial dengan tujuan untuk membangun image pada perusahaan dan mendapatkan perhatian dari masyarakat. Namun dengan kondisi saat ini, stakeholder mulai menganggap pengungkapan tanggung jawab sosial itu menjadi salah satu yang penting”. Perusahaan memerlukan biaya untuk memberikan informasi sosial, sehingga laba yang dilaporkan dalam tahun berjalan menjadi lebih rendah. Perusahaan cenderung meningkatkan informasi sosial apabila biaya kontrak dan biaya pengawasan rendah dan visibilitas politis tinggi. Jadi pengungkapan informasi sosial berhubungan positif dengan kinerja sosial, kinerja ekonomi dan visibilitas politis. Sedangkan biaya kontrak dan pengawasan berhubungan negatif terhadap pengungkapan informasi sosial.

Teori Stakeholder menyatakan bahwa perusahaan bukanlah entitas yang hanya beroperasi untuk kepentingannya sendiri, namun juga harus member manfaat bagi Stakeholder lainnya (pemegang saham, kreditur,


(28)

konsumen, supplier, pemerintah, masyarakat, analisis, dan pihak lain). Para

stakeholder mulai melihat perusahaan, apakah bertanggungjawab atau tidak

atas operasi usahanya. Pengungkapan sosial pun mulai jadi bahan pertimbangan bagi investor untuk berinvestasi di suatu perusahaan. Investor perlu mengetahui tanggungjawab sosial yang dilakukan perusahaan untuk menghindari dampak yang timbul dikemudian hari sebagai akibat kurangnya tanggungjaab sosial terhadap lingkungan disekitarnya. Gray, Kouhy dan Adams (1994 P.53) dalam Chairiri menyatakan:

Kelangsungan hidup perusahaan tergantung pada stakeholder, dan dukungan itu harus dicari, sehingga aktivitas perusahaan adalah untuk mencari dukungan tersebut. Semakin powerfull stakeholder semakin besar usaha perusahaan untuk berdaptasi. Pengungkapan sosial dianggap sebagai media komunikasi antara perusahaan dengan stakeholdernya.

Tujuan pengungkapan menurut Securities Exchange Commision (SEC) dikategorikan menjadi dua yaitu propective disclosure yang dimaksudkan sebagai upaya perlindungan terhadap investor dan informative

disclosure, yang bertujuan memberikan informasi yang layak kepada

pengguna laporan (Wolk, Francis, Dan Tearay dalam Sitepu, 2008). Sedangkan Belkaoui (2006) mengemukakan ada enam tujuan pengungkapan, yaitu:

1. Untuk menguraikan hal-hal yang diakui dan memberikan pengukuran yang relevan atas hal-hal tersebut di luar pengukuran yang digunakan dalam laporan keuangan.


(29)

2. Untuk menguraikan hal-hal yang diakui dan untuk memberikan pengukuran yang bermanfaat bagi hal-hal tersebut.

3. Untuk memberikan informasi yang akan membantu investor dan kreditor menilai resiko dan potensial dari hal-hal yang diakui dan tidak diakui. 4. Untuk menyediakan informasi yang penting yang memungkinkan para

pengguna laporan keuangan untuk melakukan perbandingan dalam satu tahun dan di antara beberapa tahun.

5. Untuk memberikan informasi mengenai arus kas masuk atau keluar di masa depan.

6. Untuk membantu para investor menilai pengembalian dari investasi mereka.

2.1.4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Informasi Sosial

Dalam penelitian ini karakteristik perusahaan yang mempengaruhi pengungkapan informasi sosial diproksikan dalam ukuran dewan komisaris,

financial leverage, ukuran perusahaan, profitabilitas dan umur perusahaan.

1. Ukuran Dewan Komisaris

Ukuran dewan komisaris adalah jumlah anggota dewan komisaris. Berkaitan dengan ukuran dewan komisaris, Coller dan Gregory (1999) dalam Sitepu (2008) menyatakan bahwa “semakin besar jumlah anggota dewan komisaris, maka akan semakin mudah untuk mengendalikan CEO dan monitoring yang dilakukan akan semakin efektif. Dikaitkan dengan


(30)

pengungkapan tanggung jawab sosial, maka tekanan terhadap manajemen juga akan semakin besar untuk mengungkapkannya”.

Dewan komisaris merupakan wakil shareholder dalam entitas bisnis yang berbadan hukum Perseroan Terbatas (PT) yang berfungsi mengawasi pengelolaan perusahaan yang dilaksanakan oleh manajemen (direksi), dan bertanggung-jawab untuk menentukan apakah manajemen memenuhi tanggung jawab mereka dalam mengembangkan dan menyelenggarakan pengendalian intern perusahaan (Mulyadi, 2002).

Dengan wewenang yang dimiliki, dewan komisaris dapat memberikan pengaruh yang cukup kuat untuk menekan manajemen agar mengungkapkan informasi Sosial lebih banyak, sehingga dapat dijelaskan bahwa perusahaan yang memiliki ukuran dewan komisaris yang lebih besar akan lebih banyak mengungkapkan sosial . Sebagai wakil dari prinsipal di dalam perusahaan, dewan komisaris dapat mempengaruhi luasnya pengungkapan tanggung jawab sosial, karena dewan komisaris merupakan pelaksana tertinggi didalam entitas. Dengan mengungkapkan tanggung jawab sosial perusahaan, maka

image perusahaan akan semakin baik (Gray et al., 1988 dalam Marzully

2012)

2. Financial Leverage

Leverage adalah perbandingan antara dana-dana yang dipakai untuk

membelanjai perusahaan atau perbandingan antara dana yang diperoleh dari ekstern perusahaan (dari kreditur-kreditur) dengan dana yang disediakan pemilik perusahaan (Makmun, 2002) dalam Felicia dan Supatmi (2011).


(31)

“Rasio leverage merupakan proporsi total utang terhadap ekuitas pemegang saham. Rasio tersebut digunakan untuk memberikan gambaran mengenai struktur modal yang dimiliki perusahaan, sehingga dapat dilihat tingkat resiko tak tertagihnya suatu utang” (Sitepu, 2008). Financial Leverage digunakan untuk melihat kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya terhadap pihak lain.

Semakin tinggi financial leverage, kemungkinan akan membuat perusahaan mengalami pelanggaran terhadap kontrak utang, maka manajer akan berusaha untuk melaporkan laba sekarang lebih besar dibandingkan laba di masa depan. Menurut Belkaoui & Karpik (1989), “dengan semakin tinggi

financial leverage (rasio utang/ekuitas) semakin besar kemungkinan

perusahaan akan melanggar perjanjian kredit sehingga perusahaan akan berusaha untuk melaporkan laba sekarang lebih tinggi”. Supaya laba yang dilaporkan tinggi maka manajer harus mengurangi biaya-biaya termasuk biaya untuk mengungkapkan informasi sosial.

3. Ukuran perusahaan

Ukuran perusahaan dapat diartikan sebagai suatu skala dimana dapat diklasifikasikan bersar kecil perusahaan dengan berbagai cara antara lain dinyatakan dalam total aktiva, nilai pasar saham dan lain-lain.

Ukuran perusahaan merupakan variabel yang banyak digunakan untuk menjelaskan pengungkapan sosial yang dilakukan perusahaan dalam laporan tahunan. Perusahaan yang lebih besar mungkin akan memiliki lebih banyak pemegang saham, berarti juga memerlukan lebih banyak pengungkapan yang


(32)

dikarenakan tuntutan dari para pemegang saham dan para analis pasar modal (Gunawan, 2000).

Jensen dan Meckling (1976), dalam agency theory menyatakan bahwa perusahaan besar memiliki biaya keagenan yang lebih besar daripada perusahaan kecil, sehingga konsekuensinya, perusahaan besar didorong untuk mengungkapkan lebih banyak tentang informasi voluntary, seperti intellectual

capital, untuk mengurangi biaya keagenan yang dikeluarkan.

Ukuran perusahaan yang besar menunjukkan perusahaan mengalami perkembangan sehingga investor akan merespon positif dan nilai perusahaan akan meningkat (Sujoko dan Soebiantoro, 2007) dalam Felicia dan Supatmi, di samping itu juga mendapat sorotan publik yang lebih disbanding perusahan kecil (Cooke, 1992), sehingga perusahaan besar dimungkinkan lebih banyak memiliki intellectual capital dan akan lebih banyak mengungkapkan informasi mengenai intellectual capital di dalam laporan tahunan.

Menurut Marpaung (2009), “secara umum perusahaan besar akan mengungkapkan informasi lebih banyak daripada perusahaan kecil. Hal ini karena perusahaan besar akan menghadapi resiko politis yang lebih besar dibanding perusahaan kecil”. Perusahaan besar pasti akan menghadapi persaingan ketat dari perusahaan besar lainnya. Hal tersebut menekan perusahaan untuk menghasilkan produk yang lebih berkualitas, inovatif, dan sesuai dengan kebutuhan konsumen. Selain itu, untuk mendukung peningkatan produk tersebut perusahaan juga harus meningkatkan


(33)

tanggungjawab sosialnya agar kepercayaan masyarakat terhadap perusahaan tetap terjaga.

Ukuran perusahaan ikut menentukan tingkat kepercayaan investor. Semakin besar perusahaan, semakin dikenal masyarakat yang berarti semakin mudah untuk mendapatkan informasi mengenai perusahaan, karena perusahaan yang berukuran lebih besar cenderung mendapat pengawasan dari masyarakat dan memiliki public demand akan informasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan kecil sehingga akan mengungkapkan lebih banyak informasi. Kemudahan dalam mendapatkan informasi akan meningkatkan kepercayaan investor dan mengurangi faktor ketidakpastian.

4. Profitabilitas

Menurut Marpaung (2009) “profitabilitas yaitu mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba”. Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk menghitung rasio profitabilitas, antara lain rasio margin laba kotor; rasio margin laba bersih; rasio pengembalian aktiva; rasio pengembalian atas ekuitas; earning per share ; basic earning power ;

contribution margin ; dan productivity ratio.

Hackston & Milne (1996) menemukan tidak ada hubungan yang signifikan antara tingkat profitabilitas dengan pengungkapan informasi sosial, sedangkan Belkaoui & Karpik (1989) mengatakan bahwa dengan kepeduliannya terhadap masyarakat (sosial) manajemen menghendaki untuk membuat perusahaan menjadi profitable. Apabila perusahaan semakin menunjukkan kepeduliannya kepada masyarakat kemungkinan kepercayaan


(34)

masyarakat terhadap perusahaan akan semakin meningkat. Oleh sebab itu, masyarakat yang menjadi konsumen yang akan membeli maupun menggunakan produk yang dihasilkan perusahaan menjadi lebih percaya kepada perusahaan sehingga dapat meningkatkan laba perusahaan apabila konsumen juga bertambah.

Menurut Sembiring (2005) dalam Sirait (2011):

Penelitian ilmiah terhadap hubungan profitabilitas dan pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan memperlihatkan hasil yang sangat beragam. Akan tetapi Donovan dan Gibson (2000) menyatakan bahwa berdasarkan teori legitimasi, salah satu argumen dalam hubungan antara profitabilitas dan tingkat pengungkapan tanggung jawab social adalah bahwa ketika perusahaan memiliki tingkat laba yang tinggi, perusahaan (manajemen) menganggap tidak perlu melaporkan hal-hal yang dapat mengganggu informasi tentang sukses keuangan perusahaan. Sebaliknya, pada saat tingkat profitabilitas rendah, mereka berharap para pengguna laporan akan membaca ”good news” kinerja perusahaan, misalnya dalam lingkup sosial, dan dengan demikian investor akan tetap berinvestasi di perusahaan tersebut. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa profitabilitas mempunyai hubungan yang negatif terhadap tingkat pengungkapan tanggung jawab social perusahaan.

5. Umur perusahaan

Widiastuti (2002) dalam Felicia dan Supatmi (2011) menyatakan bahwa umur perusahaan dapat menunjukkan bahwa perusahaan tetap eksis dan mampu bersaing. Umur perusahaan yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah lamanya perusahaan mulai listing (first issue) di Bursa Efek Indonesia (BEI) hingga tahun terjadi penelitian.

Menurut Marwata (2001), perusahaan yang berumur lebih tua memiliki pengetahuan yang lebih mendalam tentang kebutuhan konstituennya akan


(35)

informasi mengenai perusahaan. Oleh karena itu, older firms akan cenderung mengungkapkan informasi yang lebih lengkap, termasuk intellectual capital

disclosure, karena pengungkapan informasi yang rinci dapat memberikan

nilai tambah bagi perusahaan sehingga dapat menarik perhatian masyarakat luas. Namun sebaliknya, menurut Barnes dan Walker, 2006 (dalam Felicia dan Supatmi, 2011) perusahaan yang umur listing-nya di bursa efek lebih muda akan berupaya untuk mendapatkan tambahan modal dengan semakin banyak mengungkapkan informasi perusahaan termasuk intellectual capital. Pernyataan ini membuktikan bahwa salah satu manfaat yang didapatkan dari mengungkapkan informasi intellectual capital adalah biaya modal yang rendah.

Penelitian Suhardjanto dan Wardhani (2009) menyatakan bahwa umur perusahaan bukanlah merupakan variabel prediktor yang baik dalam pengungkapan intellectual capital. Begitu juga dengan penelitian Amalia (2005), yang menyatakan bahwa umur perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap luas pengungkapan informasi sukarela yang dilakukan. Namun penelitian Susanto (dalam Amalia, 2005) terhadap 98 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta tahun 1990 menemukan bahwa umur perusahaan berpengaruh signifikan terhadap luas pengungkapan informasi sukarela yang dilakukan.


(36)

2.2. Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1

Tinjauan Penelitian Terdahulu

Nama Penelitian

Judul Penelitian Variabel Peneltian Hasil Penelitian Marpaung (2009) Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pengungkapan sosial (social disclosure) dalam laporan keuangan tahunan. Variabel Independen:

- Kepemiliki Saham - Financial Leverage. - Profitabilitas. - Ukuran Perusahaan. - Umur Perusahaan.

Variabel Dependen: Pengungkapan Sosial.

- Kepemilikan saham, Profitabilitas, Ukuran perusahaan, Umur perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan sosial. - Financial leverage berpengaruh

signifikan terhadap pengungkapan sosial.

Sitepu (2009) Faktor-faktor yang mempengaruhi pengungkapan informasi sosial dalam laporan tahunan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta

Variabel Independen:

- Ukuran Dewan Komisaris

- Tingkat Leverage - Ukuran

Perusahaan - Profitabilitas Variabel Dependen: Pengungkapan Informasi Sosial

- Variabel ukuran dewan komisaris dan profitabilitas memiliki pengaruh signifikan terhadap jumlah informasi sosial yang diungkapkan.

- Sedangkan tingkat leverage dan ukuran perusahaan tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap jumlah informasi sosial yang diungkapkan

Sirait (2011) Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi pengungkapan informasi sosial dalam laporan tahunan perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

Variabel Independen: - Ukuran dewan

komisaris.

- Financial Leverage. - Ukuran Perusahaan. - Profitabiltas.

Variabel Dependen: Pengungkapan informasi sosial.

- Ukuran dewan komisaris, Financial leverage, Profitabilitas perusahaan tidak berpengaruhi signifikan terhadap pengungkapan informasi sosial perusahaan.

- Ukuran perusahaan

berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan informasi sosial perusahaan.


(37)

Marpaung (2009) melakukan penelitian yang mempengaruhi pengungkapan sosial dalam laporan keuangan perusahaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial kepemilikan saham, profitabilitas, ukuran perusahaan dan umur perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan sosial, sementara financial leverage berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan social. Dan secara simultan, kepemilkan saham, financial leverage, profitabilitas, ukuran perusahaan dan umur perusahaan secara bersama-sama tidak berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan sosial.

Penelitian yang dilakukan Sitepu (2009) berusaha meneliti yang mempengaruhi pengungkapan informasi sosial dalam laporan keuangan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial ukuran dewan komisaris dan profitabilitas memiliki pengaruh yang signifikan terhadap informasi sosial yang diungkapkan, sedangkan tingkat leverage dan ukuran perusahaan tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap informasi sosial yang diungkapankan. Dan secara simultan, ukuran dewan komisaris, profitabilitas, tingkat leverage dan ukuran perusahaan memilki kemampuan mempengaruhi jumlah informasi sosial yang diungkapkan dalam laporan tahunan perusahaan manufaktur.

Penelitian Sirait (2011) meneliti pengaruh ukuran dewan komisaris, financial leverage, ukuran perusahaan dan profitabilitas terhadap pengungkapan informasi sosial dalam laporan keuangan perusahaan perbankan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial, ukuran dewan komisaris, financial leverage, dan profitabilitas tidak berpengaruh terhadap pengungkapan informasi sosial,


(38)

sedangkan ukuran perusahaan berpengaruh terhadap pengungkapan informasi sosial. Dan secara simultan, ukuran dewan komisaris, financial leverage, profitabilitas dan ukuran perusahaan memilki kemampuan berpengaruh terhadap pengungkapan informasi sosial.

2.3. Kerangka konseptual

Menurut Erlina (2008:38) ”kerangka teoritis adalah suatu model yang menerangkan bagaimana hubungan suatu teori dengan faktor-faktor penting yang telah diketahui dalam suatu masalah tertentu”. Kerangka konseptual akan menghubungkan variabel independen dengan variabel dependen. Begitu juga apabila ada variabel lain yang menyertai, maka peran variabel tersebut harus dijelaskan.

Kerangka berpikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasikan sebagai masalah penting. Kerangka konseptual merupakan sintesis atau ekstrapolasi dari kejadian teori yang mencerminkan keterkaitan antara variabel yang diteliti dan merupakan tuntuan untuk memecahkan masalah penelitian serta merumuskan hipotesis dan sebagai tempat peneliti untuk memberikan penjelasan tentang hal-hal yang berhubungan dengan variabel ataupun masalah yang ada dalam penelitian.

Dalam penelitian ini, yang merupakan variabel independen adalah ukuran dewan komisaris, financial leverage, ukuran perusahaan dan umur perusahaan. Sedanagkan yang menjadi variable dependen adalah pengungkapan informasi sosial.


(39)

Berdasarkan landasan teori dan timjauan penelitian terdahlu kerangka konseptual dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Menurut Coller dan Gregory dalam Sirait (2011), ada hubungan positif antara ukuran dewan komisaris dengan jumlah informasi sosial yang diungkapkan perusahaan. Tekanan terhadap manajemen untuk mengungkapkan informasi sosial akan bertambah besar dengan semakin besarnya ukuran dewan komisaris. Hal ini terjadi karena dengan semakin banyaknya anggota dewan komisaris, akan semakin mudah untuk mengendalikan CEO dan monitoring yang dilakukan akan semakin efektif.

PENGUNGKAPAN INFORMASI

SOSIAL (Y) Ukuran Dewan Komisaris

Umur Perusahaan

Profitabilitas

Ukuran Perusahaan

Financial Leverage

H1

H3

H4

H5 H2


(40)

Teori agensi menyatakan bahwa semakin besar suatu perusahaan, maka biaya keagenan yang muncul juga semakin besar. Untuk mengurangi biaya keagenan tersebut, perusahaan akan cenderung mengungkapkan informasi yang lebih luas (Marpaung, 2009). Penelitian Belkaoui dan Karpik (1989) menemukan hubungan positif antara ukuran perusahaan dengan pengungkapan informasi sosial.

Dalam teori keagenan, diprediksi bahwa perusahaan yang memiliki

financial leverage tinggi akan mengungkapkan lebih banyak informasi, karena

biaya keagenan perusahaan dengan struktur modal seperti itu lebih tinggi. Semakin tinggi financial leverage maka semakin besar kemungkinan terjadinya pelanggaran perjanjian kredit sehingga manajemen perusahaan akan melaporkan laba sekarang lebih tinggi. Schipper (1981) dalam Sitepu (2008) berpendapat bahwa tambahan informasi diperlukan untuk menghilangkan keraguan pemegang obligasi terhadap dipenuhinya hak-hak mereka sebagai kreditur.

Donovan dan Gibson (2000) dalam Marpaung (2009) menyatakan bahwa dalam teori legitimasi, salah satu argumen dalam hubungan antara profitabilitas dan tingkat pengungkapan tanggung jawab sosial adalah bahwa ketika perusahaan memiliki tingkat laba yang tinggi, perusahaan (manajemen) menganggap tidak perlu melaporkan hal-hal yang dapat mengganggu informasi tentang sukses keuangan perusahaan. Sebaliknya, pada saat tingkat profitabilitas rendah, mereka berharap para pengguna laporan akan membaca ”good news” kinerja perusahaan, misalnya dalam lingkup sosial. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa


(41)

profitabilitas mempunyai hubungan yang negatif terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan.

Penelitian Suhardjanto dan Wardhani (2009) menyatakan bahwa umur perusahaan bukanlah merupakan variabel prediktor yang baik dalam pengungkapan intellectual capital. Begitu juga dengan penelitian Amalia (2005), yang menyatakan bahwa umur perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap luas pengungkapan informasi sukarela yang dilakukan. Namun penelitian Susanto (dalam Amalia, 2005) terhadap 98 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta tahun 1990 menemukan bahwa umur perusahaan berpengaruh signifikan terhadap luas pengungkapan informasi sukarela yang dilakukan.

2.4. Hipotesis

Menurut Erlina (2008:49) ”hipotesis adalah proposisi yang dirumuskan dengan maksud untuk diuji secara empiris”. Hipotesis menyatakan hubungan yang diduga secara logis antara dua variabel atau lebih dalam rumusan proposisi yang dapat diuji secara empiris.

Sementara Menurut Idrus (2009:18), hipotesis adalah dugaan sementara terhadap permasalahan yang sedang diteliti. Hipotesis merupakan saran penelitian ilmiah karena hipotesis adalah instrumen kerja dari suatu teori dan bersifat spesifik yang siap diuji secara empiris (Idrus, 2009:18). Jadi, hipotesis merupakan suatu rumusan yang menyatakan adanya hubungan tertentu antardua variabel atau lebih. Hipotesis ini bersifat sementara, dalam arti dapat diganti dengan hipotesis lain yang lebih tepat dan lebih benar berdasar pengujian. Ada beberapa


(42)

persyaratan dalam merumuskan suatu hipotesis menurut Idrus (2009:53) antara lain sebagai berikut :

1. Dirumuskan dalam kalimat berita. 2. Tidak bermakna ganda dan

3. Dirumuskan secara operasional. Dengan pengertian bahwa hipotesis sebaiknya ditulis sealur dengan rumusan masalah yang ada, karena hipotesis merupakan jawaban sementara atas rumusan masalah yang ada diteliti.

Berdasarkan uraian yang dipaparkan diatas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah :

H1 : Ukuran Dewan Komisaris berpengaruh positif terhadap Pengungkapan Informasi Sosial.

H2 : Financial Leverage berpengaruh positif terhadap Pengungkapan Informasi Sosial.

H3 : Ukuran Perusahaan berpengaruh positif terhadap Pengungkapan Informasi Sosial.

H4 : Profitabilitas berpengaruh positif terhadap Pengungkapan Informasi Sosial. H5 : Umur Perusahaan berpengaruh positif terhadap Pengungkapan Informasi

Sosial.

H6 : Ukuran Dewan Komisaris, Financial Leverage, Ukuran Perusahaan, Profitabilitas dan Umur perusahaan berpengaruh positif secara simultan terhadap Pengungkapan Informasi Sosial.


(43)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian

Menurut Erlina (2011:66) mendefenisikan bahwa “desain penelitian merupakan rencana induk yang berisi metode dan prosedur untuk mengumpulkan dan menganalisis informasi yang dibutuhkan, menetapkan sumber-sumber informasi, teknik yang digunakan, metode sampling sampai dengan analisis data untuk dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian”.

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan desain asosiatif kasual. Menurut Sugyono (2005:15) penelitian asosiatif kasual adalah untuk menganalisis hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya atau bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel lainnya. Dalam penelitian asosiatif kausal ini ada variabel independen (variabel yang mempengaruhi) dan variabel dependen (variabel yang dipengaruhi).

3.2. Populasi dan Sampel 3.2.1. Populasi

Menurut Indriantoro dan Supomo (2002:115) menyatakan bahwa “populasi (population) merupakan sekelompok orang, kejadian atau segala sesuatu yang mempunyai karateristik tertentu”. Sementara menurut Sugiyono (2005:74) “populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”. Populasi


(44)

dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan perbankan yang terdaftar (listing) di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2011-2013.

3.2.2. Sampel

Sampel adalah bagian populasi yang digunakan untuk memperkirakan karateristik populasi. Hasil penelitian yang menggunakan sampel, maka kesimpulannya akan diberlakukan untuk populasi. Sampel yang diambil dari populasi harus benar-benar representatif atau mewakili. Jika sampel kurang representatif, akan mengakibatkan nilai yang dihitung dari sampel tidak cukup tepat untuk menduga nilai populasi yang sesungguhnya (Erlina, 2011:82). Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah pemilihan sampel bertujuan (purposive sampling), yaitu teknik pengambilan sampel yang digunakan oleh peneliti dengan pertimbangan-pertimbangan tertentu yang umumnya disesuaikan dengan tujuan atau masalah penelitian (Idrus, 2009:96). Adapun kriteria penentuan pengambilan sampel didalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Perusahaan-perusahaan Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan tidak keluar (delisted) sepanjang tahun 2011-2013.

2. Perusahaan-perusahaan perbankan yang mempublikasikan laporan tahunan secara lengkap melalui situs Bursa Efek Indonesia sepanjang tahun 2011-2013.

3. Perusahaan yang mengungkapkan informasi sosial melalui laporan tahunannya sepanjang tahun 2011-2013.


(45)

Tabel 3.1

Daftar Populasi dan Sampel Penelitian

No Kode Nama Perusahaan

Kriteria 1 2 3

Sampel

1 AGRO Bank Negara Indonesia Agro Niaga Tbk √ √ √ Sampel 1

2 AGRS Bank Agris Tbk - - -

3 BABP Bank MNC internasional Tbk √ √ √ Sampel 2

4 BACA Bank Capital indonesia Tbk √ √ √ Sampel 3

5 BAEK Bank Ekonomi Raharja Tbk √ √ √ Sampel 4

6 BBCA Bank Central Asia Tbk √ √ √ Sampel 5

7 BBKP Bank Bukopin Tbk √ √ √ Sampel 6

8 BBMD Bank Mestika Dharma Tbk - - -

9 BBNI Bank Negara Indonesia (persero) Tbk √ √ √ Sampel 7

10 BBNP Bank Nusantara Parahyangan √ √ -

11 BBRI Bank Rakyat Indonesia (Persero) √ √ √ Sampel 8

12 BBTN Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk √ - -

13 BBYB Bank Yudha Bhakti Tbk - - -

14 BCIC Bank Mutiara Tbk √ √ √ Sampel 9

15 BDMN Bank Danamon Indonesia Tbk √ √ √ Sampel 10

16 BEKS Bank Pundi Indonesia √ √ √ Sampel 11

17 BINA Bank Ina Perdana - - -

18 BJBR Bank Jabar Banten √ √ √ Sampel 12

19 BJTM Bank Pembangunan Daerah Jatim Tbk - - -

20 BKSW Bank Kesawan Tbk √ √ √ Sampel 13

21 BMAS Bank Maspion Indonesia Tbk - - -

22 BMRI Bank Mandiri (Persero) Tbk √ √ √ Sampel 14

23 BNBA Bank Bumi Arta Tbk √ √ √ Sampel 15

24 BNGA Bank CIMB Niaga Tbk √ √ √ Sampel 16

25 BNII Bank Internasional Indonesia Tbk √ √ √ Sampel 17

26 BNLI Bank Permata Tbk - - -

27 BSIM Bank Sinar Mas Tbk √ √ -

28 BSWD Bank Swadesi Tbk √ √ -

29 BTPN Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk √ √ √ Sampel 18

30 BVIC Bank Victoria Internasional Tbk √ √ √ Sampel 19

31 DNAR Bank Dinar Indonesia Tbk - - -

32 INPC Bank Artha Graha Internasional Tbk √ √ √ Sampel 20

33 MAYA Bank Mayapada Internasional Tbk √ √ √ Sampel 21

34 MCOR Bank Windu Kentjana Internasional Tbk √ √ -

35 MEGA Bank Mega Tbk √ √ √ Sampel 22

36 NAGA Bank Mitraniaga Tbk - - -

37 NISP Bank NISP OCBC Tbk √ √ √ Sampel 23


(46)

3.3. Jenis dan Sumber Data 3.3.1. Jenis Data

Penelitian yang dilakukan adalah berupa penelitian kuantitatif, yaitu penelitian yang menggunakan data yang berbentuk angka atau data kualitatif yang diangkakan (Sugiyono, 2005:74). Data adalah segala keterangan (informasi) mengenai semua hal yang berkaitan dengan tujuan penelitian. Tidak semua informasi atau keterangan merupakan data penelitian, artinya data hanyalah sebagian saja dari informasi yang berkaitan dengan suatu penelitian (Idrus, 2009:61). Jenis data dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip (data dokumenter) yang dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan (Indriantoro dan Supomo, 2002:147).

3.3.2. Sumber Data

Data-data yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari laporan keuangan tahunan perusahaan yang terdaftar di BEI, berupa laporan keuangan dan laporan tahunan yang dipublikasikan di Pusat Referensi Pasar Modal Bursa Efek Indonesia.

39 PNBN Bank Pan Indonesia Tbk √ √ √ Sampel 24

40 PNBS Bank Pan Indonesia Syariah - - -


(47)

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, data dikumpulkan melalui dua tahap. Pada tahap pertama peneliti akan melakukan studi pustaka yaitu dengan mencari literature yang berhubungan dengan penelitian yang akan dilakukan. Pada tahap kedua peneliti mengumpulkan data dengan cara mengunduh dari situs Bursa Efek Indonesia yaitu www.idx.co.id melalui media internet untuk memperoleh laporan keuangan dan laporan tahunan perusahaan.

3.5. Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel Penelitian 3.5.1. Variabel Dependen (Y)

Variabel dependen disebut juga dengan variabel terikat atau variabel tidak bebas, variabel output, kriteria atau konsekuen, dan menjadi perhatian utama dalam sebuah pengamatan. Variabel terikat atau variabel tidak bebas merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel sebab atau variabel bebas (Erlina, 2011:36). Variabel ini dijelaskan atau dipengaruhi oleh variable independen. Jadi Variabel ini dijelaskan atau dipengaruhi oleh variable independen. Jadi variabel dependen adalah konsekuensi dari variable independen.

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah pengungkapan informasi sosial yang dinyatakan dalam indeks pengungkapan informasi sosial yang diungkapkan oleh perusahaan dalam laporan tahunannya.

Perhitungan indeks pengungkapan informasi sosial akan dilakukan menggunakan indikator dari Global Reporting Initiative (GRI) dengan pengungkapan yang meliputi: economic (EC), environment (EN), human


(48)

rights (HR), labor practices (LP), product responsibility (PR) dan society

(SO) yaitu, dengan melihat ada tidaknya item GRI di dalam laporan tahunan,

apabila item GRI tidak ada dalam laporan tahunan maka di beri skor 0, dan jika item GRI ada dalam laporan tahunan diberi skor 1, metode ini sering disebut dengan checklist data (Nur dan Denies, 2012).

penghitungan indeks pengungkapan informasi sosial ialah : jumlah item informasi sosial yang

diungkapakan Indeks pengungkapan informasi sosial =

Jumlah Skor Maksimal

3.5.2. Variabel Independen (X)

3.5.2.1.Ukuran Dewan Komisaris (X1)

Ukuran dewan komisaris yang digunakan dalam penelitian ini yaitu jumlah anggota dewan komisaris. Jumlah dewan komisaris yang ada di perusahaan akan mencerminkan objektivitas dalam menilai kebijakan yang dibuat perusahaan.

3.5.2.2.Financial Leverage (X2)

Financial leverage menunjukkan kemampuan perusahaan

memenuhi jumlah kewajibannya. Dalam Penelitian ini, Leverage diukur dengan menggunakan rasio total utang dibagi total aktiva (Debt to Asset

Ratio) :

Total liabilities Debt to Asset Ratio =


(49)

3.5.2.3.Ukuran Perusahaan (X3)

Menurut Miswanto dan Husnan (1999 dalam Magreta dan Nurmayanti, 2009:146) “ukuran perusahaan dapat diukur dengan menggunakan total asset, penjualan atau ekuitas”. Dalam penelitian ini, ukuran perusahaan diukur dengan menggunakan total aktiva karena nilai aktiva relatif stabil dibandingkan dengan nilai penjualan dan kapitalisasi pasar.

Ukuran perusaan = Log Natural (Total Aktiva) 3.5.2.4.Profitabilitas (X4)

Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan dalam

menghasilkan laba atau profit dalam upaya meningkatkan nilai pemegang saham. Dalam penelitian ini, Profitabilitas diukur dengan net

profit margin.

Laba Bersih Setelah Pajak

Net Profit Margin =

Pendapatan Bersih 3.5.2.5.Umur Perusahaan (X5)

Dalam peneltian ini, umur perusahaan diukur dengan menggunakan metode basis perusahaan, yaitu umur perusahaan diukur berdasarkan selisih antara tahun penelitian dengan tahun first issue di Bursa Efek Indonesia.


(50)

Tabel 3.2

Depenisi dan Pengukuran Operasional

Variabel Defenisi Operasional Pengukuran Skala

Pengungkapan informasi Sosial (Y)

Pengungkapan informasi sosial yang dinyatakan dalam indeks pengungkapan informasi sosial yang diungkapkan oleh perusahaan dalam laporan tahunannya.

jumlah item informasi sosial yang diungkapakan Jumlah Skor Maksimal

Indeks

Ukuran Dewan Komisaris (X1)

Dewan komisaris yang ada di perusahaan akan mencerminkan

objektivitas dalam menilai kebijakan yang dibuat perusahaan.

Jumlah anggota dewan komisaris Rasio Financial Leverage (X2) Financial leverage menunjukkan kemampuan perusahaan memenuhi jumlah kewajibannya. Total liabilities Total Asset Rasio Ukuran Perusahaan (X3) ukuran perusahaan dapat diukur dengan menggunakan total

asset, penjualan atau

ekuitas

Log Natural (Total Aktiva)

Rasio Profitabiltas (X4) Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba atau profit dalam upaya meningkatkan nilai pemegang saham

Laba Bersih Setelah Pajak Pendapatan Bersih

Rasio

Umur Perusahaan (X5)

umur perusahaan diukur berdasarkan selisih antara tahun penelitian dengan tahun first issue di Bursa Efek Indonesia

Tahun Penelilitian – First Issue


(51)

3.6. Metode Analisis Data

3.6.1. Teknik Analisis Deskriptif

Analisis statistik deskriptif merupakan teknik deskriptif yang memberikan informasi mengenai data yang dimiliki dan tidak bermaksud menguji hipotesis. Analisis ini hanya digunakan untuk menyajikan dan menganalisis data disertai dengan perhitungan agar dapat memperjelas keadaan atau karakteristik data yang bersangkutan. Pengukuran yang digunakan statistik deskriptif ini meliputi jumlah sample, nilai minimum, nilai maksimum, nilai rata-rata dan deviasi standar (Ghozali, 2011). Nilai minimum digunakan untuk mengetahui jumlah terkecil data yang bersangkutan bervariasi dari rata-rata. Nilai maksimum digunakan untuk mengetahui jumlah terbesar data yang bersangkutan. Nilai rata-rata digunakan untuk mengetahui rata-rata data yang bersangkutan. Deviasi standar digunakan untuk mengetahui seberapa besar data yang bersangkutan bervariasi dari rata-rata.

3.6.2. Uji Asumsi Klasik

Model penelitian sebaiknya diuji terlebih dahulu asumsi klasiknya untuk memastikan tidak adanya bias atau rancu yang dapat membuat hasil penelitian menjadi tidak akurat (Sunjoyo dkk, 2013:54).

3.6.2.1. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel penggangu atau residual memiliki distribusi normal. (Gujarati, 2008). Sementara Erlina (2011:101) menjelaskan bahwa


(52)

“tujuan daripada uji normalitas data adalah untuk mengetahui apakah dalam model regresi variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal”. Model regresi yang baik adalah yang mempunyai distribusi data normal atau mendekati normal. Uji normalitas pada penelitian ini didasarkan pada uji statistik sederhana dengan melihat nilai nilai signifikan pada uji statistik nonparametik Kolmogorov-Smirnov (K-S). Uji K-S dilakukan dengan membuat hipotesis:

Ho: data residual berdistribusi normal Ha: data residual tidak berdistribusi normal

Dasar pengambilan keputusan pada uji K-S ini adalah dengan melihat nilai probabilitas signifikansi data residual. Jika angka probabilitas kurang dari 0,05 maka variabel ini tidak berdistribusi secara normal. Sebaliknya, bila angka probabilitas di atas 0,05 maka Ha ditolak yang berarti variabel terdistribusi secara normal (Ghozali, 2011 : 29-35).

3.6.2.2. Uji Multikolinieritas

Uji multikolinearitas adalah untuk melihat ada atau tidaknya korelasi yang tinggi antara variabel-variabel bebas dalam suatu model regresi linear berganda. Jika ada korelasi tinggi diantara variabel-variabel bebasnya, maka hubungan antara variabel-variabel bebas terhadap variabel terikatnya menjadi terganggu (Sunjoyo dkk, 2013:65). Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolonieritas di dalam model regresi adalah sebagai berikut:


(53)

1. Menganalisis matrik korelasi variabel-variabel independen, jika diantara variabel independen ada korelasi yang cukup tinggi (umumnya diatas 0.90), maka hal ini merupakan indikasi adanya multikolonieritas.

2. Multikolonieritas dapat juga dilihat dari (1) nilai tolerance dan lawannya (2) Variance Inflation Factor (VIF), nilai cutoff yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolonieritas adalah nilai tolerance > 0,10 atau sama dengan nilai VIF < 10.

3.6.2.3. Uji heterokedastisitas

Uji heterokedasitas adalah untuk melihat apakah terdapat ketidaksamaan varians dari residual satu ke pengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi yang memenuhi persyaratan adalah terdapat kesamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap atau disebut homoskedastisitas (Sunjoyo dkk, 2013:69). Ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat grafik

Scatterplot antara nilai prediksi variabel independen dengan nilai

residualnya. Dasar yang digunakan untuk menentukan heteroskedastisitas antara lain :

1. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian mnenyempit), maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.


(54)

2. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik yang menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

3.6.2.4. Uji Autokerelasi

Uji Autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi tersebut ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1(sebelumnya). Jika terjadi korelasi, dapat disimpulkan adanya problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena penelitian yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya (Imam Gozali,2011) . Uji autokorelasi dapat diuji menggunakan uji run test. Uji run test menguji apakah antar residual terdapat korelasi yang tinggi. Run test menunjukkan tidak terjadi autokorelasi antar nilai residual, jika nilai test di atas 0,05.

3.6.3. Uji Hipotesis Penelitian

3.6.3.1. Analisis Regresi Berganda

Metode analisis yang digunakan untuk menilai variabilitas luas pengungkapan risiko dalam penelitian ini adalah analisis regresi berganda (multiple regression analysis). Analisis regresi berganda digunakan untuk menguji pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Analisis regresi berkenaan dengan studi ketergantungan antara satu variabel terikat dengan satu atau lebih variabel bebas atau penjelas, dengan tujuan mengestimasi atau


(55)

memprediksi rata-rata populasi atau nilai rata-rata variable dependen berdasarkan nilai variabel independen yang diketahui. Analisis ini juga mengukur kekuatan hubungan antara dua variabel atau lebih, juga menunjukkan arah hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen. Model regresi yang dikembangkan untuk menguji hipotesis-hipotesis yang telah dirumuskan dalam penelitian ini adalah: Y = a+b1X1 +b2X2 +b3X3+ b4X4+b5X5 +e

Keterangan:

Y = Pengungkapan Informasi Sosial a = Konstanta

b1,b2,b3,b4,b5= Koefisien regresi masing-masing variabel independen

X1 = Ukuran Dewan Komisaris

X2 = Financial Leverage

X3 = Ukuran Perusahaan

X4 = Profitabilitas

X5 = Umur Perusahaan

e = koefisien error

3.6.3.2. Uji Statistik F

Uji statistik F digunakan untuk mengetahui apakah variabel-variabel independen yang dimasukkan ke dalam model regresi mempunyai pengaruh secara bersama-sama (simultan) terhadap variabel dependen (Ghozali, 2011: 99). Pembuktian dilakukan dengan cara membandingkan nilai F kritis (Ftabel) dengan (Fhitung) dimana tabel hitung


(56)

terdapat pada tabel analysis of variance. Tingkat signifikan tabel yang digunakan sebesar 5% dengan derajat kebebasan (degree of freedom)

df= (n-k) dan (k-1) dimana (n) adalah jumlah observasi dan (k) adalah

jumlah variabel.Hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut : Ha :B1 = B2 = B3 =B4= B5 = B6 = 0

Artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan secara bersama-sama (simultan) dari variabel independen terhadap variabel dependen.

Ha :B1 = B2 = B3 =�4= B5 = B6≠ 0

Artinya terdapat pengaruh yang signifikan secara bersama-sama (simultan) dari variabel independen terhadap variabel dependen.

Untuk menguji apakah ada pengaruh yang signifikan atau tidak antara variabel independen dan dependen secara simultan, maka digunakan uji F dengan kriteria sebagai berikut :

1. Bila Fhitung >Ftabel atau P value< α (0,05) maka Ha diterima

2. Bila F hitung<Ftabel atau P value> α (0,05) maka Ha tidak dapat diterima

3.6.3.3. Uji Statistik T

Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen terhadap variabel dependen dengan menganggap variabel independen lainnya konstan (Ghozali, 2011: 101). Tingkat signifikansi yang digunakan sebesar 5% dengan derajat kebebasan (degree of freedom) df = (n-k-1) dimana (n) adalah jumlah observasi dan (k) adalah jumlah variabel. Pengujian koefisien regresi masing-masing variabel adalah sebagai berikut:


(57)

Ha:βi = 0 (tidak ada pengaruh variabel independen i pada variabel

dependen)

Ha:βi ≠ 0 (ada pengaruh variabel independen i pada variabel dependen)

Kriteria pengambilan keputusan adalah sebagai berikut :

a. Jika thitung > ttabel maka variabel independen secara parsial

berpengaruh terhadap variabel dependen.

Jika thitung < ttabel maka variabel independen secara parsial tidak

berpengaruh terhadap variabel dependen.

b. Jika P value< α 0,05 maka Ha diterima, berarti variabel independen

berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.

Jika P value> α 0,05 maka Ha tidak dapat diterima, berarti variabel

independen i tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.

3.6.3.4. Uji Koefesien Determinasi

Uji koefisien determinasi digunakan untuk mengukur tingkat kemampuan model dalam menerangkan variabel dependen, namun karena koefisien determinasi memiliki kelemahan mendasar, yaitu adanya bias terhadap jumlah variabel independen yang dimasukkan ke dalam model, maka dalam penelitian ini menggunakan koefisien determinasi berkisar antara 0 dan 1. Jika nilai koefisien determinasi semakin mendekati 1, maka semakin baik kemampuan model tersebut dalam menjelaskan variabel dependen (Ghozali, 2011: 97).


(58)

BAB IV

ANALISIS HASIL PENELITIAN 4.1. Deskriptif Objek Penelitian

Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari internet melalui situs www.idx.co.id . Data yang digunakan merupakan data laporan tahunan perusahaan perbankan yang dipublikasikan pada tahun 2011-2013. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian adalah metode analisis statistik yang menggunakan persamaan regresi berganda. Pengujian asumsi klasik dan regresi berganda dilakukan dengan menggunakan Software SPSS versi 22. Berdasarkan kriteria yang telah ditentukan, diperoleh 25 perusahaan perbankan yang memenuhi kriteria dan menjadi sampel dalam penelitian ini selama periode 2011-2013.

4.2. Analisis Statistik Deskriptif

Analisis statistik deskriptif dilakukan untuk memberikan informasi mengenai data yang dimiliki dan tidak bermaksud menguji hipotesis. Analisis ini hanya digunakan untuk menyajikan dan menganalisis data disertai dengan perhitungan agar dapat memperjelas keadaan atau karakteristik data yang bersangkutan. Analisis statistik deskriptif memberikan gambaran mengenai nilai minimum, nilai maksimum, nilai rata-rata (mean) dan standart deviation (simpangan baku) data yang digunakan dalam penelitian. Dimana komponen-komponen statistic deskriptif dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Nilai minimum adalah nilai data paling rendah setelah data tersebut diurutkan dari angka terkecil ke angka tertinggi.


(59)

2. Nilai maksimum adalah nilai data paling tinggi setelah data tersebut diurutkan dari angka terkecil ke angka tertinggi.

3. Mean (nilai rata-rata) adalah jumlah seluruh angka pada data yang dibagi dengan jumlah data yang ada.

4. Standard deviation adalah nilai simpang baku. Semakin kecil nilainya, maka

data yang digunakan mengelompok disekitar nilai rata-rata. Tabel 4.1

Statistik Deskriptif Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Informasi Sosial 75 .333 1.000 .60889 .163238 Ukuran Komisaris 75 2.000 9.000 5.10667 1.697162 Financial Leverage 75 .752 .940 .88340 .034364 Ukuran Perusahaan 75 18.916 42.844 32.79387 3.462800 Profitabiltas 75 -.859 .420 .15571 .172131 Umur Perusahaan 75 1.000 30.000 12.36000 6.917741 Valid N (listwise) 75

Sumber: Diolah dengan SPSS, 2015

Dari pengujian deskriptif statistik yang tersaji pada table 4.1 menunjukkan hasil sebagai berikut:

1. Variabel Informasi Sosial memiliki nilai terendah yaitu 0.333, nilai tertinggi 1 dengan nilai rata-rata 0.60889 dan standar deviasi 0.163238. 2. Variabel Ukuran Komisaris memiliki nilai terendah yaitu 2, nilai tertinggi

9 dengan nilai rata-rata 5.10667 dan standar deviasi 1.697162.

3. Variabel Financial Leverage memiliki nilai terndah yaitu 0.752, nilai tertinggi 0.94 dengan nilai rata-rata 0.8834 dan standar deviasi 0.034364.


(60)

4. Variabel Ukuran Perusahaan memiliki nilai terendah yaitu 18.916, nilai tertinggi 42.844 dengan nilai rata-rata 32.39387 dan standar deviasi 3.4628. 5. Variabel Profitabilitas memiliki nilai terendah yaitu -0.859, nilai tertinggi 0.420

dengan nilai rata-rata 0.15571 dan standar deviasi 0.172131.

6. Variabel Umur Perusahaan memiliki nilai terendah yaitu 1, nilai tertinggi 30 dengan nilai rata-rata 12.36 dan standar deviasi 6.917741.

4.3. Uji Asumsi Klasik 4.3.1. Uji Normalitas

Pengujian normalitas data dapat dilakukan secara kasat mata yaitu dapat dilihat pada garfish histogram dan garfik PP Plot. Suatu data akan berdistribusi normal jika grafik histogram menyerupai bel yang menghadap ke atas. Hal ini dapat dilihat dalam tampilan grafik berikut ini:

Gambar 4.1 Grafik Histogram


(61)

Grafik histogram di atas menunjukkan bahwa distribusi data memiliki kurva berbentuk lonceng ke atas dimana distribusi data tidak menceng ke kiri atau menceng ke kanan. Hal ini menunjukkan bahwa data telah terdistribusi secara normal.

Hal ini juga didukung dengan hasil uji normalitas dengan menggunakan garfik PP Plot berikut ini.

Gambar 4.2 Grafik PP Plot Sumber: Diolah dengan SPSS, 2015

Gambar 4.2 merupakan grafik PP Plot yang menunjukkan bahwa titik-titik data menyebar di sekitar garis diagonal pada normal plot. Hal tersebut menunjukkan bahwa data telah berdistribusi secara normal.


(62)

Pengujian normalitas dapat juga diuji secara statistic dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov. Menurut Ghozali (2013:60) uji K-S dibuat dengan membuat hipotesis sebagai berikut:

Ho : Data residual berdistribusi normal. Ha : Data residual tidak berdistribusi normal.

Bila sig > 0,05 berarti distribusi normal (Ho diterima, Ha ditolak), sebaliknya bila sig < 0,05 berarti distribusi data tidak normal (Ha diterima, Ho ditolak).

Hasil uji normalitas dengan menggunakan tes Kolmogorov-Smirnov ditunjukkan pada tabel 4.2 berikut:

Tabel 4.2

One-Sampel Kolmogorov-Smirnov Test

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 75

Normal Parametersa,b Mean .0000000 Std. Deviation .13010312 Most Extreme Differences Absolute .046 Positive .043 Negative -.046 Test Statistic .046 Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

c. Lilliefors Significance Correction.

d. This is a lower bound of the true significance. Sumber: Diolah dari SPSS,2015

Berdasarkan tabel diatas dapat dideskripsikan besarnya Kolmogorov-Smirnov (K-S) adalah 0,046 dan signifikan 0,200. Hal ini menunjukkan


(63)

bahwa data tersebut telah berdistribusi normal karena nilai Asymp.

Sig.(2-tailed) lebih besar dari 0,05 yakni 0,200.

4.3.2. Uji Multikolinieritas

Uji Multikolinieritas bertujuan untuk menguji ada tidaknya korelasi antara variabel independen dalam model regresi. Jika pada model regresi terjadi multikolinearitas, maka koefesian regresi tidak dapat ditaksir da nilai standard erro menjadi tak terhingga. Untuk melihat ada atau tidaknya multikolinearitas dalam regresi dapat dilihat dari:

1. Nilai tolerance variabel diatas 0,10

2. Variance Inflation Factor (VIF) variabel dibawah 10.

Uji multikolinearitas dengan melihat nilai tolerance dan VIF menunjukkan hasil seperti pada tabel 4.3 berikut:

Tabel 4.3

Hasil Uji Multikolinearitas Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardize d Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) -.051 .490 -.103 .918

Ukuran Komisaris .046 .010 .482 4.518 .000 .810 1.235

Financial Leverage .661 .481 .139 1.374 .174 .899 1.113

Ukuran Perusahaan -.006 .005 -.134 -1.344 .183 .922 1.084

Profitabiltas .216 .099 .228 2.178 .033 .838 1.193

Umur Perusahaan .001 .002 .045 .470 .640 .994 1.006

a. Dependent Variable: Informasi Sosial


(1)

Data Umur Perusahaan

NO Nama Firm

2011

2012

2013

1 AGRO

8

9

10

2 BABP

9

10

11

3 BACA

3

4

5

4 BAEK

3

4

5

5 BBCA

11

12

13

6 BBKP

5

6

7

7 BBNI

14

15

16

8 BBRI

7

8

9

9 BCIC

14

15

16

10 BDMN

21

22

23

11 BEKS

10

11

12

12 BJBR

1

2

3

13 BKSW

8

9

10

14 BMRI

8

9

10

15 BNBA

11

12

13

16 BNGA

21

22

23

17 BNII

21

22

23

18 BTPN

3

4

5

19 BVIC

12

13

14

20 INPC

21

22

23

21 MAYA

14

15

16

22 MEGA

11

12

13

23 NISP

16

17

18

24 PNBN

28

29

30


(2)

Lampiran 8

Hasil Statistik Deskriptif

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Informasi Sosial 75 .333 1.000 .60889 .163238

Ukuran Komisaris 75 2.000 9.000 5.10667 1.697162

Financial Leverage 75 .752 .940 .88340 .034364

Ukuran

Perusahaan 75 18.916 42.844 32.79387 3.462800

Profitabiltas 75 -.859 .420 .15571 .172131

Umur Perusahaan 75 1.000 30.000 12.36000 6.917741

Valid N (listwise) 75

Lampiran 9


(3)

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 75

Normal Parametersa,b Mean .0000000

Std. Deviation .13010312

Most Extreme Differences Absolute .046

Positive .043

Negative -.046

Test Statistic .046

Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

c. Lilliefors Significance Correction.


(4)

Lampiran 10

Hasil Uji Multikolinieritas

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) .503 .278 1.810 .075

Ukuran Komisaris .003 .006 .061 .476 .636 .810 1.235

Financial Leverage -.438 .273 -.197 -1.605 .113 .899 1.113 Ukuran Perusahaan -.001 .003 -.036 -.296 .768 .922 1.084

Profitabiltas -.080 .056 -.181 -1.427 .158 .838 1.193

Umur Perusahaan .001 .001 .094 .804 .424 .994 1.006

a. Dependent Variable: abs

Lampiran 11


(5)

Hasil Uji Autokolerasi

Runs Test

Unstandardized Residual

Test Valuea -.01169

Cases < Test Value 37

Cases >= Test Value 38

Total Cases 75

Number of Runs 36

Z -.580

Asymp. Sig. (2-tailed) .562

Lampiran 13

Hasil Uji Statistik F

ANOVAa

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression .031 5 .006 1.047 .398b

Residual .403 69 .006

Total .433 74

a. Dependent Variable: abs

b. Predictors: (Constant), Umur Perusahaan, Financial Leverage, Ukuran Perusahaan, Profitabiltas, Ukuran Komisaris


(6)

Lampiran 14

Hasil Uji Statistik T

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) -.051 .490 -.103 .918

Ukuran Komisaris .046 .010 .482 4.518 .000

Financial Leverage .661 .481 .139 1.374 .174

Ukuran Perusahaan -.006 .005 -.134 -1.344 .183

Profitabiltas .216 .099 .228 2.178 .033


Dokumen yang terkait

Faktor Yang Mempengaruhi Pengungkapan Informasi Sosial Dalam Laporan Tahunan Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 35 83

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Informasi Sosial dalam Laporan Tahunan Perusahaan Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).

0 32 87

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGUNGKAPAN SOSIAL (SOCIAL DISCLOSURE) DALAM LAPORAN KEUANGAN TAHUNAN PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 1 22

ANALISA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGUNGKAPAN SOSIAL (SOCIAL DISCLOSURE) DALAM LAPORAN KEUANGAN TAHUNAN PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 0 6

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengungkapan Informasi Sosial (Social Information Disclosure) Dalam Laporan Tahunan Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (Bei)

0 0 12

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengungkapan Informasi Sosial (Social Information Disclosure) Dalam Laporan Tahunan Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (Bei)

0 0 2

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengungkapan Informasi Sosial (Social Information Disclosure) Dalam Laporan Tahunan Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (Bei)

0 0 6

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengungkapan Informasi Sosial (Social Information Disclosure) Dalam Laporan Tahunan Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (Bei)

0 0 22

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengungkapan Informasi Sosial (Social Information Disclosure) Dalam Laporan Tahunan Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (Bei)

0 0 3

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengungkapan Informasi Sosial (Social Information Disclosure) Dalam Laporan Tahunan Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (Bei)

0 0 14