SENGKETA PAJAK
IX. SENGKETA PAJAK
Tujuan pembelajaran: Mahasiswa mampu menjelaskan ketentuan mengenai pembetulan
ketetapan pajak, pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi, pengurangan atau pembatalan ketetapan pajak, keberatan, banding, dan gugatan
Sengketa pajak dapat terjadi antara Wajib Pajak dengan petugas pajak yang biasanya timbul karena perbedaan persepsi dalam interpretasi atas peraturan perundang-undangan perpajakan. Persepsi petugas pajak secara yuridis biasanya diwujudkan dalam STP, SKPKB, SKPKBT, SKPLB maupun SKPN. Dalam menyelesaikan persengketaan antara Wajib Pajak dan petugas pajak, sebenarnya peraturan perundang-undangan perpajakan Indonesia telah memberikan beberapa solusi penyelesaiannya, antara lain:
a. Penyelesaian di Direktorat Jenderal Pajak
Pembetulan ketetapan pajak
Pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi
Pengurangan atau pembatalan ketetapan pajak
Pengurangan atau pembatalan STP
Pembatalan hasil pemeriksaan dan SKP-nya
Keberatan
b. Penyelesaian di Pengadilan Pajak
Gugatan
Banding
c. Penyelesaian di Mahkamah Agung
Peninjauan Kembali (PK)
9.1. Pembetulan Ketetapan Pajak
Dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya, petugas pajak secara manusiawi bisa saja melakukan kesalahan seperti kesalahan tulis, kesalahan hitung dan kesalahan penerapan peraturan perpajakan. Sepanjang ditemukan kesalahan, maka baik secara jabatan maupun permohonan wajib pajak dapat dilakukan pembetulan. Yang dimaksud dengan salah tulis, salah hitung, dan salah penerapan adalah :
a. Kesalahan tulis, yaitu antara lain kesalahan penulisan nama , alamat, NPWP, nomor ketetapan pajak, jenis pajak, masa atau tahun pajak dan tanggal jatuh tempo
b. Kesalahan hitung, yaitu kesalahan yang berasal dari penjumlahan dan atau pengurangan dan atau perkalian dan atau pembagian suatu bilangan
c. Kekeliruan dalam penerapan ketentuan tertentu dalam peraturan
perundang-undangan perpajakan, yaitu kekeliruan dalam penerapan tarif, kekeliruan penerapan persentase Norma Penghitungan Penghasilan Neto, kekeliruan penerapan sanksi administrasi, kekeliruan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP), kekeliruan penghitungan PPh dalam tahun berjalan dan kekeliruan dalam pengkreditan pajak.
Sebenarnya kesalahan tulis, kesalahan hitung dan kekeliruan penerapan ketentuan tertentu dalam perturan perundang-undangan perpajakan tidak menimbulkan persengketaan pajak karena sudah bersifat pasti. Misalnya apabila petugas pajak menulis nama Wajib Pajak tidak perlu dipersengketakan karena kesalahannya tidak perlu diperdebatkan atau disengketakan.
Yang dapat dilakukan pembetulan adalah ketetapan pajak berupa:
1. Surat Ketetapan Pajak
2. Surat Tagihan Pajak
3. Surat Keputusan Pembetulan
4. Surat Keputusan Keberatan
5. Surat Keputusan Pengurangan Sanksi Administrasi
6. Surat Keputusan Penghapusan Sanksi Administrasi
7. Surat Keputusan Pengurangan Ketetapan Pajak
8. Surat Keputusan Pembatalan Ketetapan Pajak
9. Surat Keputusan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak 10.Surat Keputusan Pemberian Imbalan Bunga.
Akibat adanya pembetulan ketetapan ini, mengakibatkan jumlah utang pajak dari ketetapan-ketetapan pajak diatas menjadi berubah. Adanya perubahan ini mengakibatkan adanya dasar penagihan pajak yang baru. Jangka waktu penyelesaian permohonan adalah paling lama 6 (enam) bulan sejak tanggal surat permohonan pembetulan diterima. Direktorat Jenderal Pajak harus memberi keputusan atas permohonan pembetulan yang diajukan Wajib Pajak tersebut. Apabila jangka waktu tersebut telah lewat, tetapi Direktur Jenderal Pajak tidak memberi suatu keputusan, permohonan pembetulan yang diajukan tersebut dianggap dikabulkan.
Apabila permohonan diatas ditolak atau dikabulkan sebagian, maka Wajib Pajak berhak meminta keterangan dan Direktur Jenderal Pajak wajib memberikan keterangan secara tertulis mengenai hal-hal yang menjadi dasar untuk menolak atau mengabulkan sebagian permohonan Wajib Pajak tersebut.
9.2. Pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi, Pengurangan atau pembatalan ketetapan pajak, Pengurangan atau pembatalan STP, Pembatalan hasil pemeriksaan dan SKP-nya
Dalam keadaan tertentu, ada pengenaan sanksi atas Surat Tagihan Pajak, surat ketetapan pajak dan penetapan lainnya dapat dikurangkan atau bahkan dihapuskan. Selain itu adanya ketetapan pajak yang secara prosedural ternyata tidak memenuhi persyaratan maka dapat dibatalkan atau dihapuskan.
Pengurangan, penghapusan atau pembatalan ini dapat dilakukan secara jabatan oleh Direktur Jenderal Pajak atau melalui permohonan Wajib Pajak, yang terdiri dari :
1. Mengurangkan atau menghapuskan sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan yang terutang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan dalam hal sanksi tersebut dikenakan karena kekhilafan Wajib Pajak atau bukan karena kesalahannya. Misalnya Wajib Pajak menyampaikan SPT melalui pos dan menerima resi atas pengiriman tersebut. Ternyata pihak Kantor Pelayanan Pajak tidak menerima SPT tersebut sehingga diterbitkan STP dan Wajib Pajak dikenakan sanksi administrasi berupa denda. Atas hal tersebut Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan untuk dihapuskan sanksinya dengan memberikan bukti resi bahwa Wajib Pajak telah menyampaikan SPT tepat waktu.
2. Mengurangkan atau membatalkan surat ketetapan pajak yang tidak benar. Misalnya dalam hal ini Wajib Pajak menyampaikan permohonan keberatan atas surat ketetapan pajak yang diterbitkan oleh Kantor Pelayanan Pajak tetapi ternyata tidak memenuhi persyaratan formal sesuai dengan pasal 25 UU KUP, maka atas permohonan Wajib Pajak dan berlandaskan unsur keadilan dapat mengurangkan atau membatalkan surat ketetapan pajak yang tidak benar.
3. Mengurangkan atau membatalkan Surat Tagihan Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 yang tidak benar. Contoh adanya pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi sebagai akibat diterbitkan Surat Keputusan Keberatan atau Putusan Banding yang menerima sebagian atau seluruh permohonan Wajib Pajak.
4. Membatalkan hasil pemeriksaan pajak atau surat ketetapan pajak dari hasil pemeriksaan yang dilaksanakan tanpa:
a. penyampaian surat pemberitahuan hasil pemeriksaan; atau
b. pembahasan akhir hasil pemeriksaan dengan Wajib Pajak.
Dalam rangka memberikan keadilan dan melindungi hak Wajib Pajak, Direktur Jenderal Pajak atas kewenangannya atau atas permohonan Wajib Pajak dapat membatalkan hasil pemeriksaan pajak Dalam rangka memberikan keadilan dan melindungi hak Wajib Pajak, Direktur Jenderal Pajak atas kewenangannya atau atas permohonan Wajib Pajak dapat membatalkan hasil pemeriksaan pajak
Gambar 9.1. Mekanisme Melakukan Permohonan dan Pencabutan
Permohonan
Gambar 9.2. Skema Batasan Melakukan Permohonan
Gambar 9.3. Bentuk Keputusan Permohonan Pengurangan,
Penghapusan atau Pembatalan
9.3. Keberatan
Dalam pemeriksaan pajak yang produk hukumnya berupa surat ketetapan pajak, sangat mungkin terjadi perbedaan pendapat atas hasil pemeriksaan antara Wajib Pajak dan Pemeriksa Pajak. Akibatnya, dapat timbul sengketa pajak antara pihak-pihak tersebut. Wajib Pajak diberi hak untuk menyampaikan permohonan keberatan kepada Direktur Jendral Pajak. Permohonan keberatan Wajib Pajak harus memenuhi persyaratan formal agar dapat diproses. Direktur Jenderal Pajak dapat menerbitkan Surat Keputusan Keberatan baik menerima, menerima sebagian, menolak dan menambah jumlah pajak terutang. Selain hal tersebut diatas yang dapat diajukan permohonan keberatan apabila ada pemotongan dan/atau pemungutan oleh pihak lain.
Hal – Hal Yang Dapat Diajukan Keberatan
Wajib pajak dapat mengajukan keberatan atas :
1. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB)
2. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT)
3. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB)
4. Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN)
5. Pemotongan atau Pemungutan pajak oleh pihak ketiga berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
Syarat formal pengajuan permohonan keberatan :
Permohonan keberatan yang tidak memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud diatas, bukan merupakan surat keberatan sehingga tidak dipertimbangkan.
Format surat permohonan keberatan secara redaksional tidak diatur khusus, sehingga Wajib Pajak dapat membuat surat permohonan keberatan secara bebas sepanjang memenuhi persyaratan formal seperti tersebut diatas.
Cara Penyampaian Surat Keberatan
Dimungkinkan Wajib Pajak belum mendapat penjelasan yang memadai atas surat ketapan pajak atau pemotongan dan/atau pemungutan pihak lain. Jika diminta oleh Wajib Pajak untuk keperluan pengajuan keberatan, Direktur Jenderal Pajak wajib memberikan keterangan secara tertulis hal-hal yang menjadi dasar pengenaan pajak, penghitungan rugi, atau pemotongan atau pemungutan pajak.
Tata cara pengajuan dan penyelesaian keberatan diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan yang antara lain mengatur tentang pemberian hak kepada Wajib Pajak untuk hadir memberikan keterangan atau memperoleh penjelasan mengenai keberatannya. Apabila Wajib Pajak tidak menggunakan hak tersebut maka proses keberatan tetap dapat diselesaikan.
Sebelum surat keputusan diterbitkan, Wajib Pajak dapat menyampaikan alasan tambahan atau penjelasan tertulis. Hal ini untuk menguatkan argumentasi dari Wajib Pajak sebelum surat keputusan keberatan diterbitkan.
Hasil dan Cara Penyampaian Keputusan Keberatan
Sanksi Administrasi atas hasil Pengajuan Keberatan
Contoh :
Untuk tahun pajak 2013, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) dengan jumlah pajak yang masih harus dibayar sebesar Rp1.000.000.000,00 diterbitkan terhadap PT A. Dalam pembahasan akhir hasil pemeriksaan, Wajib Pajak hanya menyetujui pajak yang masih harus dibayar sebesar Rp200.000.000,00. Wajib Pajak telah melunasi sebagian SKPKB tersebut sebesar Rp200.000.000,00 dan kemudian mengajukan keberatan atas koreksi lainnya. Direktur Jenderal Pajak mengabulkan sebagian keberatan Wajib Pajak dengan jumlah pajak yang masih harus dibayar menjadi sebesar Rp750.000.000,00. Dalam hal ini, Wajib Pajak tidak dikenai sanksi administrasi sebagaimana diatur dalam Pasal 19 yaitu bunga penagihan atas keterlambatan pembayaran setelah jatuh tempo, tetapi dikenai sanksi sesuai penjelasan diatas, yaitu sebesar 50% x (Rp750.000.000,00 – Rp200.000.000,00) = Rp275.000.000,00
Apabila Wajib Pajak mengajukan permohonan banding, sanksi administrasi berupa denda sebesar 50% (lima puluh persen) sebagaimana dimaksud penjelasan diatas tidak dikenakan.
Khusus bagi Wajib Pajak yang mengajukan keberatan atas ketetapan pajak yang ditetapkan secara jabatan (ex officio), yaitu SKPKB yang diterbitkan karena:
1. Wajib pajak tidak menyampaikan SPT Tahunan meskipun telah ditegur secara tertulis
2. Tidak memenuhi kewajiban menyelenggarakan pembukuan
3. Menolak untuk memberikan kesempatan kepada pejabat pemeriksa memasuki tempat-tempat tertentu yang dipandang perlu, dalam rangka pemeriksaan guna menetapkan besarnya jumlah pajak yang terutang
Wajib Pajak harus dapat membuktikan ketidakbenaran ketetapan pajak tersebut Apabila Wajib Pajak tidak dapat membuktikan ketidakbenaran surat ketetapan pajak secara jabatan itu, maka keberatannya ditolak.
Proses Penyelesaian di Pengadilan Pajak Gugatan
Wajib Pajak atau penanggung pajak dapat mengajukan gugatan kepada hanya badan peradilan pajak terhadap:
1. Pelaksanaan Surat Paksa, Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan, atau pengumuman lelang.
2. Keputusan yang berkaitan dengan pelaksanaan keputusan perpajakan selain yang ditetapkan dalam pasal 25 ayat (1) dan pasal 26 UU KUP, seperti SKPPKP atau SPMKP
3. Keputusan Pembetulan sebagaimana dimaksud dalam pasal 36 yang berkaitan dengan STP
4. Keputusan Pengurangan/Penghapusan Sanksi Administrasi atau Keputusan Pengurangan atau Pembatalan Ketetapan Pajak yang tidak benar sebagaimana dimaksud dalam pasal 36 yang berkaitan dengan STP
Jangka Waktu Pengajuan Gugatan
a. Gugatan terhadap angka 1, diajukan paling lambat 14 hari sejak pelaksanaan Surat Paksa, Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan atau Pengumuman Lelang a. Gugatan terhadap angka 1, diajukan paling lambat 14 hari sejak pelaksanaan Surat Paksa, Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan atau Pengumuman Lelang
Ketentuan Pengajuan Gugatan
1. Gugatan diajukan kepada pengadilan pajak, dengan syarat:
2. Gugatan diajukan secara tertulis kepada pengadilan pajak dalam bahasa Indonesia
3. Satu gugatan adalah untuk satu keputusan atau satu pelaksanaan penagihan
4. Diajukan oleh Penggugat, ahli waris, pengurus atau kuasa hukumnya
5. Disertai alasan yang jelas dan dicantumkan tanggal surat keputusan yang di gugat
6. Dilampirkan surat keputusan yang di gugat.
Pada prinsipnya gugatan tidak menunda kewajiban perpajakan dan tidak menghalangi pelaksanaan penagihan pajak. Namun penggugat dalam gugatannya dapat mengajukan permohonan agar pelaksanaan penagihan pajak tersebut ditunda. Permohonan penggugat tersebut dapat dikabulkan melalui suatu Putusan Sela sebelum ditetapkannya putusan atas pokok sengketa, dengan syarat apabila terdapat keadaan yang sangat mendesak yang mengakibatkan kepentingan penggugat sangat dirugikan jika pelaksanaan penagihan dilaksanakan.
Jangka Waktu Penyelesaian Permohonan Wajib Pajak
Apabila persyaratan formal telah dipenuhi, maka pengadilan pajak akan memproses pengajuan gugatan WP melalui pemeriksaan acara biasa dan harus memberi putusan atas permohonan gugatan WP paling lama 6 bulan sejak surat gugatan diterima.
Hal-hal lain yang berkaitan dengan banding dan gugatan diatur dalam Undang-Undang nomor 14 tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak.
9.4. Banding
Apabila Wajib Pajak tidak atau belum puas dengan keputusan yang diberikan atas keberatan, Wajib Pajak dapat mengajukan banding kepada pengadilan pajak.
Banding diajukan hanya kepada badan peradilan pajak atas surat keputusan keberatan, dengan syarat :
a. Tertulis dalam bahasa Indonesia
b. Dalam jangka waktu 3 bulan sejak keputusan atas keberatan diterima Wajib Pajak
c. Alasan yang jelas
d. Dilampiri salinan Surat Keputusan Keberatan
e. Satu Banding adalah untuk satu Surat Keputusan Keberatan
Jika diminta oleh Wajib Pajak untuk keperluan pengajuan keberatan, Direktur Jenderal Pajak wajib memberikan keterangan secara tertulis hal-hal yang menjadi dasar surat keputusan keberatan diterbitkan.
Dalam hal Wajib Pajak mengajukan banding, jangka waktu pelunasan pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (3), ayat (3a), atau Pasal 25 ayat (7), atas jumlah pajak yang belum dibayar pada saat pengajuan keberatan, tertangguh sampai dengan 1 bulan sejak tanggal penerbitan Putusan Banding. Jumlah pajak yang belum dibayar pada saat pengajuan permohonan keberatan sebagaimana dimaksud penjelasan diatas tidak termasuk sebagai utang pajak sampai dengan adanya putusan banding. Dalam hal permohonan banding ditolak atau dikabulkan sebagian, Wajib Pajak dikenai sanksi administrasi berupa denda sebesar 100% (seratus persen) dari jumlah pajak berdasarkan Putusan Banding dikurangi dengan pembayaran pajak yang telah dibayar sebelum mengajukan keberatan.
Contoh penghitungan lanjutan dari penghitungan keberatan diatas :
Selanjutnya apabila Wajib Pajak mengajukan permohonan banding dan hasil Putusan Pengadilan Pajak terkait besarnya pajak yang masih harus dibayar menjadi sebesar Rp450.000.000,00. Dalam hal ini baik sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen) per bulan sebagaimana diatur dalam Pasal 19 maupun sanksi administrasi berupa denda sebagaimana Selanjutnya apabila Wajib Pajak mengajukan permohonan banding dan hasil Putusan Pengadilan Pajak terkait besarnya pajak yang masih harus dibayar menjadi sebesar Rp450.000.000,00. Dalam hal ini baik sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen) per bulan sebagaimana diatur dalam Pasal 19 maupun sanksi administrasi berupa denda sebagaimana
Putusan Pengadilan Pajak merupakan putusan pengadilan khusus di lingkungan peradilan tata usaha negara. Apabila persyaratan formal telah dipenuhi, maka pengadilan pajak akan memproses pengajuan banding WP melalui berita cara biasa dan harus memberi putusan atas permohonan banding WP paling lama 12 bulan sejak surat banding diterima.
Terhadap Gugatan/ Banding dapat diajukan surat pernyataan pencabutan kepada Pengadilan Pajak.
Gugatan/ Banding yang dicabut dihapus dari daftar sengketa dengan:
a. penetapan Ketua dalam hal surat pernyataan pencabutan diajukan sebelum sidang;
b. putusan Majelis/ Hakim Tunggal melalui pemeriksaan dalam hal surat pernyataan pencabutan diajukan setelah sidang atas persetujuan tergugat.
Gugatan/ Banding yang telah dicabut melalui penetapan atau putusan tidak dapat diajukan kembali.
9.5. Proses Penyelesaian di Mahkamah Agung (MA) Peninjauan Kembali
Apabila pihak yang bersangkutan tidak/belum puas dengan putusan Pengadilan Pajak, maka pihak yang bersengketa dapat mengajukan Peninjauan Kembali kepada Mahkamah Agung melalui Pengadilan Pajak dan hanya dapat diajukan 1 (satu) kali dan bila dicabut sebelum diputus maka tidak dapat diajukan kembali.
Alasan-Alasan Peninjauan Kembali
1. Putusan Pengadilan Pajak didasarkan pada kebohongan atau tipu muslihat pihak lawan yang diketahui setelah perkaranya diputus atau didasarkan pada bukti-bukti yang kemudian oleh hakim pidana dinyatakan palsu
2. Terdapat bukti tertulis baru yang penting dan bersifat menentukan
3. Dikabulkan suatu hal yang tidak dituntut atau lebih dari yang dituntut
4. Ada suatu bagian dari tuntutan belum diputus tanpa dipertimbangkan sebab-sebabnya
5. Putusan nyata-nyata tidak sesuai dengan ketentuan perundang- undangan yang berlaku.
Jangka Waktu Peninjauan Kembali
a. Permohonan Peninjauan Kembali dengan alasan sebagaimana dimaksud dalam angka 1 dan 2 diajukan paling lambat 3 bulan sejak diketahuinya kebohongan atau tipu muslihat atau diketemukan bukti tertulis baru
b. Permohonan Peninjauan Kembali dengan alasan sebagaimana dimaksud dengan alasan angka 3, 4 dan 5 diajukan paling lambat 3 bulan sejak putusan dikirim oleh Pengadilan Pajak
Jangka Waktu Penyelesaian Permohonan Wajib Pajak
Mahkamah Agung mengambil putusan atas permohonan Peninjauan Kembali yang diajukan wajib pajak:
1. dalam jangka waktu 6 (enam) bulan sejak permohonan Peninjauan Kembali diterima oleh Mahkamah Agung dalam hal putusan Pengadilan Pajak diambil diambil melalui pemeriksaan acara biasa
2. dalam jangka waktu 1 (satu) bulan sejak permohonan Peninjauan Kembali diterima oleh Mahkamah Agung dalam hal putusan Pengadilan Pajak diambil melalui pemeriksaan acara cepat.
RANGKUMAN
1. Sengketa pajak dapat terjadi antara Wajib Pajak dengan petugas pajak yang biasanya timbul karena perbedaan persepsi dalam interpretasi atas peraturan perundang-undangan perpajakan.
2. Penyelesaian di Direktorat Jenderal Pajak, melalui: Pembetulan ketetapan pajak Pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi Pengurangan atau pembatalan ketetapan pajak Pengurangan atau pembatalan STP
Pembatalan hasil pemeriksaan dan SKP-nya Keberatan
3. Penyelesaian di Pengadilan Pajak, melalui proses: Gugatan Banding
4. Penyelesaian di Mahkamah Agung, melalui proses: Peninjauan Kembali (PK)
LATIHAN
1. Sebutkan penyebab dilakukannya pembetulan ketetapan pajak!
2. Sebutkan persyaratan formal pengajuan permohonan keberatan!
3. Sebutkan persyaratan formal pengajuan permohonan banding!