Analisis pertambahan berat badan ibu hamil berdasarkan status sosial ekonomi dan status gizi serta hubungannya dengan berat bayi baru lahir

(1)

GIZI SERTA HUBUNGANNYA DENGAN

BERAT BAYI BARU LAHIR

YONGKY

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(2)

Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Analisis Pertambahan Berat Badan Ibu Hamil berdasarkan Status Sosial Ekonomi dan Status Gizi serta Hubungannya dengan Berat Bayi Baru Lahir adalah karya saya sendiri dengan arahan komisi pembimbing dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.

Bogor, Januari 2007

Yongky NIM A561020051


(3)

YONGKY. Analisis Pertambahan Berat Badan Ibu Hamil berdasarkan Status Sosial Ekonomi dan Status Gizi serta Hubungannya dengan Berat Bayi Baru Lahir. Di bawah bimbingan: HARDINSYAH, GULARDI WIKNJOSASTRO, DADANG SUKANDAR

Studi ini bertujuan untuk menentukan prevalensi kejadian bayi lahir dengan pertumbuhan janin terhambat (PJT) dan prevalensi bayi dengan berat lahir rendah (BBLR) pada ibu dari keluarga dengan status sosial ekonomi dan status gizi berbeda. Studi dilakukan secara prospektif terhadap 638 ibu hamil usia 20-35 tahun di Puskesmas yang memiliki rumah bersalin dan Rumah Sakit Ibu dan Anak di daerah Jakarta Timur dan Bekasi. Data yang dikumpulkan mencakup sosial ekonomi keluarga, ukuran antropometrik ibu dan bayi, konsumsi gizi serta pengetahuan gizi ibu. Faktor–faktor yang menentukan pertambahan berat badan selama kehamilan, berat dan panjang bayi baru lahir, serta lingkar kepala bayi lahir dianalisis dengan uji regresi linear berganda.

Hasil penelitian menunjukkan prevalensi PJT 10.0% dan BBLR 5.8%, Prevalensi PJT lebih tinggi pada bayi dari ibu hamil dengan status sosial ekonomi rendah (14.5%) dan ibu dengan status gizi kurus (12.3%). Prevalensi BBLR lebih tinggi pada ibu dengan status gizi rendah (8.3%) dan ibu dengan status gizi gemuk (11.8%).

Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa pertambahan berat badan ibu selama kehamilan dipengaruhi oleh status sosial ekonomi, tinggi badan ibu awal kehamilan (cm) dan usia kehamilan (R2 = 0.23). Berat lahir bayi dipengaruhi oleh usia kehamilan ibu, pertambahan berat badan ibu, tinggi badan ibu awal kehamilan (cm), status gizi ibu awal kehamilan (IMT) dan skor pengetahuan gizi ibu di akhir kehamilan (R2 = 0.25). Panjang lahir bayi dipengaruhi oleh usia kehamilan ibu, tinggi badan ibu awal kehamilan (cm), pertambahan berat badan ibu dan status gizi ibu hamil di awal kehamilan (IMT) (R2 = 0.19). Ibu yang pra hamil perlu memperhatikan status gizi mulai awal kehamilan serta memberikan perhatian terhadap pertambahan berat badan selama kehamilan karena akan terkait dengan gizi bayi yang akan dilahirkan.

Kata kunci: pertambahan berat kehamilan, berat bayi lahir rendah, pertumbuhan janin terhambat, status gizi, status sosial ekonomi.


(4)

socioeconomic and nutritional status and its relationship with weight of the newborn infants, the fetal weight and length of birth. Supervised by :

HARDINSYAH, WIKNJOSASTRO GULARDI, and SUKANDAR

DADANG.

The aims of the study are determining the prevalence of intra uterine growth retardation (IUGR) and low birth weight (LBW) infant among different social economic status (low SE and high SE) and maternal nutritional status-MNS (high risk, normal, overweight and obesity), and analyzing the effects of gestational weight gain (GWG) on the weight of the newborn infants. This study applied a prospective study design of 638 pregnant women aged 20-35 years, from of the selected health centers and maternal hospitals in urban areas of East Jakarta and Bekasi. Data collected include socioeconomic of family, anthropometric measurements, maternal nutrition knowledge (MNK). The relationship between variables were analyzed using Pearson Correlation test. The effects of gestational weight gain, gestational age, nutritional and socio-economic status on fetal growth were analyzed by a multiple linear regression.

The results showed that the prevalence of IUGR was 10.0% and LBW was 5.8%. The prevalence of IUGR was 14.5% for low SE higher than prevalence IUGR of high SE (6.7%); meanwhile the prevalence of IUGR was 12.3% for high risk nutritional status, higher than normal (9.9%), overweight (8.8%) and obesity (8.7%) MNS. The prevalence of LBW was 8.3% for low SE, higher than the prevalence of LBW of high SE (3.2%), and 11.8% for overweight, higher than high risk (8.5%) and normal (5.1%) MNS.

The GWG was positively correlated with SE status, mother body height and gestational age (GA) (R2 = 0.23). The Infant Birth Weight was positively correlated with GA, GWG, mother body height, MNS and MNK (R2=0.25). Infant body length was positively correlated with GA, body height, GWG, MNS (R2=0.19). This study suggests that increased awareness of maternal weight gain is critical to nutritional status of newborn infant and identifying infants at risk for IUGR and LBW.

Key words: gestational weight gain, low birth weight, intrauterine growth retardation, nutritional status, social economic status


(5)

© Hak cipta milik Institut Pertanian Bogor tahun 2007 Hak cipta dilindungi

Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin dari Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apa pun, baik cetak, fotocopy,mikrofilm,


(6)

GIZI SERTA HUBUNGANNYA DENGAN

BERAT BAYI BARU LAHIR

YONGKY

Disertasi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor pada

Departemen Gizi Masyarakat

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(7)

Status Sosial Ekonomi dan Status Gizi serta Hubungannya dengan Berat Bayi Baru Lahir.

Nama : Yongky

NIM : A561020051

Disetujui Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Hardinsyah, MS. Ketua

Prof. Dr. dr. Gulardi Wiknjosastro, Sp.OG. Dr. Ir. Dadang Sukandar, M.Sc. Anggota Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi GMK Dekan Sekolah Pascasarjana

Prof. Dr. Ir. Ali Khomsan, M.S. Dr. Ir. Khairil Anwar Notodiputro, MS


(8)

Sejak menjadi mahasiswa S1 sampai sekarang masalah kekurangan gizi tidak pernah hilang di negeri ini, hanya pemberitaannya dimedia masa hilang timbul. Pada waktu menjalani wajib kerja sarjana di desa, yang tidak perlu saya sebutkan namanya sehingga sekarang ini, sekali-sekali saya menemukan seseorang yang kekurangan gizi dengan berbagai macam latar belakang penyebabnya. Maka dengan melakukan penelitian ini akan memberikan suatu kepuasan tersendiri bagi saya.

Saya mengucapkan terima kasih yang tulus kepada berbagai pihak yang telah mengambil bagian pada penyusunan disertasi ini. Pertama-tama saya ucapkan terima-kasih dan penghargaan yang tulus kepada tim pembimbing saya Prof. Dr. Ir. Hardinsyah, MS., sebagai ketua, Prof. Dr. dr. Gulardi Wiknjosastro, Sp.OG. dan Dr. Ir. Dadang Sukandar, M.Sc. sebagai anggota atas waktu, tenaga dan pikiran yang diberikan selama bimbingan dan menyelesaian disertasi ini. Ucapan terima-kasih dan penghargaan juga saya sampaikan kepada Ibu Dr. Ir. Amini Nasoetion, MS. dan Dr. Ir. Hadi Riyadi, MS. sebagai penguji luar komisi pada ujian prakualifikasi S3 yang memberikan masukan dan buku-buku untuk melengkapi disertasi saya ini. Ucapan terima kasih juga saya tujukan kepada Dr. Rimbawan selaku Pembimbing Akademik dan Dr. Clara Kusharto, M.Sc., atas bimbingannya selama saya mengikuti perkuliahan di Program Studi Gizi Masyarakat IPB.

Kepada para dosen di lingkungan Departemen GMK FEMA IPB dan para rekan mahasiswa S3 program studi GMK FEMA IPB juga saya ucapkan terima-kasih atas masukkan yang berharga dan saran simpatik selama kolokium. Terima-kasih kepada civitas akademika lain yang ikut berperan selama kolokium yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.

Terima kasih saya ucapkan kepada ibunda tercinta, Liana Alm. yang telah memberikan motivasi dan semangat serta berkorban menyekolahkan saya dengan menjual semua perhiasan yang dipunyai untuk biaya sekolah saya.

Ucapan terima kasih kepada Prof. Dr. dr. Koesmanto Setyonegoro Sp.KJ. yang telah memberi semangat kepada saya, dalam kata sambutannya pada pelepasan Spesialis Jiwa, dengan menyebut “Yongky kamu harus melanjutkan sekolah S3”, tetapi saya juga meminta maaf kepada beliau, karena saya tidak mengambil S3 dengan disiplin ilmu yang sama dengan beliau.

Terima-kasih juga saya ucapkan kepada isteri saya bidan Hermien Hendrawati S.Si.T. yang tidak pernah menuntut saya praktek seperti dokter yang sesungguhnya, tidak pernah melarang dan tidak pernah menyuruh kepada saya untuk meneruskan sekolah sampai tingkat yang terakhir ini, hanya mengingatkan untuk mendahulukan biaya sekolah anak-anak saya yang sangat mahal.

Kepada putra saya yang pertama Hans Tindo S.Kom. saya mengucapkan banyak terima-kasih, yang telah menyiapkan perangkat komputer dan membantu menuliskan disertasi ini dengan komputer, terutama gambar-gambar, yang tidak pernah diajarkan kepada saya dari sekolah yang formal seperti sekarang ini. Putra saya yang kedua Erwin Josh Tindo S.Ked. juga membantu dalam menuliskan disertasi ini dengan komputer.


(9)

ucapkan banyak terima-kasih, sebetulnya dari dialah saya mendapat inspisrasi untuk melanjutkan sekolah ini. Pada waktu saya mendaftarkan dia di Fakultas Ilmu Pangan IPB.

Kepada dr. Amir Hussein Anwar Sp.KJ., alm, sebagai mantan Direktur Rumah Sakit Marzuki Mahdi, saya ucapkan banyak terima-kasih atas ijin yang diberikan kepada saya untuk mengikuti pendidikan S3 ini, karena pada waktu pertama kali wawancara dengan Ketua Program Studi Prof. Dr. Ir. Ali Khomsan M.S.yang ditanyakan adalah surat izin dari atasan langsung. Kepada Ir. Suyedi Riswan, MM, staf pada UPF Elektromedik RS Marzuki Mahdi Bogor, yang pada waktu ini masih mahasiswa Program S3 di Program Studi Ilmu Kelautan IPB, mengajak saya kuliah di IPB dan sekaligus mendaftarkan saya. Saya juga mengucapkan terima kasih kepada Ali Rahman, Ph.D, Direktur Program Magister Manajemen Pascasarjana Universitas Indonusa Esa Unggul, Dr. Izzurdin, dan Dr. Ir. Son Diamar MSc., yang merekomendasikan saya untuk kuliah di IPB.

Bapak dr. Hasmoro, Sp.An, MM, MHA, Direktur RSIA Hermina yang memberi tempat untuk penelitian disertasi ini, Bapak Yulizar, SE, MARS, yang membantu proses penelitian di RSIA Hermina, saya ucapkan terima kasih. Kepada Kepala Puskesmas dan seluruh staf Puskesmas di Jakarta Timur dan Bekasi tempat penelitian dilakukan, juga saya ucapkan terima kasih.

Kepada Dr. dr. A.J. Hukom Sp.KJ, Alm. terima kasih kepada beliau yang tak henti-hentinya memberi semangat kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan pendidikan saya di Departemen Psikiatri FKUI.

Kepada Dr. dr. Edith Humris Pleyte Sp.KJ, terima kasih kepada beliau yang telah memberi kepercayaan kepada saya untuk mengerjakan Validasi, Child Depression Inventory, sehingga timbul semangat saya untuk lebih cepat untuk menyelesaikan pendidikan saya di Departemen Psikiatri FKUI.

Kepada semua staf dosen di FEMA IPB yang tidak dapat saya sebut satu persatu, yang ikut mendidik, memberi ilmu kepada saya, selama dalam mengikuti kuliah dan seminar-seminar, saya ucapkan banyak-banyak terima-kasih.

Kepada teman-teman saya seangkatan, yang telah lulus lebih dahulu, Dr. Intje Picauly S.Pi, M.Si, dan Dr. Ir. Albiner Siagian M.Si., yang membantu saya dalam menyajikan tugas makalah-makalah yang sangat banyak, sehingga pekerjaan kami sebagai Pegawai Negeri Sipil tak terganggu, kami ucapkan banyak terima-kasih. Kepada semua pihak yang tak dapat saya sebutkan satu per satu, yang telah membantu kami dalam menyelesaikan studi ini, kami ucapkan banyak terima-kasih, Semoga Tuhan yang Maha Esa membalas budi baik Bapak/Ibu/Sdr/i semuanya.

Semoga penelitian ini dapat memberikan sumbangan yang berarti pada pengembangan ilmu pengetahuan.

Bogor, Maret 2007 Yongky


(10)

Penulis dilahirkan di Surabaya pada tanggal 27 Mei 1945, sebagai anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Hardi Hartono dan Liana. Penulis menikah dengan M. Hermien Hendrawati, S.Si.T. yang saat ini juga sedang mengikuti program S2 bidang Kesehatan Masyarakat Reproduksi Universitas Indonesia, dan dikaruniai tiga orang putra, yaitu Hans Tindo, S.Kom, Erwin Josh Tindo, S.Ked, dan Donny R.Tindo, S.Ked.

Penulis menyelesaikan pendidikan dasar (SD) di Surabaya tahun 1957, menyelesaikan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di SMP II Negeri, Surabaya tahun 1960, melanjutkan ke Sekolah Lanjutan Tingkat Atas di SMAK Petra, Surabaya tahun 1963. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan di Perguruan Tinggi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana masuk 1965-1976. penulis melanjutkan pendidikan Magister di Kedokteran Jiwa, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, tahun 1985-1990. Penulis juga menempuh pendidikan Magister Manajemen angkatan ke-VII di Univ. Indonusa Esa Unggul tahun 1997-1999.(Jurusan Pemasaran) serta Magister Program Studi Kesehatan Masyarakat, Universitas Respati Indonesia, tahun 2001 – 2004. Pendidikan Ilmu Perilaku

Sampai sat ini penulis telah mengikuti berbagai pelatihan, seminar dan kursus baik di dalam maupun di luar negeri. Penulis juga pernah dianugerahi penghargaan antara lain Piagam Tanda Penghargaan Bakti Karya Husada Tri Windu dari Menkes dan Tanda Kehormatan Satya Lencana Karya Satya 20 th.dari Presiden RI Megawati Soekarnoputri.

Saat ini penulis masih bekerja sebagai dokter di RSMM Bogor, dan juga aktif sebagai dosen di beberapa perguruan tinggi serta masih aktif sebagai pembimbing mahasiswa praktek klinik di Program Studi Okupasi Terapi, U.I.


(11)

i

Halaman

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... v

DAFTAR LAMPIRAN ... vi

PENDAHULUAN Latar belakang ... 1

Tujuan ... 3

Hipotesis ... 4

Manfaat ... 4

TINJAUAN PUSTAKA Konsepsi ... 5

Tanda- tanda Kehamilan ... 7

Tahapan Pertumbuhan Janin ... 9

Penilaian Umur Kehamilan pada Bayi yang Baru Dilahirkan ... 17

Pertambahan berat badan ibu selama kehamilan ... 18

Tingkat kejadian abnormal dan peningkatan berat kehamilan ... 19

Anemia penyebab dan pencegahannya... 21

Gizi dan kehamilan ... 24

Pertumbuhan dan perkembangan janin selama kehamilan... 26

Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) ... 31

Pertumbuhan Janin Terhambat (Intra Uterine Growth Restriction) ... 37

Dioksin dan kesehatan….………..………... 47

KERANGKA PIKIR ... 53

METODE Desain, lokasi dan waktu ... 55

Contoh dan Penetapan Contoh ... 55

Metode dan Cara Pengumpulan Data ... 58

Pengolahan dan analisis data ... 61

Definisi Operasional ... 65

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Ibu Hamil ... 68

Karakteristik Suami ... 69

Status Gizi dan Konsumsi Gizi ... 70

Status Gizi sebelum Kehamilan berdasarkan IMT ... 70

Status Gizi sebelum Kehamilan berdasarkan LILA ... 72

Status Gizi sebelum Kehamilan berdasarkan kadar Hb dan Ht darah .... 73

Konsumsi gizi ... 75

Pertambahan Berat Badan Ibu Selama Hamil ... 78


(12)

ii

Pengetahuan Gizi dan Perilaku Kesehatan ... 88

Pengetahuan Gizi ... 88

Perilaku Kesehatan ... 91

Antropometri dan Masalah Gizi Bayi ... 95

Antropometri Bayi ... 95

Prevalensi PJT... 98

Prevalensi BBLR dan PBLP ... 100

Nilai Ballard Bayi ... 101

Hubungan Karakteristik Sosial Ekonomi Keluarga dengan Ukuran Antropometrik Bayi ... 104

Hubungan Status Gizi dan Kesehatan Ibu Hamil dengan Ukuran Antropometrik Bayi ... 106

Hubungan Pengetahuan Gizi dan Perilaku Ibu Selama Kehamilan dengan Ukuran Antropometrik Bayi ... 108

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertambahan Berat Badan Ibu Selama Kehamilan ... 109

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Berat Bayi Lahir... 110

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Panjang Bayi Lahir ... 111

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Lingkar Kepala Bayi Lahir ... 111

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 113

Saran ... 115

DAFTAR PUSTAKA ... 116

LAMPIRAN ... 124


(13)

iii

Halaman

1. Panjang badan menurut Haase dan berat badan janin menurut Struber….... 15

2. Hubungan umur kehamilan (bulan), besar rahim dan tinggi fundus uteri…. 15 3. Umur kehamilan menurut Spiegelberg……….. 17

4. Anjuran pertambahan berat badan total ibu selama kehamilan menurut Indeks Masa Tubuh……….…. . 20

5. Komposisi pertambahan berat badan total ibu selama kehamilan…..…….. 21

6. Jumlah zat besi pada wanita hamil.………... 22

7. Kebutuhan gizi normal, ibu hamil dan menyusui..……… 24

8. Kekurangan atau kelebihan zat gizi yang menyebabkan kelainan…..…….. 26

9. Kehamilan ganda menurut hukum Hellin ... 27

10. Kriteria inklusi contoh awal kehamilan dan setelah melahirkan …..…… 58

11. Jumlah sampel ibu hamil menurut status sosial ekonomi ... 58

12. Data dan sumber data ... 60

13. Karakteristik ibu hamil menurut status sosial ekonomi ... 68

14. Karakteristik suami menurut kategori status sosial ekonomi ... 69

15. Keadaan gizi ibu hamil menurut kategori status sosial ekonomi ... 71

16. Keadaan gizi ibu hamil menurut kategori status gizi ... 74

17. Konsumsi gizi ibu hamil menurut kategori status sosial ekonomi ... 75

18. Tingkat kecukupan gizi ibu hamil menurut kategori status sosial ekonomi 76 19. Konsumsi gizi ibu hamil menurut kategori status gizi ... 77

20. Tingkat kecukupan zat gizi ibu hamil menurut kategori status gizi ... 78

21. Pertambahan berat badan selama kehamilan menurut kategori status sosial ekonomi... 79

22. Sebaran ibu hamil berdasarkan jenis penyakit menurut kategori status sosial ekonomi... 83

23. Sebaran ibu hamil berdasarkan jenis penyakit menurut kategori status gizi 84 24. Sebaran ibu hamil berdasarkan riwayat kehamilan menurut kategori status sosial ekonomi ... 85 25. Sebaran ibu hamil berdasarkan riwayat kehamilan dan kategori


(14)

iv

kategori status sosial ekonomi ... 88 27. Sebaran ibu hamil berdasarkan kriteria pengetahuan gizi menurut kategori

status sosial ekonomi ... 89 28. Persentase ibu hamil yang menjawab benar pengetahuan gizi menurut

kategori status gizi ... 90 29. Sebaran ibu hamil berdasarkan kriteria pengetahuan gizi menurut kategori

status gizi... 91 30. Sebaran ibu hamil berdasarkan perilaku kesehatan menurut status kategori

sosial ekonomi... 92 31. Sebaran ibu hamil berdasarkan perilaku kesehatan menurut kategori status

gizi ... 94 32. Ukuran antropometrik bayi baru lahir menurut kategori status sosial

ekonomi ... 96 33. Ukuran antropometrik bayi baru lahir menurut kategori status gizi ... 97 34. Prevalensi masalah gizi pada bayi menurut kategori status sosial ekonomi 98 35. Prevalensi PJT berdasarkan usia kehamilan menurut kategori status sosial

ekonomi ... 99 36. 36 Prevalensi PJT berdasarkan usia kehamilan menurut kategori

status gizi ... 99 37. Prevalensi masalah gizi pada bayi menurut kategori status gizi ... 100 38. Sebaran nilai APGAR dan Ballard menurut kategori status

sosial ekonomi ... 102 39. Sebaran nilai APGAR dan Ballard menurut kategori status gizi ... 103 40. Hubungan karakteristik sosial ekonomi keluarga dengan ukuran

antropometrik bayi ... 105 41. Hubungan status gizi ibu hamil dengan ukuran antropometrik bayi ... 107 42. Keeratan hubungan (r) antara tinggi fundus dengan berat bayi lahir ... 108 43. Hubungan pengetahuan gizi dan kebiasaan merokok ibu selama kehamilan


(15)

v

45. Faktor-faktor yang memengaruhi berat bayi lahir ... 110 46. Faktor-faktor yang memengaruhi panjang bayi lahir ... 111 47. Faktor-faktor yang mempengaruhi lingkar kepala bayi lahir ... 112


(16)

vi

Halaman

1. Tinggi fundus menurut umur kehamilan dalam minggu ... 16

2. Komponen-komponen dari pertambahan berat badan pada kehamilan yang normal ... 19

3. Tingkat kejadian abnormal dan peningkatan berat kehamilan ... 20

4. Distribusi BBLR dari tahun 1987-2000 ... 35

5. Persentil berat badan dengan umur kehamilan dalam minggu ... 39

6. Skema mekanisme terjadinya PJT pada ibu hamil yang malnutrisi... 41

7. Ultrasonografi, mengukur diameter biparietal, lingkaran kepala, lingkaran abdominal panjang femur ... 42

8. Persentil indeks cairan amnion dibandingkan dengan umur kehamilan .... 45

9. Skema pemantauan dan penanganan PJT ... 47

10. Intik dioksin per hari di Amerika Utara menurut jenis pangan ... 49

11. TEQ dioksin didalam berbagai makanan…...………. 49

12. Siklus Dioksin ... 52

13. Kerangka pemikiran ... 54

14. Skema pengambilan contoh ... 57

15. Kurva tinggi fundus menurut usia kehamilan ibu ... 81


(17)

vii

Halaman

1. Informed Consent... 124

2. Rata – rata pertambahan berat badan ibu berdasarkan status kelahiran bayi menurut status sosial ekonomi ... 125

3. Rata – rata pertambahan berat badan ibu berdasarkan status kelahiran bayi menurut status gizi ibu ... 125

4. Tinggi Fundus Ibu Hamil Berdasarkan Usia Kehamilan ... 125

5. Peningkatan Tinggi Fundus Ibu Hamil Berdasarkan Usia Kehamilan ... 126

6. Nilai kematangan neuromuskuler serta skala Ballard ... 126

7. Analisis Regresi terhadap faktor – faktor yang berhubungan dengan pertambahan berat badan ibu selama hamil (Metode Stepwise)... 129

6. Analisis Regresi terhadap faktor – faktor yang berhubungan dengan berat bayi lahir (Metode Stepwise) ... 129

7. Analisis Regresi terhadap faktor – faktor yang berhubungan dengan panjang bayi lahir (Metode Stepwise) ... 130

8. Analisis Regresi terhadap faktor – faktor yang berhubungan dengan lingkar kepala bayi lahir (Metode Stepwise) ... 131


(18)

1

Latar Belakang

Kehamilan adalah suatu proses tumbuh kembang janin, dengan tujuan ibu dan anak sehat. Dalam konteks kesehatan masyarakat, kehamilan akan membawa berbagai konsekuensi kesehatan dan sosial ekonomi bagi ibu hamil dan bayi yang dilahirkan. Menurut Cunningham et al. (1995), kehamilan yang tak sehat dapat menyebabkan kematian bayi dan ibu melahirkan serta bayi cacat fisik dan mental.

Gizi ibu merupakan salah satu faktor utama yang menentukan tumbuh kembang janin mulai konsepsi sampai lahir. Gizi ibu yang buruk sebelum kehamilan maupun pada saat kehamilan, dapat menyebabkan Pertumbuhan Janin Terhambat (PJT), bayi lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR), gangguan pertumbuhan dan perkembangan otak bayi serta peningkatan risiko kesakitan dan kematian. Ibu hamil yang berstatus gizi kurang akan berisiko melahirkan BBLR 2.4 kali dibandingkan dengan hamil dengan gizi yang baik (Manuaba 2001). Berbagai studi yang ditelaah oleh Hardinsyah (2000) menunjukkan bahwa BBLR mempunyai dampak buruk terhadap perkembangan kognitif dan psikomotorik bayi, disamping dampak buruk pada pertumbuhannya.

Disamping itu bayi yang dilahirkan dalam kondisi BBLR berisiko mengalami anemia dan infeksi, bahkan keguguran dan kematian janin atau bayi (Soetjiningsih 1998). Bayi yang dilahirkan BBLR memiliki risiko kematian sebelum usia satu tahun 17 kali lebih tinggi dibanding bayi lahir dengan berat normal (Samil 1989 diacu dalam Depkes 2003). Lebih lanjut kejadian BBLR juga terkait dengan peningkatan risiko beberapa penyakit degeneratif, seperti diabetes melitus, hipertensi, penyakit kardiovaskuler dan stroke pada masa dewasa (Barker 1998; Aminullah 2004). Risiko kematian neonatal bayi PJT jauh lebih besar dibanding bayi BBLR sehingga kejadian PJT berdampak jauh lebih buruk dibanding kejadian BBLR (Institut Of Medicine 1990).

Menurut Ebrahim (1985) dan Hickey (2000), anak yang lahir dari ibu yang kurang gizi dan hidup dilingkungan miskin akan berisiko mengalami kurang gizi dan mudah terkena infeksi, selanjutnya akan menghasilkan wanita dewasa yang kurang gizi pula. Keadaan ini dapat merupakan lingkaran setan yang akan


(19)

berulang dari generasi kegenerasi selama kemiskinan dan kurang gizi tersebut tidak ditanggulangi. Keadaan ini akan berdampak buruk bagi kualitas sumberdaya manusia dan perekonomian suatu bangsa (Gani 2003).

Secara antropometrik indikator sederhana status gizi ibu hamil adalah lingkar lengan atas (LILA), tinggi fundus dan pertambahan berat badan. Hasil penelitian di Bogor dan Purworejo menunjukkan bahwa kenaikan berat badan ibu hamil selama kehamilan sebaiknya tidak kurang dari 9 kg agar terhindar dari kemungkinan melahirkan bayi BBLR (Husaini 1986; Winkvist et al. 2002). Kenaikan berat badan selama kehamilan berbeda menurut tinggi badan ibu hamil, status gizi dan kesehatan ibu selama hamil (IOM, Institute of Medicine 1990).

Status gizi ibu hamil yang diukur dari pertambahan berat badan selama kehamilan berhubungan positif dengan tingkat konsumsi energi ibu hamil (Kusin dan Kardjati 1994). Penelitian lain juga menunjukkan hubungan positif antar protein dan zat-zat gizi mikro terhadap pertambahan berat badan selama kehamilan (Soetjiningsih 1998; Hardinsyah et al. 2000; Manuaba 2001; Ines 2003). Menurut Ines 2003, defisiensi vitamin A dapat menyebabkan Pertumbuhan Janin Terhambat (PJT, Intra Uterine Growth Restriction). Jadi salah satu faktor yang menyebabkan PJT adalah faktor ibu yang mengalami gangguan gizi.

Selain karena gangguan gizi, PJT dan BBLR dapat disebabkan oleh: 1) faktor janin, misalnya: kelainan kromosom, kelainan bawaan (malformasi) dan kehamilan ganda; 2) faktor plasenta, misalnya: invasi trofoblas, infark plasenta multipel, anomali vaskularisasi umbilikus plasenta, insersi tali pusat abnormal (vilamentosa), plasenta previa, plasenta sirkumvalata, korioangiomata; 3) faktor kesehatan ibu, misalnya: hipoksia, vaskular, kelainan ginjal, antibodi antifosfolipid, lingkungan dan obat-obatan, riwayat obstetri buruk, dan pre-eklampsia (Endjun 2004).

Insiden PJT umumnya 5%, dapat bervariasi tergantung pada lokasi populasi dan ukuran yang dipakai (Peleg et al. 1998). Di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo sebanyak 8% dari kasus yang tidak mengalami kelainan obstetri ternyata mengalami PJT. Sebagian besar kejadian PJT ini berkaitan dengan gizi dan hipertensi (Wiknjosastro 1993).


(20)

Dari uraian diatas jelas bahwa masalah pertambahan berat badan ibu hamil menentukan pertumbuhan janin dan berat lahir. Namun pertambahan berat badan ibu hamil di tiga daerah penelitian di Indonesia bervariasi. Pertambahan berat badan ibu di Madura, Jawa Timur sekitar 6.8 kg (Kusin & Karjati. 1994), di Purworejo, Jawa Tengah, 8.3 ± 3.6 kg (Winkvist et al. 2002), di Kabupaten Bogor, Jawa Barat, 7.8 kg (Hardinsyah et al. 2000) dan di Ghana, Afrika 10.54 ± 1.68 kg (Tayie & Lartey 1995).

Perbedaan tersebut diduga karena perbedaan status sosial ekonomi, tinggi badan, status gizi awal kehamilan dan faktor lainnya seperti pengetahuan gizi dan paparan terhadap rokok dan zat lainnya. yang memungkinkan, yaitu penyakit ibu dan janin. Berdasarkan hal tersebut perlu diteliti apakah ada perbedaan pertambahan berat badan ibu hamil yang secara implisit mencerminkan pertumbuhan janin dan BBLR pada ibu hamil dari status sosial ekonomi dan status gizi yang berbeda, bila dikontrol dengan peubah tinggi badan. Disamping itu apakah juga kejadian PJT dan BBLR berbeda pada ibu hamil dari kelompok status sosial ekonomi dan status gizi yang berbeda?.Penelitian dilakukan untuk mencari faktor-faktor yang berhubungan dengan pertambahan berat badan ibu selama kehamilan dan berat bayi lahir.

Tujuan Tujuan Umum

Secara umum tujuan penelitian adalah untuk menganalisis pengaruh pertambahan berat badan ibu selama hamil dari berbagai status sosial ekonomi dan status gizi terhadap berat bayi lahir.

Tujuan Khusus

1. Menganalisis prevalensi Pertumbuhan Janin Terhambat dari kelompok ibu hamil dari status sosial ekonomi dan status gizi yang berbeda.

2. Menganalisa prevalensi Berat Bayi Lahir Rendah dan Panjang Bayi Lahir Pendek dari kelompok ibu hamil dari status sosial ekonomi dan status gizi berbeda.


(21)

3. Menganalisis hubungan status sosial ekonomi dan status gizi awal kehamilan dengan ukuran antropometri bayi lahir.

4. Menganalisis faktor faktor yang mempengaruhi pertambahan berat badan selama kehamilan.

5. Menganalisis faktor faktor yang mempengaruhi berat bayi baru lahir.

Hipotesis

1. Prevalensi pertumbuhan janin terhambat (PJT) dan BBLR lebih tinggi pada kelompok ibu dengan sosial ekonomi rendah dibandingkan kelompok sosial ekonomi tinggi.

2. Pertambahan berat badan ibu hamil diduga berhubungan dengan status sosial ekonomi dan status gizi ibu pada awal kehamilan.

3. Berat bayi lahir berhubungan dengan status sosial ekonomi dan status gizi ibu hamil.

Manfaat

1. Memperoleh informasi tentang prevalensi bayi yang mengalami pertumbuhan janin terhambat (PJT) dan bayi berat lahir rendah (BBLR) dari status sosial ekonomi dan status gizi yang berbeda.

2. Memperoleh informasi tentang besar pertambahan berat badan ibu hamil yang melahirkan bayi normal (tidak BBLR, lahir dengan berat badan >2500g) dari status sosial ekonomi dan status gizi yang berbeda.

3. Memperoleh informasi tentang faktor-faktor yang memengaruhi pertambahan berat badan ibu selama kehamilan dan berat bayi lahir, yang diharapkan dapat berguna bagi program pencegahan pertumbuhan janin terhambat dan berat bayi lahir rendah.


(22)

5 Konsepsi

Setiap kehamilan selalu diawali dengan konsepsi yaitu pembuahan ovum oleh spermatozoa dan nidasi dari hasil konsepsi tersebut (Wiknjosastro 1991).

Wanita setiap bulan melepaskan 1 atau 2 sel telur (Ovum) dari indung telur

(Ovarium), yang ditangkap oleh umbai-umbai (fimbriae) dan masuk kedalam saluran telur. Pada waktu bersanggama, cairan semen masuk kedalam vagina dan berjuta-juta sperma bergerak memasuki rongga rahim lalu masuk kesaluran telur. Pembuahan sel telur oleh sperma biasanya terjadi dibagian yang menggembung dari tuba Falopii (Pars ampulla). Pada sekitar sel telur, banyak berkumpul sperma

yang mengeluarkan enzim untuk mencairkan zat-zat yang melindungi ovum.

Kemudian pada tempat yang paling mudah dimasuki, masuklah satu sel sperma dan kemudian bersatu dengan sel telur, yang disebut sebagai peristiwa pembuahan atau fertilisasi (konsepsi).

Beberapa jam setelah terjadi konsepsi, maka terjadi pembelahan zigot. Hal ini dapat berlangsung oleh karena sitoplasma ovum mengandung banyak zat asam amino dan enzim. Segera setelah pembelahan ini terjadi, maka pembelahan-pembelahan selanjutnya berjalan terus dan dalam 3 hari terbentuk suatu kelompok sel-sel yang sama besarnya yang disebut morula. Energi pada pembelahan ini diperoleh dari vitellus, sehingga volume vitellus makin berkurang dan terisi seluruhnya oleh sel morula. Zona Pellusida tetap utuh dengan perkataan lain, sel hasil konsepsi besarnya sama (Wiknjosastro 1991). Pada ukuran yang sama hasil konsepsi ini bergerak kearah rahim melalui pars ismika dan pars interstisialis tuba, bagian-bagian yang sempit dari saluran tuba. Pergerakan tersebut dibantu oleh bulu getar (silia) dan kontraksi dari tuba dan mencapai kavum uteri hasil konsepsi tersebut dalam stadium blastula dan akhirnya melekat pada mukosa rahim untuk selanjutnya menetap tertanam diruang rahim, peristiwa ini disebut nidasi (implantasi). Dari pembuahan sampai nidasi diperlukan waktu kira-kira 6 - 7 hari (Mochtar & Lutan 1998).

Pada stadium blastula ini sel-sel yang lebih kecil membentuk dinding blastula, akan menjadi trofoblas. Dengan demikian, blastula diselubungi oleh


(23)

suatu simpai yang disebut trofoblas. Trofoblas ini mempunyai kemampuan menghancurkan dan mencairkan jaringan setelah sel ini menemukan endometrium dalam masa sekresi dengan sel desidua (sel desidua adalah sel pada endometrium). Sel desidua ini besar-besar, mengandung banyak glikogen dan dengan mudah dihancurkan oleh sel trofoblas. Blastula dengan bagian yang

mengandung inner-cell mass aktif mudah masuk kedalam lapisan desidua dan

luka pada desidua kemudian menutup kembali. Pada saat nidasi ini kadang-kadang terjadi perdarahan pada desidua yang luka tersebut tanda dari Hartman. Dengan nidasi ini maka dimulai suatu kehamilan.

Pada kehamilan tersebut janin mengalami suatu proses tumbuh kembang yang berlangsung pada sel, organ dan tubuh yang terjadi dari tiga tahapan yaitu: hiperplasia, yang terjadi ialah bertambah banyak jumlah sel, proliferasi sel, hiperplasia yang diikuti oleh hipertrofi/membesarnya sel dan bertambah banyak jumlah sel dan hipertrofi saja, peningkatan dalam besar dan kematangan sel. Selanjutnya setiap organ dan keseluruhan tubuh mengikuti pola pertumbuhan yang berbeda dalam masa berlangsungnya tahapan tadi. Terdapat saat-saat rawan gizi bagi anak oleh karena pemenuhan kebutuhan akan zat gizi merupakan faktor utama untuk mencapai hasil pertumbuhan yang optimal sesuai dengan potensi genetik (Solihin 1993).

Fase pertumbuhan lambat terjadi pada awal pertumbuhan, berupa hasil sintesis enzimatik awal dan perubahan faal dalam sel. Panjang pendeknya fase ini sangat tergantung pada masukan zat gizi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan keadaan faal sel-sel dalam tubuh. Pada fase peningkatan jumlah sel yang berlipat ganda dalam setiap proliferasi. Keadaan ini terjadi bila masukan gizi optimal dan

tidak ada faktor lain yang mengganggu. Fase pertumbuhan yang tetap/stationer

terjadi akibat pembatasan-pembatasan yang ada termasuk kemungkinan keterbatasan masukan zat gizi dan adanya gangguan lain (Satoto 1990) Pertumbuhan dibatasi oleh faktor genetik yang diturunkan. Kekurangan gizi akan menyebabkan keterlambatan pertumbuhan akan menurunkan fungsi organ tubuh.


(24)

Tanda-tanda Kehamilan

Kehamilan mempunyai tanda-tanda yang tidak pasti, tanda-tanda hamil muda dan tanda-tanda pasti kehamilan. Tanda-tanda tersebut adalah sebagai berikut:

a. Tanda-tanda kehamilan yang tidak pasti:

- Amenorheae, tidak datang haid, perlu diketahui oleh ibu-ibu tanggal hari pertama haid terakhir, agar dapat diperkirakan umur kehamilan, dengan menggunakan rumus Naegele. Perkiraan hari persalinan berdasarkan rumus Naegele yaitu hari pertama haid terakhir ditambah 7 dan bulan haid terakhir dikurangi 3.

- Mual dan muntah (nausea and vomiting), terjadi umumnya pada trimester pertama. Sering terjadi pada pagi hari maka disebut morning sickness, dan bila mual muntah berlebihan disebut hiperemesis gravidarum.

- Mengidam, menginginkan makanan tertentu terutama pada bulan-bulan trimester I dan akan menghilang sejalan dengan tuanya kehamilan. Mengidam ini termasuk pika, yaitu ibu yang hamil mengingin makan tanah liat atau batu merah.

- Sering merasa lelah (fatique) kadangpingsan, sering dijumpai pada tempat yang ramai. Disarankan jangan mengunjungi tempat-tempat yang ramai pada bulan-bulan pertama kehamilan dan hilang sesudah kehamilan 16 minggu.

- Tidak suka suatu bau-bauan, misalnya tidak suka bau dari suaminya.

- Tidak ada nafsu makan (anoreksia), biasanya terjadi pada trimester pertama, kemudian pulih kembali nafsu makannya.

- Payudara membesar, tegang dan sedikit nyeri, karena pengaruh hormon estrogen dan progresteron yang merangsang duktus dan alveoli payudara. Kelenjar sekitar puting susu (Montgomery) terlihat membesar dan warnanya lebih hitam, pada puting susu cairan susu.

- Miksi, sering buang air kecil, karena kandung kemih tertekan oleh rahim yang membesar. Pada trimester II gejala ini menghilang dan kembali pada akhir trimester III terutama, bila kepala bayi sudah masuk kepintu atas panggul dan menekan kandung kemih.


(25)

- Konstipasi/obstipasi karena tonus otot-otot usus menurun akibat pengaruh hormone steroid.

- Perubahan pigmentasi kulit karena hormon kortikosteroid plasenta, pada

kulit wajah disebut chloasma gravidarum, perubahan areola payudara,

kulit leher dan dinding perut disebut linea nigra atau grisea. - Hipertrofi pada papila gusi yang disebut epulis.

- Varises, pelebaran pembuluh darah vena yang berkelok-kelok terutama pada trimester III, pada daerah genetalia eksterna, fossa poplitea, kaki dan betis.

- Pembesaran perut, karena membesarnya rahim.

b. Tanda-tanda kehamilan muda:

- Rahim membesar, terjadi perubahan dalam bentuk, besar dan konsistensinya.

- Tanda Hegar, pelunakan segmen bawah rahim.

- Tanda Piscaseck, pembesaran dan pelunakan unilateral pada tempat implantasi.

- Tanda Chadwick, perubahan pada vagina dan vulva hipervakuler sehingga tampak lebih merah kebiru-biruan (livide), akibat hormon estrogen.

- Kontraksi Braxton-Hicks, terjadi kontraksi-kontraksi kecil bila rahim dirangsang.

- Teraba ballottement. - Tes kehamilan positif. c. Tanda-tanda kehamilan pasti:

- Gerakan janin yang dapat dirasa, diraba bagian-bagian dari janin, bahkan dilihat dengan alat tertentu.

- Terdengar denyut jantung janin, dengan stetoskop monoaurikuler Laennec, didengar dengan alat pengeras suara dari Doppler, dicatat dengan feto-elektro kardiogram, dan dilihat dengan alat ultrasonografi.

- Pada foto rontgen abdomen, terlihat kerangka janin.

Kehamilan harus dibedakan dengan keadaan atau penyakit yang dalam pemeriksaan tidak jelas seperti berikut ini:


(26)

a. Hamil palsu (pseudocyesis = kehamilan spuria), terjadi pada seseorang yang ingin sekali hamil. Dapat terjadi amenorhoe, perut membesar, mual muntah bahkan dirasakan gerakan anak, pada hal itu hanya gerakan usus. Rahim tidak membesar dan tes kehamilan negatif.

b. Kista ovarii, perut membesar bahkan bertambah besar, pada periksa dalam, rahim teraba biasa tidak membesar. Tes kehamilan negatif dan tanda-tanda kehamilan yang lain tidak ada.

c. Mioma Uteri, perut dan rahim membesar, namun pada perabaan, rahim terasa padat kadang-kadang berbenjol-benjol. Tes kehamilan negatif dan tanda-tanda kehamilan yang lain tidak ada.

d. Kandung kemih penuh terjadi pada retensi urinae, pada pemasangan kateter, air seni keluar banyak.

e. Hematometra, rahim membesar karena terisi darah yang disebabkan oleh himen imperforata, stenosis vagina atau serviks.

Tahapan Pertumbuhan Janin

Pertumbuhan janin pada kehamilan berlangsung cepat dan dapat dibedakan dalam minggu atau bulan. Kehamilan dibagi atas 3 triwulan (trimester) yaitu, kehamilan trimester pertama antara 0 – 12 minggu, kehamilan trimester kedua antara 12 – 28 minggu dan kehamilan trimester III antara 28 – 40 minggu. Berikut ini dibahas pertumbuhan janin bulan demi bulan.

Satu bulan atau empat minggu

Mulai terbentuk embrio, tampak sedikit melengkung, perlahan muncul kepala dan leher, mulai ada mata yang letaknya berjauhan dan ditengah-tengahnya muncul benjolan hidung. Kepala besarnya 1/3 dari seluruh embrio. Organ-organ mata, telinga dan hidung masih dalam keadaan rudimenter. Saluran yang akan menjadi jantung terbentuk dan sudah berdenyut. Dasar-dasar dari traktus digestivus sudah tampak, cikal bakal kaki dan tangan berbentuk tonjolan. Panjang embrio 7.5 - 10 mm (Sastrawinata 1983; Mochtar & Lutan 1998).

Di awal minggu keempat panjang embrio diperkirakan sekitar 2 mm. Pada minggu ini sistem peredaran darah sudah mulai terbentuk dan jantung sudah mulai berfungsi walaupun masih sangat sederhana. Berdasarkan lokasi, jantung


(27)

berkembang dalam rongga perikardium di bawah usus depan. Pada stadium sebelumnya, sepanjang aorta dan pada tangkai penghubung, lempeng dan jonjot-jonjot korion telah terjalin anyaman-anyaman pembuluh rambut/kapiler yang dilapisi endotel yang belum matang. Baru pada saat jantung berdenyut, terbentuklah lintas-lintas alir yang saling berhubungan antara anyaman-anyaman pembuluh rambut tadi dengan jantung.

Pada minggu keempat ini juga, dalam rongga amnion terdapat gelembung-gelembung otak yang merupakan cikal-bakal otak yang sudah dapat dibedakan menjadi tiga bagian utama. Prosensefalon (berkembang dari bagian depan saluran saraf embrio), esensefalon (otak tengah) dan rombensefalon. Saraf-saraf spinal yang kelak akan berkembang menjadi saraf tulang belakang juga sudah mulai mengalami penebalan.

Plasenta juga terbentuk pada minggu keempat setelah pembuahan. Plasenta berfungsi untuk menyediakan hormon-hormon yang diperlukan untuk tumbuh kembang dan proses pembedaan sesuai dengan jenis kelamin janin, mensuplai nutrisi, dan sebagai alat pernafasan dan pembuangan sisa metabolisme janin.

Dua bulan atau delapan minggu

Kantung gestasi telah berdiameter 30 mm Bentuk embrio dapat dilihat lebih jelas, bagian wajah sudah jelas berbentuk hidung, telinga dan sudah mempunyai lengan dan tungkai dengan jari tangan dan kaki, jari jemari mulai terbentuk. Kepala menekuk kearah dada ( Mochtar & Lutan 1998). Pada akhir 2 bulan, alat kelamin sudah nampak, walaupun belum dapat ditentukan jenisnya. Panjang embrio 2.5 cm (Sastrawinata 1983).

Pada akhir minggu kedelapan, ukuran bayi berkisar antara 27-31 mm dengan taksiran berat sekitar 5 gram. Bentuknya sudah menyerupai manusia. Kepalanya tampak besar bila dibandingkan dengan tubuhnya yang relatif masih

kecil. Daun telinganya mulai terbentuk dengan struktur simpai yang paling

menonjol dibandingkan indra lainnya. Simpai ini merupakan cikal-bakal telinga bagian dalam dengan rumah siput dan pipa-pipa setengah lingkaran yang kemudian mengalami penulangan menjadi tulang karang.


(28)

Lekuk matapun semakin jelas terlihat. Bahkan kelopak mata sudah terbentuk walaupun masih dalam kondisi menutup hingga sampai usia kehamilan 24 minggu. Sementara dalam simpai hidung terdapat cekungan yang merupakan cikal-bakal tulang rawan bagi pembentukan kerangka hidung. Rongga mulut mengalami perkembangan dengan terbentuknya langit-langit mulut. Poros usus yang semula menyatu sebagai kloaka kini telah berubah dan memisahkan disi menjadi sinus-sinus urogenital dan uretra.

Sistem pencernaan dan ginjal mulai berfungsi. Tonjolan kaki dan tangan sudah dilengkapi dengan jari-jari dan tumit yang mengarah ke luar. Meski masih lemah, cikal-bakal rangka tubuh secara keseluruhan sudah rampung dan lengkap terbentuk. Pada minggu ini semua organ tubuh juga mulai bekerja meskipun belum sempurna. Misalnya, otak mulai mengirim sinyal/perintah ke organ-organ tubuh atau hati untuk memproduksi sel-sel darah. Tubuh janin sudah mulai bisa bergerak secara tidak teratur (rata-rata 60 kali gerakan per jam).

Tiga bulan atau 12 minggu

Pada minggu keduabelas sistem rangka tubuh memiliki pusat penulangan/osifikasi pada sebahagian besar tulangnya. Terbentuklah kerangka tulang rawan dan pusat-pusat penulangan. Dasar tengkorak terdiri atas asal mula tulang kepala belakang, simpai telinga, tulang baji, dan simpai hidung. Lengkung ruas tulang belakang leher dan pinggang masih terbuka. Sementara rongga dada masih berbentuk seperti corong yang terisi oleh paru-paru dan kubah diafragma.

Daun telinga lebih jelas, kelopak mata melekat, leher mulai berbentuk (Mochtar & Lutan 1998). Pada kehamilan 9 minggu bentuk embrio makin bertambah jelas. Periode embrio/mudigah berlangsung dari umur kehamilan 5 – 10 minggu, setelah 10 minggu disebut janin atau fetus (Karsono 2002). Rongga amnion makin membesar, mendesak korion, sehingga pada kehamilan 12 minggu rongga korion dan kantong kuning telur tidak terlihat lagi. Pusat-pusat pembentukan tulang mulai tampak didaerah mandibula, maksila, klavikula, humerus, femur, ilium dan tulang-tulang iga. Dapat diukur panjang janin lebih akurat. Tempat pertumbuhan plasenta lebih jelas (Karsono 2002). Panjang janin 7 – 9 cm. Janin sudah bergerak, tetapi pergerakannya halus sehingga tak dapat


(29)

dirasakan oleh ibunya. Pada akhir bulan 3 ginjal sudah terbentuk dan membentuk sedikit air seni (Sastrawinata 1983).

Empat bulan atau 16 minggu

Pada minggu keenambelas ini panjang janin sekitar 12 cm dengan berat kira-kira 100 gram. Rahim sendiri sudah berbobot 250 gram, mudah diraba, dan terletak kira-kira pertengahan pusar dan tulang kemaluan. Tungkai kaki yang di awal pembentukannya muncul belakangan, kini sudah berkembang pesat. Panjangnya sudah melebihi panjang lengan. Sistem peredaran darah kian berkembang. Sistem pencernaan mulai melaksanakan fungsinya. Dalam waktu 24 jam janin akan menelan air ketuban sebanyak 450-500 ml. Hati yang berfungsi membentuk darah, sudah melakukan metabolisme hemoglobin dan bilirubin, kemudian mengubahnya menjadi biliverdin yang disalurkan ke usus sebagai bahan sisa metabolisme.

Genetalia eksternal terbentuk dan dapat dikenal, kulit berlanugo tipis dan berwarna merah. Pada akhir 4 bulan, pergerakan janin sudah dapat dirasakan oleh ibu. Panjang janin 10 – 18 cm dan beratnya 100 g (Sastrawinata 1983; Mochtar & Lutan 1998).

5 bulan atau 20 minggu

Panjang bayi sudah mencapai kisaran 14-16 cm dengan berat sekitar 260 gram. Kulitnya tipis karena belum ada jaringan lemak di bawah kulit. Kulit yang menutupi janin mulai bertumbuh dari dua lapisan. Epidermis, yaitu lapisan yang berada dipermukaan dan dermis yang merupakan lapisan dalam. Epidermis inilah yang membentuk pola-pola pada ujung jari, telapak tangan, dan telapak kaki. Sedangkan dermis mengandung pembuluh-pembuluh darah kecil, saraf, dan sejumlah lemak. Kepala janin mulai ditumbuhi rambut yang lebih rapat dan berwarna lebih pekat daripada rambut pada permukaan tubuh. Sementara bakat apakah rambutnya lebat, keriting, atau lurus ditentukan oleh gen ayah dan ibu yang diturunkan kepadanya. Dengan peralatan sederhana, stetoskop Laennec, denyut jantung janin sudah bisa didengar. Bahkan dengan USG bisa dilihat bagaimana jantung berdenyut. Berbeda dengan jantung ibu yang berdenyut 60-80 detakan per menit, denyut jantung janin bisa mencapai 120-160 detakan per menit.


(30)

Rambut mulai tumbuh dikepala dan rambut halus/lanugo tumbuh dikulit. Bunyi jantung sudah dapat didengar dan kalau lahir sudah berusaha untuk bernafas. (Sastrawinata. 1983; Mochtar & Lutan 1998).

Enam bulan atau 24 minggu

Rahim terletak sekitar 5 cm di atas pusar atau sekitar 24 cm di atassimfisis pubis. Pendengaran janin sudah berfungsi penuh. Sehingga janin akan memberi respon khas apabila mendengarkan suara-suara bising atau suara keras dari luar yang tidak disukainya. Cairan ketuban yang berfungsi untuk melindungi janin ⎯

memungkinkannya bergerak bebas ⎯ mengalami peningkatan volume dengan

cepat. Dari sekitar 50 ml pada usia kehamilan 12 minggu meningkat menjadi 400 ml pada minggu ke-24. Komposisinya pun mengalami perubahan hingga pada pertengahan usia kehamilan, komposisinya hampir sama dengan komposisi plasma ibu.

Kelopak mata tumbuh alis dan bulu mata serta kulit keriput dan lemak mulai tertimbun dibawah kulit. Kulit tertutup oleh verniks kaseosa yang fungsinya melindungi kulit. Kepala besar apabila lahir dapat bernapas tetapi hanya bertahan hidup beberapa jam saja. Panjang janin 28 – 34 cm dan beratnya 600 g. (Sastrawinata 1983; Mochtar & Lutan 1998).

Tujuh bulan atau 28 minggu

Puncak rahim berada kira-kira 3 jari di atas pusar. Gerakan bayi semakin kuat dengan intensitas yang makin sering, sementara denyut jantungnya pun makin kuat dan jelas terdengar. Jumlah jaringan otak pada usia kehamilan ini sudah meningkat. Begitu juga rambut kepala terus bertumbuh. Alis dan kelopak mata sudah terbentuk sempurna.

Kulit warna merah ditutupi verniks kaseosa. Bila lahir dapat bernafas menangis dengan nada perlahan dan lemah, dapat hidup didunia luar (viable life)

walaupun kemungkinan untuk hidup masih kecil. Panjang janin 35 – 38 cm dan berat janin ± 1000g, disebut bayi imatur (Sastrawinata 1983; Mochtar & Lutan 1998).


(31)

Delapan bulan atau 32 minggu

Berat janin telah mencapai 1800 – 2000 g, dengan panjang 40 - 43 cm. Hemodilusi atau pencairan darah mengalami puncaknya pada minggu ini. Oleh karena itu ibu hamil dengan kelainan jantung, hipertensi, dan preeklamsia agar ekstra hati-hati. Sebab dengan volume darah yang semakin meningkat, beban kerja jantung akan semakin berat.

Kulit merah dan keriput, apabila lahir tampak seperti orang tua kecil. (little oldman) (Sastrawinata 1983; Mochtar& Lutan 1998).

Sembilan bulan atau 36 minggu

Berat janin pada minggu ini telah mencapai 2500 g. Panjangnya 46 cm Mulai minggu ini pemeriksaan kehamilan rutin dilakukan seminggu sekali. Tujuannya adalah untuk memperkecil risiko yang mungkin terjadi, mengingat

penyebab terbanyak kematian ibu melahirkan (maternal mortality rate) di

Indonesia adalah pendarahan, infeksi, dan preeklamsia.

Wajah janin tampak berseri tidak keriput, karena sudah ada lapisan lemak dibawah kulit maka dari kelihatan kulit tidak keriput lagi, disebut bayi prematur (Sastrawinata 1983; Mochtar & Lutan 1998).

Sepuluh bulan atau 40 minggu

Berat badan janin mencapai 3300 g dengan panjang berkisar antara 45-55 cm. Pada saat ini janin siap untuk dilahirkan. Sebelum lahir, bilirubin yang merupakan produk sisa dari sel darah merah janin dapat dengan mudah diangkut dari janin ke dalam peredaran darah ibu melalui plasenta. Namun, begitu dilahirkan, bayi harus berjuang sendiri untuk membuang bilirubin yang dihasilkannya. Ketidakmampuan bayi untuk membuang bilirubin menimbulkan gangguan hiperbilirubin atau yang lebih dikenal neonatus ikterus atau kulit kuning pada bayi lahir.

Bayi cukup bulan mempunyai ciri-ciri, yaitu: kulit licin, halus, lanugo hampir tidak ada lagi, verniks kaseosa banyak, rambut pada kepala baik, organ- organ sempurna. Pada pria, testes sudah berada dalam skrotum, sedangkan pada wanita, labia mayora berkembang baik. Tulang-tulang kepala sudah mengalami osifikasi. Pada 80% janin telah terjadi pusat-pusat osifikasi pada epifisis tibia


(32)

proksimal. Kuku telah melebihi ujung jari, disebut janin cukup bulan matur/aterm (Sastrawinata 1983; Mochtar & Lutan 1998).

Panjang badan dan berat badan berdasarkan umur janin menurut Haase dan Struber, seperti pada Tabel 1 berikut ini. Hubungan umur kehamilan, besar rahim dan tinggi fundus, menurut Mochtar dan Lutan (1998) dapat dilihat pada Tabel 2 di bawah ini. Tinggi fundus berdasarkan umur kehamilan menurut Wignjosastro (2002) dapat dilihat pada Gambar 1.

Tabel 1 Panjang badan menurut Haase dan berat badan janin menurut Struber Umur (bulan) Panjang Badan (cm) Berat Badan (gram)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

12 = 1 22 = 4 32 = 9 42 = 16 52 = 25 6 X 5 = 30

7 X 5 = 35 8 X 5 = 40 9 X 5 = 45 10 X = 50

-- 1,1 14,2 100 316 630 1045 1680 2478 3405 Sumber: Sastrawinata (1983)

Tabel 2 Hubungan umur kehamilan (bulan), besar rahim dan tinggi fundus uteri

Akhir bulan Besar rahim Tinggi fundus uteri 1 Lebih besar dari biasa Belum teraba (palpasi) 2 Sebesar telur bebek Dibelakang simfisis 3 Sebesar telur angsa 1-2 jari diatas simfisis 4 Sebesar kepala bayi Pertengahan simfisis-pusat 5 Sebesar kepala dewasa 2-3 jari dibawah pusat 6 Sebesar kepala dewasa Kira-kira setinggi pusat 7 Sebesar kepala dewasa 2-3 jari diatas pusat 8 Sebesar kepala dewasa Pertengahan pusat- prosesus sifoideus

9 Sebesar kepala dewasa 3 jari dibawah prosesus sifoideus atau sampai setinggi proses sifoideus

10 Sebesar kepala dewasa Sama dengan kehamilan 8 bulan, karena kepala bayi masuk pintu atas panggul

Mochtar, Lutan (1998)


(33)

Gambar 1 Tinggi fundus menurut umur kehamilan dalam minggu

(Wiknjosastro, 2002)

Pengukuran diatas biasanya digunakan untuk menentukan perkiraaan umur kehamilan dalam praktek sehari-hari. Ada cara lain untuk menentukan umur kehamilan dan berat badan janin didalam kandungan yaitu dengan cara:

a. dihitung dari tanggal haid terakhir.

b. 4.5 bulan pada saat ibu merasa gerakan janin yang pertama “feeling

life”(quickening).

c. menurut Spiegelberg: dengan jalan mengukur tinggi fundus uteri dari simfisis, maka diperoleh seperti pada Tabel 3.

d. menurut Mac Donald: adalah modifikasi dari Spiegelberg, yaitu jarak fundus – simfisis dalam cm dibagi 3.5 merupakan umur kehamilan dalam bulan.

e. menurut Ahlfeld: Ukuran kepala bokong = 0.5 panjang anak sebenarnya. Bila diukur jarak kepala – bokong janin adalah 20 cm, maka umur kehamilan adalah 8 bulan

36 mg 40 mg 34 mg 32 mg 28 mg 24 mg 20 mg 16 mg 12 mg


(34)

Tabel 3 Umur kehamilan menurut Spiegelberg Umur kehamilan

(minggu)

Tinggi fundus diatas simfisis (cm)

22 – 28 28 30 - 32

34 36 38 40

24 – 25 26,7 29,5 - -30

31 32 33 37,7 Sumber : Mochtar dan Lutan (1998)

f. rumus Johnson – Tausak: BB = (mD – 12) X 155

BB = berat badan dalam gram, mD = jarak simfisis – fundus uteri,dalam cm. g. Kalkulasi Johnson:

Berat Janin dalam gram = tf (dalam cm) – n X 155

n = 12 bila verteks diatas spina isiadika, n = 11 bila verteks dibawa spina isiadika, tf = tinggi fundus diukur dari simfisis.

Pada penelitian ini dipakai cara untuk menentukan tinggi fundus dengan

mengukur memakai alat ukur sentimeter antara jarak simfisis dengan batas atas fundus dengan cara palpasi dari dinding luar abdomen.

Penilaian Umur Kehamilan Pada Bayi yang Baru Dilahirkan

Penilaian pertama dilakukan oleh Dubowitz dan Golberg yang dimuat didalam jurnal pediatrik 77:1 tahun 1970, yang meliputi karateristik keadaan fisik dan neuromuskuler, kemudian disempurnakan oleh Ballard yang dimuat pada jurnal pediatrik 95:769 tahun 1979 (Sellers 1993), selanjutnya dikenal sebagai

New Ballard Scale (NBS) yang dapat menilai bayi lahir prematur pada umur

kehamilan 20 minggu. NBS ini dapat menilai secara akurat selama 2 minggu.

Yang dinilai adalah Posture, bentuk tubuh, lebarnya fleksi dari tangan, lipatan lengan dan supinasi lengan, sudut dari popliteal antara pelvis dan tungkai. Tanda dari Scarf, lengan bayi pada posisi supinasi dapat meliwati leher dan bahu. Gerakan tumit sampai ketelinga. Untuk penilaian kematangan fisik dilihat pada punggung banyaknya lanugo. Palpasi dari pinna telinga adanya tulang rawan, palpasi dan inspeksi pada jaringan payudara, melihat mata/telinga dan alat kelaminnya.


(35)

Pertambahan Berat Badan Ibu Selama Kehamilan

Beberapa studi yang tersebar di seluruh dunia menunjukkan bahwa

pertambahan berat total badan ibu selama kehamilan (gestational weight gain)

berada pada rentang 8 – 14 kg. Lebarnya rentang pertambahan berat badan total ini disebabkan sangat bervariasinya kondisi ibu (misal, tinggi badan, kondisi sosio ekonomi, tingkat konsumsi pangan). Anjuran pertambahan berat badan selama kehamilan adalah 12.5 kg (Rosso& Lederman 1982). Sementara Subcommitee on Nutritional Status and Weight Gain During Pregnancy, Food and Nutrition Board

1990 menganjurkan 11 kg untuk pertambahan berat badan total ibu selama kehamilan. Pertambahan berat badan ibu hamil di Madura, Jawa Timur 6.8 kg (Kusin & Karjati 1994), di Purworejo, Jawa Tengah 8.3 ± 3.6 kg (Winkvist et al.

2002), dikabupaten Bogor, Jawa Barat 7.8 kg (Hardinsyah et al. 2002), di Ghana, Afrika 10.54 ± 1.68 kg (Tayie & Lartey 1995) sedangkan Husaini (1986) menyarankan pertambahan berat badan ibu hamil tidak kurang dari 9 kg.

Komponen pertambahan berat badan dapat dibagi menjadi 2 bagian, yaitu: produk konsepsi dan pertumbuhan jaringan maternal (ibu). Produk konsepsi mencakup fetus (janin), plasenta, dan cairan amnion. Secara rata-rata janin mewakili 25% pertambahan berat badan total ibu, plasenta 5%, dan cairan amnion 6% (Hytten 1980 diacu dalam FNB 1990).

Jaringan maternal mencakup uterus, jaringan mammae, darah, cairan ekstraseluler, dan cadangan (simpanan) lemak. Ekspansi jaringan maternal mencapai 2/3 dari pertambahan berat badan total ibu. Pertambahan uterus dan jaringan mammae mewakili 10%, volume darah 10% dari pertambahan berat badan total, cairan ekstraseluler 10.4%, dan lemak 32%. Komponen pertambahan berat badan ibu hamil menurut Pitkin (1976), Boyle dan Morris (1999) dapat dilihat pada Gambar 2.


(36)

Gambar 2 Komponen-komponen dari pertambahan berat badan pada kehamilan yang normal (Pitkin 1976; Boyle & Morris1999)

Tingkat Kejadian Abnormal dan Peningkatan Berat Kehamilan

Tingkat kejadian abnormal termasuk berat badan lahir rendah (BBLR) dan peningkatan berat kehamilan pada 33809 wanita hamil dengan berat normal, pada kenaikan berat badan ibu hamil diatas 18 kg, terjadi peningkatan BBLR. Penelitian tahun1990 - 1991 (Abrahams et al. 2000).

Proporsi BBLR pada tahun 1999 - 2000, berbagai sumber menunjukkan BBRL berkisar 2 - 17% pada tahun tersebut. Jika proporsi ibu hamil 2.5% dari total penduduk, maka diperkirakan 355.000 – 710.000 dari 5 juta bayi dengan BBRL. Dinegara maju berkisar antara 3.6 – 10.8%, sedang dinegara yang sedang berkembang berkisar antara 10.-.43%. Rasio antara negara maju dan negara berkembang adalah 1.: 4. Peningkatan berat badan pada kehamilan tidak selalu berakibat baik terhadap janin, pada peningkatan berat badan ibu hamil yang melebihi 18 kg, terdapat kejadian abnormal pada bayi, hal ini ditunjukkan pada Gambar 3.

Ib


(37)

Gambar 3 Tingkat kejadian abnormal dan peningkatan berat kehamilan

(Abrahams et al. 2000)

Anjuran pertambahan berat badan menurut Indeks Masa Tubuh, yang dimuat

dalam National Academy Press (1990) dapat dilihat pada Tabel 4. Komposisi

pertambahan berat badan total ibu hamil pada minggu ke-10 sampai pada minggu ke- 40, menurut Heytten dan Leitch (1971) dapat ditunjukkan pada Tabel 4.

Tabel 4 Anjuran pertambahan berat badan total ibu selama kehamilan menurut Indeks Masa Tubuh.

Kategori Indeks Massa Tubuh* Pertambahan Berat Badan Total

yang dianjurkan (kg)

Kurang (IMT < 19.8) 12.5 – 18

Normal (IMT 19.8 – 26.0) 11.5 – 16

Lebih (IMT 26.0 – 29) 7 – 11

*IMT ibu hamil( National Academiy Press,1990)

Faktor-faktor yang mempengaruhi pertambahan berat badan total ibu selama kehamilan adalah status gizi ibu sebelum hamil (prepregnancy nutritional status),

konsumsi zat gizi selama kehamilan, tinggi badan ibu, asal etnis, umur dan paritas, aktivitas fisik, status sosial ekonomi, dan kebiasaan-kebiasaan selama kehamilan (merokok dan minum alkohol).


(38)

Tabel 5 Komposisi pertambahan berat badan total ibu selama kehamilan Pertambahan Berat (gram) pada Minggu Ke-10 Minggu Ke-20 Minggu ke-30 Minggu ke-40 Komponen Maternal Simpanan Lemak Cairan Interstitial Darah Uterus Kelenjar mammae 310 0 100 140 45 2.050 30 600 320 180 3.480 80 1300 600 360 3.345 1.680 1.250 970 405

Total (1) 595 3.180 5.820 7.650

Komponen Janin Fetus Cairan Amnion Plasenta 5 30 20 300 350 170 1500 750 430 3.400 800 650

Total (2) 55 820 2.680 4.850

Total (1) + (2) 650 4000 8500 12.500

Sumber : Hytten dan Leitch ( 1971) diacu dalam Roso ( 1990)

Anemia, Penyebab dan Pencegahannya

Salah satu masalah gizi utama yang prevalensinya cukup tinggi pada ibu hamil adalah anemia, untuk mengkaji anemia dari pengaruh berbagai zat gizi dan cara mengatasi adalah sebagai berikut, zat besi pada kehamilan diperlukan 30 - 44 mg elemen besi setiap hari, dapat berbentuk 150 mg besi sulfat, 300 mg besi glukonat atau 100 mg besi fumarat. Zat besi nonhem terdapat pada sebagian besar diet besi, teh kopi dan susu dapat mengurangi absorbsi zat besi nonhem, zat besi paling baik dikonsumsi diantara waktu makan bersama dengan jus jeruk (Varney

et al. 2002).

Asam Folat dibutuhkan 300 µg per hari untuk mencegah anemia megaloblastik, dikonsumsi bersama dengan zat besi. Disamping itu asam folat dapat mengurangi risiko efek tabung neural, jika dikonsumsi sebelum konsepsi dan selama 6 minggu pada pertama kehamilan (WNPG 1998).Vitamin C diminum sebanyak 250 mg per hari bersama dengan makanan dapat meningkatkan absorpsi besi nonhem dan dapat meningkatkan absorpsi suplemen besi dan sebagai pencegahan untuk perdarahan postpartum (Varney et al. 2002).


(39)

Vitamin B12 mencegah anemia megaloblastik, untuk wanita hamil AKG 1,3

µg (WNPG 1998) terdapat pada hati sapi dan hati ayam, merupakan faktor ekstrinsik dan faktor instrinsik yang diisolasi dari cairan lambung berupa glikoprotein. Dapat disintesis oleh bakteri didalam usus. Diperlukan untuk mengubah asam folat menjadi bentuk aktif dalam metabolisme semua sel terutama sel-sel saluran cerna, sumsum tulang dan jaringan saraf (Almatsier 2002).

Pemeriksaan dasar seperti, pemeriksaan Hb dapat dilakukan untuk mengetahui adanya bumil yang anemia. Anemia pada kehamilan di Indonesia cukup tinggi sekitar 67% dari semua bumil dengan variasi tergantung pada daerah masing-masing. Sekitar 10 - 15% tergolong anemia berat yang sudah tentu akan mempengaruhi tumbuh kembang janin dalam rahim. Sebagian besar anemia bumil tergolong kekurangan zat gizi.

Melalui pendidikan, anemia dapat diturunkan dengan jalan: menjarangkan kehamilan, meningkatkan kesejahteraan diri dan lingkungan, melakukan antenatal intensif sambil memberikan tambahan vitamin dan preparat ferrum. Pada kasus anemia berat diberikan secara langsung Fe intra venous atau intramuskular. Sebagian gambaran upaya penanggulangan anemia menurut Manuaba (2001) adalah sebagai berikut (Tabel 6)

Tabel 6 Jumlah zat besi pada wanita hamil

Komponen pada ibu hamil Jumlah Fe (mgr)

Peningkatan sel darah merah ibu Terdapat dalam plasenta

Untuk penambahan darah janin

500 300 100

Total kebutuhan 900

Sumber : Manuaba ( 2001)

Puskesmas, pernah dicanangkan pemberian preparat Fe, dengan bantuan WHO, tetapi preparat tersebut berbau besi dan tampak karatan, sehingga ditolak oleh masyarakat. Inilah satu contoh, bahwa pemerintah asal menerima bantuan, mungkin membeli dengan harga murah, tetapi tidak diterima masyarakat. Kenyataan ini merugikan kedua belah pihak, yaitu pemerintah dan masyarakat yang tidak menerimanya. Preparat yang mubasir ini, akhirnya sebagian besar dibuang (Manuaba 2001).


(40)

a. Pengaruh anemia terhadap kehamilan: (1) Dapat terjadi abortus; (2) Persalinan prematuritas; (3) Hambatan tumbuh kembang janin dalam rahim; (4) Mudah terjadi infeksi; (5) Ancaman dekompensasi kordis (Hb< 6gr%); (6) Mola hidatidosa; (7) Hiperemesis Gravidarum; (8) Perdarahan antepartum; (9) Ketuban pecah dini (KPD).

b. Bahaya saat persalinan: (1) gangguan his-kekuatan mengejan; (2) kala pertama dapat berlangsung lama, dan terjadi partus terlantar; (3) kala dua berlangsung lama sehingga dapat melakukan dan sering memerlukan tindakan operasi kebidanan; (4) kala uri dapat diikuti retensio plasenta, dan perdarahan

postpartum karena atonia uteri; (5) kala empat dapat terjadi perdarahan

postpartum sekunder dan atonia uteri.

c. Pada kala nifas: (1) terjadi subinvolusi uteri menimbulkan perdarahan

postpartum; (2) memudahkan infeksi puerperium; (3) pengeluaran ASI berkurang; (4) terjadi dekompensasi kordis mendadak setelah persalinan; (5) anemia kala nifas; (6) mudah terjadi infeksi pada payudara (Manuaba 2001). d. Bahaya terhadap janin:Sekalipun tampaknya janin mampu menyerap

berbagai kebutuhan dari ibunya, tetapi dengan anemia akan mengurangi kemampuan metabolisme tubuh sehingga mengganggu pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim. Akibat anemia dapat terjadi gangguan dalam bentuk : (1) abortus; (2) terjadi kematian intrauterine; (3) persalinan prematuritas tinggi; (4) berat badan lahir rendah; (5) kelahiran dengan anemia; (6) dapat terjadi cacat bawaan; (7) bayi mudah mendapat infeksi sampai kematian perinatal; (8) inteligensia rendah.

Anemia pada ibu hamil, berdasarkan penelitian di Indonesia, prevalensi anemia adalah berkisar antara 50 – 70% dengan patokan Hb < 11 g/dl (Ratna et al.

1986) menemukan bahwa 73.7% angka prevalensi anemia pada ibu hamil.

Suwandono et al. (1992) menemukan prevalensi Anemia pada ibu hamil 55.1%.

Herman dan Muhilal (1993) menemukan bahwa ibu hamil dengan anemia berat, seperlimanya berada pada kehamilan aterm. Anemia berat cenderung sebagai

predisposing factor terhadap penyebab 3 kali lipat. Anemia berat dengan kadar Hb < 6 g/dl, cenderung menyebabkan tingginya angka lahir mati. Didapatkan 8%


(41)

ibu hamil dengan anemia, mempunyai status gizi defisiensi energi kronis dengan indeks masa tubuh < 18.5 kg/m2 (Suwandono 1992).

Gizi dan Kehamilan

Pertambahan berat badan dan berbagai proses yang terjadi selama kehamilan memerlukan zat gizi termasuk air. Pada dasarnya jumlah zat gizi yang diperlukan selama kehamilan lebih tinggi dibandingkan tidak hamil. Jumlah gizi harus ditambah 10 - 15% dari nilai gizi normal. Sebagai gambaran gizi normal, ibu hamil dan menyusui disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7 Kebutuhan gizi normal, ibu hamil dan menyusui Kebutuhan Tidak

hamil

Hamil Menyusui

Kalori 2.200 + 285 + (500 – 700)

Protein (g) 48 + 12 + (12 – 16)

Kalsium (mg) 500 + 400 + 400

Ferrum (mg) 24 + 20 + 20

Vit. A (RE) 500 + 200 + (300 – 350)

Vit. B1 (mg) 1,0 + 0,2 + 0,3

Riboflavin (mg) 1,2 + 0,2 + (0,3 – 0,4)

Piridoksin (mg) 1,6 2,2 2,1

Vit. B12 (mg) 1,0 + 0,3 + 0,3

As. Nikotinat (mg) 9 + 0,1 + 3

Asam folat (µg) 150 + 150 + (40 – 50)

Vit. C (mg) 60 + 10 + (10 – 25)

Vit. D (µg) 5 10 10

Vit. E (mg) 8 10 (10 – 12)

Vit. K (mg) 65 65 65

Fosfor (mg) 450 + 200 + (200- 300)

Seng (mg) 15 + 5 + 10

Yodium(µg) 150 + 25 + 50

Selenium (µg) 55 + 15 + (20 – 25)

Sumber : Muhilal, Jalal dan Hardinsyah (1998)

Dalam memberikan gizi harus adekuat, artinya sesuai dengan kebutuhan sehingga badan mencapai kesehatan optimal, artinya sesuai dengan kebutuhan sehingga badan mencapai kesehatan optimal. Didalam perhitungan berat badan ideal orang dewasa, makanan yang dikonsumsi haruslah seimbang mengandung semua unsur yang diperlukan sehingga dapat memenuhi kebutuhan pokok untuk mengganti bagian yang rusak, atau untuk kebutuhan energi dalam aktivitasnya


(42)

sehari-hari. Sumber energi utama berturut-turut ialah glukosa, lemak, dan protein. Disamping itu, masih diperlukan mineral dan vitamin yang fungsinya sebagian katalisator dalam bentuk enzim, hormonal, sehingga metabolisme tubuh dapat berjalan lancar.

Protein merupakan bahan pokok tubuh utama yang menjadi hayat hidup sel dalam bentuk struktur sel, intra dan ekstraseluler dan penggerak metabolisme. Protein menjadi sumber tumbuh kembangnya tubuh, sumber hormonal dan juga merupakan elemen untuk kromosom yang akan menjadi pembawa tanda keturunan. Sumber protein terdapat pada hewan dan tumbuh-tumbuhan yang seharusnya seimbang. Protein terdiri dari mata rantai asam amino sedangkan yang tidak dapat dibentuk harus didapatkan dari luar secara utuh dan disebut “asam amino esensial”, diantaranya: Lisin, Leusin, Isoleusin, Valin, Threonin, Phenilalanine, Triptofan, untuk anak-anak ditambah : Histidin dan Arginin (Manuaba 2001). Bila terdapat kelebihan protein, sebagian besar tersimpan sebagai cadangan dalam darah, otot, dan hati. Cadangan ini sebagian akan segera dapat dipergunakan untuk metabolisme.

Lemak tidak terlibat secara langsung dalam metabolisme, apabila kalori sudah dapat terpenuhi dari glukosa. Kelebihan lemak akan tersimpan di bawah kulit atau ditempat lainnya sesuai dengan patrun tubuh. Pada laki-laki tersimpan diperut sedangkan pada wanita dibokong, perut atau tempat lainnya. Makan banyak menyebabkan timbunan lemak terlalu besar sehingga dapat membahayakan tubuh sendiri. Timbunan lemak yang berlebihan dapat menimbulkan berbagai penyakit yang terkait seperti tekanan darah tinggi, diabetes melitus, jantung dan ginjal.

Mineral dalam tubuh manusia sangat penting untuk mengisi bahan padat yang tidak dapat dimusnahkan, bila dilakukan pembakaran atau tidak dapat menjadi zat yang menguap. Mineral terdapat dalam tubuh dengan jumlah yang relatif besar atau kecil sehingga digolongkan sebagai berikut :

1. Makroelemen, jumlahnya besar dalam tubuh dan keberadaannya sangat vital, seperti Na, K, Ca, P, S, dan C1.

2. Mikroelemen, jumlahnya kecil tetapi penting dikelompokkan sebagai berikut:


(43)

b. Mikroelemen non-esensial, terdapat dalam tubuh ada kemungkinan bila terlalu besar malah membahayakan termasuk golongan ini ialah Pb, Cd, Si, Sr, Va, dan Br.

3. Trace element, termasuk mikroelemen tetapi diperlukan dalam jumlah yang lebih kecil lagi. Contohnya Co, Cu dan Zn. Mikroelemen ini berperan sebagai, bahan aktif pada enzim, cairan tubuh, pengisi jaringan padat, zat yang berkaitan dengan hormon seperti yodium dan sebagai penjaga keseimbangan elektrolit dalam tubuh, sehingga terjadi pertukaran yang relatif tinggi. Sebagai gambaran dapat dikemukakan kekurangan beberapa elemen atau vitamin dapat menimbulkan kelainan seperti pada Tabel 8.

Tabel 8 Kekurangan atau kelebihan zat gizi yang menyebabkan kelainan

Bahan Kekurangan, penyulitnya Kelebihan

Asam folat Neural tube defect, Anemia

BBLR, Prematuritas, Kematian prenatal tinggi

Yodium Kerdil, Abortus, IQ rendah,

Kelainan congenital

Vitamin B Kelainan jantung. Beri-beri

Vitamin A IUGR, Gangguan

penglihatan,Teratogenik

Vitamin D Hipokalsemia tetania Retardasi mental,

fisik hiperkalsemia Sumber : Manuaba ( 2001)

Pemeriksaan antenatal sudah mulai mendapat perhatian sehingga banyak pemeriksaan diri ke dokter, bidan, puskesmas dan rumah sakit swasta. Pelayanan antenatal yang dianjurkan dan dianggap sudah memenuhi kriteria bumil cukup 4 kali selama hamil. Pada pemeriksaan antenatal jangan lupa lakukan pemeriksaan laboratorium dasar seperti: darah lengkap, urine lengkap, dan gula darah (Manuaba 2001).

Pertumbuhan dan Perkembangan Janin Selama Kehamilan

Secara umum terdapat dua faktor utama yang berpengaruh terhadap pertumbuhan janin yaitu: faktor genetik, faktor lingkungan pranatal dan postnatal.


(44)

Faktor genetik

Faktor genetik merupakan modal dasar dalam mencapai hasil akhir proses tumbuh kembang janin. Melalui intruksi genetik yang terkandung didalam sel telur yang telah dibuahi, dapat ditentukan kualitas dan kuantitas pertumbuhan. ditandai dengan intensitas dan kecepatan pembelahan, derajat sensivitas jaringan terhadap rangsangan, umur pubertas dan berhentinya pertumbuhan tulang. Termasuk faktor genetik antara lain adalah berbagai faktor bawaan yang normal dan patologik, jenis kelamin, suku bangsa atau ras bangsa.

Potensi genetik yang bermutu hendaknya dapat berinteraksi dengan lingkungan, secara positif sehingga diperoleh hasil akhir yang optimal. Gangguan pertumbuhan di negara maju lebih sering diakibatkan oleh faktor genetik ini. Sedangkan dinegara yang sedang berkembang, gangguan pertumbuhan selain diakibatkan oleh faktor genetik, juga oleh faktor lingkungan yang kurang memadai untuk tumbuh kembang anak yang optimal, bahkan kedua faktor ini dapat menyebabkan kematian anak-anak sebelum mencapai usia balita.

Tabel 9. Kehamilan ganda menurut hukum Hellin

Kembar Kelipatan 89

Gmelli 2 Triplet 3 Quadruplet 4 Quintuplet 5 Sextuplet 6

1 : 89 1 : 892 1 : 893 1 : 894 1 : 895

Sumber:Mochtar dan Lutan (1998)

Disamping itu, banyak penyakit keturunan yang disebabkan oleh kelainan kromosom, seperti sindrom Down, sindrom Turner dan lain-lain. Jadi faktor genetik herediter-konstitusional ini yang menentukan sifat bawaan anak tersebut. Jadi potensial anak tersebut yang menjadi ciri-ciri khas yang biasanya ditemurunkan dari orang tuanya. Kehamilan Ganda/Gmelli merupakan faktor genetik yang diturunkan, selain itu obat obatan yang diminum dapat menginduksi Ovulasi (Mochtar & Lutan. 1998). Frekwensi, menurut hukum Hellin antara kehamilan ganda dan tunggal seperti pada Tabel 9.


(45)

Menurut penelitian Greulich (1930), pada 121 persalinan didapat angka kejadian kehamilan ganda, yaitu gmelli 1 : 85, triplet 1 : 7629, quadruplet 1 : 670743 dan quintuplet 1 : 41 600000.

Faktor lingkungan prenatal

Faktor lingkungan pranatal, yang berpengaruh terhadap tumbuh kembang janin mulai dari konsepsi sampai lahir (PPDGJ, DepKes. 1983), antara lain adalah:

1. Gizi ibu pada waktu hamil, gizi yang jelek sebelum terjadinya maupun pada waktu, lebih sering menghasilkan bayi BBLR (berat badan lahir rendah) atau lahir mati dan jarang menyebabkan cacat bawaan. Kekurangan gizi dapat menyebabkan hambatan pertumbuhan otak janin, anemia pada bayi baru lahir, bayi baru mudah terkena infeksi, abortus dan sebagainya. Anak yang lahir dari ibu yang gizinya kurang dan hidup dilingkungan miskin maka akan mengalami kurang gizi juga dan mudah terkena infeksi dan selanjutnya akan menghasilkan wanita dewasa yang berat dan tinggi badannya kurang pula. Keadaan ini merupakan lingkaran setan yang akan berulang dari generasi kegenerasi selama kemiskinan tersebut tidak ditanggulangi (Macmillan 1985)

2. Pengaruh mekanis, trauma waktu lahir dan cairan ketuban yang sedikit dapat

menyebabkan kelainan bawaan pada bayi yang dilahirkan, misalnya dislokasi panggul, tortikolis kongenital dan paralise nervus fasialis. Demikian pula dengan posisi didalam rahim, yang dapat mengakibatkan talipes dan kranio tabes.

3. Pengaruh obat-obatan dan zat toksin, masa organogenesis adalah masa yang

sangat peka terhadap zat-zat teratogen, misalnya obat-obatan, thalidomide, phenitoin, methadon, obat-obat anti kanker dan sebagainya dapat menyebabkan kelainan bawaan. Juga pada ibu hamil perokok berat, peminum alkohol sering melahirkan bayi BBRL, lahir mati, abortus, cacat atau retardasi mental. Keracunan logam berat pada ibu hamil, misalnya karena makan ikan yang terkontaminasi merkuri dapat menyebabkan mikrosefali dan palsi serebralis, Seperti yang terjadi di Jepang, yang dikenal dengan Minimata. Pada perokok tersebut diatas zat-zat yang beracun yang mengakibat gangguan pertumbuhan janin adalah, polihalogen hidrokarbon, nikotin, karbon


(46)

monoksida (Miller et al. 1993) Keracunan logam berat cadmium pada

penelitian Danielsson dan Dencker,1994 mengurangi transfer vitamin B12

kedalam plasenta dan dalam penelitian yang lain mengurangi pemasukan seng

(zinc) dari plasenta kedalam aliran darah janin (Wier et al.1990)

4. Endokrin, kekurangan hormon-hormon tiroid seperti pada defisiensi iodium

akan menyebabkan retardasi mental. insulin, cacat bawaan sering terjadi pada ibu hamil dengan diabetes dan tidak dapat pengobatan pada trimester I.

5. Radiasi, pada janin sebelum umur kehamilan 18 minggu dapat menyebabkan

kematian janin, kerusakan otak, mikrosefali atau cacat bawaan lainnya.

6. Infeksi intrauterin yang menyebabkan cacat bawaan adalah TORCH

(Toxoplasmosis, Rubella, Cytomegalovirus, Herpes Simplex) Infeksi lain yang dapat menyebabkan penyakit pada janin adalah Varisella, Koksaki, Ekovirus, Malaria, Lues, HIV, Polio, Campak, Listeriosis, Leptospira, Mikoplasma, Virus Influenza dan Virus Hepatitis. Diduga setiap hiperpireksia pada ibu hamil dapat merusak janin.

7. Stres yang dialami ibu pada waktu hamil dapat mempengaruhi tumbuh

kembang janin, antara lain cacat bawaan, kelainan jiwa dan lain-lain.

8. Masalah Psikologis yang berpengaruh pada kehamilan, yang dapat

mengganggu nutrisi janin adalah: hiperemesis gravidarum, gangguan makan lainnya, misalnya pika, infertilitas oleh sebab kelainan psikologis, psikosis

post partum, depresi post partum.

Faktor lingkungan post-natal

Bayi baru lahir harus berhasil melewati masa transisi dari suatu sistem yang sebagian besar bergantung pada organ-organ ibunya, kesuatu sistem yang tergantung pada kemampuan genetik, kekebalan tubuh dan mekanisme homeostatik bayi itu sendiri.

Pertumbuhan Bayi setelah Lahir.

1. Berat badan

Bayi yang lahir cukup bulan, berat badannya akan menurun dan kembali menjadi berat badan pada waktu lahir setelah 10 hari. Berat badan, pada umur 5 bulan, menjadi 2 kali lipat berat lahir, pada umur 1 tahun, menjadi 3 kali


(1)

Lampiran 2. Rata – rata pertambahan berat badan ibu berdasarkan status kelahiran

bayi menurut status sosial ekonomi

SE Rendah

SE Tinggi

Total

No

Status kelahiran

bayi

Pertambahan berat badan selama hamil (kg)

(

x

+

sd

)

(

x

+

sd

)

(

x

+

sd

)

1

BBLR

7.07 ± 2.51

11.11 ± 3.85

8.16 ± 3.40

2

Normal

9.79 ± 3.29

13.39 ± 4.39

11.61 ± 4.27

Lampiran 3. Rata – rata pertambahan berat badan ibu berdasarkan status kelahiran

bayi menurut status gizi ibu

Status Gizi Ibu Hamil (SG)

Kurus Normal

Gemuk

Gemuk

Sekali

No.

Konsumsi

Gizi

Pertambahan berat badan selama hamil (kg)

(

x

+

sd

) (

x

+

sd

) (

x

+

sd

) (

x

+

sd

)

1

BBLR

9.58 ± 3.29

8.06 ± 3.36

5.63 ± 2.86

-

2

Normal

11.78 ± 4.50

11.53 ± 4.21

10.89 ± 3.74 13.18 ± 5.08

Lampiran 4 Peningkatan Tinggi Fundus Ibu Hamil Berdasarkan Usia Kehamilan

No.

Usia Kehamilan (minggu)

Tinggi Fundus (cm)

1 22

19.22

2 23

21.50

3 24

22.40

4 25

23.45

5 26

24.06

6 27

25.22

7 28

25.70

8 29

24.33

9 30

28.17

10 31

27.50

11 32

29.12

12 33

28.40

13 34

30.37

14 35

30.08

15 36

31.27

16 37

31.69

17 38

32.87

18 39

33.61

19 40

33.46

20 41

33.61

21 42

34.17


(2)

Lampiran 5 Peningkatan Tinggi Fundus Ibu Hamil Berdasarkan Usia Kehamilan

Tinggi fundus menurut usia kehamilan

0,0 5,0 10,0 15,0 20,0 25,0 30,0 35,0 40,0 45,0

10 15 20 25 30 35 40 45

Usia kehamilan (minggu)

Ti

n

ggi

f

u

ndu

s

(c

m

)

mean tinggi f undus mean tinggi f undus + SD mean tinggi f undus - SD Linear (mean tinggi f undus) Linear (mean tinggi f undus + SD) Linear (mean tinggi f undus - SD)

Lampiran 6. Nilai kematangan neuromuskuler serta skala Ballard.

Nilai kematangan (The New Ballard Scale (NBS) diproduksi dengan izin dari

Ballar. J. New Ballard dikembangkan pada bayi prematur. J Pediatri

119; 417. 1991.

Nilai Minggu

- 10 20

- 5 22

0 24 5 26 10 28 15 30 20 32 25 34 30 36 35 38 40 40 45 42 50 44


(3)

-1

0 1 2 3

4 5

Kulit

Lengket

, rapuh

Transpa

-ran

Seperti

gelatin,

merah,

tembus

pandang

Licin,

merah

muda,

vena

mulai

tampak

Permuka-an

terkelu-pas dan

/ruam

beberapa

vena

tampak

Pecah-pecah, area

pucat, vena

mulai tidak

tampak

Seperti

kertas dari

kulit,

pecah-pecah

semakin

dalam,

vena tidak

tampak

Kulait

pecah-pecah

berker

ut

Lanugo

Tidak

ada

Tipis Banyak Tipis Area

mulai

botak

Hampir

seluruhnya

botak

Permukaa

n

Plantar

Tumit-ibu jari

40-50mm–

1 <40

mm-2

>50

mm,

tidak

berlipat-lipat

Merah

redup

Lipatan

hanya

pada

anterior

transver-sal

2/3 anterior

berlipat

lipat

Lipatan

hampir

diseluruh

telapak

kaki

Payudara

Tidak

tampak

Sedikit

tampak

Areola

mendatar

puting

belum

muncul

Areola

berbintik

puting

menonjol

1-2mm

Areola

mulai

tampak,puti

ng

menonk\jol

3-4mm

Areola

penuh,puti

ng

menonjol

5-10mm

Mata/teli-ga

Kelopak

mata

menutu

p

longgar-1

rapat-2

Kelopak

mata

terbuka.

Pinna

mendata

r tetap

terlipat

Pinna

sedikit

melengku

ng halus,

daya

regang

lambat

Pinna

melengku

ng baik,

lembut

tapi siap

mere-gang

Pinna telah

berben-tuk

dan padat

segera

kembali

Kartilago

tebal

telinga

mulai kaku

Genetalia

(laki-laki)

Skrotu

m

kosong

halus

Skrotum

kosong

rugae

pucat

Testis

terletak

dikanal

atas rugae

jarang

Testis

turun

rugae

tampak

beberapa

Testis telah

turun rugae

baik

Testis

mulai

menggantu

ng rugae

dalam

Genetalia

(wanita)

Klitoris

menonj

ol labia

mendata

r

Klitoris

menonj

ol, labia

minora

kecil

Klitoris

menonjol

labia

minora

membe-sar

Labia

mayora

dan

minora

membe-sar

Labia

mayora

membe-sar,

labia

minora

mengecil

Lampiran 7. Analisis Regresi terhadap faktor – faktor yang berhubungan dengan

pertambahan berat badan ibu selama hamil (Metode

Stepwise

)


(4)

Coefficientsa

9.561 .215 44.448 .000

3.761 .307 .437 12.246 .000

-13.109 4.492 -2.918 .004

3.340 .313 .388 10.682 .000

.147 .029 .183 5.053 .000

-22.292 5.539 -4.024 .000

3.360 .311 .390 10.801 .000

.144 .029 .181 4.996 .000

.247 .088 .098 2.804 .005

(Constant)

Status sosial ekonomi (Constant)

Status sosial ekonomi Tinggi badan Ibu (Constant)

Status sosial ekonomi Tinggi badan Ibu Usia kehamilan ibu Model

1 2

3

B Std. Error Unstandardized

Coefficients

Beta Standardized

Coefficients

t Sig.

Dependent Variable: Pertambahan berat badan ibu a.

Lampiran 8. Analisis Regresi terhadap faktor – faktor yang berhubungan dengan

berat bayi lahir (Metode

Stepwise

)

Coefficientsa

95.431 398.968 .239 .811

78.989 10.299 .291 7.669 .000

95.431 382.298 .250 .803

78.989 9.869 .291 8.004 .000

128.685 16.945 .276 7.594 .000

-2577.852 597.554 -4.314 .000

77.662 9.634 .286 8.062 .000

128.685 16.536 .276 7.782 .000

17.459 3.048 .203 5.727 .000

-3187.844 594.978 -5.358 .000

76.253 9.425 .281 8.090 .000

128.685 16.172 .276 7.957 .000

17.685 2.982 .206 5.931 .000

30.000 5.491 .190 5.463 .000

-2916.872 596.814 -4.887 .000

74.667 9.371 .275 7.968 .000

128.685 16.056 .276 8.015 .000

15.766 3.021 .184 5.219 .000

26.817 5.543 .170 4.838 .000

2.904 .911 .114 3.186 .002

(Constant) Usia kehamilan ibu (Constant) Usia kehamilan ibu Standardized Residual Pertambahan BB (Constant) Usia kehamilan ibu Standardized Residual Pertambahan BB Tinggi badan Ibu (Constant) Usia kehamilan ibu Standardized Residual Pertambahan BB Tinggi badan Ibu IMTibu

(Constant) Usia kehamilan ibu Standardized Residual Pertambahan BB Tinggi badan Ibu IMTibu

Skor pengetahuan gizi Model

1 2

3

4

5

B Std. Error Unstandardized

Coefficients

Beta Standardized

Coefficients

t Sig.

Dependent Variable: Berat badan bayi baru lahir a.


(5)

Lampiran 9. Analisis Regresi terhadap faktor – faktor yang berhubungan dengan

panjang bayi lahir (Metode

Stepwise

)

Coefficientsa

34.557 1.659 20.829 .000

.362 .043 .318 8.457 .000

22.310 2.586 8.628 .000

.356 .042 .313 8.543 .000

.080 .013 .222 6.063 .000

22.310 2.548 8.755 .000

.356 .041 .313 8.669 .000

.080 .013 .222 6.153 .000

.314 .071 .161 4.458 .000

20.769 2.576 8.063 .000

.353 .041 .309 8.641 .000

.081 .013 .223 6.241 .000

.314 .070 .161 4.491 .000

.076 .024 .114 3.189 .001

(Constant) Usia kehamilan ibu (Constant) Usia kehamilan ibu Tinggi badan Ibu (Constant) Usia kehamilan ibu Tinggi badan Ibu Standardized Residual Pertambahan BB (Constant) Usia kehamilan ibu Tinggi badan Ibu Standardized Residual Pertambahan BB IMTibu

Model 1 2

3

4

B Std. Error

Unstandardized Coefficients

Beta Standardized

Coefficients

t Sig.

Dependent Variable: Panjang bayi baru lahir a.


(6)

Lampiran 10. Analisis Regresi terhadap faktor – faktor yang berhubungan

dengan lingkar kepala bayi lahir (Metode

Stepwise

)

Coefficientsa

32.906 .085 385.565 .000

1.062 .122 .327 8.715 .000

20.907 1.303 16.046 .000

1.079 .115 .332 9.417 .000

.310 .034 .325 9.226 .000

20.907 1.273 16.421 .000

1.079 .112 .332 9.638 .000

.310 .033 .325 9.442 .000

.314 .056 .192 5.575 .000

19.231 1.301 14.781 .000

.987 .112 .304 8.832 .000

.305 .032 .320 9.453 .000

.314 .055 .192 5.668 .000

.091 .019 .163 4.744 .000

13.363 2.064 6.474 .000

.872 .115 .268 7.581 .000

.302 .032 .316 9.426 .000

.314 .055 .192 5.723 .000

.095 .019 .171 5.010 .000

.038 .011 .127 3.639 .000

13.697 2.062 6.642 .000

.769 .123 .237 6.254 .000

.297 .032 .311 9.279 .000

.314 .055 .192 5.743 .000

.090 .019 .161 4.710 .000

.036 .011 .119 3.393 .001

.008 .003 .086 2.316 .021

(Constant)

Status sosial ekonomi (Constant)

Status sosial ekonomi Usia kehamilan ibu (Constant)

Status sosial ekonomi Usia kehamilan ibu Standardized Residual Pertambahan BB (Constant)

Status sosial ekonomi Usia kehamilan ibu Standardized Residual Pertambahan BB IMTibu

(Constant)

Status sosial ekonomi Usia kehamilan ibu Standardized Residual Pertambahan BB IMTibu

Tinggi badan Ibu (Constant)

Status sosial ekonomi Usia kehamilan ibu Standardized Residual Pertambahan BB IMTibu

Tinggi badan Ibu Skor pengetahuan gizi Model

1 2

3

4

5

6

B Std. Error Unstandardized

Coefficients

Beta Standardized

Coefficients

t Sig.

Dependent Variable: Lingkar kepala bayi a.