KETETAPAN PAJAK

VII. KETETAPAN PAJAK

Tujuan pembelajaran:

 Mahasiswa mampu menjelaskan ketentuan mengenai penetapan dan

ketetapan serta menghitung jumlah pajak yang harus dibayar dan sanksi administrasi dalam surat ketetapan pajak dan surat tagihan pajak

7.1. Penetapan

Sejak reformasi Undang-Undang perpajakan tahun 1983, sistem pemungutan pajak yang berlaku di Indonesia adalah selfasssesment. Dalam kerangka sistem self-assestment tersebut, Wajib Pajak diberikan kewenangan penuh untuk mendaftarkan diri, menghitung, memperhitungkan, menyetor, dan melaporkan pajak-pajak yang terutang. Dengan demikian, pembayaran pajak oleh Wajib Pajak tidak tergantung pada adanya penerbitan surat ketetapan pajak oleh kantor pajak. Seperti yang tercantum dalam Pasal 12 UU KUP dinyatakan hal sebagai berikut:

1) Setiap Wajib Pajak, wajib membayar pajak yang terutang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, dengan tidak menggantungkan pada adanya surat ketetapan pajak.

2) Jumlah Pajak yang terutang menurut Surat Pemberitahuan yang disampaikan oleh Wajib Pajak adalah jumlah pajak yang terutang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

3) Apabila Direktur Jenderal Pajak mendapatkan bukti jumlah pajak yang terutang menurut Surat Pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat

(2) tidak benar, Direktur Jenderal Pajak menetapkan jumlah pajak yang terutang.

Berdasarakan ketentuan tersebut, sepanjang fiskus tidak mendapatkan bukti bahwa jumlah pajak yang terutang menurut Surat Pemberitahuan (SPT) tidak benar, maka jumlah pajak yang terutang menurut SPT yang telah disampaikan tersebut, dianggap benar. Namun sebaliknya, jika fiskus mendapatkan bukti kesalahan pada pengisian SPT oleh Wajib Pajak, maka fiskus akan melakukan penetapan pajak dan harus diikuti oleh Wajib Pajak sesuai dengan ketentuan perundang-undangan perpajakan yang berlaku.

7.2. Fungsi Surat Ketetapan Pajak

a. Sarana untuk melakukan koreksi fiskal terhadap WP tertentu yang nyata- nyata atau berdasarkan hasil pemeriksaan tidak memenuhi kewajiban formal dan atau kewajiban material dalam memenuhi ketentuan perpajakan.

b. Sarana untuk mengenakan sanksi administrasi perpajakan.

c. Sarana administrasi untuk melakukan penagihan pajak.

d. Sarana untuk mengembalikan kelebihan pajak dalam hal lebih bayar.

e. Sarana untuk memberitahukan jumlah pajak yang terutang.

7.3. Fungsi Surat Tagihan Pajak

a. Sebagai koreksi atas jumlah pajak yang terutang menurut SPT Wajib Pajak.

b. Sarana untuk mengenakan sanksi berupa bunga atau denda.

c. Sarana untuk menagih pajak.

7.4. Saat Terutangnya Pajak

Pada prinsipnya pajak terutang pada saat timbulnya objek pajakyang dapat dikenakan pajak, namun untuk kepentingan administrasi perpajakan saat terutangnya pajak tersebut adalah:

a. Pada suatu saat, untuk PPh yang dipotong oleh pihak ketiga; a. Pada suatu saat, untuk PPh yang dipotong oleh pihak ketiga;

c. Pada akhir tahun pajak, untuk Pajak Penghasilan.

7.5. Daluwarsa Penetapan Pajak

Daluwarsa penetapan pajak ditentukan dalam jangka waktu 5 tahun sesudah saat terutangnya pajak atau berakhirnya masa pajak, bagian tahun pajak atau tahun pajak. Penentuan masa 5 tahun ini tidak sesuai dengan ketentuan daluwarsa penyimpanan buku-buku, catatan-catatan, dokumen- dokumen yang menjadi dasar pembukuan dan pencatatan Wajib Pajak, sehingga dapat terjadi kondisi dimana Wajib Pajak masih diharuskan untuk menyimpan buku, padahal tidak dipakai ketika sedang dilakukan pemeriksaan.

7.6. Produk Hukum

Produk hukum yang diterbitkan oleh fiskus sebagai akibat dari proses penetapan pajak dapat berupa Surat Ketetapan Pajak (SKP), dan/atau Surat Tagihan Pajak (STP). Penerbitan produk hukum tersebut dapat merupakan hasil penelitian, pemeriksaan, atau penagihan. Adapun jenis-jenis SKP dan STP akan dijelaskan di bawah ini:

a. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB)

SKPKB adalah surat ketetapan pajak yang menentukan besarnya jumlah pokok pajak, jumlah kredit pajak, jumlah kekurangan pembayaran pokok pajak, besarnya sanksi administrasi, dan jumlah yang masih harus dibayar. SKPKB diterbitkan hanya terhadap kondisi-kondisi tertentu, yaitu hanya terhadap WP yang nyata-nyata atau berdasarkan hasil pemeriksaan tidak memenuhi kewajiban formal dan/atau kewajiban material. Ketentuan mengenai SKPKB diatur dalam Pasal 13 UU KUP.

Gambar 7.1. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar

Contoh Soal:

1. PT XYZ adalah WP badan yang melakukan kegiatan usaha perdagangan barang-barang elektronik, menyampaikan SPT PPh badan Tahun 2008 (tahun takwim) pada tanggal 30 April 2009, dengan perincian sbb: Penghasilan Neto

Rp1.000.000.000,00 PPh terutang

Rp 282.500.000,00

Kredit Pajak Rp 202.500.000,00 Pajak yang kurang dibayar

Rp 80.000.000,00 Kekurangan (PPh Pasal 29) tersebut dibayar tanggal 29 April 2009.

Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan ternyata Penghasilan Neto seharusnya adalah Rp1.100.000.000,00 sehingga PPh terutang seharusnya adalah Rp312.500.000,00 dan SKPKB terbit tanggal 10 Oktober 2009, bagaimana sanksi atas hasil pemeriksaan tersebut?

Jumlah Pokok Pajak Rp312.500.000,00 Jumlah Kredit Pajak

Rp282.500.000,00 Jumlah Kekurangan Pokok Pajak

Rp 30.000.000,00 Sanksi administrasi (bunga 10 bulan) =>

Rp 6.000.000,00 Jumlah pajak yang masih harus dibayar

( 2% x 10 x 30JT)

Rp 36.000.000,00

2. PT PQR adalah pabrikan tekstil yang sudah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak, melaporkan SPT Masa PPN Desember 2008 dengan rincian sbb: Pajak Keluaran

Rp200.000.000,00 Pajak Masukan

Rp230.000.000,00 Kurang/(Lebih) bayar

(Rp30.000.000,00) Atas kelebihan tersebut dikompensasikan ke Masa Januari 2009.

Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan, Pajak Keluaran adalah sebesar Rp220.000.000,00 sehingga terdapat jumlah yang tidak seharusnya dikompensasi, dan SKPKB terbit tanggal 10 Desember 2009, bagaimana sanksi atas hasil pemeriksaan tersebut?

Jumlah Pokok Pajak Rp 220.000.000,00 Jumlah Kredit Pajak

(Rp 230.000.000,00) Jumlah Lebih bayar

(Rp 10.000.000,00) Dikompensasikan ke Masa Jan 2009

Rp 30.000.000,00 Jumlah kekurangan Pokok Pajak

Rp 20.000.000,00

Sanksi adm. Pasal 13 (3) c (100% x 20 JT) Rp 20.000.000,00 Jumlah pajak yang masih harus dibayar

Rp 40.000.000,00

b. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT)

SKPKBT adalah surat ketetapan pajak yang menentukan tambahan atas jumlah pajak yang telah ditetapkan (dalam surat ketetapan pajak yang telah diterbitkan sebelumnya). Ketentuan mengenai SKPKBT diatur dalam Pasal 15 UU KUP, yang secara garis besar menyebutkan bahwa Direktur Jenderal Pajak dapat menerbitkan SKPKBT dalam jangka waktu 5 tahun sesudah saat pajak terutang, berakhirnya masa pajak, bagian tahun pajak atau tahun pajak, apabila ditemukan data baru (novum) dan atau data yang semula belum terungkap yang mengakibatkan penambahan jumlah pajak yang terutang.

Pengertian Data Baru, dan Data yang Semula Belum Terungkap

“data baru” adalah data atau keterangan mengenai segala sesuatu yang diperlukan untuk menghitung besarnya jumlah pajak yang terutang yang oleh WP belum diberitahukan pada waktu penetapan semula, baik dalam SPT dan lampiran-lampirannya

Gambar 7.2.SKPKBT

Contoh Soal:

1. Terhadap SPT PPh Pasal 23 Masa Desember 2013 a.n. PT Anggara telah dilakukan pemeriksaan dan diterbitkan SKPKB tanggal 1 Oktober 2014 dengan perincian sebagai berikut :

Jumlah Pokok Pajak : Rp 200.000.000,00 Jumlah Kredit Pajak

: Rp 156.000.000,00 Jumlah Kekurangan Pokok Pajak

: Rp 44.000.000,00 Sanksi Administrasi bunga pasal 13 ayat (2)

: Rp 8.800.000,00 Jumlah yang masih harus dibayar

: Rp 52.800.000,00

Pada Bulan Maret 2015 ditemukan data baru berupa objek PPh Pasal 23 yang belum dipotong oleh PT Anggara dan seharusnya dilaporkan dalam SPT Masa Desember 2013 dengan jumlah pokok pajak Rp30.000.000,00 sehingga seharusnya jumlah pokok pajak pada masa Desember adalah Rp230.000.000,00.

DJP menerbitkan SKPKBT tanggal 17 Maret 2015 dengan rincian sebagai berikut : Jumlah Pajak

: Rp 230.000.000,00 Jumlah Pajak yang telah ditetapkan

: Rp 200.000.000,00 Tambahan Jumlah Pajak

: Rp 30.000.000,00 Sanksi Administrasi (kenaikan 100%)

: Rp 30.000.000,00 Jumlah pajak yang masih harus dibayar

: Rp 60.000.000,00 : Rp 60.000.000,00

SKPN adalah surat ketetapan pajak yang menentukan jumlah pokok pajak sama besarnya dengan jumlah kredit pajak atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak.

Gambar 7.3. Skema SKPN

Pemeriksaan

Jumlah kredit pajak atau jumlah pajak yang dibayar sama

dengan jumlah pajak yang terutang, atau pajak tidak terutang

dan tidak ada kredit pajak atau tidak ada pembayaran pajak

SURAT KETETAPAN PAJAK NIHIL

d. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB)

SKPLB adalah surat ketetapan pajak yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran pajak karena jumlah kredit pajak lebih besar dari pada pajak yang terutang atau tidak seharusnya terutang. SKPLB diterbitkan sehubungan dengan hasil pemeriksaan baik atas SPT LB yang diajukan restitusi, SPT LB yang tidak diajukan restitusi, SPT Nihil, maupun SPT KB.

Penelitian

Gambar 7.4. Skema SKPLB

Gambar 7.5. Alasan Permohonan Pengembalian Pajak yang

Seharusnya Tidak Terutang

Dalam hal SPT LB diajukan restitusi, Dirjen Pajak harus menerbitkan surat ketetapan pajak (SKPLB, SKPN atau SKPKB) dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan. Apabila dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan tersebut belum diterbitkan SKPLB, maka permohonan restitusi wajib pajak dianggap dikabulkan dan SKPLB harus diterbitkan selambat- lambatnya dalam jangka waktu 1 bulan setelah 12 (dua belas) bulan tersebut terlewati. Atas pajak yang lebih dibayar ini (sama dengan lebih bayar pada SPT) ditambah imbalan bunga 2% per bulan (Pasal 17B Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 ).

e. Surat Keputusan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak (SKPPKP)

Dalam hal permohonan restitusi atas SPT LB tersebut diajukan oleh Wajib Pajak dengan kriteria tertentu, Dirjen Pajak setelah melakukan penelitian harus menerbitkan Surat Keputusan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak (SKPPKP) paling lambat 3 (tiga) bulan sejak permohonan diterima (untuk PPh) dan paling lambat 1 (satu) bulan sejak permohonan diterima (untuk PPN).

Setelah menerbitkan SKPPKP tersebut di atas, Dirjen Pajak masih dapat melakukan pemeriksaan terhadap wajib pajak dimaksud dan menerbitkan surat ketetapan pajak. Apabila hasil pemeriksaan tersebut berupa SKPKB, jumlah kekurangan pajaknya dikenakan sanksi kenaikan 100%.

f. Wajib Pajak Kriteria dan Persyaratan Tertentu

Contoh Soal :

1. Pada Tahun 2010 atas PT “X” telah diterbitkan SKPPKP sebesar Rp 80.000.000,- untuk PPh Badan Tahun Pajak 2009. Di Tahun 2012, dilakukan pemeriksaan PPh Badan untuk Tahun Pajak 2009 dengan hasil sebagai berikut: PPh terutang sebesar

Rp 100.000.000,- Kredit Pajak: - PPh Pasal 22

Rp 20.000.000,- - PPh Pasal 23

Rp 40.000.000,- - PPh Pasal 25

Rp 90.000.000,- Bagaimana ketetapan pajak atas hasil pemeriksaan tersebut?

SKPKB PPh dengan perhitungan sebagai berikut:

PPh yang terutang sebesar (a) Rp 100.000.000,- Kredit Pajak: - PPh Pasal 22

Rp 20.000.000,- - PPh Pasal 23

Rp 40.000.000,- - PPh Pasal 25

Rp 90.000.000,-

Rp 150.000.000,- SKPPKP

(b)

Rp 80.000.000,- Jumlah pajak yang dapat dikreditkan (d=b-c)

(c)

Rp 70.000.000,- Pajak yang kurang dibayar (a-d)

Rp 30.000.000,- Sanksi administrasi kenaikan 100%

Rp 30.000.000,- Jumlah yang masih harus dibayar

Rp 60.000.000,-

2. PT Calvin adalah Wajib Pajak badan yang melakukan kegiatan usaha perdagangan video game, menyampaikan SPT PPh Badan tahun 2013 pada tanggal 30 April 2014, dengan rincian : Penghasilan Neto

: Rp 25.000.000.000,- PPh Terutang

: Rp 6.250.000.000,- Kredit Pajak

: Rp 5.000.000.000,- Pajak yang kurang dibayar

: Rp 1.250.000.000,- Kekurangan PPh Pasal 29 tersebut telah dibayar tanggal 27 April 2014

Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan ternyata Penghasilan Neto seharusnya adalah Rp16.000.000.000,- sehingga PPh terutang seharusnya Rp 4.000.000.000,-

DJP menerbitkan SKPLB dengan rincian : Pajak yang terutang

: Rp 4.000.000.000,- Jumlah Kredit Pajak

: Rp 6.250.000.000,- Jumlah kelebihan pembayaran pajak

: Rp 2.250.000.000,-

g. Surat Tagihan Pajak (STP)

STP adalah surat untuk melakukan tagihan pajak dan atau sanksi administrasi berupa bunga dan/atau denda.

Gambar 7.6. Skema STP

Gambar 7.7. Skema STP Bunga Penagihan

Contoh Soal:

1. Tn. Billy menyampaikan SPT Masa Pajak Penghasilan Pasal 21 Masa Februari 2014 dengan kondisi kurang bayar sebesar Rp120.000,- pada tanggal 20 Maret 2014. Dari hasil penelitian ternyata seharusnya terdapat kurang bayar sebesar Rp210.000,-. STP diterbitkan pada tanggal 12 Mei 2014. Penghitungan STP tersebut adalah : Pokok Pajak yang kurang dibayar :

Rp90.000,- Sanksi administrasi berupa bunga : 90.000 x 2% x 3

Rp 5.400,- Pajak yang masih harus dibayar

Rp95.400,- Penghitungan 3 bulan adalah sejak tanggal jatuh tempo pembayaran sampai dengan diterbitkannya Surat Tagihan Pajak

2. PT. Minahasa Makmur adalah Pengusaha Kena Pajak (PKP) yang melakukan penjualan BKP dengan harga jual Rp350.000,- pada masa Maret 2014. Atas penjualan tersebut tidak diterbitkan faktur pajak. Atas hal tersebut dapat diterbitkan STP dengan sanksi denda sebesar Rp350.000 x 2% = Rp7.000,-. Selain itu jika dilakukan penelitian atau pemeriksaan, Wajib Pajak dapat dikenakan sanksi administrasi berupa bunga apabila terdapat kekurangan bayar atas PPN-nya.

3. PT Meong adalah Wajib Pajak Badan yang melakukan kegiatan perdagangan hewan peliharaan, menyampaikan SPT PPh Badan tahun 2013 pada tanggal 30 April 2014, dengan rincian sebagai berikut :

Penghasilan Neto : Rp 125.000.000.000,- PPh Terutang

: Rp 31.250.000.000,- Kredit Pajak

: Rp 25.400.000.000,- PPh yang kurang dibayar

: Rp 5.850.000.000,- Kekurangan (PPh Pasal 29) tersebut dibayar tanggal 28 April 2014