PENAGIHAN PAJAK
VIII. PENAGIHAN PAJAK
Tujuan pembelajaran:
Mahasiswa mampu memahami ketentuan mengenai penagihan pajak
Tindakan penagihan pajak dapat dilakukan terhadap Penanggung Pajak karena yang bersangkutan mempunyai utang pajak yang tidak dibayar atas suatu atau beberapa surat ketetapan pajak yang telah jatuh tempo (1 bulan sejak tanggal penerbitan). Utang pajak adalah pajak yang masih harus dibayar termasuk sanksi administrasi berupa bunga, denda atau kenaikan yang tercantum dalam surat ketetapan pajak atau surat sejenisnya berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
8.1. Utang Pajak
Dalam Pasal 4 Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 24/PMK.03/2008 jo PMK-85/PMK.03/2010 tentang Tata Cara Pelaksanaan Penagihan dengan Surat Paksa dan Pelaksanaan Penagihan Seketika dan Sekaligus dijelaskan bahwa utang pajak adalah pajak yang masih harus dibayar termasuk sanksi administrasi sebagaimana ditetapkan dalam Surat Tagihan Pajak (STP), Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB), Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT), Surat Tagihan Pajak Pajak Bumi dan Bangunan (STPPBB), Surat Tagihan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (STB), Surat Ketetapan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (SKBKB), Surat Ketetapan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan Tambahan (SKBKBT), Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, Putusan Banding, atau Putusan Peninjauan Kembali yang menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar bertambah.
8.2. Penanggung Pajak
Penanggung pajak adalah orang pribadi atau badan yang bertanggung jawab atas pembayaran pajak, termasuk wakil yang menjalankan hak dan memenuhi kewajiban Wajib Pajak atau orang yang nyata-nyata ikut dalam menjalankan perusahaan walaupun tidak ada dalam susunan pengurus perusahaan, menurut peraturan perundang-undangan perpajakan. Tindakan penagihan pajak berupa sita dapat dilakukan terhadap harta pribadi milik penanggung pajak apabila petugas pajak (jurusita pajak) tidak dapat menemukan harta yang dapat disita ditempat kedudukan dan atau tempat usaha Wajib Pajak.
8.3. Mengangsur dan Menunda Pembayaran Pajak
Apabila Wajib Pajak mengalami kesulitan likuiditas atau mengalami keadaan di luar kekuasaannya, sehingga tidak dapat memenuhi kewajiban pajaknya (melunasi utang pajaknya) pada waktunya, Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan secara tertulis kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar untuk mengangsur atau menunda pembayaran:
1. Pajak yang masih harus dibayar dalam Surat Tagihan Pajak, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, dan Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, Putusan Banding yang menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar bertambah;
2. Kekurangan pembayaran Pajak Penghasilan yang masih harus dibayar dalam Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 Undang-Undang Pajak Penghasilan
Dalam hal Wajib Pajak diperbolehkan mengangsur atau menunda pembayaran pajak, dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% perbulan dari jumlah pajak yang masih harus dibayar dan bagian dari bulan dihitung penuh satu bulan.
Contoh:
Wajib Pajak menerima SKPKB sebesar Rp 1.120.000,00 yang diterbitkan pada tanggal 2 Januari 2009 dengan batas akhir pelunasan tanggal 1 Februari 2009. Wajib Pajak tersebut diperbolehkan untuk mengangsur pembayaran pajak dalam jangka waktu lima bulan dengan jumlah yang tetap sebesar Rp 224.000,00. Sanksi administrasi berupa bunga untuk setiap angsuran dihitung sebagai berikut:
a. Jika Wajib Pajak mengangsur: Angsuran ke-1 : 2% x Rp 1.120.000,00 =
Rp 22.400,00 Angsuran ke-2 : 2% x Rp 896.000,00 =
Rp 17.920,00 Angsuran ke-3 : 2% x Rp 672.000,00 =
Rp 13.440,00 Angsuran ke-4 : 2% x Rp 448.000,00 =
Rp 8.960,00 Angsuran ke-5 : 2% x Rp 224.000,00 =
Rp 4.480,00 Total bunga atas angsuran
Rp 67.200,00
b. Jika Wajib Pajak menunda : Misalnya, Wajib Pajak diperbolehkan menunda sampai tanggal 30 Juni 2009 (5 bulan), maka dikenakan sanksi administrasi berupa bunga
atas
penundaan
pembayaran sebesar:
5 x 2% x Rp 1.120.000,00 = Rp 112.000,00
8.4. Dasar Penagihan Pajak
Dasar yang dipakai dalam melakukan penagihan pajak oleh Direktur Jenderal Pajak adalah:
a. Surat Tagihan Pajak
b. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
c. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan
d. Surat Ketetapan Pembetulan
e. Surat Ketetapan Keberatan
f. Putusan Banding
g. Putusan Peninjauan Kembali yang menyebabkan jumlah pajak yang masih harus dibayar bertambah, tidak dibayar oleh Penanggung Pajak sesuai dengan jangka waktu yang ditetapkan.
8.5. Proses Penagihan
Gambar 8.1. Alur dan Jadwal Penagihan Pajak
WAKTU No.
JENIS TINDAKAN
ALASAN
PELAKSANAAN
1. Penerbitan Surat Teguran Penanggung Pajak Setelah 7 (tujuh) atau Surat Peringatan atau tidak
melunasi hari sejak saat surat lain yang sejenis
pajaknya jatuh tempo (Pasal 8 sampai dengan sampai
utang
dengan Pasal 11 Peraturan Menteri jatuh tempo Keuangan No:24/PMK.03/2008 jo PMK-85/PMK.03/2010)
2. Penerbitan Surat Paksa Penanggung Pajak Setelah lewat 21 (Pasal 7 UU No.19/2000 dan tidak
melunasi hari sejak di Pasal 15 sampai Pasal 23 utang pajaknya terbitkannya Peraturan Menteri Keuangan dan
kepadanya Surat Teguran Nomor:24/PMK.03/2008 jo telah
diterbitkan atau Surat PMK-85/PMK.03/2010)
Surat Teguran atau Peringatan atau
Surat
Peringatan surat lain yang atau surat lain yang sejenis sejenis
3. Penerbitan Surat Perintah Penanggung Pajak Setelah
lewat Melaksanakan Penyitaan
melunasi 2x24 jam Surat (Pasal12UU No.19/2000)
tidak
utang pajaknya
Paksa
dan kepadanya
diberitahukan
kepada diberitahukan Surat Penanggung Pajak Paksa
telah
Setelah lewat (Pasal 26 Peraturan Menteri pelaksanaan
4. Pengumuman Lelang
Setelah
waktu Keuangan Nomor:
14 (empatbelas) 24/PMK.03/2008 jo PMK- Penanggung Pajak hari sejak tanggal 85/PMK.03/2010)
penyitaan ternyata
tidak
melunasi pelaksanaan
utang pajaknya
penyitaan
5. Penjualan/Pelelangan
Setelah lewat Barang Sitaan
Setelah
waktu 14 (empat (UU No.19/2000 Pasal 26) lelang ternyata
pengumuman
belas) hari sejak Pasal 28 Peraturan Menteri Penangung Pajak Pengumuman Keuangan Nomor:
melunasi Lelang 24/PMK.03/2008 jo PMK- utang pajaknya 85/PMK.03/2010)
tidak
Penjelasan jangka waktu penyampaian Surat Teguran:
1. Dalam hal WP tidak menyetujui sebagian atau seluruhnya jumlah pajak yang masih harus dibayar dalam pembahasan akhir hasil pemeriksaan dan WP tidak mengajukan keberatan atas SKPKB atau SKPKBT, kepada WP disampaikan Surat Teguran setelah lewat 7 (tujuh) hari sejak saat jatuh tempo pengajuan keberatan
2. Dalam hal WP tidak menyetujui sebagian atau seluruh jumlah pajak yang masih harus dibayar dalam pembahasan akhir hasil pemeriksaan, dan WP mengajukan permohonan banding atas keputusan keberatan sehubungan dengan SKPKB atau SKPKBT, kepada WP disampaikan Surat Teguran setelah 7 (tujuh) hari sejak saat jatuh tempo pengajuan banding
3. Dalam hal WP tidak menyetujui sebagian atau seluruh jumlah pajak yang masih dibayar dalam pembahasan akhir hasil pemeriksaan, dan mengajukan permohonan banding atas keputusan keberatan sehubungan dengan SKPKB atau SKPKBT, kepada WP disampaikan Surat Teguran setelah 7 (tujuh) hari sejak saat jatuh tempo pelunasan pajak yang masih harus dibayar berdasarkan Putusan Banding
4. Dalam hal WP menyetujui seluruh jumlah pajak yang masih harus dibayar dalam pembahasan akhir hasil pemeriksaan, kepada WP disampaikan Surat teguran setelah 7 (tujuh) hari sejak saat jatuh tempo pelunasan
5. Dalam hal WP mencabut pengajuan keberatan atas SKPKB atau SKPKBT setelah tanggal jatuh tempo pelunasan tetapi sebelum tanggal diterima Surat Pemberitahuan Untuk Hadir oleh WP, kepada WP disampaikan Surat Teguran setelah
7 (tujuh) hari sejak tanggal pencabutan pengajuan keberatan tersebut
6. Dalam rangka Penagihan Pajak atas utang Bumi dan Bangunan dan/atau Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan yang tercantum dalam STPPBB, SKBKB,
SKBKBT, STB, atau Surat Keputusan Pembetulan, surat Keputusan Keberatan, atau Putusan Banding, yang menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar bertambah, kepada WP disampaikan Surat teguran setelah 7 (tujuh) hari sejak tanggal jatuh tempo pelunasan.
Penyampaian Surat teguran dapat dilakukan secara langsung, melalui pos atau melalui jasa ekspedisi atau jasa kurir dengan bukti pengiriman surat.
8.6. Hak dan Kewajiban Wajib Pajak atau Penanggung Pajak selama Penagihan
Wajib Pajak/Penanggung Pajak berhak:
a. Meminta Jurusita Pajak memperlihatkan Kartu Tanda Pengenal Jurusita Pajak.
b. Menerima Salinan Surat Paksa dan Salinan Berita Acara Penyitaan.
c. Menentukan urutan barang yang akan dilelang
d. Sebelum pelaksanaan lelang, Wajib Pajak/Penanggung Pajak diberi kesempatan terakhir
utang pajak termasuk
untuk melunasi
biaya penyitaan, iklan dan biaya pembatalan lelang dan melaporkan pelunasan tersebut kepada Kepala KPP yang bersangkutan.
e. Lelang tidak dilaksanakan apabila Penanggung Pajak melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak sebelum pelaksanaan lelang.
Kewajiban Wajib Pajak/ Penanggung Pajak
a. Membantu Jurusita Pajak dalam melaksanakan tugasnya; Memperbolehkan Jurusita Pajak memasuki ruangan, tempat
usaha/tempat tinggal WP/Penanggung Pajak; Memberikan keterangan lisan atau tertulis yang diperlukan.
b. Barang yang disita dilarang dipindahtangankan, dihipotikkan, atau dipindahkan.
8.7. Penagihan Seketika dan Sekaligus
Adalah Penagihan pajak yang dilaksanakan oleh Jurusita Pajak kepada penanggung pajak tanpa menunggu tanggal jatuh tempo pembayaran yang meliputi seluruh utang pajak dari semua jenis pajak, Masa Pajak, dan Tahun Pajak. Penagihan seketika dan sekaligus dilaksanakan karena;
1. Penanggung pajak akan meninggalkan Indonesia untuk selama- lamanya atau berniat untuk itu
2. Penanggung Pajak memindahtangankan barang yang dimiliki atau yang dikuasai dalam rangka menghentikan/ mengecilkan kegiatan perusahaan, atau pekerjaan yang dilakukannya di Indonesia
3. terdapat tanda-tanda bahwa Penanggung Pajak akan membubarkan badan usaha, atau menggabungkan usaha, atau memekarkan usaha, atau memindahtangankan perusahaan yang dimiliki atau yang dikuasainya, atau melakukan perubahan bentuk lainnya
4. badan usaha akan dibubarkan oleh negara
5. terjadi penyitaan atas barang Penanggung Pajak oleh Pihak ketiga atau terdapat tanda-tanda kepailitan.
8.8. Hak Mendahulu
Maksud dari hak mendahulu adalah memberi kesempatan kepada Pemerintah (kedudukannya sebagai kreditur preferen) untuk mendapatkan bagian lebih dahulu dari kreditur lain atas hasil pelelangan barang-barang milik Penaggung Pajak dimuka umum guna menutupi atau melunasi utang pajaknya.
a. Negara mempunyai hak mendahulu untuk tagihan pajak atas barang Wajib Pajak begitu pula atas barang-barang milik wakil yang menurut peraturan perpajakan bertanggung jawab secara pribadi dan/atau secara renteng.
b. Ketentuan tentang hak mendahulu, meliputi pokok pajak, bunga, dan denda administrasi, kenaikan dan biaya penagihan.
c. Hak mendahulu untuk tagihan pajak melebihi segala hak mendahulu lainnya, kecuali terhadap :
• Biaya perkara yang semata-mata disebabkan karena suatu penghukuman untuk melelang suatu barang bergerak maupun
tidak bergerak. • Biaya yang telah dikeluarkan untuk menyelamatkan barang yang
dimaksud • Biaya perkara yang semata-mata disebabkan karena pelelangan
dan penyelesaian suatu warisan, biaya ini didahulukan daripada gadai dan hipotek
Dalam hal Wajib Pajak dinyatakan pailit, bubar, atau dilikuidasi maka kurator, likuidator, atau orang atau badan yang ditugasi untuk melakukan pemberesan dilarang membagikan harta Wajib Pajak dalam pailit, pembubaran atau likuidasi kepada pemegang saham atau kreditur lainnya sebelum menggunakan harta tersebut untuk membayar utang pajak Wajib Pajak tersebut.
Hak mendahulu hilang setelah melampaui waktu 5 (lima) tahun sejak tanggal diterbitkan Surat Tagihan Pajak, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, Putusan Banding, atau Putusan Peninjauan Kembali yang menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar bertambah. Perhitungan jangka waktu hak mendahulu ditetapkan sebagai berikut:
a. dalam hal Surat Paksa untuk membayar diberitahukan secara resmi maka jangka waktu 5 (lima) tahun dihitung sejak pemberitahuan Surat Paksa; atau
b. dalam diberikan penundaan pembayaran atau persetujuan angsuran pembayaran maka jangka waktu 5 (lima) tahun tersebut dihitung sejak batas akhir penundaan diberikan.
8.9. Daluwarsa Penagihan
Saat daluwarsa penagihan pajak perlu ditetapkan untuk memberi kepastian hukum kapan utang pajak tersebut tidak dapat ditagih lagi.
Hak untuk melakukan penagihan pajak, termasuk bunga, denda, kenaikan, dan biaya
penagihan pajak, daluwarsa setelah melampaui waktu 5 (lima) tahun terhitung sejak penerbitan Surat Tagihan Pajak, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, serta Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, dan Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, Putusan Banding, serta Putusan Peninjauan Kembali.
1. Direktur Jenderal Pajak menerbitkan Surat Teguran dan menyampaikan Surat Paksa kepada Penanggung Pajak yang tidak melakukan pembayaran utang pajak sampai dengan tanggal jatuh tempo pembayaran. Dalam hal seperti itu daluwarsa penagihan dihitung sejak tanggal penyampaian Surat Paksa tersebut.
2. Wajib Pajak menyatakan pengakuan utang pajak dengan cara: • Wajib Pajak mengajukan permohonan angsuran dan penundaan
pembayaran utang pajak sebelum tanggal jatuh tempo pembayaran. Dalam hal seperti itu daluwarsa penagihan dihitung sejak tanggal surat permohonan angsuran atau penundaan pembayaran utang pajak diterima oleh Direktur Jenderal Pajak.
• Wajib Pajak mengajukan permohonan pengajuan keberatan. Dalam hal seperti itu daluwarsa penagihan dihitung sejak tanggal surat
keberatan Wajib Pajak diterima Direktur Jenderal Pajak. • Wajib Pajak melaksanakan pembayaran sebagian utang pajaknya.
Dalam hal seperti itu daluwarsa penagihan dihitung sejak tanggal pembayaran sebagian utang pajak tersebut.
3. Terdapat Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar atau Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan yang diterbitkan terhadap Wajib Pajak karena melakukan tindak pidana di bidang perpajakan berdasarkan putusan Pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap. Dalam hal seperti itu daluwarsa penagihan dihitung sejak tanggal penerbitan ketetapan pajak tersebut.
8.10. Hapusnya Piutang Pajak
Penghapusan piutang pajak diatur dalam pasal 24 UU KUP, dimana penghapusan tersebut harus didasari Peraturan Menteri Keuangan (PMK).
Menteri Keuangan mengatur tata cara penghapusan dan menetukan besarnya jumlah piutang pajak yang tidak dapat ditagih lagi.
Hal-hal yang dapat menyebabkan dihapuskannya piutang pajak, antara lain:
1. WP telah meninggal dunia dan tidak mempunyai harta warisan atau kekayaan
2. WP badan yang telah selesai proses pailitnya
3. WP yang tidak memenuhi syarat lagi sebagai subjek pajak
4. Hak untuk melakukan penagihan telah daluwarsa.
Piutang pajak yang dapat dihapuskan, adalah piutang pajak yang tercantum pada:
4. SPT Pajak Terhutang PBB
5. Surat Ketetapan Pajak
6. Surat Ketetapan Pajak Tambahan
7. SK Pembetulan, SK Keberatan, Putusan Banding, Putusan Peninjauan Kembali, yang menyebabkan jumlah pajak yang masih harus dibayar bertambah.
8.10. Bunga Penagihan
Apabila atas pajak yang terutang pada SKPKB atau SKPKBT dan tambahan yang harus dibayar berdasarkan SK Pembetulan, SK Keberaratan atau Putusan Banding, pada saat jatuh tempo pembayaran tidak atau kurang dibayar, maka atas jumlah pajak yang tidak atau kurang dibayar itu, dikenakan sanksi administrasi berupa buga sebesar 2 % sebulan untuk seluruh masa, yang dihitung dari tanggal jatuh tempo sampai dengan pembayaran atau tanggal diterbitkannya STP dan bagian dari bulan dihitung penuh 1 (satu) bulan.
Contoh :
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar PPh Badan
Pada tanggal 18 Oktober 2014 diterbitkan SKPKB atas nama PT. Jujur Setia dengan jumlah pajak yang masih harus dibayar sebesar Rp100.000,-. Wajib Pajak membayar utang pajak tersebut pada tanggal 20 November 2014 (sudah melewati jatuh tempo). Apabila pada tanggal 21 November 2014 diterbitkan Surat Tagihan Pajak Bunga Penagihan (STP Bunga Penagihan) maka:
1. Dikenakan sanksi administrasi berupa bunga yang dihitung satu bulan = 1 x 2% x Rp 100.000 = Rp 2.000,00. Bunga tersebut ditagih dengan STP Bunga Penagihan sebesar Rp2.000,00.
2. Dalam hal Wajib Pajak diperbolehkan mengangsur atau menunda pembayaran pajak, juga dikenakan bunga sebesar 2 % sebulan, dan bagian bulan dihitung 1 (satu) bulan.
3. Dalam hal Wajib Pajak diperbolehkan menunda penyampaian SPT dan ternyata perhitungan sementara pajak yang terutang kurang dari jumlah pajak sebenarnya terutang, maka atas kekurangan pembayaran pajak tersebut dikenakan bunga 2 % sebulan yang dihitung dari saat berakhirnya kewajiban menyampaikan SPT sampai dengan tanggal dibayarnya kekurangan pembayaran tersebut dan bagian dari bulan dihitung penuh 1(satu) bulan.
RANGKUMAN
1. Utang pajak adalah pajak yang masih harus dibayar termasuk sanksi administrasi berupa bunga, denda atau kenaikan yang tercantum dalam surat ketetapan pajak atau surat sejenisnya berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
2. Penanggung pajak adalah orang pribadi atau badan yang bertanggung jawab atas pembayaran pajak, termasuk wakil yang menjalankan hak dan memenuhi kewajiban Wajib Pajak atau orang yang nyata-nyata ikut dalam menjalankan perusahaan walaupun tidak ada dalam susunan pengurus perusahaan, menurut peraturan perundang-undangan perpajakan.
3. Dalam hal Wajib Pajak diperbolehkan mengangsur atau menunda pembayaran pajak, dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% perbulan dari jumlah pajak yang masih harus dibayar dan bagian dari bulan dihitung penuh satu bulan.
4. Penagihan seketika dan sekaligus adalah penagihan pajak yang dilaksanakan oleh Jurusita Pajak kepada penanggung pajak tanpa menunggu tanggal jatuh tempo pembayaran yang meliputi seluruh utang pajak dari semua jenis pajak, Masa Pajak, dan Tahun Pajak.
5. Hak mendahulu adalah hak Pemerintah (dalam kedudukannya sebagai kreditur preferen) untuk mendapatkan bagian lebih dahulu dari kreditur lain atas hasil pelelangan barang-barang milik Penaggung Pajak dimuka umum guna menutupi atau melunasi utang pajaknya.
6. Hak untuk melakukan penagihan pajak, termasuk bunga, denda, kenaikan, dan biaya penagihan pajak, daluwarsa setelah melampaui waktu 5 (lima) tahun terhitung sejak penerbitan Surat Tagihan Pajak, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, serta Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, dan Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, Putusan Banding, serta Putusan Peninjauan Kembali.
LATIHAN
1. Jelaskan pengertian Penanggung Pajak!
2. Apakah yang dimaksud dengan penagihan seketika dan sekaligus?
3. Sebutkan hal-hal yang dapat menyebabkan hapusnya piutang pajak!