Ahli Irman Putra Sidin

4. Ahli Irman Putra Sidin

Bahwa salah satu unsur kemakmuran rakyat selain ketersediaan yang cukup, distribusi yang merata, yaitu mutu yang berkualitas dan Bahwa salah satu unsur kemakmuran rakyat selain ketersediaan yang cukup, distribusi yang merata, yaitu mutu yang berkualitas dan

Bahwa Putusan Perkara 001-021-022/PUU-I/2003 tentang Pengujian Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2002 tentang Ketenagalistrikan dan Putusan Perkara Nomor 002/PUU-I/2003 Pengujian Undang-Undang Nomor

22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi telah meletakkan kerangka konstitusional yang kongkrit akan sistem ekonomi konstitusional. Dalam putusan tersebut, konsep frasa dikuasai oleh negara, haruslah diartikan mencakup makna penguasaan oleh negara dalam arti luas, yang bersumber dan berasal dari konsep kedaulatan rakyat Indonesia atas segala sumber kekayaan, bumi, dan air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya, termasuk pula di dalamnya pengertian kepemilikan publik oleh kolektifitas rakyat atas sumber-sumber kekayaan dimaksud. Rakyat secara kolektif dikonstruksikan oleh Undang-Undang Dasar 1945, memberikan mandat kepada negara untuk mengadakan kebijakan, tindakan pengurusan, pengaturan, pengelolaan, pengawasan, untuk tujuan sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Fungsi pengurusan oleh negara dilakukan oleh pemerintah dengan kewenangannya untuk mengeluarkan dan mencabut fasilitas perizinan, lisensi, dan konsesi. Fungsi pengaturan oleh negara dilakukan melalui kewenangan legislasi oleh DPR dan bersama dengan pemerintah, dan regulasi oleh eksekutif. Fungsi pengelolaan dilakukan oleh mekanisme pemilikan saham dan/atau melalui keterlibatan langsung dalam manajemen badan usaha milik negara atau badan hukum milik negara sebagai instrumen kelembagaan melalui makna negara c.q. pemerintah mendayagunakan penguasaanya atas sumber-sumber kekayaan itu untuk digunakan sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Fungsi pengawasan oleh negara dilakukan oleh negara c.q. pemerintah dalam rangka mengawasi dan mengendalikan agar pelaksanaan penguasaan oleh negara atas cabang produksi yang penting Fungsi pengawasan oleh negara dilakukan oleh negara c.q. pemerintah dalam rangka mengawasi dan mengendalikan agar pelaksanaan penguasaan oleh negara atas cabang produksi yang penting

Dari 5 konsep frasa dikuasai negara seperti yang terbangun dalam putusan MK tersebut, yaitu kebijakan, pengurusan, pengaturan, pengelolaan, dan pengawasan hanya konsep pengaturan yang secara tegas menyebutkan keterlibatan institusi perwakilan rakyat seperti DPR. Hal ini bisa jadi semata karena DPR hanya dipandang sebagai pranata legislasi belaka, padahal di sampingnya juga melekat pranata anggaran dan pranata pengawasan.

Sedangkan konsep lainnya frasa dikuasai negara, seperti kebijakan, pengurusan, pengelolaan, dan pengawasan seolah memberikan pembenaran otoritas otonom pemerintah dalam segala wujudnya untuk bisa bertindak secara mandiri. Kemandirian dalam bertindak cukup dengan mendapatkan pembenaran atribusi atau delegasi dalam teori perundang- undangan dari sebuah undang-undang yang dilahirkan bersama Presiden dan DPR. Hal ini pun perlu menjadi kontemplasi generik dalam hukum ketatanegaraan bahwa konsepsi kata negara tidak bisa direduksi hanya pemerintahanan, cukup dengan kekuatan teori atribusi atau delegasi dalam ilmu perundang-undangan, maka putuslah peran konstitusional institusi daulat rakyat melalui lembaga perwakilan rakyat dalam penjabaran konsep- konsep frasa dikuasai negara.

Bahwa karena negara Indonesia dianggap sudah eksis sehingga yang perlu dipertegas adalah pemerintahnya, mengingat teori keberadaan sebuah negara yaitu terpenuhi wilayah, penduduk, dan pengakuan. Sehingga afirmasi dari pembukaan konstitusi adalah pemerintah negara Indonesia atau asumsi kedua bisa juga bahwa pusat gravitasi negara Indonesia nantinya adalah pemerintah. Dimana pemegang kekuasaan pemerintahan adalah presiden sekaligus sebagai kepala negara yang juga memegang kekuasaan pembentukan Undang-Undang. Artinya bahwa negara otomatis adalah c.q. pemerintah c.q. presiden c.q. menteri c.q. lembaga yang berada dalam kendali presiden, kendali eksekutif yang salah satu implikasinya bisa melakukan tindakan kepenguasaan oleh negara terhadap bumi, air, kekayaan alam, serta cabang produksi penting dan/atau menguasai hajat hidup orang banyak.

Konsepsi konstitusional yang berlaku saat ini tentang dikuasai negara seperti yang ditafsirkan MK dalam putusannya, ada 2 konsep. Frasa dikuasai negara yang tidak serta-merta hal tersebut menjadi otoritas otonom pemerintah atau setidak-tidaknya dibenarkan secara konstitusional. Kedua konsepsi tersebut adalah pertama fungsi pengelolaan dilakukan melalui mekanisme pemilikian saham dan/atau melalui keterlibatan langsung dalam manajemen badan usaha milik negara atau badan hukum milik negara sebagai instrumen kelembagaan melalui mana negara pemerintah harus melakukan relasi kelembagaan dengan institusi perwakilan rakyat baik DPR, DPD, dan/atau DPRD provinsi kabupaten/kota dalam mendayagunakan kepenguasaannya atas sumber-sumber kekayaan itu untuk digunakan sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Yang kedua adalah fungsi pengawasan oleh negara dilakukan oleh negara c.q. pemerintah dalam rangka mengawasi dan mengendalikan agar pelaksanaan penguasaan oleh negara atas cabang produksi yang penting dan/atau yang menguasai hajat hidup orang banyak dimaksud benar-benar dilakukan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Oleh karenanya fungsi pengawasan yang dilakukan oleh lembaga perwakilan rakyat dalam kontrak kerja sama haruslah terlebih dahulu melalui relasi konstitusional yang terbangun antara pemerintah dengan institusi perwakilan rakyat tersebut. Bentuk dari relasi tersebut bentuknya dapat konsultasi atau konfirmasi. Sehingga forum konsultasi tidak menghambat bagi institusi perwakilan rakyat untuk mengeluarkan sikap tidak menyetujui atau menolak proposal tersebut.

Sebuah kontrak kerja sama yang mau ditandatangani tidaklah harus mengalami lompatan tafsir menjadi konstruksi perjanjian internasional. Bahwa hanya dengan konsepsi perjanjian internasional saja untuk kemudian mendapatkan pembenaran bahwa kontrak kerja sama dengan pihak lain harus sepengetahuan bahkan persetujuan DPR terlebih dahulu. Bahwa dalam rezim Pasal 33 UUD 1945 ketika negara melakukan relasi dalam rangka pelaksanaan konsep dikuasai negara, sering harus melakukan perjanjian atau kontrak kerja sama dengan pihak lain. Namun, tidaklah dengan sendirinya semua perjanjian atau kontrak yang dilakukan oleh negara adalah terkonstruksi sebagai perjanjian internasional. Namun, Sebuah kontrak kerja sama yang mau ditandatangani tidaklah harus mengalami lompatan tafsir menjadi konstruksi perjanjian internasional. Bahwa hanya dengan konsepsi perjanjian internasional saja untuk kemudian mendapatkan pembenaran bahwa kontrak kerja sama dengan pihak lain harus sepengetahuan bahkan persetujuan DPR terlebih dahulu. Bahwa dalam rezim Pasal 33 UUD 1945 ketika negara melakukan relasi dalam rangka pelaksanaan konsep dikuasai negara, sering harus melakukan perjanjian atau kontrak kerja sama dengan pihak lain. Namun, tidaklah dengan sendirinya semua perjanjian atau kontrak yang dilakukan oleh negara adalah terkonstruksi sebagai perjanjian internasional. Namun,

Konsep persetujuaan lembaga perwakilan rakyat lainnya untuk sebuah kontrak kerja sama dalam rangka pelaksanaan penguasaan oleh negara atas cabang produksi yang penting dan/atau yang menguasai hajat hidup orang banyak, atau bumi, air, serta kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dimaksud benar-benar dilakukan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Konsep persetujuan ini adalah persetujuan wakil rakyat lainnya terhadap segala kebijakan pemerintah tersebut dalam rangka fungsi pengawasan lembaga perwakilan rakyat. Namun sebagai catatan jikalau sebuah kontrak kerja sama melibatkan subjek hukum internasional atau lainnya yang ternyata menimbulkan akibat yang luas dan mendasar bagi kehidupan rakyat yang terkait dengan beban keuangan negara, dan/atau mengharuskan perubahan atau pembentukan Undang-Undang, maka kontrak kerja sama tersebut haruslah dikonstruksikan sebagai perjanjian internasional.

konsepsi negara dalam Pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945 tidak bisa dilepaskan dengan konsepsi rakyat yang hidup nyata sebagai instrumen manajemen ketatanegaraan. Instrumen rakyat dalam ketatanegaraan adalah lembaga yang anggotanya dipilih melalui pemilu sebagai anggota yang terkirim mewakili rakyat. Oleh karenanya rakyat dalam konsepsi frasa dikuasai negara tak bisa diputus konsepsi kepemilikannya atas bumi, air, kekayaan alam, serta cabang produksi penting dan/atau menguasai hajat hidup orang banyak untuk kemudian ikut mengambil bagian dalam relasi putusan dengan pemerintah akan fungsi pengaturan, pengelolaan, dan pengawasan dari konsep frasa dikuasai negara.

Oleh karenanya institusi perwakilan rakyat memang harus tegas terlibat dalam menjalankan konsepsi kepenguasaan negara. Tidak hanya dalam hal pengaturan, namun juga pengelolaan dan pengawasan meski dalam batas tertentu perannya tak perlu terlalu jauh.

Antara Pasal 11 UUD 1945 mengenai Perjanjian Internasional dengan Pasal 33 UUD 1945, tidak harus disatukan untuk mendapatkan istilah persetujuan DPR. Sebab bisa jadi sebuah kontrak kerja sama itu tidak tergolong sebagai perjanjian internasional tetapi karena konsepsi dikuasai oleh negara maka harus mendapatkan persetujuan DPR.