Gunung Batur
Gunung Batur
Oleh: T. Bachtiar
Gerimis mulai turun siang itu. Jalanan yang basah dan menanjak, hijaunya kebun kopi, ranumnya buah jeruk yang bergelantungan di pohonnya, adalah pesona yang melelehkan hati. Rumput pakan ternak yang hijau dan tinggi di sepanjang batas kebun, batangnya dipermainkan angin mengikuti irama alam raya. Kami sudah sejam lebih meninggalkan Kota Denpasar, Bali. Langit Bangli nampak kebiruan dengan garis-garis gerimis yang dinamis dan ritmis. Menyeruput kopi di kebun kopi, memetik dan menikmati jeruk di kebun jeruk, adalah pengalaman baru yang banyak ditawarkan di sepanjang jalan. Sesekali aroma pupuk kandang dari kotoran ternak yang menyuburkan tetumbuhan di sana, mampir juga di penciuman.
Gunung Batur dan Danau Batur. Foto: T. Bachtiar
98 98 GEO GE OMAGZ MAGZ Desember 2012 Desember 2012
Danau Batur yang berbentuk bulan sabit dengan latar Gunung Batur. Foto: T. Bachtiar
S cantik. Dinding kaldera berlapis dua, danau kebiruan, pertama yang berupa gunung api strato. Gunung sisi timur lautnya ada sumbat lava Gunung Bunbulan.
ebentar lagi akan sampai di Penelokan, ketika
ribuan tahun yang silam, sebelum masyarakat Bali
tumbuh Gunung Batur Baru, gunung api generasi
jalan menikung di dinding curam dengan lahir di pulau ini.
kedua, serta kerucut-kerucut lainnya yang tumbuh
gawir yang dalam. Rasanya, tak akan kuasa
Gunung Batur yang tumbuh dari dasar danau,
di sisi barat. Di dekat gawir kaldera 1, lahir kerucut
untuk tidak berhenti dan menikmati bentang
membangun dirinya selama puluhan ribu tahun. Cikal-
batuapung Bukit Payang yang kini sudah terpancung.
alam Kaldera Gunung Batur yang agung dan bakalnya adalah Gunung Batur Purba, bangunan alam
Di sisi tenggara kaldera 1 terdapat Gunung Abang, di
dan Gunung Batur yang anggun, telah menggerakkan
raksasa Batur Purba ini meletus dahsyat 29.300 tahun
Pada 20.150 tahun yang lalu, Gunung Batur generasi
rasa dan cipta. Para wisatawan bersidesak berebut yang lalu. Tekanan gasnya yang maha tinggi, telah
kedua ini pun meletus dahsyat, mengambrukkan
tempat untuk berfoto dengan berbagai gaya, dengan
melepaskan material letusan lebih dari 84 km 3 ke
tubuhnya membentuk kaldera 2 dengan diameter
latar bentang alam Gunung Batur, tempat sakral yang
angkasa, lalu turun menutupi permukaan Pulau Bali.
7,5 km. Dinding kaldera bagian tenggaranya hancur,
penuh pesona.
Letusan ini telah mengambrukkan sebagian tubuhnya
tenggelam dalam Danau Batur, sehingga batas
sedalam 500 m, membentuk kaldera 1 yang lonjong
kaldera 2 di bagian ini menjadi tidak terlihat. Namun,
sabit Kaldera Batur, bagai cermin raksasa yang dengan ukuran 13,8 x 8 km dengan garis tengah rata-rata 7,5 km. Material letusan berupa ignimbrit,
Dari Penelokan, terlihat jelas danau bulan
dinding kaldera 2 lainnya masih dapat dengan
mudah dikenali, terutama bagian barat daya hingga
memantulkan perilaku manusia akan alam di seputar danau ini. Bayangan Gunung Batur di wajah danau kini sudah terpadatkan menjadi batu paras, dan oleh
bagian utara.
yang mengarah utara – selatan itu menambah nilai interior. Setelah dipotong, batu paras diangkut oleh ibu-ibu yang perkasa. Batur paling muda. Kawahnya yang menganga, kecantikan kawasan ini. Dari tempat ini, evolusi
masyarakat ditambang untuk berbagai kerajinan dan
Dari dalam kaldera 2 ini lahir sang cucu, Gunung
Foto: T. Bachtiar
Gunung Batur dapat ditelusuri jauh ke belakang
Dari dalam Kaldera Gunung Batur 1 ini kemudian
menunjukkan bahwa gunung ini sudah berkali-kali
100 GEO MAGZ Desember 2012 101
Lava bola atau lava akresi. Foto: T. Bachtiar
Memandangi kecantikan Kaldera Gunung Batur akan berbeda citra yang ditampilkan dan pesannya, sesuai dengan
waktu dan keadaan cuaca saat
Kipuka Sampeanwani, bukit
kehidupan yang terhindar
itu.
dari sapuan lava. Foto: T. Bachtiar
meletus, menghasilkan 3 kawah utama, yaitu Kawah semakin berat untuk meninggalkan tempat ini. 1849, sampai sekarang sudah meletus sebanyak 25 dicirikan dengan tetumbuhan yang sudah menghijau. Batur 1, 2, dan 3, serta kawah lainnya di lereng utara.
Magma yang dilelerkan dari kawah Gunung Batur Memandangi kecantikan Kaldera Gunung Batur
kali. Sebelas kali letusannya diketahui melelerkan
berkali-kali itu membentuk beragam lava. Ada lava akan berbeda citra yang ditampilkan dan pesannya,
lava basal yang encer dan andesit, yang terjadi pada
tahun 1849, 1888, 1904, 1905, 1921, 1926, 1963, p āhoehoe, istilah yang diserap dari Bahasa Hawaii sesuai dengan waktu dan keadaan cuaca saat
Simfoni Lava
1968, 1974, 1994, dan tahun 2000. Namun, pada yang berarti “halus, tidak terputus”. Aliran lava itu. Subuh, ketika matahari masih berada di balik kaldera 1 dan 2 sedalam 600 m menuju Kedisan,
Dari Penelokan, perjalanan menuruni dinding
letusan stromboli yang terjadi pada tahun 2004 dari
p āhoehoe suhunya antara 1.100 – 1.200 derajat
C, dapat mencapai puluhan kilometer dari kawah ungu kebiruan, lalu berganti jingga, dan ketika pagi pengangkut pasir meraung di tanjakan, tak pernah
Gunung Agung yang membayang, dengan warna dengan kelokan-kelokan tajam. Puluhan truk
kawah baru di lereng barat daya, letusan gunung ini
āhoehoe mengalir dengan suhu yang menjelang, kehangatan yang tenang, kesegaran alam
tidak melelerkan lava.
letusan. Lava p
Dari ketinggian, terlihat jelas kipuka yang sangat panas serta rendah kandungan gelembung raya terlihat cerah tertangkap puncak-puncak bukit kaldera 1 dan 2 sudah banyak didirikan rumah dan
berhenti siang-malam selama 24 jam. Di dinding
bernama Sampeanwani, bukit kecil yang terisolasi gas. Alirannya relatif tipis, antara 1-2 m. Dalam proses dan ujung dedaunan. Pesonanya tak hilang ketika
hotel, entah berizin atau tidak. Lava yang terhampar
siang. Dan, saat petang menjelang malam, bentang luas di kaki Gunung Batur, nampak halus dari aliran lava Batur tahun 1963. Lava baru itu mengalir mengalir itulah, bagian luarnya segera mendapatkan mengelilingi kaki bukit, sampai sekarang masih pendinginan, lalu mengerut, melipat, mengeras,
alam Gunung Batur – Gunung Abang – Gunung Penelokan, dari dekat, bentuknya sangat beragam. Agung dengan warna jingga kekuningan, menambah
terlihat hitam dan kasar. Sedangkan bukit kehidupan membentuk gulungan tali atau selendang, paling
Gunung ini mulai tercatat letusannya pada tahun
yang terisolasi ini umurnya pasti lebih tua, dapat tidak setelah lava itu mengalir sepanjang 1-2 m.
102 GEO MAGZ Desember 2012 103
Sedangkan bagian dalamnya tetap menggelegak dan terus mengalir. Dalam volumenya yang besar, bagian dalam yang panas itu terus mengalir, sementara bagian luarnya mengeras. Bila aliran lava itu sudah habis pasokannya, akan membentuk tabung atau lorong lava. Lava yang menali, masih dapat disaksikan tak jauh dari lorong lava. Jika aliran lava ini semakin jauh jaraknya, aliran lava yang semula berjenis p āhoehoe, dapat berubah menjadi lava aa, sebagai akibat perubahan tingkat kekentalan dan semakin turunnya suhu lava.
Aliran lava pejal mahapanas itu bila mendapatkan hambatan, lidah lavanya akan tertahan, kemudian membeku, sementara bagian dalamnya masih pijar dan terus bergerak menekan. Akibatnya, lidah lava itu akan mengembung, dan bila tidak kuat menerima tekanan, akan terjadi letupan memecah kulit lava yang
Lava Pohon. Foto: T. Bachtiar
sudah mengeras. Terbentuklah lava tumuli, bongkah lava yang mengembung dengan bagian atasnya yang pecah-pecah.
Jenis lava yang paling mudah dikenali adalah jenis lava aa, karena permukaannya yang kasar, tajam, “berduri”, atau berupa runtuhan blok kerak lava yang kasar dan tajam. Dalam bahasa Hawaii, aa berarti
Beragam wujud lava di hamparan kasar, tetapi juga dapat berarti membakar atau api.
Berjalan di atas lava aa harus sangat hati-hati, karena
kaki Gunung Batur ini dapat akan berbahaya bila terjatuh.
Ketika lava mengalir di lereng, bagian luarnya
Peta Jalur geotrek di Kaldera Batur oleh: T. Bachtiar
dianalogikan sebagai partitur- yang sudah membeku, dapat jatuh terlontar ke aliran partitur musik orkestra. Masing-
lava yang masih mengalir pijar. Blok lava itu terus masing partitur mempunyai Menanti Matahari Terbit di Puncak Batur
berguling menurun, semakin bawah semakin besar bulatannya, karena lava yang masih panas itu akan
Hanya sebentar. Langit kelam di ufuk timur
karakter dan iramanya sendiri, itu mulai berubah menjadi hitam kebiruan, lalu menempel di tubuhnya, membentuk lava bola atau
secara perlahan menjadi biru tua dengan sapuan
namun ada harmoni dalam warna ungu. Gunung Abang dan Gunung Agung
lava akresi yang umum terdapat pada arus lava aa.
Dalam buku panduan terdapat juga lava pohon. mulai membayang berupa kerucut kelam. Gradasi
Apakah hanya bentuknya yang menyerupai pohon, simfoni alam raya. warna biru-ungu-jingga-kuning yang perlahan
ataukah memang karena ada aliran lava pijar datang, menyedot perhatian wisatawan untuk terus yang membalut pohon? Istilah lava pohon yang menatap dan mengabadikannya. Tak mau kehilangan sesungguhnya diberikan pada lava yang membeku momentum, para wisatawan itu mengabadikan di sekeliling batang pohon. Karena suhu lava yang dirinya dengan latar keagungan alam yang hanya sangat panas, maka batang pohon dapat dengan terasa bila berada di sini. Bersitan cahaya putih mudah terbakar, sehingga banyak pula yang kuning, menandakan Matahari sudah keluar dari menyisakan cetakan pohon.
celah antara Gunung Abang dan Gunung Agung. Beragam wujud lava di hamparan kaki Gunung Itulah suasana akhir dari terbitnya bola perak raksasa. Batur ini dapat dianalogikan sebagai partitur-partitur Setelah menikmati bekal, para wisatawan mulai musik orkestra. Masing-masing partitur mempunyai turun gunung, sebelum cahaya matahari terlalu karakter dan iramanya sendiri, namun ada harmoni menyengat.
Peta Pulau Bali
dalam simfoni alam raya.
104 GEO MAGZ Desember 2012 105
Hanya sebentar. Langit kelam di ufuk timur itu
mulai berubah menjadi hitam kebiruan, lalu secara perlahan menjadi biru tua dengan sapuan warna ungu. Gunung Abang dan Gunung Agung mulai membayang berupa
kerucut kelam.
Penambangan pasir di Yehmampeh. Foto: T. Bachtiar
Dan, matahari pun terbit Foto: T. Bachtiar
tidak terus mendangkal. Perlu segera ada penghijauan Bali, mulai anak seusia SMP sampai usia 60 tahunan, merelakan bangun ketika orang sedang terlelap
Puluhan peziarah dari beberapa banjar di Pulau atau 686 m di atas permukaan danau, kita harus
kencang di puncak, membawa jaket yang tahan angin
sangat dianjurkan. Di puncak, sebenarnya sudah ada sekeliling danau dengan pohon yang menghasilkan laki-laki dan perempuan, setelah bersembahyang tidur, dan mulai berangkat pukul 03.00 atau 03.30
warung yang menyediakan air dalam kemasan, nasi buah atau bunga, sehingga pohonnya tidak ditebang, dan berdoa, mereka mempersembahkan sesaji di pagi dari hotel di Penelokan atau di Kedisan, tempat
namun dapat dinikmati oleh masyarakat. sanggah dan pelinggih yang ada di puncak gunung terdekat dengan titik awal pendakian. Sepagi itu,
goreng, dan mie instan. Penjualnya dua orang remaja
Pesatnya pembangunan di sana, semoga tetap dan di depan mulut Gua Landak di samping Kawah 1,
yang setiap subuh mendaki Gunung Batur. Namun,
iring-iringan kendaraan sudah bergerak ke arah pos
bagi yang belum terbiasa membeli air kemasan dalam
mempertahankan harmoni. n
mereka pun mulai bergerak turun. Selang bebarapa P3GB, Perhimpunan Pramuwisata Pendakian Gunung
botol sedang seharga Rp 25.000,00, dan mie instan
jam setelah peziarah meninggalkan tempat sakral Batur. Di lapangan parkirnya yang luas, kendaraan
dengan telur seharga Rp 25.000,00 juga, dianjurkan
itu, rombongan monyet berdatangan saling kejar sudah berjajar yang membawa wisatawan asing, untuk membawa air minum dan bekal sarapan dari Penulis adalah Anggota Masyarakat Geografi Indonesia dan Kelompok Riset Cekungan Bandung. berebut sesaji berupa buah-buahan. Dan, bila sudah yang setiap harinya antara 150–300 orang mendaki
bawah.
tak bersisa, secepat kilat monyet-monyet itu kembali Gunung Batur.
Menikmati terbitnya Matahari sudah menjadi
ke habitatnya.
Karena perjalanan dimulai ketika jalan setapak
atraksi wisata yang menarik. Para wisatawan rela naik
Bila ingin menyaksikan matahari terbit di belum terlihat jelas, bawalah senter, sehingga tidak
gunung jam tiga pagi. Dan tidak kalah pentingnya
puncak Gunung Batur yang tingginya 1.717 m dpl, tersandung lava yang tajam. Kadang, angin sangat
untuk menjaga keberlangsungan Danau Batur agar
106 GEO MAGZ Desember 2012 107
Esai Foto
Gunung Napak Tilas Merapi Kini
Letusan Merapi 2010 dan Kenangan Oleh: SR. Wittiri Letusan 2010
Dua tahun setelah letusan Merapi di 2010, kehidupan di sekitar Merapi mulai berdenyut Rabu dini hari, 10 November 2010 penduduk lagi. Pemandangan berangsur hijau. Berbagai komunitas penduduk menggantungkan hidupnya Foto: SR. Wittiri Yogyakarta dan sekitarnya kalang-kabut karena di lereng Merapi. Ada penambang batu-pasir, meletusnya Gunung Merapi, gunung api paling pengambil kayu bakar, pengais rumput untuk aktif di seantero negeri. ternak dan sebagainya. Bahkan satu kreativitas Hari itu Merapi meletus tidak seperti biasanya. Lazimnya wedhus gembel (awan panas) masyarakat muncul memanfaatkan sisa-sisa letusan Merapi, di antaranya: wisata keliling mengalir ke lembah, tetapi kali ini, sang wedhus lereng Merapi menggunakan kendaraan membumbung tinggi, kemudian rebah dan merambah ke segala arah. Tidak pelak, seluruh jeep sewaan. Demikian pula, seorang warga sisi gunung api itu tersapu bebatuan panas tak Kepuhharjo mengoleksi berbagai benda sisa dampak letusan Merapi di rumahnya, sehingga terperikan. mirip museum.
Foto: SR. Wittiri
108 GEO MAGZ Desember 2012 109
Peta Wisata Merapi pasca Letusan 2010, Dinas Pariwisata Kabupaten Sleman. Foto: T. Bachtiar
Letusan Merapi pada 3 November 2010, ditandai dengan awan letusan yang dihembuskan ribuan meter tingginya ke angkasa untuk kemudian jatuh lagi ke bumi, satu dari beberapa letusan yang berbeda dari letusan di tahun-tahun sebelumnya. Foto: Koleksi BPPTK, Badan Geologi
R Yogyakarta dan sekitarnya. Salah satu gunung api mengalir mengikuti lereng gunung. Masyarakat itu rubuh ke bumi dan merambah seluruh sudut
abu, 3 November 2010 sebagian besar
Letusan Merapi yang berlangsung setiap 3 sampai ini tidak menghasilkan awan panas guguran, tetapi
penduduk di lereng Merapi dan sekitarnya
5 tahun sekali biasanya diawali oleh munculnya lava terjadi letusan eksplosif menghembuskan rempah
dibuat panik oleh meletusnya Gunung Merapi.
pijar. Dalam volume dan tekanan yang meningkat, bebatuan nun jauh ke angkasa hingga ribuan meter
Kepanikan merambat ke sebagian wilayah
magma mendobrak sebagian kubah lava dan tingginya. Butiran bebatuan panas berbagai ukuran
setempat menyebutnya wedhus gembel, karena dari paling aktif di dunia ini pada hari itu meletus lagi. perkampungan yang ada di lereng barat daya dan selatan Merapi. Akibat letusan ini, banyak orang
Dibandingkan beberapa letusan sebelumnya yang
kejauhan tampak seperti bulu domba yang keriting.
meninggal, binatang ternak mati terpanggang. dan
terjadi sejak 26 Oktober, letusan 3 November itu
ratusan hektar lahan pertanian meranggas.
merupakan yang terbesar. Namun, letusan hari
Namun, pada letusan 2010 material letusan
itu dan letusan lainnya di tahun 2010 tak seperti
membumbung tinggi karena tekanan yang sangat kuat sehingga menghancurkan kubah lava. Letusan
biasanya.
110 GEO MAGZ Desember 2012 111
Seismogram di Pos Pengamatan Gunung Merapi, Kaliurang dari gempa letusan 2010. Saking
Bebatuan panas bak awan yang menggulung apapun yang dilaluinya. Itulah wedhus gembel khas Merapi.
besarnya, letusan itu tidak sepenuhnya terekam seismograf (overscale).
Foto: Koleksi BPPTK, Badan Geologi
Foto: SR. Wittiri
112 GEO MAGZ Desember 2012 113
Puncak Garuda, puncak tertinggi Gunung Merapi, runtuh dan menyisakan lubang besar yang mulai ditumbuhi kubah di tengahnya. Foto: Koleksi BPPTK, Badan Geologi
Foto: SR. Wittiri
Letusan 2010 menjebol dinding selatan-tenggara. Foto: Koleksi BPPTK, Badan Geologi
114 GEO MAGZ Desember 2012 115
Letusan 12 November 2010 berlangsung selama lebih dari sepuluh jam. Pukul 12.05 siang, awan panas merambah perkampungan. Adonan panas ini melibas hampir 20
km 2 di seluruh sisi Merapi, mulai dari puncak hingga bagian kaki gunung.
Kini, seorang warga, Pak Kimin, mengoleksi berbagai harta benda yang pernah mengisi kehidupan bersama keluarga di reruntuhan rumahnya di Kepuhharjo. Kini sudah menjadi rongsokan untuk disimpan sebagai kenangan dan pelajaran, betapa dahsyatnya peringatan Tuhan. Kami menyebutnya Museum Rumah Pak Kimin.
Pukul 12.05 Kampung
Ungkapan hati warga yang tertimpa bencana
Hal yang perlu disyukuri dari bencana adalah selamat.
Glagahsari, Cangkringan
tertulis di salah satu dinding rumah yang masih
Ada kesempatan untuk berusaha. Tertulis di salah satu
dirambah awan panas
utuh di Museum Rumah Pak Kimin.
dinding rumah yang masih utuh di Museum Rumah Pak
Foto: SR. Wittiri
Foto: SR. Wittiri
Kimin. Foto: SR. Wittiri
Foto: SR. Wittiri
116 GEO MAGZ Desember 2012 117
Dua tahun setelah letusan penambangan pasir aktif kembali. Foto: T. Bachtiar
Warga sekitar menyebutnya “batu gajah”. Batu di tepi Kali Tengah ini tiga kali lebih besar
Foto: SR. Wittiri
daripada mobil jeep teronggok di atas hamparan pasir. Tadinya batu besar ini terapung di atas adonan lumpur pekat yang disebut lahar, menggelinding sejauh lebih dari 5 km dari puncak Merapi.
Memikul rumput untuk makanan ternak, demi penghidupan hari ini dan nanti.
Foto: SR. Wittiri
118 GEO MAGZ Desember 2012 119 119
Evolusi Gunung Batur
Gunung Batur, dapat diartikan sebagai gunung atau tempat sakral. Dengan danau kalderanya yang cantik, gunung ini mempunyai sejarah bumi yang panjang. Kalau dianalogikan dengan manusia, Gunung Batur yang ada saat ini
Geliat kehidupan
adalah cucu dalam keluarga besar Gunung Batur. Pertama ada Gunung Batur
masyarakat telah kembali
Purba, yang tersisa hanya dinding dan gawir kalderanya u . Pada 29.300 tahun
di kaki Merapi.
yang lalu, gunung api raksasa ini meletus dahsyat, membentuk kaldera 1 v .
Dari dalam kaldera 1 tumbuh gunung api baru serta kerucut-kerucut lainnya, seperti Gunung Abang yang menjulang w . Pada 20.150 tahun yang lalu, Gunung Batur generasi kedua ini meletus dahsyat, membentuk kaldera 2 x . Dari dalam kaldera 2 inilah lahir sang cucu, Gunung Batur yang sudah berkali- kali meletus, menghasilkan 3 kawah utama, yaitu Batur 1, 2, dan 3 y . Bagi yang pernah melihatnya dari Penelokan, kronologi ini akan terlihat dengan jelas.
Foto: Priatna
(Gambar dimodifikasi oleh T. Bachtiar dari peraga yang terdapat di Museum Gunung Batur. Teks: T. Bachtiar. Sumber teks: Kemmerling, 1918, dan Igan S. Sutawidjaja, 1992).
120 GEO MAGZ Desember 2012 121 121